Anda di halaman 1dari 82

PRODI DIPLOMA III

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

MODUL PRAKTIKUM
HUKUM BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2017
1
IDENTITAS PEMILIK MODUL

NAMA : .................................................................

NIM : .................................................................

PRODI : .................................................................

DOSEN : .................................................................

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya saya dapat
menyelesaikan Modul Praktikum Hukum Bisnis ini. Adapun tujuan dari
pembuatan modul ini adalah sebagai bahan ajar dan referensi bagi para pembaca,
khususnya mahasiswa Keuangan. Mudah-mudahan buku ini dapat membantu para
pembaca yang berminat untuk mengembangkan diri, memperkaya wawasan dan
menambah khasanah ilmu pengetahuan.
Kami menyadari bahwa penyelesaian buku initidak terlepas dari bantuan
berbagi pihak,dan masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan buku ini.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.

Medan, Oktober 2017

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
PER 1. PENGERTIAN HUKUM ....................................................... 1
A. KEBERADAAN HUKUM DALAM MASYRAKAT ........ 1
B. DEFINISI HUKUM .......................................................... 2
C. CIRI DAN SIFAT HUKUM ............................................. 3
D. SISTEMATIKA HUKUM ................................................ 4

PER 2. PENGERTIAN HUKUM ....................................................... 7


A. SUBJEK DAN OBJEK HUKUM ........................................ 7
B. SUMBER DAN SISTEM HUKUM ................................... 8
C. PEMBIDANGAN HUKUM ............................................... 9
D. MAZHAB –MAZHAB DALAM HUKUM ......................... 10
E. HUKUM DALAM KEGIATAN EKONOMI ...................... 10
PER 3. HUKUM PERJANJIAN ......................................................... 14
A. PERJANJIAN ..................................................................... 14
B. PRESTASI DAN WANPRESTASI .................................... 16
C. ASAS – ASA KONTRAK BISNIS ..................................... 16
D. RISIKO DAN KEADAAN MEMAKSA ............................. 17
E. IZIN PERJANJIAN KREDIT ............................................. 17
F. FIDUSIA ............................................................................ 18

PER 4. BADAN USAHA ..................................................................... 20


A. FIRMA (FA) ....................................................................... 20
B. PERSEKUTUAN KOMANDITER (CV) ............................ 20
C. PERSEROAN TERBATAS ................................................ 20

PER 5. HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HAKI) ...................... 25


A. HAK CIPTA ....................................................................... 25
B. PATEN ............................................................................... 27
C. MEREK .............................................................................. 28
D. DISAIN INDUSTRI............................................................ 29
E. RAHASIA DAGANG ......................................................... 29
F. LISENSI ............................................................................. 29

PER 6. WARALABA .......................................................................... 32


A. PENGERTIAN WARALABA ............................................ 32
B. ASPEK BISNIS WARALABA ........................................... 32
C. KEAGENAN ...................................................................... 33
D. DISTRIBUTOR .................................................................. 33

PER 7. PERLINDUNGAN KONSUMEN .......................................... 36


A. KONSUMEN ...................................................................... 36
B. PELAKU USAHA .............................................................. 37
C. PENGAWAS PERSAINGAN USAHA .............................. 38
ii
D. KEUNGGULAN KOMPETITIF ......................................... 39

PER 8. KEPAILITAN ......................................................................... 44


A. PAILIT ............................................................................... 44
B. PENGAJUAN PERMOHONAN PAILIT ........................... 45
C. KURATOR ......................................................................... 46
D. PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG .. 47
E. PERDAMAIAN .................................................................. 48

PER 9. ASURANSI ............................................................................. 52


A. DEFINISI ........................................................................... 52
B. RISIKO DALAM ASRURANSI ......................................... 53

PER 10. PENANAMAN MODAL (INVESTASI) ................................ 57


A. KEBERLANJUTAN PEMBANGUNAN ........................... 57
B. KEBUTUHAN INVESTASI DI INDONESIA .................... 58
C. PENANAMAN MODAL ASING ....................................... 59
D. KEBIJAKAN ..................................................................... 61
PER 11. WTO (WORLD TRADE ORGANIZATION) ........................... 65
A. KEBERADAAN WTO ...................................................... 65
B. TUJUAN WTO.................................................................. 65
C. GATT (GENERAL AGREEMENT ON TARIFFITS AND
TRADE) ............................................................................. 66

PER 12. PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS ............................... 70


A. TIMBULNYA SENGKETA .............................................. 70
B. NEGOSIASI ...................................................................... 70
C. PERADILAN .................................................................... 71
D. ARBITRASE ..................................................................... 72

iii
PERTEMUAN KE 1

1. Capaian Pembelajaran :Setelah mengikuti praktikum, mahasiswa diharapkan


mampu mendefenisikan tentang pengertian hukum.
2. Kemampuan Akhir yang diharapkan:Setelah mengikuti praktikum,
Mahasiswa D III Keuangan diharapkan mampu menjelaskan tentang pengertian
hukum.
3. Pokok Bahasan : Pengertian hukum
4. Sub Pokok Bahasan :
a. Keberadaan hukum dalam masyarakat
b. Definisi hukum
c. Ciri dan sifat hukum
d. Sistematika hukum
5. Materi :

A. KEBERADAAN HUKUM DALAM MASYARAKAT


Sejak Istilah “Hukum” itu ada dalam kehidupan bermasyarakat da ada sejak
jaman dulu kala, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan hukum terdapat
dalam pergaulan hidup masyarakat yang secara keseluruhan bersumber dari norma
agama, norma sosial, norma susila serta norma-norma yang berkembang dalam
kehidupan masyarakat.
Hubungan yang diatur oleh norma hukum dinamakan hubungan hukum atau
peristiwa hukum, dengan terciptanya hubungan hukum itu terwujudlah ketertiban
dalam kehidupan masyarakat sehingga terciptalah ketertiban hukum. Hukum
diwujudkan dengan peraturan hukum dikatan bahwa ia betindak menurut hukum
atau bertindak secara “juridis” dimana peraturan hukum mewajibka orang supaya
bertidak jurisdis.
Hukum diarahkan sepenuhnya sebagai sarana untuk mendukung pembagunan.
Padahal yang seharusnya adalah pembanguna hanyalah sarana untuk
meningkatkan martabat kemanusiaan. Jadi jelaslah bahwa dengan hukum kita
akan menciptakan atau menjadikan kesejahteraan bagi masyarakat.
Roscou Pound mengemukakan bahwa tujuan hukum untuk melindungi
kepentingan manusia (Law as tool of social engineering). Kepentingan manusia
adalah suatu tuntutan yang dilindungi dan di penuhi manusia dalam bidang
hukum. Roscou Pound membagi kepentingan manusia yang dilindungi hukum
menjadi tiga macam, yaitu:
1. Public Interest (Kepentingan umum)
2. Social Interest ( Kepentingan masyarakat)
3. Privat Interest ( Kepentingan individual)
Kepentingan umum (publik interest) yang utama, meliputi:
a. Kepentingan dari negara sebagai badan hukum dalam mempertahankan
kepribadian dan substansinya; dan
b. Kepentingan – kepentingan dari negara sebagai penjaga kepentingan
masyarakat

1
Ada enam kepentingan masyarakat (social interest) yang dilindungi oeh
hukum, yang meliputi :
1. Kepentingan masyarakat bagi keselamatan umum, seperti keamanan,
kesehatan, jaminan bag transaksi – transaksi dan pendapatan;
2. Bagi lembaga – lembaga sosial , yang meliputi perlindungan dalam
perkawinan, politik seperti kebebasa berbicara dan ekonomi;
3. Masyarakat terhadap kerusakan moral, seperti korupsi, perjudian,
pengumpatam terhadap Tuhan, tidak sahnya transaksi – transaksi yang
bertentangan dengan mral yang baik, atau peraturan yang membatasi
tindakan – tindakan anggota;
4. Kepentingan masyarakat dalam pemeliharaan sumber sosial, seperti
menolak perlindungan hukum bagi penyalahgunaan hak (abuse of right).
Ekstensi hukum akan menjadi rambu – rambu yang menggariskan aturan
main (ruler of game) bagi setiap masyarakat tanpa terkecuali, agar perilaku dan
kontruksi sosial, politik, ekonomi, keagamaan, budaya dan aspek –aspek
kehidupan lainnya berjalan dijalur yang benar. Aturan hukum harus ditegakkan
supaya masing-masing pihak dalam kehidupan damai, aman dan tertib, tidak
saling mengganggu dan merugikan di antara satu dengan lainnya.
1. Pertumbuhan peraturan hukum
Hukum yang sedang berlaku disebut huku positif atau “Ius Constitutum”.
Ius Constitutum dilahirkan dari Ius Constituendum ini timbulnya dari adat
kebiasaan yang berlaku di masyarakat.
2. Hukum tertulis dan Hukum Tidak tertulis
Hukum ada yang tertulis dan ada pula yang tidak tertulis, tertulis dapat
disebut hukum perundang undangan atau masyarakat hukum sering
menyebutkan sebagai hukum positif dan keberadaan hukum dalam hukum
positif akan terus berkembang dan sangat dinamis sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
Untuk kepentingan dan keperluan hukum dalam suatu kegiatan bisnis maka
hukum tertulislah yang dapat dipergunakan, terutama dalam hal pembuktian di
pengadilan apabila terjadi sengketa atau permasalahan hukum.

B. DEFINISI HUKUM
Beberapa Definisi hukum
Sesungguhnya apabila kita meneliti benar – benar akan sukarlah bagimkita
untuk memberi definisi tetang hukum, seperti telah dijelaskan, para sarjana hukum
sendiri belum dapat merumuskan satu definisi hukum yang memuaskan semua
pihak.
Dapat dikatakan hukum didefiisikan dari sudut pandang dimana jika kita
memandang akan hukum itu. Akan tetap walaupun demikian dapatlah diberi suatu
batasan yang lengkap tentang definisihukum itu, namun Utrech; dalam bukunya
yang berjudul “Pegantar Dalam Hukum Indonesia” Telah mencoba membuat
suatu batasan, yang maksudnya dapat sebagai pegangan bagi orang yang sedang
mempelajari ilmu hukum, bahwa definisi diberikan oleh Utrech itu merupakan
pegangan semata yang maksudnya menjadi suatu pedoman bagi setiap masyarakat
hukum. Utrech mengatakan; Hukum itu adalah himpunan peraturan –peraturan
(perintah –perntah dan larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan
oleh kerena itu harus ditaati oleh masyarakat.
2
Selain Utrech juga beberapa Sarjana Hukum Indonesia lainnya telah
berusaha merumuskan tentang apakah hukum itu, yang diantaranya ialah:

1. C.M. Amin,
Dalam bukunya yang berjudul “Bertamasya ke Alam Hukum” Hukum
dirumuskan sebagai; Kumpulan –kumpulan, peraturan – peraturan hukum
yang terdiri dari norma dan sanksi. Sanksi itu disebut hukum dan tujuan
hukum itu adalah mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia,
sehingga keamanan dan ketertiban dapat dipelihara.
2. J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto
Dalam buku “Pelajaran Hukum Perniagaan “ telah diberikan definisi hukum
seperti berikut; Hukum itu ialah peraturan – peraturan yang bersifat
memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan
masyarakat yang di buat oleh badan –badan yang berwajib, pelanggaran
mana terhadap peraturan –peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan
tindakan, yaitu dengan hukum tertentu.
3. M.H Trtaatmidjaja
Dalam buku “Pokok –Pokok Hukum Perniagaan “ ditegaskan bahwa hukum
ialah ; semua aturan (norma) yang harus diturut dala tingkah laku tindakan –
tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman musti mengganti kerugian
jika melanggar aturan –aturan itu, akan membahayakan diri sendiri atau
harta terutama orang akan kerhilangan kemerdekaannya, di denda dam
sebagainya.
Utrech; Hukum tu adalah himpunan peraturan- peraturan (perintah –perintah
dan larangan) yang engurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus
ditaati oleh masyarakat itu.
Sehingga dapat dikatakan yang dimaksud dengan hukum bisns adalah
keseluruhan dari peraturan –peraturan huku, baik tertulis maupun yang tidak
tertulis, yang megatur hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian –perjanjian
maupun perikatan –perikatan serta kesepakatan –kesepakatan yang dilakukan oleh
para pelaku bisnis yang terjadi dalam praktek bisnis.

C. CIRI DAN SIFAT HUKUM


1. Adanya perintah atau larangan
2. Perintah dana atau laranga itu harus dipatuhi & ditaati setiap orang.
Setiap orang waib bertindak sedemikian rupa dalam masyarakat terteib
dalam masyarakat itu tetap terpelihara dengan sebaik-baiknya, oleh karena itulah
hukum meliputi berbagai peraturan yang menentukan dan mengatur perhubungan
orang yang satu dengan yang lainnya, yakni peraturan –peraturan hidup
bermasyarakat yang dinamakan kaeda hukum.
Hukum bersifat mengatur dan memaksa, agar masyarakat tertib dalam
kehidupan bermasyarakat dimana ia tinggal dan berada. Sehingga timbul
pertanyaan ? Kenapa hukum harus ditegakkan diman kita tinggal dan berad,
karena :
1. Dalam pergaulan masyarakat terhadap aneka hubungan antar anggota
masyarakat, yakn hubungan yang ditimbulkan oleh kepentingan –
kepetingan anggota masyarakat.

3
2. Dengan banyak dan beranekaragamnya hubungan itu para anggota
masyarakat meerlukan aturan –aturan yang dapat menjamin
keseimbangan agar dalam hubungan –hubungan it tidak terjai kekacauan
dalam masyarakat.

D. SISTEMATIKA HUKUM
Hukum (berdasarkan isinya) diklasifikasi menjadi :
1. Hukum Sipil/ Privat
2. Hukum Publik
Hukum Sipil: yang mengatur hubungan hukum antara orang satu dengan
yang lainnya dengan menitikberatkan pada kepentingan pribadi, dibedakan dalam
arti luas (Hukum Perdata dan Hukum Dagang ) Serta dalam arti sempit (Hukum
Perdata)
Hukum Publik : yang mengatur hubungan antar orang masyarakat umum/
negara dengan menitikberatkan pada kepentingan umum, meliputi: Hukum Tata
Negara Tata Usaha (Administrasi) Negara, Hukum Publik Internasional dan
Hukum Pidana.
1. Hukum Perdata; hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang
yang satu dengan yang lain dengan menitikberatkan kepada kepentingan
perseorangan;
2. Hukum Pidana; hukum yang mengatur perbuatan –perbuatan apa yang
dilarang dan memberikan pidana kepada siapa yang melanggarnya serta
mengatur bagaimana cara –cara mengajukan perkara ke muka
pengadilan;
3. Hukum Tata Negara; Hukum bentuk dan susunan pemerintahan suatu
negar serta hubungan kekuasaan antara alat-alat perlengkapan negar
(pusat dan negara);
4. Hukum Administrasi Negara; Hukum yang mengatur cara – cara
menjalankan ( hak dan kewajiban) dari kekuasaan alat-alat perlengkapan
negara.

4
LEMBAR KERJA PRAKTEK MAHASISWA

Nama : .................................................................... NILAI


Nim : ....................................................................
Tanggal : ....................................................................

I. TUJUAN
Mahasiswa diharapkan mampu mendefenisikan tentang pengertian hukum.
II. ALAT DAN BAHAN
1. Buku Teks Pengantar Hukum Bisnis
2. Lembar Kerja Praktek Mahasiswa (LKPM)
3. Laptop
4. Internet
III. CARA KERJA
1. Bacalah definisi hukum.
2. Carilah di internet masing-masing beberapa definisi hukum.
3. Buatlah ke dalam tabel yang tersedia.
IV. ISILAH TABEL DI BAWAH INI
1. Definisi Hukum menurut beberapa Sarjana Hukum Indonesia!

Menurut
NO Sarjana DEFINISI SKOR
Hukum
Indosesia
1. C.M. Amin

2. J.C.T
Simorangkir
dan Woerjono
Sastropranoto
3. M.H.
Tirtaatmidjaja

2. Jelaskanlah:
a. Definisi Hukum
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
5
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................

b. Kasifikasi hukum
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................

6
PERTEMUAN KE 2

1. Capaian Pembelajaran : Setelah mengikuti praktikum, mahasiswa diharapkan


dapat mendefinisikan tentang Pengertian Hukum
2. Kemampuan Akhir yang diharapkan:Setelah mengikuti praktikum,
Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang. Pengertian hukum
3. Pokok Bahsan : Pengertian Hukum
4. Sub Pokok Bahasan :
a. Subjek dan Objek Hukum
b. Sumber dan Sistem Hukum
c. Pembidangan Hukum
d. Mazhab – mazhab dalam Hukum
e. Hukum dalam kegiatan Ekonomi
5. Materi :

A. SUBJEK DAN OBJEK HUKUM


Subjek Hukum
Dalam dunia hukum perkataan orang (Person) berarti pembawa hak, yaitu
sesuatu yang mempunyai hak dan kewajiban dan disebut subjek hukum. Subjek
Hukum terdir dari:
1. Manusia (Natuurlijke person)
2. Badan Hukum (Rechtpersoon)
Ada beberapa golongan orang yang oleh hukum telah dinyatakan” Tidak
cakap” atau “ Kurang cakap” untuk bertindak sendri dalam melakukan perbuatan
– perbuatan huku.
Untuk itu mereka harus mewakili dalam melakukan perbuatan –perbuatan
hukum, orang yang tidak cakap untuk elakuakn sendiri perbuatan hukum
diantaranya:
1. Orang yang masih dibawah umur
2. Orang yang tidak sehat pikirannya
3. Orang yang dibawah pengampuan (curatele)
4. Orang perempuan dalam pernikahan ( Wanita Kawin)
Objek Hukum
Yang dimaksud objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi
subjek hukum dan dapat menjadi objek suatu perhubungan hukum.
Biasanya Objek yang dimaksud adalah “benda” Menurut KUH perdata
Benda adala; segala barang dan hak –hak yang dapat dimiliki orang. Menurut
KUHP Perdata benda dibagi dalam;
1. Benda berwujud ( segala sesuatu dapta diraba oleh pancaindera seperti;
rumah, buku dan lain-lain);
2. Benda tidak berwujud (segala macam hak, seperti hak cipta, hak merek
dan lain sebagainya);

7
Benda Bergerak dibedakan menjadi:

1. Benda bergerak karena sifatnya (Pasal 509 KUH Perdata) artinya benda
yang dapat dipindahkan atau pindah dengan sendirinya. Contoh : meja,
kursi, mobil, dan lainnya
2. Benda bergerak karena Undang –undang (Pasal 511 KUH Perdata)
atrinya hak –hak atas benda bergerak. Contoh : Hak memungut hasil atas
benda bergerak, dan hak pemakaian, dan lain-lain

Benda tidak bergerak, dibedakan menjadi;

1. Benda tidak bergerak karena sifatnya. Contohnya: Tanah dan yang


melekat diatasnya
2. Benda tidak bergerak karena tujuannya. Contohnya: mesin alat –alat
yang dipakai oleh pabrik.

Yang dimaksud dengan kebendaan (Kitab undang –undang uku perdata)


adalah segala sesuatu yang dapat dikuasai dengan hak milik tanpa memperdulikan
jenis wujudnya.

B. SUMBER DAN SISTEM HUKUM


Sumber hukum segala apa yang menimbulkan aturan –aturan hukum
mempunyai kekuatan memaksa dan kalau dilanggar mengakibatkan sanksi
(hukuman) yang tegas dan nyata.
Macam – macam Sumber Hukum:
1. Sumber hukum dalam arti luas ( materil ) ditinjau dari aspek sejarah,
filsafat dan ekonomi.
2. Sumber Hukum dalam arti sempit (formil) Undang –Undang, kebiasaan
(custom), Traktat, Jurisprudensi, dan doktrin.
Sedangkan yang dimaksud dengan sistem hukum adalah seperangkat aturan
hukum mengatur segala pranata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, membentuk suatu ketentuan yang utuh sehingga tidak terjadi
kontradiksi antar ketentuan hukum.
Macam –macam sistem hukum:
1. Common Law Legal System
Sistem hukum ini memberi peran kepada kebasaan/ adat istiadat yang
berlaku umum dan agar selalu dapat menyesuaikan diri pada
perkembangan berlaku umum dan agar selalu dapat menyesuaikan disi
pada perkembangan dan kemajuan zaman, tidak memerlukan aturan
hukum tertulis yang lengkap, sempurna dan dikodefikasi.
2. Socialist Law Legal Sytem
Dalam sistem ini, hukum dibentuk dan ditegakkan peerintah negara
selaku pemegang kekuasaan politik dan absolut dan otoriter untuk
melaksanakan kehendak para penguasa negara, dimana badan peradilan
8
bersidang berdasarkan tuntutan jaksa atas dalih melanggar kepentingan
negara (rakya banyak).
3. Islamic Law (Qonun) Legal System
Dalam sistem ini, hukum mengatur hubungan manusia dengan Allat
SWT (ibadah) dan hubungan antar manusia (muamallah) yang wajib.
Makruh, sunnah untuk dilaksanakan serta sanksi bagi perbuatan yang
haram bukan hanya untuk perbuatan yang haram bukan hanya untuk
pembalasan atau memperbaiki moral perilakunya tapi demi
kesempurnaan hidup didunia.
4. Civil Law Legal System
Dalam sistem ini, yang lebih diutamakan adalah aturan hukum tertulis
yang lengkap, sempurna, dan dikodefikasi (dibukukannya satu jenis
hukum secara sistematis dan lengkap dalam satu kitab undang –undang
demi kepastian, kesederhanaan dan kesatuan hukum).

C. PEMBIDANGAN HUKUM
1. Azas Hukum dan Perundang –undangan
a. Setiap peraturan huku harus senantiasa dapat dikembalikan kepada
dasar filosofinya
b. Peraturan yang dibuat penguasa yang kedudukannya lebih tinggi
mempunyai kedudukan hukum yang lebih tinggi pula.
c. Lex specialis derogat lex generalis (suatu peraturan perundang –
undangan bersifat khusus menegsampingkan perundang –undangan
yang bersifat umum).
d. Lex posteriore derogat lex priori ( peraturan perundang –undangan
yang kemudian menyishka peraturan perundang –undangan yang
terdahulu)
e. Tribuere suum siuque (memberikan hak kepada orang lain apa
yang menjadi hak sendiri)
f. Presumption of innocense (azas praduga tak bersalah)
g. In dubio pro reo (dalam keadaan yang meraukan, hakim harus
mengambil keputusan yang menguntungkan terdakwa)
h. Asa perundang –undangan tidak boleh diganggu gugat (hak uji
hanya ada pada MA da MK)
i. Nullum delictum nulla poena sine praevia lege peonali (legalitas)
j. Ne bis idem (suatu perkara yang sama, yang sudah putus tidak
boleh diperiksa dan diputus lagi untuk kedua kalinya)
2. Masa Berlaku suatu Undang –undang:
Undang –undang berlaku sejak dimuat / diundangkan dalam lembaran
negara (LN), sedangkan penjelasannya dalam Tambahan Lembaran
Negara (TLN) dan Peraturan Daerah (LD) sedangkan penjelasannya
dalam Tambahan Lembaran Daerah (TLD)
9
3. Suatu Undang-undang tidak berlaku lagi:
a. Karena sudah lewat waktu berlaku yang ditetapkan undang –
undang itu,
b. Sudah tidak ada lag keadaan untuk mana undang –undang dibuat
c. Dinyatakan tegas tidak berlaku oleh lembaga pembentuk undang –
undang / mahkamah konstitusi
d. Karena telah dibentuk undang –undag baru yang isinya berbeda

D. MAZHAB –MAZHAB DALAM HUKUM


1. Mazhab Hukum Alam :
Hukum mengikat dan dipatuhi / ditaati karea merupakan pernyataan pikiran
(akal) manusia mengenai perbuatan sesuai kodrat manusia
2. Mazhab Sejarah;
Hukum mengikat dan dipatuhi/ ditaati karena tumbuh ditengah masyarakat
sebagai penjelmaan dan kehendak, jiwa , rohani rakyat (Volkgeist) dan
akan lenyap jika bangsa itu hilang kepribadiannya.
3. Teori Teokrasi;
Hukum mengikat dan dipatuhi / ditaati karena berasal dari kehendak
(perintah dan larangan) Tuhan YME
4. Teori Kedaulatan Rakyat:
Hukum mengikat dan dipatuhi/ditaati karena merupakan kehendak seluruh
rakyat berdasarkan perjanjian rakyat (social, dan contract)
5. Teori kedaulatan Negara
Hukum mengikat dan dipatuhi/ditaati karena dikehendaki oleh negara yang
kekuasaannya tidak terbatas.
6. Teori Keseimbangan
Hukum mengikat dan dipatuhi/ditaati karena selain memenuhi rasa
keadilan orang terbanyak, mampu, berfungsi nyata, juga menjadi dasar
menetapkan san mengatur apakah seseorang akan mendapat keuntungan/
kerugian, karena setiap warga negara bersamaan kedudukannya didalam
hukum dan wajib menjunjung hukum dengan tidak ada kecualinya.

E. HUKUM DALAM KEGIATAN EKONOMI


Mencari keuntungan merupakan usaha yang sah –sah saja, tetapi yang
terpenting dalam menjalankan usaha tersebut tidak mengesampingkan hukum,
melanggar hukum atau sering disebut dengan istilah Legal or illegal.
Aspek hukum yang menjadi dasar dari penyelenggaran berbagai sistem
bidag kegiatan ekonomi nasional, pada hakikatnya berlandaskan dasar hukum
pasal 33 UUD 1945. Konsekuensinya adalah menjadi Hak Negara untuk mengatur
perekonomian nasional, dan hak tersebut bersumber dar hukum dasar (UUD
1945).

10
Tujuan untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan sejahtera juga
dinyatakan secara tersurat dalam pasal 33 ayat (1), (2), dan (3) Undang – Undang
Dasar Tahun1945 bahwa:
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asa
kekeluargaan
2. Cabang – cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara
3. Bumu, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar –besar bagi kemakmuran
rakyat
4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atsa semokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan, lingkungan, kemandirian, serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang –undang.
Pasal 27 ayat (2) berbunyi:
“Tiap –tiap warga negara berhak ata pekerjaan dan peghidupan yang layak
bagi kemakmuran”.
Hukum dan masyarakat bagaikan dua sis mata uang, ubi societas iibi lus
(dimana ada masyarakat disitu ada hukum). Keduanya tidak bisa dipisahkan,
karena ekstensi antara keduanya sangat berkaitan. Hukum yang dikenal dan tidak
sesuai dengan konteks sosialnya serta tidak komunikasi yang efektif tentang
tuntutan dari pembaharuannya bagi warga Negara tidak akan bekerja secara
efektif.
Hukum ekonomi adalh hukum yang berkaitan dengan berbagai aktivitas
ekonomi, dalam berbagai bidangnya ada yang diatur oleh hukum, ada pula yang
tidak atau belu diatur oleh hukum Jadi ekonomi mempunyai ruang lingkup
pengertian luas meliputi semua persoalan berkaitan dengan hubungan antara
hukum dan kegiatan –kegiatan ekonomi.
Hukum ekonomi di Indonesia dibedakan kedalam 2 macam, yaitu:
1. Hukum ekonomi pembangunan : seluruh peraturan dan pemikiran hukum
mengenai cara – cara peningkatan dan pengembangan kehidupan
ekonomi (misalnya: hukum perusahaan dan hukum penawaran modal).
2. Hukum ekonomi sosial :seluruh pengaturan dan peikiran hukum
mengenai cara-cara pembagan hasil pembangunan ekonomi secara adil
dan merata sesuai dengan hak azasi manusia ( misalnya :
hukumpemburuhan dan hukum perumahan).
Pembangunan ekonomi Indonesia pada masa yang akan datang harus
berbeda dari wujud perekonomian Indonesia sebelum terjadinya krisis
dan untuk mewujudkan telah ditetapkan tujuh (7) hal pokok mengenai
perekonomian Indonesia masa depan yaitu:
11
1. Pembangunan ekonomi dilaksanakan berdasarkan sistem ekonomi
kerakyatan untuk mencapai kesejahteraan rakyat yang meningkat,
merata, dan berkeadilan
2. Pembangunan ekonomi berlandaskan pengembangan ekonomi daerah
dan peran serta aktif masyarakat secara nyata dan konsisten.
3. Pembangua ekonomi harus menerapkan prinsip efisiensi yang didukung
oleh peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan teknologi untuk
memperkuat landasan pembangunan berkelanjutan dan meningkatkan
daya saing nasional.
4. Pembangunan ekonomi berorientasi pada perkembangan globalisasi
ekonomi internasional dengan tetap mengutamakan kepentingan ekonomi
nasional.
5. Pembangunan ekonomi makro harus dikelola secara hati – hati disiplin,
dan bertanggung jawab dalam menghadapi ketidakpastian yang
meningkat akibat proses globalisasi
6. Pembangunan ekonomi dilaksanakan berlandaskan kebijakan disusun
secara transparam dan bertanggung jawab, baik dalam pegelolaan publik,
pemerintah, maupun masyarakat.
7. Pembangunan ekonomi harus berlandaskan keberlanjutan sistem daya
alam, lingkungan hidup dan sistem kemasyarakatan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat
Hukum ekonomi dan bsnis yang memadai akan menunjang pembangunan
ekonomi, karena melalui hukum ekonomi dan bisnis masyarakat dibentuk atau
diaarahkan untuk mencapai tujuan pembangunan ekonomi (law as tool of social
engineering). Sebaliknya hukum ekonomi dan bisnis yang tidak memadaik akan
menciptakan hambatan bagi pembangunan ekonomi.
Hubungan hukum pada peristiwa hukum dibidang nisnis pada masyarakat
yang makin modern pada umumnya didasarkan pada kesepakatan – kesepakatan
dan tidak lagi kebiasaan – kebiasaan yang mengandalkan kepercayaan, tetapi
harus dengan perangkat hukum yang tertulis.

12
LEMBAR KERJA PRAKTEK MAHASISWA

Nama : .................................................................... NILAI


Nim : ....................................................................
Tanggal : ....................................................................

I. TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum, mahasiswa diharapkan dapat mendefinisikan
tentang pengertian hukum
II. ALAT DAN BAHAN
1. Buku Teks Pengantar Hukum Bisnis
2. Lembar Kerja Praktek Mahasiswa (LKPM)
3. Laptop
4. Internet
III. CARA KERJA
1. Bacalah subjek dan objek hukum
2. Carilah di internet sumber dan sistem hukum.
3. Isilah pada titik –titik yang tersedia.
IV. Isilah Titik –titik dibawah ini!
1. Macam – macam sistem hukum!
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..................................................................................................................

2. Jelaskan mazhab – mazhab dalam hukum!


...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
13
PERTEMUAN KE 3

1. Capaian Pembelajaran :Setelah mengikuti praktikum, mahasiswa diharapkan


mampu mendefinisikan hukum perjanjian
2. Kemampuan Akhir yang diharapkan :
Setelah mengikuti praktikum, Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
tentang hukum perjanjian
3. Pokok Bahasan : Hukum Perjanjian
4. Sub Pokok Bahasan :
a. Perjanjian
b. Prestasi dan Wanprestasi
c. Asas –asas Kontrak Bisnis
d. Risiko dan Keadaan Memaksa
e. Perjanjian Kredit
f. Fidusia
5. Materi :

A. PERJANJIAN
Perjanjian merupakan peristiwa hukum dimana dua orang atau lebih saling
berjanj untuk melakukan atau tidak melakukan atau tidak melakukan suatu
perbuatan suatu perbuatan tertentu dan dilakukan secara tertulis.
Kegiatan perjanjian yang dilakukan karena adanya kepentingan, tujuan dan
kebutuhan para pihak, pada intinya diartikan sebagai suatu peristiwa dimana
seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal.
Pada intinya suatu perjanjian diperlukan untuk menjaga para pihak dalam
menjalankan kegiatan bisnisnya dapat terjaga atau adanya suatu kepastian hukum.
Oleh karena itu perjanjian yang dibuat jangan dilanggar para pihak yang terlibat
didalamnya, karena apabila dilanggar maaka salah satu pihak akan mendapatkan
sanksi dari perjanjian tersebut, dapat dikatakan apabila suatu perjanjian dilanggar.
1. Setiap pelanggaran perjanjian akan memberikan hak kepada pihak yang
dirugikan untuk memperoleh ganti rugi;
2. Jika pelanggaran itu cukup berat, juga akan memberikan hak kepada
pihak yang dirugikan untuk menghentikan perjanjian dan mengakhirinya.
Hal – hal yang timbul dari aktivitas perjanjian:
1. Merupakan pertemuan antara penawaran dan penerimaan
2. Aktivitas dan perdata/ pribadi
3. Dirancang sesuai dengan kesepakatan para pihak yang berkontrak.
4. Berlaku dan mengikat para pihak yang menyepakatinya
5. Tidak boleh dilakukan perubahan secara sepihak jika sudah disetujui
6. Tidak boleh disepakati melalui proses paksaan, penipuan.

14
7. Kalau tidak dilaksanakan akan dihukum untuk membayar biaya ganti
rugi dan bunga diambil dari harta debitur tersebut.
a. Unsur Perjanjian
1. Essentialia, artinya syarat sah perjanjian
2. Naturalia, artinya lazimnya melekat pada perjanjian
3. Accidentalia, artinya yang harus disebut tegas
b. Syarat suatu perjanjian
Menurut pasal 1320 KUH Perdata untuk sahnya suatu perjanjian –
perjanjian diperlukan 4 syarat, yaitu:
1. Sepakat mereka yang mengikat dirinya
2. Kecakapan untuk mengikat suatu perikatan
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal
Syarat pertama, kedua dan ketiga disebut syarat subjektif, sedangkan syarat
keempat disebut syarat keempat disebut syarat objektif.
Syarat Subjektif
Syarat subjektif terdiri dari adanya kesepakatan dari para pihak dan adanya suatu
kecakapan dari para pihak
Subjektif Objektif
Syarat objektif terdiri dari : adanya objek yang jelas dan adanya sebab yang halal
atau dapat dikatakan tidak melanggar hukum.
Jenis – jenis perjanjian yang sering digunakan dalam menjalankan bisnis:
1. Perjanjian jual beli, yaitu suatu perjanjian, dimana pihak yang satu
mengikatkan dirnya untuk menyerahkan suatu keadaan, dan pihak yang
lain untuk membayar harganya yang telah diperjanjikan. Diatur dalam
Pasal 1457 – 1546 KUH Perdata
2. Perjanjian tukar menukar, suatu perjanjian, dimana pihak kedua belah
pihak mengikatkan dirinya untuk saling memberikan suatu barang secara
timbal balik, sebagi gantinya suatu barang lain. Diatur dalam Pasal 1541
– 1546 KUH Perdata
3. Perjanjian sewa menyewa, yaitu suatu perjanjian dimana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya
kenikmatan dari suatu barang selama suatu waktu tertentu dengan
pembayaran suatu harga, yang disanggupi pebayarannya. Diatur dalam
Pasal 1548 – 1600 KUHPerdata
4. Perjanjian Pemburuhan, suatu persetujuan diaman pihak yang satu,
diburuh, mengikatkan dirinya dibawah perintahnya pihak yang lain, si
majikan, untuk suatu waktu tertentu melakukan perkejeaan dengan
menerima upah. Perjanjian ini diatu dalam Pasal 1601a – 1603z
KUHPPerdata dan UU No.13 Tahun 2003.
5. Persekutuan, yaitu suatu persetujuan dimana dua orang atau lebih
mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan dengan
15
maksud untuk membagi keuntungannya yang terjadi karenanya.
Perjanjian in diatur dalam Pasal 1618 – 1665 KUHPerdata

B. PRESTASI DAN WANPRESTASI


Prestasi adalah pelaksanaan dari isi kontrak yang telah diperjanjikan
menurut tata cara yang telah disepakati bersama. Model prestasi dari suatu
kontrak:
1. Memberikan sesuatu
2. Berbuat sesuatu
3. Tidak berbuat sesuatu

Wanprestasi adalah tidak dilaksanakannya suatu prestasi atau kewajiban


sebagaimana yang telah disepakati bersama.Wanprestasi dipilah –pilah sebagai
berikut:

1. Wanprestasi berupa tidak memenuhi prestasi


2. Wanprestasi berupa terlambat memenuhi prestasi
3. Wanprestasi berupa tidak sempurna memenuhi prestasi
C. ASAS –ASAS KONTRAK BISNIS
1. Asas Kebebasan Berkontrak
Asas Kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338
ayat (1) KUHPerdata, yang berbunyi:
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang –
undang bagi mereka yang membuatnya”.
Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang emberikan kebebasan
kepada para kepada para pihak untuk :
a. membuat atau tidak membuat perjanjian
b. mengadakan perjanjian dengan siapa pun
c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan , dan persyaratannya, dan
d. Menentukan bentuknya, perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.
2. Asas Konsensualisme
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1)
KUHPerdata. Dalam pasal itu ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya
perjanjian, yaitu adanya kesepakatan kedua belah pihak.
3. Asas Pacta Sunt Servanda
Asas Pacta Sunt Servenda atau disebut juga dengan asas kepastian
hukum. Asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian, Asa pacta Sunt
Servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus
menghormati substansi kontrak yan dibuat para pihak, sebagimana
layaknya ebuah undang –undang.
4. Asas Iktikad Baik (Goede Trouw)
Asas itikad baik dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata
yang berbunyi : “Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”.
16
5. Asas Kepribadian (personalitas)
Asas kepribadian merupakan asa yang menentukan bahwa seseorang
yang akan melakukan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan
perseorangan saja.
6. Asas Obligatoir
Yaitu suatu kontrak yang maksudnya bahwa setelah sahnya suatu kontrak
tersebut sudah mengikat tetapi baru sebatas menimbulkan hak dan
kewajiban diantara para pihak.
7. Overmacht
Yaitu suatu kejadian yang tak terduga dan terjadi diluar kemampuan
sehingga terbebas dan keharusan membayar ganti kerugian, atau dapat
diputuskan terlepas dari tuntutan.

D. RISIKO DAN KEADAAN MEMAKSA


Dalam menjalankan bisnis manusia tidak terlepas dari suatu permasalahan
atau orang sering menyebutya resiko, sehingga dapat dikatakan kewajiban untuk
memikul kerugian yang merupakan akibat dari peristiwa diluar kesalahan salah
satu pihak.
Sedangkan maksud dari Force Majeur atau Overmacht atau keadaan
memaksa yaitu:
1. Bencana alam
2. Kehilangan
3. Keadaan diluar kemampuan
Keadaan memaksa (Force majeur), tiga unsur yang harus dipenuhi;
1. Tidak penuhi prestasi
2. Ada sebab yang terletak di luar kesalahan debitur.
3. Faktor penyebab tidak diduga sebelumnya dan tidak dapat dipertanggung
jawabkan kepada debitur.
Akibat keadaan memaksa;
1. Kreditur tidak dapat menuntut perikatan dipenuhi
2. Tidak dapat dinyatakan dalam keadaan lalai dan tidak dapat menuntut
3. Kreditur tidak dapat meminta pemutusan perjanjian.

E. PERJANJIAN KREDIT
Dasar hukum dari suatu kredit :
1. Adanya kesepakatan anatara debitur debitur dengan kreditur yang disebut
perjanjian kredit;
2. Adanya pihak yaitu kreditur dan debitur;
3. Adanya kesanggupan atau janji untuk membayar hutang;
4. Adanya pinjaman berupa pemberian sejumlah uang
5. Adanya perbedaan waktu antara pemberian kredit dengan pembayaran
Perjanjian kredit dalam bisnis ini merupakan lex spesial, dengan unsurnya;
17
1. Kepercayaan
2. Waktu suatu masa
3. Kehati – hatian

F. FIDUSIA
Fidusia adalah pegalihan hak kepemilikan suatu benda atau dasar
kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda atas dasar kepercayaan dengan
ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam
penguasaan peiik benda
Sifat – sifat dari jaminan fidusia yang diatur dalam ketentuan undang –
undang :
1. Fidusia bersifat accesior, yang berarti jaminan fidusia bukan hak yang
berdiri sendiri melainkan kelahiran dan keberadaanya atau hapusnya
tergantung dari perjanjian pokon fidusianyasendiri
2. Jaminan fidusia bersifat droit de suite, yang artinya berarti bahwa
penerima jaminan fidusia / kreditur hak mengikuti benda menjadi objek
jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda itu berada, dengan artinya
bahwa dalam keaadaan debitur lalai maka kreditur sebagai pemegang
jaminan fidusia tidak kehilangan haknya untuk mengeksekusi objek
fidusia walaupun objek tersebut telah dijual dan dikuasai oleh pihak lain.
3. Jamina fidusia memberikan hak haminan priferent, yang berarti bahwa
kreditur sebagai penerima fidusia memiliki hak yang didahulukan untuk
mendapatkan pelunasan utang dari hasil eksekusi benda jaminan fidusia
tersebut dalam hal debitur cedera janji atau lalai membayar hutang.

18
LEMBAR KERJA PRAKTEK MAHASISWA

Nama : .................................................................... NILAI


Nim : ....................................................................
Tanggal : ....................................................................

I. TUJUAN
Mahasiswa diharapkan mampu mendefinisikan Tentang Hukum Perjanjian
II. ALAT DAN BAHAN
1. Buku Teks Pengantar Hukum Bisnis
2. Lembar Kerja Praktek Mahasiswa (LKPM)
3. Laptop
4. Internet
III. CARA KERJA
1. Bacalah Hukum perjanjian
2. Carilah di internet masing-masing Asas – asas Kontrak Bisnis
3. Buatlah ke dalam titik yang tersedia.
IV. ISILAH TITIK – TITIK DI BAWAH INI
1. Jelaskan perbedaan Prestasi degan Wanprestasi
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
.....................................................................................................................

2. Jelaskan hal –hal yang timbul dari aktivitas perjanjian


..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
.....................................................................................................................

19
PERTEMUAN KE 4

1. Capaian Pembelajaran :Setelah mengikuti praktikum, Mahasiswa diharapkan


mampu mendefinisikan Badan Usaha
2. Kemampuan Akhir yang diharapkan : Setelah mengikuti praktikum,
Mahasiswa D III Keuangan diharapkan mampu menjelaskan tentang Badan
Usaha
3. Pokok Bahasan : Badan Usaha
4. Sub Pokok Bahasan :
a. Firma (FA)
b. Persekutuan Komanditer (CV)
c. Perseroan Terbatas (PT)
5. Materi :

A. FIRMA (FA)
Persekutuan Firma (fa) dalam pasal 16 KUHD ialah, tiap –tiap perserikatan
yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan dibawah satu nama bersama.
Kekuasaan tertinggi dalam firma adalah para sekutu semuanya, dalam hal
memutuskan segala permasalahan dan persoalan –persoalan baik yang
menyangkut hubungan internal maupun eksternal. Dalam firma tanggung jawab
pribadi untuk keseluruhan artinya para sekutu bertanggung jawab sampai harta
kekayaan yang ada dalam firma.
Berakhirnya persekutuan firma :
1. Lampaunya waktu;
2. Telah tercapai tujuan;
3. Adanya kehendak dari seseorang atau beberapa orang sekutu;
4. Adanya keputusan Pengadilan Negeri atas tuntutan kejaksaan.

B. PERSEKUTUAN KOMANDITER (CV)


Adalah persekutuan firma yang mempunyai satu atau beberapa orang sekutu
secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seharusnya pada satu
pihak atau pihak lain. Persekutuan komanditer mempunyai 2 macam sekutu:
1. Sekutu kerja
Sekutu yang menjadi pengurus persekutuan
2. Sekutu tidak kerja
Sekutu yang tidak mengurus persekutuan

C. PERSEROAN TERBATAS (PT)


1. Pendirian Perseroan
Untuk mendirikan perseroan sesuai dengan pasal 7 UUPT ada beberapa
hal yang harus diperhatikan :
a. Didirikan oleh dua orang atau lebih

20
b. Setiap pendiri perseroan wajib mengambil bagian pada salah saham
perseroan didirikan
Pembagian Perseroan Terbatas:
a. PT terbuka (tbk)
Perseroan terbuka adalah perseroan terbatas yang menjual sahamnya
kepada masyarakat memalui pasar modal (go publi).
b. PT tertutup
Perseroan terbatas tertutup adalah perseroan terbatas yang modalnya
berasal dari kalangan tertentu.
c. PT kosong
Perseroan terbatas kosong adalah perseroan terbatas yang sudah tidak
aktif menjalankan usahanya dan hanya tinggal nama saja.
2. Modal dan Saham
Untuk menjalankan usaha faktor modal memegang peranan yang sangat
penting, menurut Pasal 32 UUPT, modal dasar perseroan paling sedikit
50.000.000 (lima puluh juta rupiah). Undang – undang yang mengatur
kegiatan usaha tertentu dapat menentukan jumlah minimum modal
perseroan yang lebih besar daripada ketentuan modal dasar sebagaimana
yang tercantum ini.
Paling sedikit 25 % (dua puluh lima persen) dari modal dasar tersebut
harus ditempatkan dan disetor penuh. Modal yang ditempatkan dan
disetor penuh dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah, artinya bukti
setoran pemegang saham kedalam rekening bank atas nama perseroan,
data dari laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan dan
ditandatangani oleh direksi dan dewan komisaris
3. Organ Perusahaan
a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) kewenangan ini tidak
dapat diberikan kepada direksi atau komisaris dalam hal:
1. Mengangkat dan memberhentikan anggota direksi dan Komisaris;
2. Menyetujui penggabungan, peleburan, pengambilahlihan, atau
pemisahan;
3. Menyetujui pengajuan permohonan agar perseroan dinyatakan
pailit;
4. Menyetujui perpanjangan jangka waktu berdirinya perseroan;
5. Mengubah anggaran dasar
6. Membubarkan perseroan;
7. Mengumumkan pembagian laba (deviden)
b. Direksi
Direksi ditugaskan dan oleh karena itu berwenang:
1. Mengatur dan menyelenggarakan kegiatan – kegiatan usaha
perseroan;
21
2. Mengelola kekayaan Perseroan;
3. Mewakili Perseroan didalam dan diluar pengadilan
c. Komisaris
Tugas utama Dewan Komisaris adalah melakukan pengawasan atas
kebijakan pengurusan yang dilakukan Direksi demi kepentingan
Perseroan.
4. Good Corporate
Dalam Undang –undang No. 40 Tahun 2007 terlihat banyak mengalami
perubahan dari undang –undang sebelumnya dalam penyelenggaraan
perseroan, hal ini terlihat begitu seriusnya peerintah dalam menjalankan
penyelenggaraan melakukan usaha diindonesia.
5. Coorporate Social Responsobility (CSR)
Adalah komitmen perusahaan atau dunia usaha untuk berkontribusi
dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan
memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan
pada keseimbangan abtara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial dan
lingkungan. Dalam arti sempit pelaksanaan CSR telah berjalan sejak
dahulu yang dikenal dengan community development.
6. Pembubaran, Likuidasi dan Berakhirnya perseroan
Masa berakhirnya perseroan secara umum bisa saja berakhir, hal ini
diatur daklam pasal 142 sampai 152;
a. Berdasarkan keputusan RUPS
b. Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran
dasar telah berakhir;
c. Berdasarkan penetapan keadilan;
d. Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan peradilan niaga
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit, perseroan
tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan.
Pengadilan negeri dapat membubarkan pererian atas:
a. Permohonan kejaksaaan berdasarkan alasan perseroan melanggar
kepentingan umum atau perseroan melakukan perbuatan yang
melanggar peraturan perundang –undangan
b. Permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya
cacat hukum akta pendirian
c. Permohonan pemegang saham , Direksi atau dewan Komisaris
berdasarkan alasan perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan.

22
LEMBAR KERJA PRAKTEK MAHASISWA

Nama : .................................................................... NILAI


Nim : ....................................................................
Tanggal : ....................................................................

I. TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum, mahasiswa diharapkan mampu mendefinisikan
Badan Usaha
II. ALAT DAN BAHAN
1. Buku Teks Pengantar Hukum Bisnis
2. Lembar Kerja Praktek Mahasiswa (LKPM)
3. Laptop
4. Internet
III. CARA KERJA
1. Bacalah definisi dari Jenis – jenis badan usaha
2. Carilah di internet masing-masingdefinisi dari jenis-jenis badan usaha.
3. Buatlah ke dalam tabel yang tersedia.
IV. ISILAH TABEL DI BAWAH INI
1. Jelaskan definisi dari jenis-jenis cek di bawah ini

JENIS-JENIS
NO BADAN USAHA DEFINISI SKOR

1. Firma (FA)

2. Persekutuan
Komanditer (CV)

3. Perseroan
Terbatas (PT)

2. Jelaskan Tujuan Penggabungan !


.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................

23
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................

24
PERTEMUAN KE 5

1. Capaian Pembelajaran :Setelah mengikuti praktikum, mahasiswa diharapkan


dapat mendefinisikan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)
2. Kemampuan Akhir yang diharapkan : Setelah mengikuti praktikum,
Mahasiswa D III Keuangan diharapkan mampu menjelaskan tentang Hak
Kekayaan Intelektual (HAKI)
3. Pokok Bahasan : Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)
4. Sub Pokok Bahasan :
a. Hak Cipta
b. Paten
c. Merek
d. Disain Industri
e. Rahasia Dagang
f. Lisensi
5. Materi :
HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HAKI)
Adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu bernda yang bersumber dari hasil
kerja otak, hasil kerja rasio atau banyak juga disebut dengan istilah intellectual
property rights.
Ketentuan undang – undang menggunakan istilah Hak Kekayaan Intelektual
sebagai Istilah resmi dalam perundang –undangan Indonesia:
1. Hak milik pemikiran (intelektual) melekat pada pemiliknya bersifat tetap
dan eksekutif
2. Hak yang diperoleh pihak lain atas izin dari pemilik, bersifat sementara.

A. HAK CIPTA
Hak cipta adalah hak eksekutif bagi pencipta maupun penerima hak untuk
mengumukan atau pemperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu
dengan tidak mengurangi pembatasan – pembatasan menurut peraturan perundang
– undangan yang berlaku.
1. Fungsi Sosial dan Sifat Hak Cipta
Penggunaan ciptaan pihak lain tidak dianggap pelanggaran Hak Cipta
apabila untuk :
a. Kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah,
penyusunan laporan, dan sebagainya.
b. Tidak merugukan kepentingan wajar dari pencipta
c. Pembuatan salinan cadangan suatu program komputer oleh pemilik
program untuk digunakan sendiri
2. Karya Cipta Yang Dilindungi
a. Buku, program komputer, plamflet, susunan perwajahan (lay out)
karya tulis, semua hasil karya tulis lainnya

25
b. Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lainnya dengan cara diucapkan
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan
d. Ciptaan lagu atau musik termasuk karawitan dan rekaman suara
e. Drama, tari, koreografi, pewayangan, pantomin
3. Hak Cipta Potret
a. Suatu potret/ foto yang dibuat seizin dari orang yang di potret, jika
akan diperbanyak/ diumumkan oleh pembuat potret sebagai pemegang
hak cipta harus terlebih dahulu mendapat izin dari orang yang di
potret atau ahli warisnya dalam jangka waktu 10 tahun setelah yang
dipotret wafat (Pasal 19 ayat 1)
b. Pemegang hak cipta atas potret tidak boleh memperbanyak /
mengumumkan potret yang dibuat, tanpa persetujuan orang yang di
potret (Pasal 20).
4. Hak Pencipta
Didalam Hak cipta terkandung dua macam hak khusus bagi pencipta
yaitu hak ekonomi (economic right) dan moral (moral right )Economic
right adalah hak untuk mendapatkan manfaat atas ciptaan serta dari
produk hak terkait.
Moral Right , adalah hak untuk hak yang melekat pada diri pencipta
atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan
apapun tanpa alasan apapun, walaupun hak ekonomi pada hak cipta atau
hak terkait telah dialihkan, kecuali dengan persetujuan ahli warisnya
dalam pencita meninggal dunia.
5. Pendaftaran Hak Cipta
a. Pendaftaran hak cipta dilakukan di Kantor Hak Cipta, Direktorat
Jendral Hak Kekayaan Intelektual
b. Pendaftaran hak cipta dalam daftar umum ciptaan tidak mengandung
arti sebagai pengesahan atas isi, arti bentuk dari ciptaan yang
didaftarkan.
Prosedur pendaftaran hak cipta :
1. Permohonan pendaftaran hak cipta diajukan kepada Menteri
Kehakiman melalui Dirjen HAKI dengan surat rangkap dua,
dituliskan dalam bahasa Indonesia diatas kertas folio berganda
2. Dalam surat permohonan tersebut tertera:
a. Nama, kewarganegaraan dan alamat pencipta
b. Nama,kewarganegaraan dan alamat pemegang hak cipta;
c. Nama, kewarganegaraan dan alamat kuasa;
d. Jenis dan judul ciptaan
e. Tanggal dan tempat ciptaan diumumkan untuk pertama kali;
f. Uraian ciptaan rangkap tiga.
3. Surat permohonan hak cipta hanya dapat diajukan untuk satu ciptaan.
26
4. Apabila pemohon adalah suatu badan hukum, maka dalam surat
permohonannya harus dilampirkan turunan resmi akta pendirian badan
hukum tersebut
5. Apabila surat permohonan diajukan oleh seorang kuasa, maka harus
ditandatangani oleh penerima kuasa dengan dilampiri oleh surat
kuasa
6. Kuasa tersebut harus WNI dan bertempat tinggal di Indonesia
(lampirkan tanda bukti)
7. Surat permohonan tanda terima yang berisikan nama pecipta,
pemegang hak cipta, nama kuasa, jenis dan judul ciptaan, tinggal dan
jam surat permohonan diterima, berfungsi sebagai bukti penyerahan
permohonan pendaftaran ciptaan.
8. Apabila ssurat permohonan tidak memenuhi persyaratan makan Dirjen
HAKI atas nama Menteri Kehakiman memberitahukan secara tertulis
kepada pemohon agar melengkapinya dalam jangka waktu 3 bulan
sejak pemberitahuan.
9. Permohonan yang telah memenuhi persyaratan diperika secara
administratif oleh Dirjen HAKI, yang kemudian hasilnya dilaporkan
kepada menteri Kehakiman untuk mendaptkan keputusan.
10. Keputusan menteri Kehakiman diberitahukan kepada pemohon
melalui Dirjen HAKI.

B. PATEN
1. Definisi
Hak paten adalah suatu hak khusus yang eksekutif berupa penemuan
baru yang dapat diterapkan dalam bidangperindustrian, yang diberikan
selama waktu tertentu, untuk melaksanakan sendiri penemuannya
tersebut.Penemuan disini adalah suatu kegiatan pemecahan masalah uang
spesifik dibidang teknologi yang dapat dalam wujud suatu:
a. Proses
b. Hasil produksi
c. Penyempurnaan dan pengembangan poses
d. Penyempurnaan dan pengembangan hasil produksi
2. Prosedur Perolehan Paten
Pemberian Paten pada dasarnya dilandasi oleh motivasi tertentu ,
misalnya untuk melambangkan ilmu pengetahuan dan teknologi . Selain
itu, dimaksudkan untuk :
a. Penghargaan atas suatu hasil karya berupa penemuan baru .
b. Pemberian intensif atas sebuah penemuan dan karya yang inovatif
adanya insentif yang adil dan wajar untuk kegiatan penelitian dan
pengembangan teknologi yang cepat.

27
c. Paten sebagai sumber informasi teknik merupakan salah satu alasan
diberikannya perlindungan Paten atas suatu penemuan tertentu.
3. Permohonan Paten
Permohoanan Paten diajukan dengan membayar biaya kepada direktorat
Jendral, Penetapan mengenai biaya pengajuan Permohonan Paten selalu
memperhatikan keadaan dan keperluan yang mampu mendorong para
penemu untuk megajukan permitaan Paten sebagai penemunya. Di dalam
Pasal 24 ayat (1) dan ayat (2) ditentukan, Permohonan diajukan secara
tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Jendral, dan
permohonan harus memuat :
a. Tanggal bulan, tahun, surat Permohonan
b. Alamat lengkap dan alamat jelas pemohon
c. Nama lengkap dan kewarganegaraan inventor
d. Nama dan alamat lengkap Kuasa apabila Permohonan diajukan
melalui Kuasa;
e. Surat kuasa khusus, dalam hal permohonan untuk dapat diberi Paten
f. Judul invensi
g. Klaim yang terkandung dalam invensi
h. Deksripsi tentang invensi, yang secara lengkap memuat keterangan
tentang tata melaksanakan invensi
i. Gambar yang disebutkan dalam dekskripsi yang diperlukan untuk
memperjelas invensi, dan
j. Abstrak invensi

C. MEREK
Merek adalah tanda berupa gambar, nama, kata, huruf –huruf, angka –
angka, susunan warna kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.
1. Merek dagang
Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang
atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dari barang – barang sejenis lainnya.
2. Merek Jasa
Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang
atau beberapa orang secara bersama –sama atau badan hukum untuk
membedakan dari jasa –jasa sejenis yang lain
3. Merek Kolektif
Merek yang digunakan pada barang atau jasa dengan karakteristik yang
sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum
secara bersama –sama untuk membedakan dengan barang atau jasa
lainnya.

28
D. DESAIN INDUSTRI
Desain industri adalah bagian dari Hak Kekayaan Intelektual.
Pemegang desain industri yaitu ;
1. Yang hak memperoleh hak desain industri adalah pendesain atau yang
menerima hak tersebut dari pendisain
2. Dalam hal perndisain terdiri atas beberapa orang secara bersama –sama,
hak desain industri diberikan kepada mereka secara bersama kecuali jika
diperjanjikan lain.
3. Jika desain industri dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain
dalam lingkungan pekerjaannnya atau berdasarkan pesanan maka yang
menjadi pemegang hak adalah pihak dalam hubungan dinas tersebut
kecuali diperjanjikan lain.
E. RAHASIA DAGANG
Rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum
dibidang teknologi dan / atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna
dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang.
Jika dicermati unsur –unsur yang bermaktub dalam rahasia dagang yakni ;
1. merupakan informasi yang tidak diketahui umum
2. informasi itu meliputi bidang teknologi atau bisnis
3. mempunyai nilai ekonomis yang berguna dalam kegiatan usaha
4. dijaga kerahasiaannya oleh pemiliknya
F. LISENSI
Lisensi dapat diartikan izin yang diberikan oleh pemilik merek terdaftar
kepada pihak lain melaui suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak untuk
mengguanakan merek tersebut, baik untuk seluruh yang didaftarkan dalam waktu
dan syarat tertentu.
Dalam pemberian lisensi diberikan perlindungan hukum kepada yang
beritikad baik;
1. Penerima lisensi yang beritikad baik, tetapi kemudian merek itu
dibatalkan atas dasar adanya persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan merek lain yang terdaftar
2. Penerima lisensi sebagaimana dimaksud tidak lagi wajib meneruskan
pembayaran royaliti kepada pemberi lisensi yang dibatalkan
3. Dalam hal pemberi lisensi sudah terlebih dahulu menerima royaliti secara
sekaligus dari penerima lisensi, pemberi lisensi tersebut wajib
menyerahkan bagian dari royaliti yang diterimanya kepada peilik merek
yang tidak dibatalkan, yang bersarnya sebanding dengan sisa jangka
perjanjian lisensi.

29
LEMBAR KERJA PRAKTEK MAHASISWA

Nama : .................................................................... NILAI


Nim : ....................................................................
Tanggal : ....................................................................

I. TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum, mahasiswa dapat mendefinisikan pengertian Hak
Kekayaan Intelektual (HAKI)
II. ALAT DAN BAHAN
1. Buku Teks Pengantar Hukum Bisnis
2. Lembar Kerja Praktek Mahasiswa (LKPM)
3. Laptop
4. Internet
III. CARA KERJA
1. Bacalah definisi dari Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)
2. Carilah di internet Definisi dari masing –masing jenis –jenis Hak Kekayaan
Intelektual (HAKI)Buatlah ke dalam tabel yang tersedia.
IV. ISILAH TABEL DI BAWAH INI
1. Jelaskan definisi dari Analisis Kredit 5C.

JENIS-JENIS
NO HAKI DEFINISI SKOR

1. Hak Cipta

2. Paten

3. Merek

4. Desain Industri

5. Rahasia dagang

6. Lisensi

30
2. Jelaskan definisi dari jenis – jenis merek

JENIS-JENIS
NO MEREK DEFINISI SKOR

1. Merek Dagang

2. Merek Jasa

3. Merek Kolektif

3. Apa yang dimaksud dengan Lisensi?


....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
..............................................................................................................................

31
PERTEMUAN KE 6

1. Capaian Pembelajaran :Setelah mengikuti praktikum, mahasiswa dapat


mendefinisikan Waralaba
2. Kemampuan Akhir yang diharapkan : Setelah mengikuti praktikum,
Mahasiswa D III Keuangan diharapkan mampu menjelaskan tentang Waralaba
3. Pokok Bahasan :Waralaba
4. Sub Pokok Bahasan :
a. Pengertian Waralaba
b. Aspek Bisnis
c. Keagenan
d. Distrbutor
5. Materi :
WARALABA
A. PENGERTIAN WARALABA
Franchising adalah sistem pemasaran barang dan atau jasa dan atau
teknologi, yang didasarkan pada kerjasama tertutup dan terus menerus antara
pelaku –pelaku independen (maksudnya franchisor dan individual franchisee)
dan terpisah dengan bail secara legal (hukum) dan keuangan, dimana frinchisor
memberika hak kepada para individual frinchisee, dan membebankan kewajiban
untuk melaksanakan bisnisnya sesuai dengan konsep dari franchisor.
Franchise adalah hak istimewa untuk menggunakan ama atau untuk menjual
produk / jasa layanan. Hak itu diberikan oleh pengusaha pabrik atau penyedia
pada penjual eceran untuk menggunakan berbagai produk dan anam dengan
berdasarkan syrat –syarat yang telah disetujui bersama (dalam hubungan yang
saling menguntungkan)
Frinchise adalah lisensi dari pemilik merek dagang atau nama dagang yang
mengijinkan orang lain untuk menjual produk atau jasa layanan dibawah nama
atau erek tersebut.

B. ASPEK BISNIS WARALABA


Apabila kita meninjau waralaba dari aspek bisnis maka kita dihadapkan
pada kata untung dan rugi. Hal – hal dibawah ini merupakan keuntungan dan
kerugian didalam bisnis yang berbentuk waralaba
Keuntungan dari frinchise:
1. Merek yang terkenal
2. Strandar kualitas srta keseragaman dari produk dan service;
3. Resep khusus dalam pemasaran , dan pencatatan;
4. Saran pemilihan lokasi, desain outlet , pemasaran, dan permodalan
5. Kerangka bisnis
6. Metode dan prosedur operasi untuk membuat serta menjual produk
7. Sudah dikenal

32
8. Menerima informasi yang berguan seperti kompetisi, kebutuhan produk
kebiasaan masyarakat.
9. Sumber pengadaan barang dan jasa
10. Pelatihan dari orang yang sudah profesional
11. Bantuan keuangan
Kerugian – kerugian dari Franchisee :
1. Penekanan kontrol
2. Franchisee fee
3. Sukar menilai kualitas franchisor;
4. Kontrak yang membatasi
5. Tingkat ketergantungan pada franchisor tinggi
6. Kebijakan – kebijakan franchisor
7. Reputasi dan citra merek turun
Jenis –jenis Franchise
1. Product franchise; Produsen menggunakan product franchise untuk
mengatur bagaimaan cara pedagang eceran menjual produk yang
diahasilkan oleh produsen.
2. Manufacturing Franchise; jenis ini memberikan hak pada suatu badan
usaha membuat suatu produk dan menjualnya pada masyarakat dengan
menggunakan merek dagang dan merek Franchsor.
3. Bussiness Oportunity Ventures; Bentuk ini secara khusus mengharuskan
pemilik bisnis untuk membeli dan mendistribusikan produk –produk dari
suatu perusahaan tertentu
4. Business Format Franchising; Perusahaan menyediakan suatu metode
yang telah terbukti dalam mengoperasikan bisnis lagi pemilik bisnis
dengan menggunakan nama dan merek dagang dari perusahaan.
5. Umumya perusahaan menyediakan sejumlah bantuan tertentu bagi
pemilik bisis memulai dan mengatur perusahaan.

C. KEAGENAN
Fungsi agen adalah perantara yang menjual barang / jasa untuk atas nama
principal.

D. DISTRIBUTOR
Distributor memilik karakteristik sebaai berikut:
1. Menjual dan membeli barang atas nama sendiri dan mendapatkan
kompensasi berdasarkan “mark up”
2. Menanggung resiko ekonomi atas penjualan
3. Biasanya berbentu ware house dan secara langsung mendistribusikan
barang
4. Pihak independen tapi mempunyai ikatan dan supplier.

33
LEMBAR KERJA PRAKTEK MAHASISWA

Nama : .................................................................... NILAI


Nim : ....................................................................
Tanggal : ....................................................................

I. TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum, mahasiswa dapat mendefinisikan Waralaba
II. ALAT DAN BAHAN
1. Buku Teks Pengantar Hukum Bisnis
2. Lembar Kerja Praktek Mahasiswa (LKPM)
3. Laptop
4. Internet
III. CARA KERJA
1. Bacalah definisi dari Waralaba
2. Carilah di internet definisi waralaba
3. Buatlah ke dalam tabel yang tersedia.
IV. ISILAH TABEL DI BAWAH INI
1. Carilah Keuntungan dan kerugian dari Frinchise.

Keuntungan Frinchise Kerugian Frinchise

SKOR

34
2. Carilah definisi jenis – jenis Frinchisee pada tabel di bawah ini.

JENIS – JENIS
NO FRINCHISE DEFINISI SKOR

1. Product Franchise

2. Manufacturing
Franchise

3. Business Opportunity
Ventures

4. Business Format
Franchising

35
PERTEMUAN KE 7

6. Capaian Pembelajaran :Setelah mengikuti praktikum, mahasiswa diharapkan


mampu memahami arti dari perlindungan konsumen
7. Kemampuan Akhir yang diharapkan :Setelah mengikuti praktikum,
mahasiswa D III Keuangan diharapkan mampu menjelaskan tentang penegrtian
perlindungan konsumen.
8. Pokok Bahasan : Perlindungan Konsumen
9. Sub Pokok Bahasan :
e. Konsumen
f. Pelalu Usaha
g. Pengawas Persaingan Usaha
h. Keunggulan Kompetitif

5. Materi

A. KONSUMEN
Bisnis identik dengan adanya costumer , hal ini adalah bagian dari
interaksi dalam menjalankan kegiatan perekonomian atau bisnis dan biasanya
disebut dengan konsumen, yaitu penikmat dari produk yang dihasilkan oleh
pebisnis atau pelaku usaha.
Setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluaraga, orang lain, maupun
makhluk lain, dan tidak untuk diperdagangkan. Dasar hukum dari perlindungan
konsumen Undang-undang No. 8 Tahun 1999.
Dalam undang-undang perlindungan konsumen dijelaskan bahwa
pengertian konsumen dapat dibagi 3 bagian :
1. Konsumen dalam arti umum yaitu pemakai, pengguna dan atau
pemanfaatan barang dan atau jasa untuk tujuan tertentu.
2. Konsumen antara, yaitu pemakai, pengguna dan atau pemanfaatan barang
dan atau jasa untuk diproduksi menjadi barang atau jasa lain atau untuk
memperdagangkannya, dengan tujuan komersial. Konsumen ini sama
dengan pelaku usaha.
3. Konsumen akhir, yaitu pemakai, pengguna,dan artau pemanfaat barang
dan atau jasa konsumen untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga
atau rumah tangga tidak untuk diperdagangkan kembali.
Tujuan perlindungan konsumen :
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkan
dari ekses negatif pemakaian barang atau jasa.
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan
menuntut hak-hak sebagai konsumen
36
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterlibatan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi.
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab
dalam berusaha
6. Menigkatkan kualitas barang dan atau jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan atau jasa kesehatan, kenyamanan, keamanan
dan keselamatan konsumen.

B. PELAKU USAHA
Dapat dikatakan pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau bdan
usaha yang berbentuk badan hukum maupun bukan bdan hukum yang didirikan
dan berkedudukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik
sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan
usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya
2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur tentang kondisi dan
penggunaan barang dan jasa
3. Memberlakukan dan melayani konsumen secara benar, jujur dan tidak
diskriminatif
4. Menjamin mutu barang/jasa sesuai standar mutu yang berlaku
5. Memberi kesempatan yang masuk akal kepada konsumen dalam
hubungannya dengan penggunaan barang/jasa
6. Membrikan ganti rugi manakala terjasdi kerugian bagi konsumen dalam
hubungan dengan penggunaan barang/jasa.
7. Memberikan ganti rugi manakala terjadi kerugian bagi konsumen jika
ternyata barang/jasa tidak sesuai dengan yang diperjanjikan
8. Menyediakan sukuncadang dan atau fasilitas purna jual oleh produsen
minimal untuk jangka waktu 1 tahun
9. Memberikan jaminan atau garansi atau barang yang diproduksikannya.
Ada kewajiban, maka ada pula hak dari para pelaku usaha atas bisnis yang
dijanjikannya :
1. Menerima pembayaran sesuai kesepakatan
2. Mendapatkan perlindungan hukum dari perlakuan konsumen yang tidak
beritikad baik
3. Melakukan pembelaan diri sepatutnya dalam penyesalan sengketa
konsumen.
4. Merehabilitasi nama baik apabila ternyata dalam penyelesaian sengketa
dengan konsumen, ternyata kerugian konsumen bukan disebabkan oleh
barang dari pelaku usaha tersebut
37
5. Hak-hak lain yang diatur dalam berbagai perundangan-undangan.
Pelaku usaha yang terpenting dalam melakukan kegiatan usahanya
dilarang membeda-bedakn konsumen dalam memebrikan pelayanan. Pelaku
udaha dilarang membeda-bedakan mutu pelayanan kepada konsumen.
Disamping itu pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang
rusak, cacat, atau bekas, dan tercemar tanpa memebrikan informasi secara
lengkap dan benar atas barang yang dimaksud.
Pelaku usaha juga dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan
yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan
informasi secara lengkap dan benar.

C. PENGAWAS PERSAINGAN USAHA


Guna menjalankan kegiatan bisnis yang baik dan santun serta beretika
bisnis yang baik, perlu suatu perangkat untuk mengawasinya maka berdasrkan
hal tersebut pemerintah membuat perangakat peraturan sebagai payung hukum
atas kegiatan usaha itu, maka dibuatlah undang-undang No. 5 tahun 1999
tentang, Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Tujuan
dibuatnya undang-undang No. 5 tahun 1999 adalah :
1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional
sebagai slaah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
2. Mewujudakan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan
usaha sehat sehingga menjamin adanya kepastian, kesempatan berusaha
yang sama bagi pelaku udaha besar, baik pelaku udaha menengah maupun
pelaku usaha kecil.
3. Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelakuk usaha
4. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
Dalam menjalankan kegiatannya agar para pelaku usaha tidak melanggar
etika dalam berbisnis, pemerintah menindaklanjuti dari undag-undang No.
5 tahun 1999. Pemerintah menerbitkan Peraturan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha, yaitu Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 2006.
Tugas Komisi Pengawas Persaingan Usaha :
1. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
2. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku
usaha tidak sehat
3. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidaknya penyalahgunaan posisi
dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat
4. Mengambil tindakan sesuai dengan wewnang komisi
5. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah yang
berkaitan dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
38
6. Menyusun pedoman dan atas publikasi yang berkaitan dengan unda-
undang ini
7. Memebrikan laproan secara berkala atas hasil kerja komisi
8. Memebrikan laporan secara berkala atas hasil kerja komisi kepada
Presiden dan DPR.
Wewenang Komisi Pengawas Persaingan Usaha:
1. Menerima laporan dari masyarakat dan atau pelaku usaha tentang dugaan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
2. Melakukan penelitian
3. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan
4. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan
5. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran
6. Memanggil dan menghadirkan saksi, sksi ahli dan setiap orang yang
sianggap mengetahui pelanggran terhadap ketentuan nilai
7. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi
ahli.
8. Meminta keterangan dari instansi Pemerintah
9. Mendapatkn, meneliti dan atau menilai surat , dokumen atau alat bukti lain
10. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidaknya kerugian di pihak pelaku
usaha lain atau masyarakat
11. Memberitahukan pututsan
12. Menjatuhkan sanksi administrative kepada terlapor.
Adanya jaminan kepastian hukum berdasarkan undang-undang No. 5
tahun 1999 diharapkan dapat mencegah praktek-praktek monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat, sehingga terciptanya suatu kegiatan ekonomi yang sehat dan
dapat dinikmati semua pelaku usaha.
Diharapkan dengan terciptanya persaingan usaha yang sehat akan
memberikan daya tarik kepada para penanam modal untuk menanamkan
investasinya di Indonesia. Dengan adanya investasi maka diharapkan akan dapat
terbuka lapangan pekerjaan baru sehingga akan menekan angka pengangguran di
Indonesia.
Dampak positif lain dari undah-undang No. 5 tahun 1999., adlaah
terciptanya pasar yang tidak terdistorsi sehingga menciptakan peluang usaha yang
semakin besar bagi pelaku usaha. Keadaan ini akan memamkasa para pelaku
usaha untuk lebih inovatif dalam mengahilkan barang dan jasa mereka, dan yang
terpenting akan memberikan keuntungan bagi konsumen dalam bentuk produk
yang lebih baik dan bertanggung jawab atas hasil produk yang dihasilkannya.

D. KEUNGGULAN KOMPETITIF
Keunggulan kompetitif adalah kemampuan perusahan untuk
memformulasi strategi pencapaian peluang profit melalui maksimilasi penerimaan
dari investasi yang dilakukan.
39
Dalam perkembangan bisnis yang mengglobal ini perlu strategi yang
matang untuk tetap bertahan, ada dua prinsip pokok untuk meraih keunggulan
kompetitif :
1. Sudut Pandang nilai Pelanggan
keunggulan akan terjadi apabila tedapat padnaman pelanggan, bahwa
mereka memeproleh nilai tertentu dari transaksi ekonomi dengan
perusahaan tsb. Untuk itu syaratnya adalah semua karyawan perusahaan
harus focus pada kebutuhan dan harapan pelanggan.
2. Sudut Keunikan
Keunikan dicirikan pada barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahan.
Dikatakan unik karena produk yang dihasilkan sulit untuk ditiru oleh
pesaing.
Disamping mempunyai keunggulan yang kompetitif, perusahaan atau dan
pengusaha harus mempunyai keyakinan agar tetap berkelanjutan. Era globalisasii
yang tengah bergulir di berbagai dimensi kehidupan, tidak terkecuali semua sector
tidak dapat dipungkiri, hal ini membawa pengaruh yang cukup signifikan pada
tingkat persaingan bisnis. Secara relitas cakupan persaingan tidak hanya semata-
mata pada tingkat local, wilayah dan nasional tetapi sduah menjalar samapi ke
internasional. Pertanyaannya, bagaimana nasib perusahaan yang tidak siap ?
Untuk itu ada upaya-upaya yang harus dilakukan oleh para pengusaha atau
perusahaan, antara lain :
1. Upaya-upaya memaksimumkan daya saing persuahaan, tentu melalui
perbaikan yang terencana & berkelanjutan terhadap proses produk, jasa
sumber daya manusia, dan lingkungan
2. Dukungan kemudahan-kemudahan dalam kegiatan penguatan (kredit),
penelitian, teknologi dan pengembangan sumber daya manusia, serta
perluasan jaringan pasar internasional.
3. Tentu semua itu perlu mendapat dukungan dari keinginan bukan hanya
sekedar retorika politik.

40
LEMBAR KERJA PRAKTEK MAHASISWA

Nama : .................................................................... NILAI


Nim : ....................................................................
Tanggal : ....................................................................

V. TUJUAN
mahasiswa D III Keuangan diharapkan mampu menjelaskan tentang
pengertian perlindungan konsumen.

VI. ALAT DAN BAHAN


1. Buku Teks Pengantar Hukum Bisnis
2. Lembar Kerja Praktek Mahasiswa (LKPM)
3. Laptop
4. Internet

VII. CARA KERJA


1. Carilah definisi dari perlindungan konsumen.
2. Carilah di internet definisi dari perlindungan konsumen
3. Isilah di titik-titik yang tersedia

IV. ISILAH TITIK-TITIK DIBAWAH INI


1. Jelaskanlah :
a. Konsumen
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
............................................................................................................

b. Pelaku usaha
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
41
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
.............................................................................................................

c. Pengawas Persaingan Usaha


..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
.............................................................................................................

d. Keunggulan Kompetitif
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
............................................................................................................

42
2. Sebutkan Tujuan dibuatnya Undang-undang No. 5 tahun 1999 !
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
.............................................................................................................

3. Sebutkan Tugas-tugas dari komisi pengawas Persaingan Usaha !


..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................

43
PERTEMUAN KE 8

1. Capaian Pembelajaran :Setelah mengikuti praktikum, mahasiswa


diharapkan mampu memahami arti dari Kepailitan
2. Kemampuan Akhir yang diharapkan :Setelah mengikuti praktikum,
mahasiswa D III Keuangan diharapkan mampu menjelaskan tentang pengertian
kepailitan.
3. Pokok Bahasan : Kepailitan
4. Sub Pokok Bahasan :
a. Pailit
b. Pengajuan Permohonan Pailit
c. Kurator
d. Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
e. Perdamaian

5. Materi

A. PAILIT
Pailit merupakan suatu keadaan dimana debitur tidak mampu untuk
melakukan pembayaran-pembayaran terhadap utang-utang dari para kreditornya.
Keadaan tidak mampu membayar lazimnya disebabkan karena kesulitan kondisi
keuangan dari usaha debitur yang telah mengalami kemunduran.
Sedangkan kepailitan menurut undang-undang No. 37 tahun 2004 adalah
sita umum atas semua kekayaan Debitur pailit yang pengurusannya dan
pemebresannya dilakukan oleh Kurator dibawah pengawasan Hakim pengawas
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Kpailitan menurut undang-undang
No. 37 tahun 2004 adalah sita uum atas semua kekayaan Debitur Pailit yang
pengurusannya dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator dibawah pengawasan
Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Dalam struktur proses acara perdata, kepailitan termasuk dalam kategori
bentuk permohonan, yaitu permohonan kepailitan yang diajukan oleh debitur
maupun oleh kreditur yang bertujuan untuk memperoleh pernyataan pailit oleh
Pengadilan yang sifatnya konstitutif baik bagi debitur maupun bagi kreditur, yaitu
suatu putusan yang menyatakan seseorang atau badan usaha dalam keadaan Pailit.
Sifat pemeriksaan perkara Kepailitan adalah singkat dan sederhana, yaitu
para debitur cukup membuktikan bahwa debitur memenuhi syarat-syarat untuk
dinyatakan pailit sebagaiman syarat yang ditentukan dalam pasal2 UU No. 37
tahun 2004 secara sederhana dalam persidangan. Sehingga tidak diperlukan acara
jawab menjawab seperti replik dan duplik sebagaimana yang biasa dilakukan
dalam persidangan acara perdata biasa. Proses persidangan dilakukan secara
singkat dan Pengadilan Niaga harus segera mengabulkan permohonan pailit
apabila syarat terpenuhi.

44
Akibat terjadinya pailit :
1. Harta debitur pailit dalam sita umum
2. Debitur kehilangan haknya untuk menguasi atau mengurus kekayaan harta
pailit
3. Semua perikartan debitur setelah pailit tidak dapat dibayar dari harta pailit
4. Tuntutan terhdap harta pailit diajuka ke kurator
5. Seluruh perkara yang sedang berjalan ditangguhkan
6. Gugatan perdata terhadap harta debitur gugur
7. Sita terhdap debitur diangkat
8. PHK dapat dilakukan.

B. PENGAJUAN PERMOHONAN PAILIT


Pengajuan permohonan pernyataan pailit dapat diajukan kepada
pengadilan melalui paintera, sebagaimana telah diatur yaitu :
1. Permohonan pernyataan pailit diajukan kepada ketua pengadilan
2. Panitera mendaftarkan permohonan pernyataan pailit pada tanggal tanda
terima tertulis yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dengan
tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran
3. Panitera wajib menolak pendaftaran permohonan pernyataan pailit bagi
institusi sebagimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3), ayat (4), ayat (5)
jika dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan dalam ayat-ayat tersebut.
4. Panitera menyampaikan permohonan penyataan pailit kepada Ketua
Pengadilan paling lambat 2 (dua) hari setelah tanggal permohonan
didaftarkan
5. Dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari setelah tanggal
permohonan pernyataan pailit didaftarkan, pengadilan mempelajari
permohonan dan menetapkan hari sidang
6. Siding pemeriksaan atas permohonan pernyataan pailit diselenggarakan
dalam jangka waktu paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah tanggal
permohonan didaftarkan.
7. Atas permohonan Debitur dan berdasarkan alasan yang cukup, pengadilan
dapat menunda penyelenggaraan siding sebagaimana dimaksud dalam ayat
(5) sampai dengan paling lambat 25 (dua puluh lima) hari setelah tanggal
permohonan didaftarkan.
8. Pengadilan memanggil para pihak baik debitur dan kreditur. Pemanggilan
dilakukan oleh di Juru Sita paling lambat 7 hari sebelum siding
pemeriksaan pertama diselenggarakan
9. Permohonan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan
yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 terpenuhi.

45
10. Putusan pengadilan atas permohonan pernyataan pailit harus diucapkan
paling lambat 60 hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit di
daftarkan.
11. Salinan putusan pengadilan wajib disampaikan oleh Juru Sita dengan surat
kilat tercatat kepada debitur, pihak yang mengajukan permohonan
pernyataan pailit, Kurator dan Hakim pengawas paling lambat 3 hari
setelah tanggal putusan atas permohonan pernyataan pailit di ucapkan.
Putusan pailit oleh pengadilan tidak mengakibatkan debitor kehilangan
kecakapanya untuk melakukan perbuatan hukum (volkomenhandelingsbevoegd)
pada umumnya, tetapi hanya kehilangan kekuasaan atau kewenangannya untuk
mengurus dan mengalihkan harta kekayaannya saja. Dengan demikian, debitor
tetap dapat melakukan perbuatan hukum berupa misalnya menikah, atau membuat
perjanjian kawan atau menerima hibah, atau bertindak menjadi kuasa atau
mewakili pihak lain, dan lain sebagainya.
Dengan kata lain, akibat kepaailitan hanyalah terhadap harta kekayaan
debitor. Debitor tidaklah berada dibawah pengampuanan. Debitor tidaklah
kehilangan kemampuannya untuk melakukan perbuatan hukum yang menyangkut
dirirnya, kecuali apabila perbuatan hukum itu menyangkut pengurusan dan
pengalihan harta bendanya yang telah ada. Tindakan pengurusan dan pengalihan
harta bendannya berada pada Kurator. Apabila menyangkut harta benda yang akan
diperolehnya, Debitor tetap dapat melakukan perbuatan hukum menerima harta
beenda yang akan diperolehnya itu, namu harta yang diperolehnya itu kemudian
menjadi bagian dari harta pailit.

C. KURATOR
Siapa yang dimaksud dengan kurator? Adapun yang dimaksud sebagai
curator adalah Balai Harta Peninggalan atau orang atau Persekutuan Perdata yang
memiliki keahlian khusus dan terdaftar di departemen Kehakiman dan HAM
Republik Indonesia, serta diangkat berdasarkan pututsan pengadilan (pada putusan
pernyataan pailit) untuk melakukan pengurusan dan pembersihan atas budel pailit
(Pasal 69, 70 jo 15 ayat (1) UU No. 37 Tahun 2004).
Tugas curator dalam menjalankan perkara kepailitan setelah mendapat
penetapan dari pengadilan adalah :
1. Mengambil alih hak debitur pailit dalam mengatur dan atau melikuidasi
debitur pailit dan pemberesan harta pailit
2. Melakukan pengawasan terhadap budel pailit dengan segala cara yang
dianggap perlu dan segera mengambil alih atas seluruh dokumen-
dokumen, uang, perhiasan, saham, dan surat berharga lainnya.
3. Dengan alasan untuk melindungi buydel pailit, maka budel pailit, maka
budel pailit dapat disegel/sita dengan persetujuan Hakim Pengawas
4. Segera melaksanakan inventarisasi atas seluruh budel pailit
5. Dengan persetujuan, dapat melanjutkan usaha debitur pailit
46
6. Bertindak untuk dan atas nama debitur pailit dalam menangani perkara-
perkara yang melibatkan debitur pailit, baik dari kreditur, ataupun dari
debitur dan debitur pailit.
7. Memepuntyai hak (dengan persetujuan Hakim Pengawas) untuk
mendapatakan pinjaman, dalam rangka meningkatkan harta pailit
8. Melaporkan kondisi debitur dan budel pailit dan pelaksanaan tugas dan
kewajibannya sebagai kurator setiap 3 (tiga) bulan.
Kurator bertanggung jawab terhadap kesalahan atau kelalaian dalam
melaksanakan tugas pengurusan dan/atau pemberesan yang menyebabkan
kerugian terhadap harta pailit.
Kurator harus menyampaikan laporan kepada Hakim pengawas mengenai
keadaan harta pailit dan pelaksanaan tugasnya setiap 3 (tiga bulan). Laporan
dimaksud bersifat terbuka untuk umum dan rapat dilihat oleh setiap orang dengan
Cuma-Cuma. Serta hakim pengawas dapat memperpanjang jangka waktu apabila
belum selesai tugasnya.

D. PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG


Debitur yang tidak dapat atau memprkirakan bahwa ia tidak akan dapat
melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih,
dapat memohon penundaan kewajiban pembayaran utang, dengan maksud pada
umumnya untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran
pembayran seluruh atau sebagian utang kepada kreditur.
Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayran Utang (PKPU)
ditandatangani oleh debitur dan oleh penasehat hukumnya disertai dengan daftra
sebgaimana dimaksud dalam Pasal 102 UU No. 37 Tahun 2004 adalh :
1. Uraian tentang harta debitur
2. Pertelaan yang menyatakan sifat dan jumlah utang dan piutang debitur
3. Nama dan tempat tinggal para kreditur
4. Jumlah piutang setriap kreditur
Tata cara Pengajuan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang :
1. Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayran Utangdiajukan kepada
Pengadilan Niaga melalui Panitera
2. Panitera akan mendaftar permohonan PKPU pada tanggal permohonan yang
bersangkutan diajukan, dan kepada permohonan diberikan tanda terima
tertulis yang ditandatangani Panitera dengan tanggal yang sama dengan
tanggal Pendaftaran
3. Panitera menyampaikan permohonan PKPU kepada ketua Pengadilan
Negeri dalamjangka waktu paling lambat 24 jam terhitung sejak tanggal
permohonan dan menetapkan hari sidang
4. Pengadilan harus segera mengabulkan penundaan sementara kewajiban
pembayran utang dan harus menunjuk seorang hakim pengawas dari hakim

47
pengadilan serta mengangkat satu atau lebih pengurus yang bersama dengan
debitur menguras harta debitur.
Dalam pelaksanaan penundaan kewajiban pembayaran utang diperlukan
adanya pengurus dan pengawas. Pengurus yang diangkat harus independen dan
tidak memiliki benturan kepentingan dengan debitur atau kreditur.
Pengurus wajib segera mengumumkan putusan penundaan sementara
kewajiban pembayaran utang dalam Berita Negara dan dalam satu atau lebih surat
kabar harian yang ditunjuk dalam Berita Negara dan dalam satu atau lebih surat
kabar harian yang ditunjuk oleh Hakim Pengawas. Pengumuman itu juga harus
memuat undangan untuk hadir pada persidangan yang merupakan rapat
permusyawaratan hakim, berikut tanggal, dan tempatdan waktu siding tersebut,
nama hakim pengawas dan nama serta alamat pengurus.
Debitur pada waktu pengajuan permohonan PKPU atau sesuah itu berhak
untuk menawarkan suatu perdamaian kepada mereka yang mempunyai piutang-
piutag yang terhadapnya diberikan PKPU. Apabila pengadilan menolak
mengesahkan perdamaina, maka dalam putusan yang sama pengadilan wajib
menyatakan debitur pailit. Putusan pengadilan tersebut harus diumumkan dalam
Berita Negara dan dalam satu atau lebih surat kabar harian yang ditunjuk oleh
hakim.
Putusan perdamaian yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap,
sepanjang menyangkut piutang yang tidak dibantah oleh debitur, merupakan suatu
alas hak yang dapat dijalankan terhadap debitur dan mereka yang telah mengikat
diri sebagai penanggung perdamaian.

E. PERDAMAIAN
Perdamaian adalah salah satu cara untuk mengakihir kepailita. Perdamaian
dapat digunakan sebagai alat untuk memaksa dilakukannya “restrukturisasi utang”
karena diluar kepailitan, kreditur (konkuren) tidak dapat dipaksa untuk menyetujui
perdamaian. Perdamaian didefinisikan sebagai “perjanjian antara debitur dan para
krediturnya dimana klaim dari kreditur disetujui untuk dibayar sebagian atau
seluruhnya”
Konsekuensi Dicapainya perdamaian :
1. Kepailitan berakhir
Dengan adanya perdamaian yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
(homologasi). Maka kepailitan akan berakhir (Pasal 1661 ayat 1 UUK)
Dalam Praktek, alternative perdamaian dilakukan diluar kepailitan
memungkinkan untuk dilakukan.
2. Kedudukan Kreditur Separatis Dlam Perdamaian di Kepailitan
a. Kreditur separatis mempunyai opsi dalam perdamaian, apakah akan
ikut dalam voting atau tidak ikut voting.

48
b. Jika ikut voting, berarti melepaskan haknya selaku kreditur
separatis(Psl. 149). Beralihnya kedudukan kreditur ini berlaku pula
apabila perdamaian tidak tercapai.
c. Pasal 138 UUK memungkinkan kreditur separatis untuk memilah
kedudukan klaimnya. Sebagian sebagai kreditur separatis dan
sebagian lagi sebagai kreditur konkuren, dalam hal asset jaminan
diperkirakan tidak dapat melunasi seluruh tagihan kreditur separatis.
3. Pembatalan Perdamaian
a. Dimungkinkan adanya pembatalan perdamaian sebelum siding
homogolasi, jika ternyata terdapat alasan-alasan yang kuat dari para
kreditur untuk meminta pembatalan perdamaian yang telah disetujui
melalui voting
b. Pembatalan perdamaian dapat diajukan pada siding Majelis hakim
(Psl. 158)
c. Majelis Hakim wajib menolak pengesahan perdamaian jika (Psl. 158
ayat 2)
4. Homogolasi
a. Homogolasi pada dasarnya adalah suatu “Ratifi-cation by the
Commercail Court” atas usulan perdamaian yang telah disetujui oleh
kreditur.
b. Pengadilan dapat menolak memberikan “Pengesahan Perdamaian”
dalam hal (Psl.159):
a. Nilai asset debitur jauh melebihi jumlah yang disetujui dalam
perdamaian
b. Pelaksanaan perdamaian tidak cukup terjamin dan/atau
c. Perdamaian terjadi karena penipuan, pesekongkolan dengan
kreditur atau karena upaya lain yang tidak jujur dan seterusnya.
Dokumen dan data Pendukung Usulan Perdamaian :
1. Penyusunan Asumsi-asumsi keuangan dan operasional sehingga
perusahaan dapat menjasdi “Going Concern”
2. Financial Audit atas laporan Keuangan Perusahaan
3. Valuation (Penilai) dari harta kekayaan dan hutang Perusahaan
4. Data-data pendukung usulan Penyelesain Hutang
5. Projection (Pro Forma) Laporan Keuangan Setelah Perdamaian
6. Cash Flow Perusahaan
7. Penjelasan Perihal Kreditur Separatis
Hasil Perdamaian :
a. Tidak mengikat kreditur separatis
b. Harus dihomologasi oleh Majelis Hakim baru mengikat
c. Sebelum dihomoligasi oleh Majelis hakim, Perdamaian dimungkinkan
untuk diajukan permabatalan (Psl. 157)

49
d. Kepailitan berakhir (Psl. 166 ayat 1) dan tugas Kurator juga berakhir dan
wajib membuat pengumuman (Psl. 166 ayat 2) dan menyampaikan
pertanggung jawaban kepada Debitur di hadapan Hakim Pengawas (Psl.
167 ayat 1).

50
LEMBAR KERJA PRAKTEK MAHASISWA

Nama : .................................................................... NILAI


Nim : ....................................................................
Tanggal : ....................................................................

I. TUJUAN
mahasiswa D III Keuangan diharapkan mampu menjelaskan tentang
pengertian kepailitan.

II. ALAT DAN BAHAN


1. Buku Teks Pengantar Hukum Bisnis
2. Lembar Kerja Praktek Mahasiswa (LKPM)
3. Laptop
4. Internet

III. CARA KERJA


1. Carilah definisi dari kepailitan.
2. Carilah di internet definisi dari kepailitan
3. Isilah di titik-titik yang tersedia

IV. ISILAH TITIK-TITIK DIBAWAH INI


1. Jelaskan alur permohonan pernyataan pailit yang diajukan kepada
pengadilan melalui Panitera !
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
51
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
........................................................ ..................................................
2. Apa saja konsekuensi yang tercapai dari perdamaian? Jelaskan !
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
.......................................................................................................

52
PERTEMUAN KE 9

1. Capaian Pembelajaran :Setelah mengikuti praktikum, mahasiswa diharapkan


mampu memahami arti dari Asuransi
2. Kemampuan Akhir yang diharapkan :Setelah mengikuti praktikum,
mahasiswa D III Keuangan diharapkan mampu menjelaskan tentang pengertian
asuransi.
3. Pokok Bahasan : Asuransi
4. Sub Pokok Bahasan :
a. Definisi
b. Risiko Dalam Asuransi

5. Materi

A. DEFINISI
Asuransi merupakakan suatu perjanjian di mana seorang penanggung
mengikat diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk
memberikan pergantian kepada tertanggung kepada suatu kerugian, kerusakan
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritaya
karena suatu peristiwa yang tidak tertentu. Asuransi di Indonesia diatur
berdasarkan Undang-undang No. 2 Tahun 1992.
Dalam asuransi ada 4 unsur yang harus diperhatikan oleh pelaku usaha :
1. Pihak Tertanggung
2. Pihak Penanggung
3. Peristiwa yang tidak tertentu
4. Kepentingan yang mungkin akan mengalami kerugian
Sedangkan perlunya memeprgunakan atau manfaat adanya asuransi :
1. Memberikan rasa aman dan perlindungan
2. Sebagai tabungan dan sumber pendapat lain
3. Mrupakan alat penyebaran resiko
4. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil
Elemen Yuridis dari suatu asuransi asalah sebagai berikut :
1. Adanya pihak tertanggung
2. Adanya pihak penanggung
3. Adanya kontrak asuransi
4. Adanya kerugian, kerusakan atau kehilangan
5. Adanya peristiwa tertentu yang mungkin akan terjadi
6. Adanya uang premi yang dibayar oleh penanggung kepada tertanggung
Dalam suatu kontrak asuransi, prestasi dari pihak tertanggung adalah
membayar premi, sedangkan prestasi pihak penanggung adalah membayar
sejumlah ganti rugi jika peristiwa tertentu terjadi, misalnya kebakaran kecelakaan.
Biasanya pengajuan klaim asuransi disertai dengan beberapa bukti
pendukung bahawa memang telah terjadi peristiwa yang bersangkutan.
53
B. RISIKO DALAM ASURANSI
Dalam menjalankan bisnis faktor risiko sangat perlu diperhatikan, begitu
juga asuransi.
1. Risiko Murni
Risiko murni (pure risk) adalah suatu kejadian yang masih tidak pasti
bahwa suatu kerugian akan timbul, dimana jika kejadian tersebut terjadi,
maka timbullah kerugian itu. Jika kejadian tersebut tidak terjadi, maka
keadaan sama seperti sedia kala (tidak untung dan tidak rugi). Risiko
murni terdiri dari 3 (tiga) jenis yaitu : risiko perorangan, risiko harta benda
dan risiko tanggung jawab.
2. Risio Spekulasi
Kemungkinan yang muncul adalah keuntungan atau kerugian
3. Risiko Khusus
Risiko yang terbit dari tindakan individu dengan dampak hanya terhadap
seorang tertentu saja. Misalnya risiko berupa kebakaran pada mobil
seorang yang tidak menyebabkan kebakaran pada mobil orang lain
4. Risiko Fundamental
Risiko yang bersumber dari masyarakat umum dan atau yang
mempengaruhi masayrakat luas. Misal, banjir, kebakaran yang menelan
banyak korban.
5. Risiko Statis
Suatu risiko yang tidak berubah dari masa ke masa. Misalnya, risiko dari
banjir, kebaran, gempa bumi tetap saja dari dulu sampai sekarang.
6. Risiko Dinamis
Risiko yang berubah-ubah mengikuti perkembangan jaman. Misalnya,
patah tangan bagi seorang pemain bola dahulu bukan resiko, tetapi
sekarang merupakan risiko yang dapat dijaminkan. Masalah risiko dapat
ditangi dengan jalan sebagai berikut :
a. Menghindari risiko
b. Mengurangi risiko
c. Mempertahankan risiko
d. Membagi risiko
e. Mengalihkan risiko

Asas Kontak Asuransi


Ada beberapa asas yang perlu diperhatikan dalam menjalankan kontrak
asuransi :
1. Asas Idemnity
Jika asuransi kebakaran terhadap suatu rumah dan rumah tersebut terbakar,
maka harga rumah tersebut mesti diganti sebesar yang ditetapkan dalam
kontrak asuransi
54
2. Asas Kepentingan yang dapat diasuransi
Objek yang diasuransi haruslah merupakan suatu kepentingan yang dapat
di asuransikan, yakni kepentingan yang dapat dinilai dengan uang. Sesuai
dengan hukum yang berlaku, maka kepentingan tersebut pada prinsipnya
harus sudah ada pada saat kontrak asuransi ditandatangani.
3. Asas Keterbukaan
Jika ada informasi yang tidak terbuka atau tidak benar pada hal informasi
begitu penting, sehingga seandainya perusahan asuransi mengetahui
sebelumnya, dia tidak akan mau menjaminnya, meskipun tertanggung
dalam keadaan itikas baik, membawa akibat terhadap batalnya kontrak
asuransi tersebut (sesuai ketentuan dalam KUHD).
4. Asas Subrograsi untuk Kepentingan Penanggung
Jika pihaktertanggung memperoleh juga ganti rugi dari pihak ketiga, maka
pada prinsipnya tertanggung tidak boleh mendapat ganti rugi 2 kali,
sehingga ganti rugi dari pihak tersebut akan menjadi haknya pihak
perusahan asuransi.
5. Asas Kontrak Bersyarat
Kontrak bersyarat seperti kontrak asuransi disebut kontrak dengan syarat
tangguh. Artinya jika prestasi pihak tertentu (pihak penanggung)
ditangguhkan terlebih dahulu sebelum peristiwa tersebut terjadi.
6. Asas Kontrak Untung-Untungan
Suatu perbuatan yang hasilnya mengenai untung ruginya baik bagi semua
pihak.

55
LEMBAR KERJA PRAKTEK MAHASISWA

Nama : .................................................................... NILAI


Nim : ....................................................................
Tanggal : ....................................................................

I. TUJUAN
mahasiswa D III Keuangan diharapkan mampu menjelaskan tentang
pengertian asuransi.

II. ALAT DAN BAHAN


1. Buku Teks Pengantar Hukum Bisnis
2. Lembar Kerja Praktek Mahasiswa (LKPM)
3. Laptop
4. Internet

III. CARA KERJA


1. Carilah definisi dari asuransi.
2. Carilah di internet definisi dariasuransi.
3. Isilah di titik-titik yang tersedia

IV. ISILAH TITIK-TITIK DIBAWAH INI


1. Sebutkan dan jelaskan risiko yang terdapat pada asuransi !
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
......................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
56
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
......................................................................................................
2. Apa saja asas yang perlu diperhatikan dalam menjalankan kontrak
asuransi? Jelaskan !
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
.......................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
...........................................................................................................

57
PERTEMUAN KE 10

1. Capaian Pembelajaran :Setelah mengikuti praktikum, mahasiswa diharapkan


mampu memahami arti dari Penanaman modal (Investasi).
2. Kemampuan Akhir yang diharapkan :Setelah mengikuti praktikum,
mahasiswa D III Keuangan diharapkan mampu menjelaskan tentang
pengertianPenanaman modal (Investasi).
3. Pokok Bahasan : Penanaman modal (Investasi).
4. Sub Pokok Bahasan :
a. Keberlanjutan Pembangunan
b. Kebutuhan Investasi di Indonesia
c. Penanaman Modal Asing
d. Kebijakan

5. Materi

A. KEBERLANJUTAN PEMBANGUNAN
Pembangunan harus tetap berjalan, hal ini menyangkut kelangsungan dari
suatu proses berbangsa dan bernegara. Pendanaan yang dilakukan oleh pemerintah
dan pengusaha lokal belum dapat menunjang pembangunan secara keseluruhan,
oleh karena itu diperlukan sumber pendanaan lain untuk kelangsungan roda
pembangunan.
Indonesia sekarang ini masuk dalam kondisi Negara yang sedang
berkembang, sehingga pembangunan masih perlu dan banyak yang harus
dilaksanakan di segala bidang. Sejak terjadinya krisis ekonomi sejak tahun 1998
pembangunan-pembangunan di Indonesia sedikit atau bahkan dapat dikatakan
terganggu, bahkan ada pembangunan sampai sekarang ini belum dapat dijalankan
oleh karena kondisi tersebut. Seperti diketahui kondisi keuangan bangsa belum
pulih sampai saat ini, sehingga banyak pembangunan yang sudah dirancang atau
dijalankan menjadi terbengkalai. Salah satu sumber pendanaan yang diharapkan
untuk melanjutkan pembangunan tersebut adalah dengan cara mengundang
investor asing atau dikenal melalui Penanaman Modal Asing (PMA).
Dewasa ini hamper di semua Negara, Khususnya Negara berkembang
membutuhkan modal asing. Modal asing itu merupakan suatu hal yang semakin
penting bagi pembangunan sautu Negara. Sehingga kehadiran investor asing
nampaknya tidak mungkin dihindari. Yang menjadi permsalahan bahwa kehadiran
investor asing ini sangat dipengaruhi oleh kondisi internal suatu Negara, seperti
stabilitas ekonomi, poitik Negara, penegakan hukum.
Penanaman modal asing menurut Hulman Panjaitan, adalh suatu kegiatan
penanaman modal yang di dalamnya terdapat unsur asing, (foreign element) yang
dapat ditentukan oleh adanya kewarganegaraan yang berdeba, asla modal dan
sebagainya. Dalam penanaman modal asing, modal yang ditanam merupakan

58
modal milik asing maupun modal patungan antara modal milik asing dengan
modal dalam negeri.
Penanaman modal memberikan keuntungan kepada semua pihak tidak
hanya bagi investor saja, tetapi juga bagi perekonomian Negara tempat modal itu
bidang usaha yang memerlukan penanaman modal dengan berbagai praturan.
Selain itu, pemerintah juga menentukan besarnya modal dan perbandingan anatara
modal nasional dan modal asing. Hal ini dilakukan agar penanaman modal
tersebut dapat diarahkan pada suatu tujuan yang hendak dicapai. Bukan hanya itu
seringkali suatu Negara tidak dapat menentukan politik ekonominya secara bebas,
karena adanya pengaruh serta campur tangan dari pemerintah asing.
Diharapkan dari pendanaan tersebut pembangunan akan dapat berjalan
kembali, terutama pembangunan yang memerlukan dana besar dan tekonologi
yang tinggi. Banyak investor atau Negara mau menanamkan modalnya di
Indonesia, tetapi karena banyak hal yang disebabkan oleh kondisi bangsa ini
membuat para investor untuk menunda masuk ke Indonesia sebelum hal-hal yang
dapat mengganggu kelangsungan keberadaan investor dapat teratasi dengan cepat.
Investoir asing dalam melakukan investasinya pada suatu Negara tetap
berpegang teguh pada prinsip bisnis, karena mereka tidak mau melakukan suatu
kegiatan yang sia-sia sifatnya. Indonesia adalah masih merupakan target utama
dalam penanaman modal bagi Negara-negara atau pengusaha-pengusaha asing.
Keuntungan adalah motivasi utama mereka untuk menanamkan modalnya di
Indonesia, dengan didukung modal yang besar dan teknologi yang canggih
merupakan suatu nilai yang sangat besar untuk menanamkan modalnya di
Indonesia.
Menarik investor asing untuk mau menanamkan modalnya pada suatu
Negara, merupakan suatu pekrjaan yang sulit untuk dapat diajalankan. Seperti
diketahui bahwa kasian Asia terutama Asean merupakan tempat yang sangat
potensial bagi Negara-negara di luar kawasan tersebut . Indonesia dan Negara-
negara Asia lainnya juga berlomba-lomba untuk mempromosikan kepada Negara-
negara asing untuk mau menanamkan modalnya di negaranya.
Sehingga untuk menunjang ini bangsa Indonesai tidak main-main dalam
melakukan promosi, bahkan untuk menunjang kegiatan tersebut pemerintah
sampai membuat kebijakan bahwa pada tahun 2003 adalah tahun investasi bagi
Negara asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia, hal ini menandakan
bahwa Indonesia masih membutuhkan pelaksanaan dari investasi asing secara
berkala dan berkelanjutan.

B. KEBUTUHAN INVESTASI DI INDONESIA


Pemerintah Indonesia telah menetapkan Investasi sebagai salah satu
komponen kunci di dalam rencana lima tahun pembangunan ekonomi yang
diharapkan akan mencapai pertumbuhan sebesar 7,6% pada tahun 2009. Dalam
kurun waktu lima tahun (2004-2009) Indonesia memebutuhkan investasi baru
59
senilai US$ 426 miliar, termasuk US$ 150 miliar untuk pembangunan
infrastruktur.
Indonesia menawarkan banyak keunggulan competitive bagi investor,
diantaranya adalah :
1. Pasar Domestik yang sangat besar serta upah tenaga kerja yang kompetitif
yang disebabkan karena perkembangan ekonomi dan jumlah populasi.
2. Kebijakan Makroekonomi yang berorientasi pasar serta rezim nilai tukar
bebas (free foreign exchange regi-me). Partner lokal yang besar yang
berasal dari Usaha Kecil Menengah (lebih dari 42 juta unit UKM)
diseluruh Indonesia.
3. Kekayaan sumber daya alam yang melimpah, antara lain disektor
pertanian, perkembunan, perikanan, pertambangan, minyak dan gas bumi,
serta memiliki tanah yang subur serta Indonesia berada pada lokasi
strategis daintara jalur vital transportasi laut internasional.
4. Dan yang tidak kalah penting adalah pemerintahan yang telah terpilih
secara demokratis memiliki komitmen yang kuat untuk mengembangkan
dan meningkatkan iklim yang kondusif untuk berinvestasi.
Peran investor sangat diharapkan untuk dapat mengembangkan sektor-sektor
berikut ini:
1. Agribisnis
2. Perikanan
3. Industry
4. Infrastruktur
5. Jasa

C. PENANAMAN MODAL ASING


Indonesia masih sangat menarik untuk melakukan kegiatan usaha bagi para
investor asing, inimmungkin disebabkan karena Sumber Daya Alam (SDA) yang
sanagt potensial dan ditunjang oleh jumlah penduduk yang besar dan keramah
tamahan dari penduduk yang menyebabkan target yang paling baikm untuk
pengembangan bisnisnya. Masalah penanaman modal di Indonesia atau di Negara-
negara lain yang memerlukan penanaman modal mungkin dapat ditinjau dari
beberapa aspek yang perlu diperhatikan:
1. Historis
Aspek ini sangat penting untuk diperhatikan, karena para investor asing
akan melihat sejarah dari Negara yang akan ia tanamkan modalnya.
Dengan sejarah ini dapat dilihat potensi Negara tersebut dalam upaya
kehati-hatian agar investasi yang akan ditanamkan tersebut tidak menjadi
sesuatu yang mubazir atau akan menajdi kendala dikemudian hari.
2. Sosial dan Budaya
Tidak dapat dipungkiri bahwa rakyat Indonesia terkenal dengan masyarakat
yang ramah tamah yang tersebar diseluruh nusantara, hal ini juga yang
60
menjadi daya tarik agar para investor mau menanamkan modal di
Indonesia.
3. Ekonomi
Daya beli masyarakat merupakan factor yang mendorong para investor mau
menanamkan modalnya di Indonesia, dengan jumlah masyarakat yang lebih
dari 230 juta merupakan daya tarik tersendiri.
4. Hukum
Aspek lain yang diperhatikan oleh para investor adalah hukum, dengan
hukum yang baik akan menajdi suatu kepastian bagi para investor dalam
menanamkan modalnya disuatu Negara. Indonesia adalah negarahukum,
tetapi belum secara baik masalah hukum diperhatikan bangsa Indonesia.
Apabila hal ini fiperhatikan oleh pemerintah tidak menutup kemungkinan
akan lebih banyak lagi investor mau datang ke Indonesia.
5. Politik
Kondisi ini juga perlu diperhatikan untuk kelangsungan para investor untuk
tetap mau menanmkan modalnya di Indonesia. Politik yang gonjang-
ganjing akan membuat takut para investor untuk datang ke Indonesia.
6. Keamanan
Rasa aman itulah yang didengungkan oleh para investor apabila masuk ke
suatu tempat atau Negara. Rasa aman di Indonesia bagi para investor dan
warga asing pada dekade ini belum dapat dikatakan aman, sehingga agak
sulit untuk meyakini mereka bahwa kondisi keamanan di Indonesia adalah
aman.
Dengan adanya investasi tentu akan menghasilkan keuntungan atau profit
bagi investornya, tapi ada keuntungan lain bagi Negara yang ditanamkan
modalnya antara lain :
1. Menciptakan lowongan kerja bagi penduduk Negara tuang rumah sehingga
mereka dapat meningkatkan penghasilan dan standar hidup mereka
2. Menciptakan kesempatan penanaman modal bagi penduduk Negara tuan
rumah, sehingga mereka dapat berbagi dari pendapatan perusahaan-
perusahaan baru
3. Meningkatkan ekspor dari Negara tuan rumah, mendatangkan penghasilan
tambahan dari luar yang dapat dipergunakan utnuk berbagi keperluan bagi
kepentingan penduduknya
4. Menghasilkan pengalihan pelatihan teknis dan pengetahuan yang
digunakan oleh penduduk mengembangkan perusahaan dan industry lain
5. Memperluas potensi keswasembadaan Negara tuan rumah dengan
memproduksi barang setempat untuk menggantikan barang impor
6. Meghasilkan pendapatan pajak tambahan yang dapat dipergunakan untuk
berbagai keprluan demi kepentingan penduduk Negara tuan rumah
7. Membuat sumber daya Negara tuan rumah baik sumber daya alam maupun
sumber daya manusia agar lebih baik pemanfaatannya daripada semula.
61
Dampak positif penanaman modal asing juga dikemukakan oleh William
A Fennel dan Joseph W Tyler serta Eric M Burt (dalam Huala Adolf):
1. Memeri modal kerja
2. Mendatangkan keahlian, manajerial, ilmu pengetahuan, modal dan koneksi
pasar
3. Meningkatkan pednapatan uang asing melalui aktifitas ekspor oleh
perusahaan multi nasional
4. Penanaman modal tidak melahirkan utang baru
5. Negara penerima tidak merisaukan atau menghadapi risiko ketika suatu
penanaman modal asing yang masuk ke negerinya, ternyata tidak
mendapatkan untung dari modal yang diterimanya
6. Membantu upaya-upaya pembangunan kepada perkenomian Negara-
negara penerima.

D. KEBIJAKAN
Kebijaksanaan pembangunan dan hubungan Internasional Negara yang
sedang berkembang umumnya berkeyakinan bahwa pembangunan ekonominya
akan dapat lebih dikembangan lagi jika memnfaatkan modal asing. Penanaman
modal asing ke Negara yang sedang berkembang pada prinsipnya menganut 4
faset penting yaitu : ekoonomi, politik, hukum dan keamanan. Empat factor
tersebut mempunyai efek langsung terhadap masuknya modal asing ke suatu
Negara. Perhitungan ekonomis kadang-kadang dapat dilakukan namun factor
mekanisme politik, hukum dan keamanan yang tidak dapat diabaikan dan
memegang peranan yang sangat penting dalam efektivitas operasi modal asing
tersebut.
Kebijakan pemerintah sangat dibutuhkan untuk dapat terealisaisnya factor
tersebut, tanpa upaya dari pemerintah untuk menunjang kebijakan tersebut akan
sulit dilaksanakan. Dengan adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah
akan menarik para investor asing untuk mau menanamkan modalnya di Indonesia.
Seperti diketahui bahwa empat factor tersebut merupakan factor yang sangat
penting untuk daapt diperhatikan, oleh karena itu diperlukan suatu kebijakan yang
dapat memayungi para investor untuk menajaga ketentramannya dalam
melakukan kegiatan usaha di Indonesia.
Mengundang investior asing bukan merupakan hal yang mudah, paling
tidak ada sesuatu yang harus ditawarkan kepada mereka sehingga menjadi daya
tarik tersendiri bagi para investor asing. Salah satunya adalah pemberian fasilitas
dalam pelaksanaan ini. Salah satu fasilitas penanaman modal sesuai dengan
undang-undang No. 25 tahun 2007 :
1. Hak Atas Tanah
 Hak Guna Usaha (HGU) selama 95 tahun
 Hak Guna Bangunan (HGB) selama 80 tahun
 Hak Pakai selama 70 tahun
62
2. Fasilitas Imigrasi
 Investor dan tenaga kerja asing
3. Fasilitas Fiskal
 Pengurangan pajak penghasilan
 Keringanan bea masuk atas impor barang moal, mesin atauperalatan
untuk keperluan poduksi.

63
LEMBAR KERJA PRAKTEK MAHASISWA

Nama : .................................................................... NILAI


Nim : ....................................................................
Tanggal : ....................................................................

I. TUJUAN
mahasiswa D III Keuangan diharapkan mampu menjelaskan tentang
pengertian Penanaman modal (Investasi).

II. ALAT DAN BAHAN


1. Buku Teks Pengantar Hukum Bisnis
2. Lembar Kerja Praktek Mahasiswa (LKPM)
3. Laptop
4. Internet

III. CARA KERJA


1. Carilah definisi dari Penanaman modal (Investasi).
2. Carilah di internet definisi dariPenanaman modal (Investasi).
3. Isilah di titik-titik yang tersedia

IV. ISILAH TITIK-TITIK DIBAWAH INI


1. Apa saja aspek yang perlu diperhatikan ketika akan melakukan penanaman
modal dinegara lain? jelaskan!
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
......................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
64
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
........................................................
2. Apa saja dampak positif penanaman modal asing menurut William A
Fennel dan Joseph W Tyler serta Eric M Burt (dalam Huala Adolf) !
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
.................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
.......................................................................................................

65
PERTEMUAN KE 11

1. Capaian Pembelajaran :Setelah mengikuti praktikum, mahasiswa diharapkan


mampu memahami arti dari WTO (World Trade Organization).
2. Kemampuan Akhir yang diharapkan :Setelah mengikuti praktikum,
mahasiswa D III Keuangan diharapkan mampu menjelaskan tentang
pengertianWTO (World Trade Organization).
3. Pokok Bahasan : WTO (World Trade Organization).
4. Sub Pokok Bahasan :
a. Keberadaan WTO
b. Tujuan WTO
c. GATT (General Agreement on Tariffs and Trade)

5. Materi

A. KEBERADAAN WTO
WTO merupakan badan internasional yang mempromosikan liberalisasi
perdagangan dan berkomponen untuk menghasilkan aturan perdagangan
antarnegara. Anggota WTO yang saat ini berjumlah 148 negara dan diperkirakan
akan terus meningkat menandakan bahwa peranan badan dunia tersebut dalam
mengatur perdaganagan dunia semakin besar dan penting. Disamping itu, sistem
mengatur perdagangan multirateral tersebut juga memiliki implikasi secara
langsung terhadap kebijakan perdagangan negara-negara anggotanya, mengingat
semakin tingginya interpendensi dan integrasi negar-negara anggota ke dalam
ekonomi global.
Salah satu fungsi utama WTO yaitu menjamin terlaksananya kesepakatan-
kesepakatan multirateral yang merupakan dasar hukum untuk perdagangan
internasional yang telah dinegosiasikan dan disepakati oleh Negara-negara
anggotanya. Sebagai konsekuensi dari hal tersebut, para pelaku bisnis dan unsur-
unsur pemerintahan suatu Negara sebagai fasilitator dituntut untuk memahami dan
melaksanakan aturan main perdaganagn internasional tersebut secara
komprehensif.
Keterkaitan antara tatanan atau sistem perdaganagn internasional, dalam
hal ini kesepakatan WTO, dengan postur kebijakan perdagangan suatu Negara
menyiratkan semakin tingginya tingkat interpendensi yang terjadi. Dalam kaitan
ini, Indonesia juga dituntut untuk menyelaraskan peraturan-peraturan pemerintah
di bidang perdaganagn baik di pusat maupun di daerah, sesuai dengan aturan-
aturan WTO.

B. TUJUAN WTO
WTO atau organisai perdaganagn dunia merupakan satu-satunya badan
internasional yang secara khusus mengatur masalah perdagangan antar negara.

66
Sistem perdagangan multilateral WTO diatur melalui suatu persetujuan
yang berisi aturan-aturan dasar perdagangan internasional sebagai hasil
perundingan yang telah ditandatangani oleh Negara-negara anggota.
Persetujuan tersebut merupakan perjanjian antarnegara anggota yang
mengikat pemerintah untuk mematuhinya dalam pelaksanaan kebijakan
perdaganagn. Indonesia merupakan salah satu Negara pendiri WTO dan telah
meratifikasi persetujuan pembentukan WTO melalui Undang-undang No. 7 Tahun
1994.
WTO memiliki tujuan penting dalam perdagangan internasional :
1. Mendorong arus perdagangan antarnegara dengan mengurangi dan
menghapus berbagai hambatan yang dapat menganggu kelancaran
arusperdaganagn barang dan jasa
2. Memfasilitasi perundingan dengan menyediakan forum negosiasi yang
lebih permanen. Hal ini menginat bahwa perundingan perdagangan
internasional di masa lalu prosesnya sangat kompleks dan memakan
waktu.
3. Adalah untuk penyelesaian sengketa, menginat hubungan daganag sering
menimbulkan konfilk-konfilk kepentigan. Meskipun sudah disepakati
anggotanya, masih dimungkinkan terjadi perbedaan interprestasi dan
pelanggaran sehingga diperlukan prosedur legal penyelesaian sengketa
yang netral dan disepakati bersama.
Fungsi utama dari WTO adalah untuk memberikan kerangka kelembagaan
bagi hubungan perdagangan antara Negara anggota dalam implementasi
perjanjian dan berbagai instrument hukum termasuk yang terdapat di persetujuan
WTO.
Berdasarkan pasal 3 persetujuan WTO ditegaskan lima fungsi WTO yaitu :
1. Implementasi dari persetujuan WTO
2. Forum untuk perundingan perdagangan
3. Penyelesaian sengketa
4. Mengawasi kebijakan perdagangan
5. Kerjasama dengan organisasi lainnya
Pengaruh WTO dalam perdagangan internasional adalah mendorong
persaingan yang terbuka. WTO sering diartikan sebagai badan perdagangan bebas.
Namun sebenarnya tidak demikian. Tariff dan beberapa bentuk proteksi masih
diperbolehkan.

C. GATT (GENERAL AGREEMENT ON TARIFFS AND TRADE)


GAAT atau perjanjian umum tentang tarif-tarif dan perdagangan didirikan
pada tahun 1948 di Genewa, Swiss. Pada waktu didirikan, GATT beranggotakan
23 negara, tetapi pada saat sdiang terakhir di Marakesh pada 5 April 1994 jumlah
Negara pennadatangan sebaganyak 115 negara. Kesepakatan dalam GATT yang
mulai berlaku sejak 1 Januari 1948 tertuang dalam tiga prinsip, yaitu :
67
1. Prinsipmost favored nation, yaitu Negara anggota GATT tidak boleh
memebrikan keistimewaan yang menguntungkan hanya pada satu atau
sekelompok Negara tertentu.
2. Prinsip tranparansi, yaitu perlakuan dan kebijakan yang dilakukan suatu
Negara harus transparan agar diketahui oleh Negara lain.
Sesuai dengan perkembanganhya, masing-masing Negara anggota GATT
menghendaki adanya perdagnangan bebas. Pada pertemuan di Marakesh,
Maroko 5 April 1994 GATT diubah menjadi WTO mulai tanggal 1 Januari
1995
Apakah GATT sama dengan WTO ?tentu tidak. WTO adalah GATT
ditambah dengan banyak kelebihan, GATT adalah :
1. GATT sebagai suatu persetujuan internasional, yaitu suatu dokumen yang
memuat ketentuan untuk mengatur perdagangan internasional
2. GATT sebagai suatu organisasi internasional yang diciptakan lebih lanjut
disetarakan sebagai undang-undang, organisasi GATT seperti parlemen
dan pengadilan yang digabungkan ke dalam suatu lembaga.
GATT selalu berkaitan dengan perdaganagn barang, dan masih tetap
berlaku. GATT telah diubah dan dimasukkan ke dalam persetujuan WTO
yang baru. Walaupun GATT tidak ada lagi sebagai organisasi
internasional, persetujuan GATT masih tetap berlaku.

68
LEMBAR KERJA PRAKTEK MAHASISWA

Nama : .................................................................... NILAI


Nim : ....................................................................
Tanggal : ....................................................................

I. TUJUAN
mahasiswa D III Keuangan diharapkan mampu menjelaskan tentang pengertian
WTO (World Trade Organization).

II. ALAT DAN BAHAN


1. Buku Teks Pengantar Hukum Bisnis
2. Lembar Kerja Praktek Mahasiswa (LKPM)
3. Laptop
4. Internet

III. CARA KERJA


1. Carilah definisi dari WTO (World Trade Organization).
2. Carilah di internet definisi dariWTO (World Trade Organization).
3. Isilah di titik-titik yang tersedia

IV. ISILAH TITIK-TITIK DIBAWAH INI


1. Apa saja tujuan penting WTO dalam perdagangan internasional ?
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
69
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
2. Sebutkan dan jelaskan prinsip kesepakatan dalam GATT !
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
......................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
.......................................................................................................

70
PERTEMUAN KE 12

1. Capaian Pembelajaran :Setelah mengikuti praktikum, mahasiswa diharapkan


mampu memahami arti dari Penyelesaian Sengketa Bisnis.
2. Kemampuan Akhir yang diharapkan :Setelah mengikuti praktikum,
mahasiswa D III Keuangan diharapkan mampu menjelaskan tentang
pengertianPenyelesaian Sengketa Bisnis.
3. Pokok Bahasan : Penyelesaian Sengketa Bisnis.
4. Sub Pokok Bahasan :
a. Timbulnya Sengketa
b. Negosiasi
c. Peradilan
d. Arbitrase

5. Materi

A. TIMBULNYA SENGKETA
Dalam menjalankan bisnis disamping untuk mednapatkan keuntungan dan
profit guna keberlangsungan usahanya, tentu tidak selalu dalam kondisi yang baik
atau tenteran. Ketidak sepakatan dan ketidak cocokan kerap timbul dalam
menjalankan usaha. Sehingga timbul lah sengketa atau permasalahan hukum
dalam bisnis yang mereka jalankan.
Transaksi bisnis umumnya didasarkan pada kepercayaan di antara para
pihak, namun hal ini tetap tidak akan dapat menghilangkan kemungkinan
terjadinya perselisihan diantara para pihak.
Apabila hal ini terjadi maka harus secepat mungkin untuk dapat
diselesaikan, jangan dibiarkan berlarut-larut dalam penyelesaian sengketa atau
hukum. Menunda atau membiarkan bukan merupakan suatu keuntungan bagi para
pihak yang menjalankan kegiatan bisnis. Hal ini akan merugikan kedua belah
pihak, karena bagi para pebisnis mempunyai istilah “time is money”, jadi harus
cepat diselesaikan. Membiarkan permasalahan hukum dalam kegiatan bisnis,
adalah sesuatu yang harus ditinggalkan atau dijauhi oleh para pihak.
Menyelesaikan adalah hal yang sangat tepat, apakah dilakukan di
pengadilan atau diluar pengadilan. Kedua-duanya bias dilakukan, guna
penyelesaian suatu masalah tersebut.
Penyelesaian sengketa di bidang ekonomi dan bisnis pada dasarnya
dilakukan melalui 3 (tiga) sarana, yakini negosiasi atau alternative penyelesaian
sengketa, aribitase dan melalui lembaga peradilan.

B. NEGOSIASI
Negosiasi adalah saran paling banyak digunakan dan dipandang sebagai
yang paling efektif. Lebih dari 80% sengketa di bidang bisnis tercapai
penyelesaiannya melalui negosiasi.
71
Penyelesaiannya tidak win-lose tetapi win-win. Karena itu pula cara
penyelesaian melalui cara ini memang dipandang yang memuaskan para pihak
para pelaku bisnis. Menurut Huala Adolf : cara ini sangat cocok untuk
masayarakat bisnis Indonesia. Mayoritas pengusaha Indonesia adalah pengusaha
kecil dan menengah.
Pada umunya mereka tidak terlalu memperdulikan kontrak dengan
seksama. Umumnya saat penandatanganan kontrak mereka kurang beigtu peduli
terhadap bunyi klausul-klausul dlam kontrak, yang penting buat mereka adanya
transaksi bisnis. Dalam benak mereka, cukuplah bagaimana melaksanakan
transaksi tersebut. Mind-set seperti ini terbawa pula ketika ternyata kemudian
sengketa mengenai kontrak terjadi. Mereka kurang peduli dengan apa yang ada
dalam klausul kontrak. Kalau ada sengketa, mereka upayakan menyelesaikannya
secara baik-baik, secara kekeluargaan.

C. PERADILAN
Suatu masalah hukum dalam kegiatan bisnis, dapat diselesaikan
diperadilan. Apakah diperadilan umum atau di peradilan khusus. Peradilan umum
disini apabila masalah bisnis yang dilakukan adalah bersifat perkara perdata, maka
penyelesaiannya dilakukan di pengadilan negeri setempat. Sedangkan apabila
dalam bisnis tersebut terdapat unsur pidananya maka penyelesaian hukumnya juga
dilakukan diperadilan negeri setempat apakah domisili orangnya atau domisili
perkaranya.
Untuk perkara pidana ini tentu setelah adanya laporan dari salah satu rekan
bisnis atau masyarakat, bahwa bisnis tersebut ada masalah atau unsur pidananya,
setelah itu ada tindak lanjut dari kepolisisan dan kejaksaan untuk melimpahkan
perkara tersebut ke pengadilan.
Sedangkan peradilan khusus dalam hal ini adalah peradilan niaga. Apabila
sengketa bisnis yang terjadi berkaitan dengan masalah : kepailitan, hak cipta
(HAKI), penundaan kewajiban pembayaran hutang. Maka lembaga peradilannya
adalah peradilan Niaga, peradilan niaga masuk dalam wilayah peradilan khusus,
peradilan niaga terdapat dalam 5 yuridis hukum, yaitu :
1. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, yang daerah hukumnya meliputi DKI
Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Sumatera Selatan, Lampung dan Kalimantan
Barat.
2. Pengadilan Negeri Ujung Pandang : yang daerah hukumnya meliputi
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Utara, Maluku dan Irian Jaya.
3. Pengadilan Negeri Medan : yang daerah hukumnya meliputi wilayah
Provinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, dan
daerah Istimewa Aceh.

72
4. Pengadilan Negeri Surabaya : yang daerah hukumnya meliputi wilayah
Provinsi Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur dan Timor-Timor.
5. Pengadilan Negeri Semarang, yang daerah hukumnya meliputi wilayah
Provinsi Jawa Tengah dan Daerah istimewa Yogyakarta.

D. ARBITRASE
Arbitrase adalah cara penyelesaian sengketa perdata yang bersifat swasta
di luar pengadilan umum yang didasarkan pada kontrak arbitrase yang dibuat
secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa, dimaan pihak penyelesai
sengketa () tersebut dipilih oleh pihak yang bersangkutan, yang terdiri dari orang-
orang yang tidak berkepentingan dengan perkara yang bersangkutan.
Arbitrase diatur dalam undang-undang No. 30 tahun 1999 tentang arbitrase
dan alternatif penyelesaian sengketa.
Ada 4 (empat) masalah sentral dalam penyelesaian sengketa di bidang
ekonomi dan bisnis :
1. Penghormatan terhadap hukum
2. Kepastian hukum
3. Kewenangan dan putusan badan arbitrase
4. Budaya berperkara masyarakat.
Yang dimaksud dengan srbitrase dan hukum mana yang menguasainya
bagaimana prosesnya, arbitrase dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Terjadi sengketa / ketidaksepahaman
2. Antara dua orang/ kelompok atau lebih
3. Sengketa / ketidaksepahaman diserahkan kepada pihak ketiga professional
yang disepakati bersama (terdiri dari seseorang atau beberapa orang,
melalui penyederhanaan hukum dan prosedur (law of the parties / law of
procedure) untuk penyelesaian
4. Dilakukan dengar pendapat melalui hukum yang disepakati bersama oleh
para pihak dan disederhanakan
5. Putusan sebelumnya disepakati final dan mengikat dan dapat dilaksanakan
(enforceable).
Pada umunya tidak ada aturan tertentu bagaimana arbitrase dilakukan dan
semuanya diserahkan kepada para pihak. Meskipun demikian, untuk memfasilitasi
proses para pihak dapat sepakat mengenai aturan-aturan yang akan digunakan.

Model alternative penyelesaian sengketa dalam bisnis :


1. Arbitrase
Cara penyelesaian sengketa perdata swasta di luar pengadilan umum yang
didasrkan pada kontrak arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh pihak yang
bersengketa.
2. Negosiasi
73
Suatu proses tawar menawar atau pembicaraan untuk mencapai suatu
kesepakatan terhadap masalah tertentu yang terjadi diantara pihak.
3. Mediasi
Suatu proses penyelesaian sengketa berupa ngosiasi untuk memecahkan
masalah melalui pihka luar yang netral untuk membantu menemukan solusi
dalam menyelasikan sengketa.
4. Konsiliasi
Konsiliasi mirip dengan mediasi. Tetapi mediasi mempunyai kewenangan
untuk mengusulkan penyelesaian sengketa, hal itu tidak dimiliki oleh
konsiliasi
5. Pencari fakta
Suatu prose yang dilakukan untuk melakukan proses pencarian fakta yang
akan menghasilkan suatu rekomendasi yang tidak mengikat.
6. Minitrial
Sistem pengadilan swasta untuk menyelesaikan, memriksa dan memutuskan
terhadap kasus-kasus perusahaan yang dilakukan oleh orang yang disebut
dengan ‘manajer’ yang diberi wewenang untuk menegosiasikan suatu
settlement diantara pihak yang bersengketa.
7. Ombudsman
Seorang pejabat public yang independen yang diangkat untuk melakukan
kritik, investigasi dan publikasi.

74
LEMBAR KERJA PRAKTEK MAHASISWA

Nama : .................................................................... NILAI


Nim : ....................................................................
Tanggal : ....................................................................

I. TUJUAN
mahasiswa D III Keuangan diharapkan mampu menjelaskan tentang pengertian
Penyelesaian Sengketa Bisnis.

II. ALAT DAN BAHAN


1. Buku Teks Pengantar Hukum Bisnis
2. Lembar Kerja Praktek Mahasiswa (LKPM)
3. Laptop
4. Internet

III. CARA KERJA


1. Carilah definisi dari Penyelesaian Sengketa Bisnis.
2. Carilah di internet definisi dariPenyelesaian Sengketa Bisnis.
3. Isilah di titik-titik yang tersedia

IV. ISILAH TITIK-TITIK DIBAWAH INI


1. Jelaskan mengapa bisa terjadi sengketa
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
......................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
75
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
.......................................................
2. Sebutkan dan jelaskan Model alternative penyelesaian sengketa dalam
bisnis!
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
.......................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
......................................................................................................

76
Daftar Pustaka:
Santiago, Faisal. 2012. Pengantar Hukum Bisnis. Jakarta : Mitra Wacana Media

77

Anda mungkin juga menyukai