Anda di halaman 1dari 66

TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 1

STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada perencanaan pembangunan daerah, transportasi memegang peranan yang sangat penting. Ini

berarti bahwa semakin baik sarana dan prasarana transportasi, maka semakin mudah dan tepat rencana

pembangunan dibuat. Sebagai contoh, dalam perencanaan pembangunan suatu daerah atau kota diperlukan data

mengenai seberapa banyak alat transportasi, data tersebut diperlukan untuk memperlancar aktivitas masyarakat

yang berhubungan dengan pembangunan ekonomi, sosial, budaya, politik, dan sebagainya.

Penyelenggaraan pembangunan tidak akan terlepas dari apa, siapa, dan bagaimana cara mendukung

pembangunan tersebut. Upaya pengembangan dalam rangka peningkatan pembangunan salah satunya

dilakukan dengan cara pembangunan/pengembangan, dan perbaikan di bidang transportasi. Upaya tersebut

dilakukan mengingat transportasi merupakan hal yang sangat penting dalam memperlancar aktivitas-aktivitas

masyarakat, yang selanjutnya akan membawa pengaruh kepada adanya peningkatan kesejahteraan,

pembangunan ekonomi, politik, sosial, budaya. Melihat betapa banyaknya pengaruh atau dampak yang bisa

dihasilkan dari transportasi, maka sarana dan prasarana di dalam transportasi tersebut harus diperhatikan.

Menurut Setijowarno dan Frazila (2001) transportasi berarti suatu kegiatan untuk memindahkan sesuatu

(orang dan atau barang) dari satu tempat ke tempat yang lain, baik dengan atau tanpa sarana (kendaraan, pipa,

dan lain-lain). Pemindahan tersebut harus menempuh suatu jalur pemindahan atau prasarana, yaitu lintas yang

mungkin sudah dipersiapkan oleh alam, seperti sungai, laut, dan udara atau jalur lintasan hasil kerja pemikiran

manusia, misalnya jalan raya, jalan rel, dan pipa. Dilihat dari jenis yang diangkutnya maka sesuatu yang

dipindahkan pada umumnya terdiri atas barang, mobil, jembatan, peralatan, serta pelayanan jasa.

Tingginya laju pertambahan kendaraan sebagai alat transportasi menyebabkan kepadatan dan bahkan

kemacetan. Menurut Reksohadiprodjo dan Karseno (2001) daerah atau kota terdiri dari banyak lembaga
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 2
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
ekonomi yang mengkhususkan diri memproduksi barang-barang dan jasa-jasa dengan menggunakan rasio

masukan lain dengan tanah serta dekat satu sama lain, sehingga memperbesar pertukaran barang dan jasa, yang

meliputi gerak barang, jasa serta orang dan jelas bahwa struktur serta efisiensi daerah atau kota dipengaruhi

oleh sistem angkutan transportasi barang, jasa, dan orang, yang dipindah.

Berdasarkan alasan tersebut maka timbul suatu masalah dalam transportasi, yaitu bagaimana cara

mengatasi masalah-masalah yang ada dalam transportasi khususnya transportasi jalan raya.

Permasalahan transportasi memang perlu mendapatkan perhatian, khususnya untuk Daerah Istimewa

Yogyakarta. Hal tersebut diperlukan untuk memperlancar aktifitas-aktifitas masyarakat, karena dengan adanya

transportasi yang memadai (baik sarana maupun prasarana yang digunakan) maka kelancaran perhubungan

dengan daerah lain (khususnya menyangkut masalah perekonomian) tidak terhambat, sehingga kesejahteraan

masyarakat akan meningkat.

Kota Yogyakarta adalah satu dari lima wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan permasalahan

transportasi jalan raya tertingi dibandingkan daerah lainnya. Masalah transportasi jalan raya yang timbul adalah

kepadatan pengguna jalan raya, disebabkan terlalu banyaknya kendaraan yang melintas di jalan tersebut serta

banyaknya jumlah pengguna kendaraan. Masalah-masalah tersebut apabila tidak disikapi dengan tepat maka

dapat menghambat aktifitas-aktifitas masyarakat.

Kepadatan jalan raya di Kota Yogyakarta terjadi hanya di beberapa titik saja, dan pada waktu-waktu

tertentu (pagi dan sore hari). Kepadatan atau kemacetan tersebut terjadi karena banyaknya masyarakat yang

beraktivitas pada waktu-waktu tesebut.

Menurut Reindhardt (dalam Reksohadiprodjo dan Karseno, 2001) kendaraan yang masuk ke jalan biasa

atau kejalan raya akan selalu menambah kepadatan lalu lintas dan memungkinkan menambah kemacetan lalu

lintas sehingga menimbulkan atau menaikkan kerugian waktu bagi semua orang.

Mengingat pentingnya permasalahan jalan raya yang terjadi di kota Yogyakarta, maka perlu dicari

upaya untuk menciptakan tranportasi jalan raya yang lancar aman, tertib, dan teratur serta tidak terjadi
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 3
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
penumpukan kendaraan di beberapa titik jalan raya. Transportasi marupakan hal yang sangat penting dan

berguna untuk kelancaran aktivitas-aktivitas masyarakat, sehingga perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari

semua pihak dan lapisan.

Menurut Setijowarno dan Frazila, (2001) demi tercapainya sistem transportasi yang nyaman, aman,

tertib, dan teratur maka hal tersebut ditertibkan dalam bentuk keputusan menteri (KP) di tingkat departemen.

Adapun peraturan yang mengatur mengenai sistem transportasi jalan raya di Indonesia pada saat ini adalah:

Undang-Undang Nomer 13 Tahun 1980 tentang Jalan.

Undang-Undang Nomer 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Peraturan Pemerintah Nomer 26 Tahun 1985 tentang Jalan.

Peraturan Pemerintah Nomer 80 Tahun 1990 tentang Jalan Tol.

Peraturan Pemerintah Nomer 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan.

Peraturan Pemerintah Nomer 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan.

Peraturan Pemerintah Nomer 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan.

Peraturan Pemerintah Nomer 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang masalah yang

ditimbulkan berkaitan dengan penggunaan transportasi, khususnya transportasi jalan raya, sehingga judul untuk

penelitian ini adalah ”Transportasi Jalan Raya Kota Yogyakarta (Studi Kasus Kepadatan dan Pertumbuhan

Trafik di Jalan Gejayan, Jalan Tentara Pelajar, dan Jalan Parangtritis Tahun 2005).

1.2. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah

1.2.1. Rumusan Masalah

1) Besarnya kepadatan transportasi jalan raya Kota Yogyakarta.

2) Besarnya pertumbuhan alat transportasi jalan raya Kota Yogyakarta pada tahun 1998-2004.

3) Tentang kelayakan kondisi jalan raya Kota Yogyakarta.


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 4
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
1.2.2. Batasan Masalah

Penelitian ini hanya membahas tentang transportasi jalan raya Kota Yogyakarta Pada tahun

2005, difokuskan pada jalan Gejayan, jalan Tentara pelajar dan jalan Parangtritis. Ketiga jalan ini

dipilih karena arus lalu lintasnya termasuk arus lalu lintas dengan tingkat kepadatan yang tinggi. Dan

ketiga jalan ini sama-sama mempunyai kelas jalan yang sama, yaitu kelas jalan IIIB.

1.3. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini betujuan untuk:

1) Mengetahui besarnya kepadatan transportasi jalan raya Kota Yogyakarta.

2) Mengetahui besarnya pertumbuhan alat transportasi di jalan raya Kota Yogyakarta pada tahun

1998-2004.

3) Mengetahui kelayakan kondisi jalan raya di Kota Yogyakarta.

1.3.2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna bagi:

1) Penulis

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan teori-teori yang pernah

diterima selama duduk di bangku perguruan tinggi dan mengembangkan kemampuan peneliti

dalam menganalisis permasalahan ekonomi khususnya masalah transportasi jalan raya.

Untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar kesarjanan pada program studi ekonomi

pembangunan, fakultas ekonomi, Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta.

2) Pemerintah Daerah Kota Yogyakarta


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 5
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
Sebagai bahan kajian dan informasi serta sumbangan pemikiran dalam menentukan

kebijakan dan strategi yang akan di ambil dalam rangka menanggulangi masalah transportasi jalan

raya karena sebagai sarana dan prasarana bagi masyarakat.

3) Masyarakat

Sebagai masukan dan tambahan pengetahuan guna meningkatkan kesadaran bagi

masyarakat dalam pengunaan lalu lintas jalan raya.

1.4. Hipotesis

1) Diduga tingkat kepadatan dibeberapa ruas jalan raya Kota Yogyakarta mengalami peningkatan yang

signifikan dilihat dari bertambahnya jumlah kendaraan.

2) Diduga terjadi pertumbuhan alat transportasi jalan raya Kota Yogyakarta pada tahun 1998-2004.

3) Dengan adanya kepadatan kendaraan yang tinggi, diduga terjadi ketidak layakan pada ruas-ruas jalan raya

di Kota Yogyakarta.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini terdiri dari enam bab dengan urutan sebagai berikut:

Bab I PENDAHULUAN

Bab pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah dan

pembatasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, hipotesis penelitian, serta sistematika

penyusunan skripsi. Isi dari bab pendahuluan ini merupakan pengembangan yang dikemukakan

dalam usulan penelitian setelah disesuikan dengan kondisi-kondisi pada obyek penelitian.

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka memuat: 1) tinjauan teori yang releven dengan penelitian yang dilakukan,

2) tinjaun terhadap penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 6
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
Tinjauan pustaka pada dasarnya merupakan penjabaran dari kerangka teoritis yang terdapat

pada usulan penelitian dan memuat materi-materi yang dikumpulkan dan dipilih dari berbagai

sumber tertulis yang dipakai sebagai acuan dalam pembahasan atas topik permasalahan yang

dimunculkan. Sebagai catatan, bahwa kutipan-kutipan yang disertakan dalam naskah skripsi sedapat

mungkin mengacu pada sumber aslinya.

Bab III METODE PENELITIAN

Bab ini meliputi lokasi penelitian, data dan sumber data, definisi variabel, metode analisis

data, dan alat analisis.

Bab IV GAMBARAN UMUM

Gambaran umum memuat tentang deskripsi obyek yang diteliti, deskripsi data hasil

penelitian, dan ulasan serta analisis mengenai hasil pengamatan data yang disajikan.

Bab V ANALISIS DATA

Bab ini berisi analisis hasil pengolahan data yang berkaitan dengan tujuan penelitian,

pengujian hipotesis, dan penerapan metode analisis yang disebutkan pada Bab III.

Bab VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab penutup berisi kesimpulan dalam penelitian serta saran-saran yang diperlukan untuk

disampaikan, baik untuk obyek penelitian, pemerintah yang berwenang dan pihak-pihak lain

ataupun bagi penelitian selanjutnya.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.Tinjauan Pustaka

Penelitian yang hampir serupa pernah dilakukan oleh Wijayanti (2002) di Jalan Urip Sumoharjo, Jalan

Kusuma Negara, Jalan C. Simanjuntak dengan kesimpulan:


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 7
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
Ramalan pertumbuhan dalam bentuk kendaran dari tahun 1997 hingga tahun 2001 mengalami peningkatan

yang cukup tinggi untuk semua jenis kendaran kecuali truk besar-besar.

Kapasitas Jalan C. Simanjuntak tidak sesuai dengan jumlah kendaraan yang melewati jalan tersebut. Hal

tersebut mengakibatkan sering terjadi kemacetan, ini berarti bahwa kondisi jalan tersebut tidak layak,

sehingga perlu diperbaiki.

2.2.Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Transportasi

Menurut Setijowarno dan Frazila (2001) transportasi adalah suatu kegiatan untuk

memindahkan sesuatu (orang dan atau barang) dari satu tempat ke tempat lain, baik dengan atau tanpa

sarana (kendaraan, pipa, dan lain-lain).

Undang-Undang RI Nomer 14 Tahun 1992 mendefinisikan transportasi sebagai memindahkan

orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Selanjutnya

yang dimaksud kendaraan dalam Undang-Undang RI Nomer 14 Tahun 1992 adalah suatu alat yang

bergerak di jalan, baik kendaraan bermotor atau tidak bermotor.

Siregar (1981) mengartikan transpotasi sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat

asal ke tempat tujuan, dalam hubungan ini telihat hal-hal berikut: (1) ada muatan yang diangkut, (2)

tersedia kendaraan sebagai alat angkutnya, dan (3) ada jalanan tempat yang dilalui alat angkutan

tersebut.

M. Abdulkadir (1991) mengartikan transportasi sebagai pembawaan, dan pengangkatan

barang atau orang, barang atau orang yang diangkut sehingga tersimpul suatu proses kegiatan atau

gerakan dari satu tempat ke tempat lain. Dengan demikian jika dirumuskan dalam definisi transportasi

adalah proses kegiatan memuat barang atau penumpang ke dalam alat pengangkutan, membawa
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 8
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
barang atau penumpang dari tempat muatan menuju ke tempat tujuan dan menurunkan barang atau

penumpang dari alat pengangkutan ke tempat yang ditentukan.

Transportasi menurut Blunden (dalam Warpani, 1990) adalah kegiatan/usaha memindahkan

orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dan usaha pemindahan ini hampir selalu

menimbulkan lalu lintas sehingga lalu lintas merupakan suatu medium kegiatan akibat dari gabungan

potensi guna lahan dan kemampuan transportasi.

Unsur-unsur transportasi meliputi:

1) Manusia, yaitu sebagai unsur yang membutuhkan.

2) Barang, yaitu sebagai unsur yang dibutuhkan.

3) Kendaraan, yaitu sebagai alat angkut.

4) Jalan, yaitu sebagai prasarana transportasi.

5) Organisasi, yaitu sebagai pengelola transportasi.

Syarat-syarat teknologi transportasi:

Menjamin agar muatan tidak rusak. Misalnya, hasil produksi pada umumnya tidak dapat diangkut

dengan cara diseret, digelindingkan, atau dihanyutkan tetapi harus diangkut dengan cara

tertentu.

Menjaga agar penggunaan tenaga/kekuatan yang diperlukan untuk mengangkut muatan dan

mempercepat atau memperlambat kendaraan berada pada kecepatan balik yang wajar tanpa

merusak muatan. Tenaga penggerak harus terkendali agar muatan dapat bergerak tanpa

berbenturan sepanjang perjalanan.

Melindungi muatan dari setiap kerusakan sehingga beberapa hal harus dikendalikan.

Aspek-aspek transportasi (M. Abdulkadir, 1991):


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 9
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
1) Pelaku, adalah orang yang melakukan transportasi. Pelaku ini ada yang berupa badan usaha

seperti perusahaan pengangkutan/transportasi dan ada pula yang beupa manusia pribadi, seperti

buruh pengangkutan.

2) Alat transportasi/ pengangkutan, adalah alat yang digunakan untuk menyelenggarakan

transportasi atau pengangkutan. Alat ini digerakkan secara mekanik dan memenuhi syarat

undang-undang, seperti kendaraan bermotor, kapal laut, kapal udara, mobil Derek, dan lain-lain.

3) Barang atau penumpang, yaitu muatan yang diangkut oleh alat transportasi tersebut.

4) Perbuatan, yaitu kegiatan mengangkut barang atau penumpang sejak pemuatan sampai dengan

penurunan di tempat yang ditentukan.

5) Fungsi pengangkutan, yaitu meningkatkan kegunaan dan nilai barang atau penumpang (orang).

6) Tujuan pengangkutan, yaitu sampai atau tiba di tempat tujuan yang ditentukan dengan selamat,

dan biaya pengangkutan lunas.

2.2.2. Permintaan Transportasi dan Pengangkutan

Permintaan transportasi adalah jenis permintaan tidak langsung, berawal dari kebutuhan

manusia akan berbagai jenis barang, dan jasa. Transportasi memungkinkan orang dan atau barang

bergerak atau berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Transportasi/angkutan melayani kota dan

berbagai cara digunakan sesuai dengan kemampuan bayar pemakai. Bila kebutuhan akan sarana

transportasi meningkat ada kewajiban untuk memenuhi kebutuhan tersebut, bila prasarana transportasi

tidak disediakan maka berbagai kebutuhan kota yang bersangkutan tidak dapat dipenuhi sebagai mana

mestinya (Warpani, 1990)

2.2.3. Manfaat Transportasi

Menurut Warpani (1990) manfaat transportasi dapat dilihat dari berbagai segi kehidupan

masyarakat, yang dapat dikelompokkan dalam beberapa segi, yaitu segi ekonomi, segi sosial dan segi

politik.
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 10
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
2.2.3.1.Manfaat Ekonomi

Kegiatan ekonomi masyarakat adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan produksi,

distribusi, dan pertukaran “kekayaan” segala sesuatu yang bisa diperoleh dan berguna

sehingga tujuan kegiatan ekonmi adalah memenuhi kebutuhan manusia dengan menciptakan

manfaat. Transportasi adalah satu jenis kegiatan yang menyangkut peningkatan kebutuhan

manusia dengan mengubah letak geografi orang maupun barang.

2.2.3.2.Manfaat Sosial

Manusia pada umumnya bermasyarakat dan berusaha hidup selaras satu sama lain,

untuk kepentingan hubungan sosial ini transportasi sangat membantu dalam menyediakan

kemudahan antara lain: (a) pelayanan untuk perorangan maupun kelompok, (b) pertukaran

atau penyampaian informasi, (c) perjalanan untuk bersantai, (d) perluasan jangkauan

perjalanan sosial, (e) pemendekan antara rumah dan tempat kerja, dan (f) bantuan dalam

memperluas kota atau memencarkan penduduk menjadi kelomopok yang lebih kecil.

2.2.3.3.Manfaat Politis

Schumer (dalam Warpani, 1990) menyebutkan beberapa manfaat politis transportasi

yang dapat beraku bagi negara manapun:

Transportasi dapat menciptakan persatuan nasional yang semakin kuat dengan meniadakan

isolasi.

Transportasi menyebabkan pelayanan kepada masyarakat dapat dikembangkan atau

diperluas dengan lebih merata pada setiap bagian wilayah negara.

Keamanan negara terhadap serangan dari luar yang tidak dikehendaki mungkin sekali

bergantung pada transportasi yang efisien yang memudahkan mobilisasi segala daya

(kemampuan dan ketahanan) nasional serta memungkinkan perpindahan pasukan perang

selama masa perang.


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 11
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
Sistem transportasi yang efisien memungkinkan negara memindahkan dan mengangkut dari

daerah bencana.

2.2.4. Pengertian Jalan Raya

Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Prasarana ini

merupakan prasarana yang paling awal dibuat oleh manusia guna menghubungkan suatu daerah

dengan daerah lain dalam rangka pemenuhan kebutuhannya.

Menurut Setijowarno dan Frazila (2001) jalan raya adalah fasilitas atau peralatan yang

digunakan sebagai alat kontrol kendaraan yang berada di jalan raya, merupakan seperangkat peralatan

yang akan memberikan suatu kemudahan baik secara langsung maupun tidak langsung bagi pemakai

jalan maupun petugas yang sedang melaksanakan kewajibannya.

Menurut Siregar (1981) jalan raya adalah prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun,

meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapanya yang diperuntukan

bagi lalu lintas kendaraan, orang dan hewan, sehingga pengertian jalan tidak hanya terbatas pada jalan

konvensional (pada permukaan tanah), akan tetapi termasuk juga jalan yang melintasi sungai

besar/danau/laut, di bawah permukaan tanah dan air (terowongan) dan di atas permukaan tanah (jalan

layang). Bagian pelengkap jalan adalah bangunan yang tidak dapat dipisahkan dari jalan, seperti:

jembatan, ponton, tempat parkir, sedangkan perlengkapan jalan adalah rambu-rambu lalu lintas,

tanda-tanda jalan, pagar pengaman lalulintas, dan lain-lain.

Dalam angkutan jalan raya tidak hanya mencakup lalu lintas kendaraan bermotor, tetapi juga

angkutan oleh kendaraan yang tidak bermesin seperti gerobak, dan kereta yang masih banyak terdapat

di pedesaan.

Setijowarno dan Frazila (2001) mengemukakan beberapa kegunaan jalan, diantaranya adalah:

a) sebagai prasarana transportasi, b) mempengaruhi perkembangan penduduk, c) mempengaruhi

perekonomian suatu daerah, d) sebagai prasarana pemenuhan kebutuhan sosial, e) sebagai prasarana
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 12
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
untuk pemenuhan kebutuhan rekreasi, f) sebagai prasarana yang mempermudah perkembangan

budaya.

Menurut Siregar (1981) dilihat dari yang membina jalan raya, pengelompokan jalan di

bedakan atas:

1) Jalan Umum

Adalah jalan yang diperuntukan pada kepentingan lalu lintas umum, termasuk jalan tol (jalan

umum yang pada para pemakainya dikenakan kewajiban membayar tol). Jalan umum yang dibina

oleh Pemerintah Daerah Tingkat I disebut Jalan Daerah; yang dibina oleh Daerah Tingkat II

disebut Jalan Kabupaten/Jalan Kotamadya; dan yang dibina oleh Pemerintah Desa dinamakan

Jalan Desa.

2) Jalan Khusus

Jalan khusus adalah jalan yang digunakan untuk kepentingan tertentu, dibina oleh badan

hukum atau instansi tertentu, seperti jalan pengairan, perkebunan, kehutanan, jalan komplek dan

lain-lain

Menurut Siregar (1981) peranan jalan dikelompokkan menjadi tiga golongan dengan

karakteristiknya masing-masing, yaitu:

1) Jalan Arteri

Jalan ini melayani angkutan utama yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan dengan ciri-ciri

sebagai berikut:

Perjalanan jarak jauh.

Kecepatan rata-rata tinggi.

Jumlah jalan masuk sangat dibatasi secara efisien.

2) Jalan Kolektor
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 13
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
Jalan ini melayani angkutan penumpang cabang dari pedalaman kepusat kegiatan dengan ciri-

ciri:

a) Perjalanan jarak sedang.

b) Kecepatan rata-rata sedang.

c) Jumlah jalan masuk dibatasi.

3) Jalan Lokal

Jalan ini melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri:

Perjalanan jarak dekat.

Kecepatan rata-rata rendah.

Jalan masuk tidak dibatasi.

Klasifikasi jalan menurut kelasnya dalam Peraturan Pemerintah Nomer 43 Tahun 1993 tentang

Prasarana dan Lalu Lintas Jalan adalah sebagai berikut:

Jalan Kelas I

Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan lebar maksimal 2.500

mm.

Ukuran panjang maksimal 18.000 mm.

Muatan sumbu terberat >10 ton.

Jalan Kelas II

Jalan arteri yang dapat dilalui kendaaan bermotor termasuk muatan dengan lebar maksimal 2.500

mm.

Ukuran panjang maksimal 18.000 mm.

Muatan sumbu terberat maksimal 10 ton.


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 14
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
Jalan Kelas IIIA

a) Jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan

lebar maksimal 2.500 mm.

b) Ukuran panjang maksimal 18.000 mm.

c) Muatan sumbu terberat 8 ton.

Jalan Kelas IIIB

a) Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan lebar maksimal

2.500 mm.

b) Ukuran panjang maksimal 12.000 mm.

c) Muatan sumbu terberat maksimal 8 ton.

Jalan Kelas IIIC

Jalan lokal yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan lebar maksimal 2.100

mm.

Ukuran panjang maksimal 9.000 mm.

Muatan sumbu terberat maksimal 8 ton.

Menurut Warpani (1990) suatu jalan harus dapat menunjukkan mutu pelayanan yang

ditentukan oleh kapasitas jalan dan lamanya perjalanan atau waktu tempuh. Kapasitas jalan

didefinisikan sebagai jumlah maksimum kendaraan yang dapat melewati jalan tersebut dalam peride

waktu satu jam tanpa menimbulkan kepadatan lalu lintas yang menyebabkan hambatan waktu, biaya,

atau mengurangi kebebasan pengemudi menjalankan kendaraannya. Waktu tempuh tidak dapat

dipisahkan dari ukuran kapasitas jalan karena merupakan pertanda derajat pelayanan dan berhubungan

erat dengan kecepatan. Waktu tempuh adalah peubah tak tetap dan sukar diukur secara tepat, biasanya

merupakan hasil rata-rata. Dalam beberapa hal, waktu tempuh sinonim dengan kecepatan, tetapi perlu

diingat bahwa didalamnya masih tercakup “lamanya berhenti”


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 15
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
Secara fungsional, macam-macan jalan dapat dikelompokkan sebagai: a) jalan pelayanan,

yaitu jalan yang dibuat untuk menghubungkan suatu guna tanah dengan jalan yang lebih besar, b)

jalan penghubung yaitu jalan yang menampung lalu lintas yang datang dari jalan pelayanan. Jalan

raya menurut Warpani (1990) adalah jalan utama yang merupakan urat nadi lalu lintas dalam kota dan

jalan elak, yaitu jalan yang dapat digunakan untuk melintasi kota.

2.2.5. Marka Jalan

Menurut Setijowarno dan Frazila (2001) Marka jalan (road marking) adalah suatu tanda di

atas permukaan dan bahu jalan yang terdiri dari garis berbentuk memanjang (membujur) dan

melintang termasuk symbol, huruf, angka atau tanda-tandalainnya, kecuali rambu dan lampu lalu

lintas. Marka jalan berfungsi mengatur, mengarahkan, dan menyalurkan lalu lintas kendaraan ataupun

untuk memperingatkan atau menuntun pemakai jalan.

2.2.5.1.Bentuk marka jalan

Bentuk marka jalan sebagaimana dimaksud dalam pengertian marka jalan adalah

sebagai berikut:

a) Marka membujur atau memanjang yaitu marka yang terdiri dari garis memanjang kearah

gerak lalu lintas yang berupa garis penuh (utuh) dan garis putus-putus.

b) Marka melintang yang terdiri dari garis melintang atau memotong satu atau beberapa

jalur lalu lintas yang dapat berupa garis penuh dan atau putus-putus.

c) Marka bentuk lain seperti panah, garis sejajar atau serong, atau tulisan yang boleh

digunakan untuk mengulangi petunjuk yang diberikan oleh rambu atau untuk

menyampaikan pemberitahuan kepada pemakai jalan yang dapat dijelaskan dengan

sempurna oleh rambu.

2.2.5.2.Fungsi marka jalan


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 16
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
Fungsi utama dari adanya marka jalan adalah: 1) meningkatkan keselamatan lalu

lintas, 2) menghindarkan atau mengurangi kemacetan, 3) menunjukkan arah, 4) mendukung

pola kebijaksanaan pengendalian (sirkulasi) arus lalu lintas.

2.2.5.3.Tipe marka jalan

Beberapa tipe marka jalan antara lain yaitu :

a) Garis-garis cat diatas permukaan jalan.

b) Tiang (stud) dan pemantul (reflector) yang menunjukkan pinggir sisi jalan.

c) Marka kerb yang dicat, biasanya menyatakan larangan parkir.

d) Peringatan, biasanya dengan garis-garis cat kuning dan hitam atau pemantul merah.

2.2.5.4.Marka jalan menurut bentuknya

a) Garis putus-putus yang berfungsi sebagai:

• Garis sumbu dan pemisah lajur.

• Garis peringatan pada lajur percepatan/perlambatan.

• Garis petunjuk prioritas pada persimpangan sebidang.

b) Garis penuh yang berfungsi:

• Garis sumbu ganda pada jalan berlajur banyak tanpa median.

• Garis pengarah pada persilangan.

• Garis dilarang pindah jalur (tunggal atau ganda).

• Garis stop pada pertemuan jalan kurang utama dengan jalan utama.

• Garis pendekat ke penghalang.

c) Tempat penyeberangan jalan (zebra cross) pada lokasi.


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 17
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
d) Chevron yang dipasang didaerah sebelum dan atau sesudah adanya penghalang yang

berfungsi sebagai pengaruh lalu lintas.

e) Marka disekitar pulau pada persimpangan dipasang sebagai pengarah kendaraan yang

berbelok sehingga tidak mengganggu arus lalu lintas.

f) Garis larangan berhenti yang biasanya dibuat sebagai, garis menerus di permukaan kerb,

dan garis putus-putus diluar garis tepi.

g) Marka pengarah lajur, digunakan pada pertemuan jalan dengan tanda gambar,

merupakan tanda panah yang terdiri dari panah awal dan panah akhir.

h) Marka huruf dan angka yang digunakan untuk mempertegas perintah atau petunjuk dan

dapat dipasang bersama marka lainnya, misalnya tanda STOP.

i) Marka simbol, misalnya pada persimpangan sebidang dengan prioritas.

2.2.6. Pengertian Kendaraan

Menurut Undang-Undang Nomer 3 Tahun 1965 kendaraan bermotor adalah suatu alat angkut

yang digerakkan peralatan teknik yang ada pada alat angkut tersebut, kendaraan bermotor digunakan

untuk mengangkut barang atau orang yang berjalan di jalan dan tidak termasuk kendaraan bermotor

yang berjalan di atas rel (Hantoro, 1996).

Menurut Siregar (1981) jenis-jenis kendaraan bermotor yaitu sebagai berikut:

1) Kendaraan Pribadi

Terdiri dari kendaraan penumpang beroda empat.

2) Truk

Merupakan kendaraan komersial untuk angkutan barang. Truk terdiri dari truk yang berukuran 5

ton dengan 2 gandar, truk berukuran besar, dan truk berukuran sedang dan kecil serta pick-up

yang mempunyai kemampuan kurang dari 2 ton. Banyaknya truk berukuran kecil disebabkan

adanya pembatasan ukuran kendaraan karena daya dukung jalan yang masih rendah. Hal ini
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 18
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
mengakibatkan biaya angkutan dengan kendaraan bermotor di Indonesia lebih tinggi

dibandingkan dengan biaya angkutan yang sama di negara-negara lain yang sudah menggunakan

truk berkapasitas lebih besar.

3) Bis

Bis digunakan untuk melayani angkutan penumpang dalam dan luar kota. Saat ini bis kota dengan

berbagai ukuran sudah banyak terdapat di berbagai kota di Indonesia.

4) Sepeda motor

Jumlahnya meningkat sekali, karena harganya terjangkau dan daya beli masyarakat tinggi, serta

dapat dipakai untuk berbagai keperluan. Pertambahan sepeda motor yang begitu cepat

menyebabkan timbulnya kesulitan pengaturan lau lintas, terutama di kota-kota besar yang

jalannya sudah padat.

Pembangunan dan pemeliharaan jaringan jalan raya menurut Nasution (1996) dapat dilakukan

dengan tiga cara atau kombinasi, yaitu: 1) dengan sistem pajak umum, 2) dengan sistem pajak

pemakaian, seperti pajak BBM, biaya regristrasi kendaraan, dan lain-lain, 3) dengan sistem hools

yang dikenakan berdasarkan atas pemakaian jalan raya tertentu (jalan tol). Pembinaan jalan tol

dilakukan oleh BUMN, yaitu PT Jasa Marga yang berfungsi untuk membangun dan perluasan jalan

tol dan penyelengaraan operasinya, pengaturan, pemakaian, pengamanan jalan, dan lain-lain.

2.2.7. Kendaraan Rencana

Kendaraan rencana adalah merupakan wakil dari kelompoknya yang digunakan untuk

merencanakan bagian-bagian dari penampang melintang jalan, kendaraan yang mempergunakan jalan

dikelompokkan menjadi mobil penumpang, bus/truk, sepeda motor, semi trailer, dan trailer.

Ukuran kendaraaan rencana masing-masing kelompok diambil ukuran tersebut untuk mewakili

kelompoknya. Kendaraan rencana yang dipilih sebagai dasar perencanaan fungsi jalan, jenis

kendaraan dominan yang memakai jalan tersebut dan pertimbangan biaya.


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 19
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com

2.2.8. Kecepatan Rencana

Kecepatan adalah besaran yang menunjukkan jarak yang ditempuh kendaraan dibagi waktu

tempuhnya. Kecepatan biaya dinyatakan dalam satuan km/jam atau mph. Kecepatan menggambarkan

nilai gerak kendaraan untuk nantinya dipakai dalam merencanakan geometrik jalan seperti pada

bagian jalan lurus, tikungan, kemiringan jalan, tanjakan, turunan, dan jarak pandangan.

Dipandang dari segi pengemudi kecepatan rencana dinyatakan sebagai, kecepatan yang

memungkinkan seorang pengemudi berketrampilan dan dapat mengemudi dengan aman dan nyaman

dengan kondisi cuaca cerah, lalu lintas lengang, dan tanpa pengaruh hal lainnya yang serius.

Besarnya kecepatan rencana yang akan dipakai tergantung pada kondisi medan jalan dan sifat

pengunaan daerah. Kondisi medan yang berupa dataran akan mempunyai kecepatan yang berbeda

dibandingkan dengan kondisi medan perbukutan dan gunung.

Jalan yang dipergunakan untuk jalan arteri mempunyai kecepatan rencana yang lebih tinggi

dibandingkan dengan jalan kolektor maupun jalan lokal dan jalan bebas hambatan. Jalan raya untuk

daerah luar kota akan mempunyai kecepatan rencana yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan jalan

di dalam kota.

Bina Marga (dalam Hantoro, 1996) mensyaratkan kecepatan rencana sebesar 80 km/jam yang

merupakan rencana tertinggi untuk jalan tanpa pengawasan jalan masuk, sedangkan kecepatan

rencana 20 km/jam merupakan kecepatan terendah yang masih mungkin digunakan untuk jalan

dengan pengawasan jalan masuk secara penuh, seperti jalan bebas hambatan, kecepatan dapat dipilih

antara 80-100 km/jam.

2.2.9. Jalur Lalu Lintas

Jalur lalu lintas disebut juga dengan travelled way atau carriage way adalah keseluruhan

bagian pegeseran jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas yang terdiri atas beberapa jalur atau line
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 20
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
kendaraan. Lajur kendaraan adalah bagian jalur lalu lintas yang khusus diperuntukan untuk dilewati

oleh satu rangkaian kendaraan beroda empat atau lebih dalam satu arah. Jumlah jalur minimal untuk

jalan dua arah adalah dua lajur. Yaitu disebut jalan dua lajur dua arah, sedangkan untuk jalan satu arah

minimal terdiri dari satu lajur lalu lintas. Jumlah jalur yang dibutuhkan sangat tergantung pada

volume lalu lintas yang akan memakai jalan tersebut, dan tingkat pelayanan yang diharapkan.

Kemiringan melintang pada jalur pada jalan lurus yang berfungsi sebagai drainasi/kemiringan

bervariasi antara 1,5 sampai 4% yaitu untuk jalan dengan bahan pengikat. Sedangkan tanpa bahan

pengikat antara 5 sampai 6%. Pada tikungan kemiringan jalan dipakai untuk kebutuhan keseimbangan

gaya sentrifugal, dan drainasi (Suryadharma dkk, 1999).

2.2.10. Median

Menurut Suryadharma, dkk (1999) yang dimaksud denga median adalah satu jalur yang

memisahkan dua jalur lalu lintas yang berlawanan arah. Median mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

Menyediakan daerah netral yang diperlukan bagi kendaraan dalam keadaan bahaya agar dapat

mengontrol kendaraannya.

Menyediakan peluang untuk berputar pada arah berlawanan (u-turns).

Menyediakan ruang untuk kanalisasi arus yang bepindah.

Mengurangi silaunya sinar lampu dari kendaraan yang berlawanan arah.

Menyediakan ruang untuk perlindungan bagi pejalan kaki.

Memberikan kenyamanan bagi pengendara dalam hal kebebasan samping.


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 21
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
Lebar median sebaiknya 50 cm sampai 200 cm, dan lebar minimum median yang melindungi

pejalan kaki yang sedang menyeberang adalah 120 cm, dan median ini dapat dimanfaatkan untuk

menyalurkan pejalan kaki ke arah tempat penyeberangan yang aman.

2.2.11. Volume Lalu Lintas

Volume lalu lintas menunjukan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan dalam

satu satuan waktu (hari, jam, menit). Pada dasarnya volume lalu lintas yang tinggi akan membutuhkan

lebar perkerasan jalan yang lebih lebar agar aman dan nyaman. Sebaliknya, apabila jalan dibuat

terlalu lebar namun volume lalu lintasnya rendah, maka akan cenderung membahayakan.

Satuan volume lau lintas adalah Lalu lintas Harian Rata (LHR), Volume Jam Perencanaan

(VJP) dan kapasitas lalu lintas harian rerata. Untuk lalu lintas rendah akan cukup memuaskan, namun

pada lalu lintas yang tinggi tidak dapat menggambarkan perubahan lalu lintas dalam berbagai

keadaaan, masalahnya volume rerata yang dipakai akan menghasilkan jalan yang tidak mencukupi.

Sedangkan volume pada jam sibuk atau peak time akan terjadi beban maksimal dalam waktu yang

singkat sehingga tidak ekonomis. Dasar perencanaan volume harus tidak terlalu sering dilampaui

sehingga pada waktu tertentu jalan akan renggang untuk itulah sebagai dasar perencanaan dipakai

Volume Jam Perencanaan (PJT) atau Design Hourly Volue (DHV).

2.2.11.1.Lalu Lintas Harian Rerata (LHR)

Lalu lintas harian rerata adalah volume lalu lintas rerata dalam satu hari, dalam satu tahun

kedua jurusan dan harus diketahui arah dan tujuan lalu lintas. Pada Lalu lintas Harian Rerata

Tahunan (LHRT) adalah jumlah lalu lintas dalam satu tahun dibagi dengan 365 hari. Yang

menjadi masalah dalam LHRT sangat mahal, sehingga biasanya yang dipakai adalah Lalu

Lintas Harian Rerata (LHR). LHR adalah hasil bagi dari jumlah kendaraan yang diperoleh

selama observasi dan lamanya observasi (Suryadharma, 1999).

Data LHR ini cukup teliti apabila:


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 22
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
Pengamatan dilakukan pada interval-interval waktu, yang cukup mengambarkan fluktuasi

arus lalu lintas selama satu tahun.

Hasil LHR yang digunakan adalah harga rerata dari perhitungan LHR beberapa kali.

2.2.11.2.Volume Jam Perencanaan (VJP)

Volume Jam Perencanaan adalah volume lalu lintas dalam satu jam yang dipakai sebagai

dasar perencanaan. Volume satu jam yang dapat dipergunakan sebagai VJP harus memenuhi

kriteria:

Volume tersebut tidak boleh terlalu sering terdapat pada distribusi arus lalu lintas setiap jam

untuk periode satu tahun.

Apabila terdapat volume lalu lintas perjam yang mewakili VJP, maka kelebihan tersebut

tidak boleh memiliki nilai yang terlalu besar.

Volume tersebut tidak boleh mempunyai nilai yang sangat besar karena akan mengakibatkan

jalan sering lengang dan tidak ekonomis (Suryadharma, 1999).

2.2.12. Kapasitas

Kapasitas adalah kemampuan suatu jalan yang menerima beban lalu lintas atau jumlah

kendaraan maksimal yang dapat melewati suatu penampang melintang jalan pada jalur jalan selama

satu jam dengan kondisi serta arus lalu lintas saat tertentu (Suryadharma, 1999).

Sama halnya dengan Warpani (1990) kapasitas adalah jumlah maksimum kendaraan yang

dapat melewati jalan tersebut (dalam periode waktu satu jam) tanpa menimbulkan kepadatan lalu

lintas yang menyebabkan hambatan waktu, bahaya, atau mengurangi kebebasan pengemudi

menjalankan kendaraannya.

Perbedaan antara VJP dengan Kapasitas adalah VJP menunjukan arus lelu lintas yang

direncanakan yang akan melintasi suatu penampang melintang jalan selama satu jam. Sedangkan
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 23
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
kapasitas menunjukkan jumlah arus lalu lintas yang maksimal dapat melewati suatu penampang

melintang dalam waktu satu jam sesuai dengan kondisi jalan tersebut.

Kapasitas jalan terdiri dari tiga golongan, yaitu:

Kapasitas dasar, adalah kapasitas jalan dalam kondisi ideal.

Kapasitas rencana, adalah kapasitas yang digunakan untuk perencanaan.

Kapasitas yang mungkin dengan memperhatikan terciptanya percepatan dan perlambatan

(Suryadharma, 1999).

2.2.13. Karakteristik Volume Lalu Lintas

Lalu lintas di jalan raya terdiri dari berbagai macam jenis kendaraan, dalam hubungannya

dengan kapasitas jalan raya adalah pengaruh dari setiap jenis kendaraan terhadap arus lalu lintas

secara keseluruhan. Sedangkan pada perhitungan yaitu dengan membandingkan terhadap Satuan

Mobil Penumpang (SMP).

Tabel 2.1
Contoh Faktor Konversi terhadap Satuan Mobil Penumpang (SMP)
Jenis Kendaraan Faktor Konversi
Sepeda motor 0,5
Mobil penumpang/roda tiga 1,0
Truk ringan/mikro bis (<5 ton) 2,0
Truk sedang (5-10 ton) 2,5
Bis 3,0
Truk berat 3,5
Sumber: Rekayasa Jalan Raya 1999

2.2.14. Tingkat Kelayakan/Pelayanan Jalan Raya

Tingkat kelayakan jalan raya yaitu tingkat kenyamanan atau pelayanan jalan yang dapat

V V
ditentukan dari nilai dan kecepatan. Dimana adalah velocity (kecepatan) dibagi capacity
C C

(kapasitas jalan)
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 24
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
Menurut Suryadharma dkk (1999) ciri-ciri tingkat kelayakan jalan raya adalah:

2.2.14.1.Ciri-ciri tingkat kelayakan A

Arus lalu lintas bebas tanpa adanya hambatan.

Volume dan kepadatan lalu lintas terencana.

Kecepatan merupakan faktor pilihan oleh pengemudi.

2.2.14.2.Ciri-ciri tingkat kelayakan B

Arus lalu lintas masih dalam keadaan stabil.

Kecepatan mulai dipengaruhi oleh keadaan lalu lintas, tetapi masih sesuai denan keinginan

pengemudi.

2.2.14.3.Ciri-ciri tingkat kelayakan C

a) Arus lalu lintas masih dalam keadaan stabil.

b) Kecepatan sudah dipengaruhi oleh besarnya volume, sehingga tidak dapat memilih

kecepatan yang diinginkan.

2.2.14.4.Ciri-ciri tingkat kelayakan D

a) Arus lalul lintas sudah tidak stabil lagi.

b) Perubahan volume lalu lintas sangat dipengaruhi besarnya kecepatan.

2.2.14.5.Ciri-ciri tingkat kelayakan E

Arus lalu lintas sudah tidak stabil lagi.

Volume kira-kira sama dengan kapasitasnya.

2.2.14.6.Ciri-ciri tingkat kelayakan F

Sering terjadi kemacetan.

Arus lalu lintas rendah.


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 25
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com

Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam gambar 2.1 di bawah ini

Kecepatan

E F

V
C

2.2.15. Pertimbangan Kelayakan dan Penerapan Prioritas dalam Pembangunan dan Perbaikan Jalan Raya

Jalan raya yang digunakan sebagai prasarana angkutan jalan khususnya angkutan bermotor,

pada waktunya perlu dibangun (baik dibangun baru maupun ditingkatkan mutunya, diperbaiki dan

direhabilitasi). Suatu jalan patut dibangun atau diperbaiki jika berdasarkan berbagai pertimbangan

teknis, finansial ekonomi, politis, dan sebagainya memang menunjukan kelayakan untuk itu

(Kamaludin, 2003).

Cara penetapan prioritas dalam pembangunan dan perbaikan jalan cukup banyak, namun yang

terpenting di antaranya adalah dengan teori atau analisis:


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 26
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
2.2.15.1.Sufficiency Rating Theory

Menurut Sufficiency Rating Theory, teori ini membagi jalan-jalan yang perlu

dibangun dalam beberapa bagian (sections) dan untuk tiap bagian yang dinilai diberikan

angka-angka nilai. Unsur-unsur jalan yang dinilai adalah mengenai kondisi, keselamatan,

dan pelayanan jalan. Menurut teori Sufficiency Rating dengan menghitung ketiga kelompok

bagian yang dinilai itu, maka jalan yang terbaik atau sempurna akan mendapat total angka

nilai (total ratings) sebesar 100. Jalan atau bagian jalan yang total angka nilainya lebih

rendah berarti lebih buruk, dan bagian jalan yang mendapat angka niai paling rendah di

antara jalan/bagian jalan yang dinilai itulah yang diberi prioritas pertama untuk dibangun

atau diperbaiki.

Contoh cara penilaian jalan seperti yang terlihat pada tabel 2.2 di bawah ini:

Tabel 2.2
Penilaian Jalan dengan Menggunakan
Sufficiency Rating Theory
Unsur-Unsur Bagian yang Angka Nilai
Jalan Jalan Jalan
Dinilai
Sempurna A B
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 27
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
Kondisi 35 29 31
Kecukupan struktur jalan
Umur sisa jalan 22 30 20
Keselamatan 13 9 11
Lebar bahu jalan 30 14 17
Lebar permukaan jalan 8 4 4
Jarak pandang 7 3 5
Konsistensi (kesesuaian 10 5 5
jalan)
Pelayanan 5 2 3
1. Kemampuan 35 8 21
penyesuaian
2. Kesempatan untuk 12 7 7
melewati
3. Lebar permukaan jalan 8 5 6
Kemampuan jalan (daya 5 2 3
pikul jalan)
10 4 5
Angka Nilai Total 100 61 69
Sumber: Ekonomi Transportasi, 2003.

Dari contoh dua jalan di atas ternyata jalan A mendapat angka nilai total sebesar 61,

dan jalan B sebesar 69. Dengan demikian menurut Sufficiency Rating Theory jalan A yang

diprioritaskan untuk dibangun atau diperbaiki terlebih dahulu, sedangkan jalan B akan

diperhitungkan lagi pada kesempatan pembangunan atau perbaikan pada tahun berikutnya.

Di samping itu beberapa pendapat dari para analis mengemukakan bahwa selain

memperhitungkan pertimbangan pada angka nilai tersebut maka harus pula diperhatikan

volume dan kepadatan trafik dari jalan atau bagian jalan yang bersangkutan, sehingga suatu

jalan/bagian jalan yang mempunyai angka nilai yang sama atau lebih tingi daripada yang

lain masih mungkin diberi prioritas utama untuk dibangun atau diperbaiki asal saja
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 28
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
diperhatikan, diperhitungkan dan dihubungkan dengan volume trafik pada jalan atau bagian

jalan yang bersangkutan, yaitu bilamana aspek ini dapat mendukungnya.

2.2.15.2.Analisis Benefit Cost Ratio

Penetapan prioritas dalam pembangunan atau perbaikan jalan menurut analisis ini

didasarkan pada pertimbangan dan perhitungan hal-hal sebagai berikut:

Manfaat atau keuntungan yang diperoleh atau dapat diharapkan sebagai akibat dari

diadakanya pembangunan atau perbaikan jalan yang bersangkutan.

Ongkos-ongkos yang harus dikeluarkan untuk keperluan pembangunan atau pebaikan jalan

yang bersangkutan.

Pengaruh dari proyek pembangunan atau perbaikan jalan tersebut terhadap penerimaan

keuangan atau penghasilan negara.

Efek berganda dan efek komulatif lainnya yang mungkin akan timbul sebagai akibat

pembangunan atau perbaikan jalan yang bersangkutan.

2.2.16. Trafik

Menurut Kamaludin (2003) yang dimaksud dengan trafik ada dua macam, yaitu trafik muatan

dan trafik alat angkutan. Trafik muatan adalah jumlah penumpang dan atau barang yang diangkut oleh

kendaraan atau alat angkutan pada suatu jalan. Sedangkan trafik alat angkutan adalah jumlah

kendaraan atau alat angkutan lalu lintas pada jalannya. Pengertian kedua inilah yang lazim dipakai

atau diartikan sebagai trafik atau lalu lintas.

Selanjutnya trafik kendaraan atau trafik alat angkutan dibedakan antara volume trafik (traffic

volume) dan kepadatan trafik (traffic density). Volume trafik adalah jumlah kendaraan yang bergerak

pada suatu arah atau arah tertentu pada suatu bagian jalan, yang melewati titik atau tempat tertentu

selama waktu tertentu. Misalnya perjam, perhari, perminggu, pertahun, dan sebagainya. Sedangkan

kepadatan trafik adalah jumlah kendaraan yang mendekati atau menduduki suatu bagian panjang jalan
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 29
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
tertentu pada saat tertentu pula, biasanya dinyatakan dalam jumlah kendaraan per mil, atau per km

sepanjang jalan yang bersangkutan.

Volume trafik merupakan hasil dari kepadatan trafik dan kecepatan trafik (traffic speed)

sehingga dapat terjadi suatu jalan dengan volume lalu lintas rendah, tetapi kepadatan trafiknya tinggi.

Kenyataannya bahwa kepadatan trafik yang tertingi terjadi bila kendaraan praktis diam atau tidak

bergerak. Dalam hal ini volume trafik mendekati nol, atau macet total.

Dalam menilai, menghitung, dan meramalkan trafik (lalu lintas) kendaraan, khususnya pada

jalan raya, pada dasarnya yang dinilai atau diukur trafiknya adalah mengenai volume trafik. Karena

kendaraan terdiri dari berbagai macam serta dengan berat dan volume kecepatan yang berbeda, maka

untuk mengukur volume trafik itu sendiri dinyatakan dalam satuan transpor (transport unit). Satuan

transpor tersebut dulu dinyatakan oleh ECAFE kemudian sekarang disebut ESCAP, yaitu Economic

and Social Commission for Asia and Pasific.

BAB III

METODE ANALISIS DATA


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 30
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
Sumber Data

Data dari Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakata tentang transportasi jalan raya Kota Yogyakarta

tahun 2004.

Data dari Dinas PU (Pekerjaan Umum) tentang perbaikan jalan raya Kota Yogyakarta pada tahun 2004.

Data-data lain yang mendukung penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Studi Lapangan

Dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara melihat, menyalin dan melengkapi data

laporan dari Dinas PU dan Dinas Perhubungan DIY.

Wawancara, yaitu tanya jawab langsung (interview) dengan instansi yang bersangkutan.

Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti dan melakukan pencatatan objek

observasi tersebut.

Studi Kepustakaan

Mengumpulkan literatur buku-buku perpustakaan yang berhubungan langsung dengan

penelitian.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini menggunakan lokasi di daerah Kota Yogyakarta. Mengingat di Kota Yogyakarta terdapat

banyak ruas jalan, maka hanya mengambil 3 ruas jalan yang dianggap mewakili masalah transportasi jalan raya

Kota Yogyakarta. Lokasi yang diambil adalah Jalan Gejayan, Jalan Tentara Pelajar, Jalan Parangtritis.

Definisi Variabel

Transportasi
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 31
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
Transportasi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan sesuatu dari suatu tempat ke tempat lain

baik dengan atau tanpa sarana, meliputi kendaraan, pipa, dan lain-lain (Setijowarno dan Frazila, 2001).

Undang-Undang RI Nomer 14 Tahun 1992 mendefinisikan transportasi sebagai memindahkan

orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Selanjutnya

yang dimaksud kendaraan dalam Undang-Undang RI Nomer 14 Tahun 1992 adalah suatu alat yang

bergerak di jalan, baik kendaraan bermotor atau tidak bermotor.

Siregar (1981) mengartikan transpotasi sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat

asal ke tempat tujuan, dalam hubungan ini telihat hal-hal berikut: (1) ada muatan yang diangkut, (2)

tersedia kendaraan sebagai alat angkutnya, dan (3) ada jalanan tempat yang dilalui alat angkutan

tersebut.

Kepadatan Lalu Lintas

Yang dimaksud dengan kepadatan lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang menempati atau

menduduki suatu bagian panjang jalan tertentu pada saat tertentu pula. Biasanya dinyatakan dalam

jumlah kendaraan permil atau perkm. Kepadatan lalu lintas yang tertinggi terjadi bila kendaraan praktis

tidak bergerak atau diam.

Jalan Raya

Jalan raya adalah suatu fasilitas atau peralatan yang digunakan sebagai alat kontrol kendaraan

yang berada di jalan raya dan merupakan seperangkat peralatan yang akan memberikan kemudahan

baik secara langsung atau tidak langsung bagi pemakai jalan atau petugas yang sedang melaksanakan

kewajibannya (Setijowarno dan Frazila, 2001).

Sedangkan menurut Siregar (1981) jalan raya adalah prasarana perhubungan darat dalam bentuk

apapun. Meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapanya yang

diperuntukan bagi lalu lintas kendaraan, orang dan hewan, sehingga pengertian jalan tidak hanya

terbatas pada jalan konvensional (pada permukaan tanah), akan tetapi termasuk juga jalan yang
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 32
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
melintasi sungai besar/danau/laut, di bawah permukaan tanah dan air (terowongan) dan di atas

permukaan tanah (jalan layang). Bagian pelengkap jalan adalah bangunan yang tidak dapat dipisahkan

dari jalan, seperti: jembatan, ponton, tempat parkir, sedangkan perlengkapan jalan adalah rambu-rambu

lalu lintas, tanda-tanda jalan, pagar pengaman lalu lintas, dan lain-lain.

Kelayakan Jalan Raya

Yang dimaksud kelayakan jalan raya dalam penelitian ini adalah jalan raya tersebut dapat

digunakan dengan baik dengan menilai kondisi jalan, keselamatan, tingkat pelayanan, jenis permukaan,

kelas jalan, dan status jalan.

Metode Analisis Data

Analisis Kualitatif

Dimaksudkan untuk data yang tidak berupa angka tetapi berupa keterangan yang dapat

membantu analisis berbentuk angka.

Analisis Kuantitatif

Analisis ini dimaksudkan untuk menganalisis data dengan menggunakan rumus-rumus sesuai

masalah yang diteliti, sehingga dapat diketahui kepadatan alat transportasi dan pertumbuhan trafik di

Kota Yogyakarta.

Alat Analisis

Analisis Trafik Volume

Menurut Kamaludin (2003) untuk membuktikan tingkat kepadatan yaitu dengan analisis trafik

volume. Analisis ini digunakan untuk mengetahui jumlah kendaraan yang bergerak pada arah tertentu

pada suatu bagian jalan yang melewati titik atau tempat tertentu, misalnya per jam, per hari, per

minggu.
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 33
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
Untuk mengukur volume trafik dinyatakan dalam satuan transpor yang dapat dilihat pada tabel

3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1
Jenis Kendaraan dan Satuan Transpor
No Jenis Kendaraan Satuan
Transpor
1 Motorcycle termasuk bemo, helicak, dan lain-lain 1
2 Truk Biasa, Bus dan Sedan/Mobil 3
3 Sepeda Motor 0,5
4 Truk Gandeng dan Ukuran Besar 4
5 Gerobak yang Ditarik Kuda 4
6 Gerobak yang Didorong Oleh Manusia 6
Sumber: Ekonomi Transportasi, 2003

Contoh:

Jumlah motorcycle termasuk bemo, helicak, dan lain-lain, yang lewat sebanyak 1000 buah, truk biasa

dan bus sebanyak 400 buah, sepeda motor sebanyak 600 buah, truk gandeng dan ukuran besar sebanyak

450 buah, gerobak yang ditarik oleh kuda sebanyak 75 buah, dan gerobak yang ditarik oleh manusia

sebanyak 60 buah.

Dalam menghitung volume pada bagian jalan yang bersangkutan adalah dengan mengalikan

satuan transpor masing-masing kendaraan dengan jumlah kendaraan masing-masing yang melewati

jalan tersebut kemudian menambahkannya. Maka volume trafiknya adalah:

(1000x1) + (400x3) + (600x0,5) + (450x4) + (74x4) + (60x6) = 4960 satuan transpor. Jadi,

sesungguhnya kendaraan yang melewati bagian jalan itu sebanyak: 1000 + 400 + 600 + 450 + 74 + 60 =

2585 buah, dengan volume trafiknya dinyatakan sebagai 4960 satuan kendaraan.

Ramalan Pertumbuhan Trafik (Alat Transportasi)

Dalam meramalkan tentang pertumbuhan trafik dipergunakan beberapa rumus (formula).

Analisis pertumbuhan trafik ini digunakan sebagai ancer-ancer atau pedoman pengarahan, karena

ramalan ini bukanlah suatu ramalan mutlak tepat.

Rumus yang digunakan adalah:


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 34
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
Straight Line Formula

Dalam formula ini diambil perkiraan bahwa lalu lintas akan bertambah konstan setiap

tahunnya, artinya meningkat atau tumbuh dalam jumlah absolut yang kira-kira sama setiap

tahunnya. Rumus yang digunakan :

Vn = Vo+an
Keterangan:

Vn = Volume trafik (lalu lintas) pada akhir tahun yang diramalkan

Vo = Volume trafik pada tahun dasar

a = Pertumbuhan setiap tahun secara konstan

n = Jumlah tahun dalam ramalan tersebut

Untuk keperluan ramalan jangka pendek, misalnya 2-5 tahun formula atau rumus ini

sering kali tepat digunakan.tetapi untuk jangka menengah dan jangka panjang tidaklah

memuaskan atau tepat.

Compound Interest Formula

Vn = Vo+ (1+r)n atau Log Vn = log Vo + nLog (1+r)


Keterangan:

Vn = Volume trafik pada akhir tahun yang diramalkan

Vo = Volume trafik pada tahun dasar

n = Jumlah tahun dalam ramalan tersebut

r = Persentase pertambahan trafik rata-rata setiap tahun di atas tahun sebelumnya

Untuk ramalan jangka waktu menengah dan yang agak panjang, misalnya antara 5-10

tahun rumus atau formula ini lebih sering digunakan dan sering kali dapat memberikan

ramalan yang relatif tepat.

Untuk Mengetahui Kelayakan Jalan Raya


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 35
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
Rumus yang dipakai adalah Moskowitz yang dihubungkan dengan volume trafik pada jalan atau

bagian jalan yang bersangkutan rumusnya adalah

( x − 100) x
Y=X+ (Log T-Log Ts)
50 LogTs
Keterangan

Y = Angka nilai yang disesuaikan (setelah diperhitungkan volume atau kepadatan trafik).

X = Angka nilai (total) dasar

Ts = Trafik rata-rata perhari dari sistem jalan keseluruhan yang dinilai

T = Trafik rata-rata perhari pada jalan/bagian jalan yang bersangkutan

Dalam hubungan dengan rumus atau formula Moskowitz tersebut jika angka total yang semula

(basic rating) dari dua jalan mendapatkan angka nilai yang hampir sama atau suatu jalan (Q) mendapat

angka nilai yang lebih tinggi sedikit dari jalan yang lain (P), sedangkan trafiknya berbeda yaitu trafik Q

lebih tinggi dari trafik P, maka sukar ditentukan secara langsung mana yang diberi prioritas untuk

diperbaiki terlebih dahulu. Untuk menetapkan prioritas yang lebih tinggi diantara kedua jalan tersebut

maka dipakai rumus atau formula Maskowitz Dalam hal ini angka nilai total yang disesuaikan setelah

diperhitungkan dengan trafiknya masing-masing menunjukkan angka yang relatif lebih rendah, maka

jalan atau bagian jalan itulah yang mendapatkan prioritas pertama untuk dibangun atau diperbaiki.

Tujuan dari penetapan prioritas dalam perencanaan pembangunan transportasi adalah agar dalam

pembangunan dan perbaikan jalan-jalan tersebut kebutuhan yang diutamakan adalah penyediaan

fasilitas, hal tersebut harus dapat dipenuhi dan dilaksanakan, dengan perkataan lain agar dapat

didahulukan pemenuhan kebutuhan yang paling utama.


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 36
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com

BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1.Kondisi Geografis

Wilayah Kota Yogyakarta terletak antara 110o24’19” sampai 110o28’13” bujur timur dan 07o49’26”

sampai 07o15’24” lintang selatan, dengan luas sekitar 32,5 km2 atau 1,02 % dari luas wilayah Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta. Jarak terjauh dari utara ke selatan ± 7,5 km dan dari barat ke timur 5,6 km. Kota

Yogyakarta terletak di daerah dataran lereng aliran gunung Merapi. Memiliki kemiringan lahan yang relatif

datar antara 0 sampai 2%, dan berada pada ketinggian rata-rata 114 m dari permukaan air laut.

4.2.Letak Daerah dan Batas Wilayah

Daerah Kota Yogyakarta terletak di tengah-tengah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan batas-

batas:

• Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sleman

• Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman

• Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bantul

• Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman

Daerah Kota Yogyakarta merupakan satu-satunya daerah kotamadya yang ada di wilayah Daerah

Istimewa Yogyakarta karena empat diantaranya merupakan daerah kabupaten.

4.3.Keadaan Alam

Daerah Kota Yogyakarta merupakan daerah dataran rendah yang dilintasi oleh tiga buah sungai yaitu:
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 37
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
• Sebelah timur dilewati oleh sungai Gajah Wong

• Sebelah tengah dilewati oleh sungai Code

• Sebelah barat dilewati oleh sungai Winongo

4.3.1. Iklim

Secara umum, rata-rata curah hujan tertinggi selama tahun 2004 terjadi pada bulan Desember,

yaitu sebanyak 271 mm dan terendah pada bulan Agustus. Tipe iklim dengan rata-rata curah hujan 2012

mm pertahun dengan 119 hari hujan, suhu rata-rata 27,26o C dan kelembaban rata-rata 74,7%. Angin

yang bertiup pada umumnya adalah angin muson, pada musim penghujan bertiup angin barat daya

dengan arah 20o dan bersifat basah dalam mendatangkan hujan. Pada musim kemarau sering bertiup

angin muson tenggara yang agak kering dengan arah kurang lebih 90o sampai dengan kecepatan angin 8

sampai 16 knot per jam.

4.3.2. Pembagian wilayah

Wilayah Kota Yogyakarta dibagi menjadi 14 wilayah kecamatan dan 45 wilayah kelurahan yang

dibentuk berdasarkan keputusan mentri dalam negeri nomer 140-263 tahun 1991, tentang pembentukan-

pembentukan kelurahan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas lahan pertanian semakin lama semakin

menyempit karena perubahan fungsi dari lahan pertanian menjadi dearah pemukiman, maupun

bangunan lainnya yang sesui dengan perkembangan pembangunan wilayah Kota Yogyakarta sebagai

ibu kota propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk mengetahui pembagian wilayah Kota

Yogyakarta dapat dilihat dalam tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1
Luas Wilayah Kota Yogyakarta Menurut Kecamatan dan Ketinggian dari Permukaan Air Laut Tahun
2004 (Hektar)
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 38
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
Kecamatan Ketinggian (Meter) Jumlah
< 100 100-199 >200
Mantrijeron 261 - - 261

Kraton 140 - - 140

Mergangsan 202 29 - 231

Umbulharjo 607 206 - 813

Kotagede 302 5 - 307

Gondokusuman - 399 - 399

Danurejan - 110 - 110

Pakualaman - 63 - 63

Gondomanan 42 70 - 112

Ngampilan 31 51 - 82

Wirobrajan 72 103 - 175

Gedongtengen - 96 - 96

Jetis - 170 - 170

Tegalrejo - 291 - 291


Jumlah 1.657 1.593 - 3.250
Sumber: BPS Kota Yogyakarta

4.4.Keadaan Demografis

4.4.1. Penduduk

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000, penduduk Kota Yogyakarta berjumlah

397.398 orang. Terdiri dari 194.530 orang laki-laki, atau 48,95%, dan 202.868 orang perempuan atau

51,05%. Berdasarkan hasil proyeksi sensus penduduk tahun 2000 jumlah penduduk tahun 2004

tercatat 398.004 orang. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah 47,87% laki-laki dan

52,13% perempuan. Dengan luas wilayah 32,50 km2, kepadatan penduduk kota Yogyakarta 12.246

jiwa per km2.


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 39
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
4.4.2. Tenaga Kerja

Jumlah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta pada tahun 2004

tercatat 9.475 orang, yang terdiri dari 88,38% Pegawai Pemerintah Daerah, dan 11,62% Pegawai

Pemerintah Pusat. Jumlah pencari kerja yang terdaftar pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

pada tahun 2004 sebanyak 18.964 orang. Sebagian dari pencari kerja tersebut bependidikan Sarjana

(S-1), yaitu 61,34%, kemudian yang berpendidikan SMU sebesar 26,72%, Diploma 9,85%, dan

sisanya berpendidikan S2, SLTP dan SD.

Tabel 4.2

Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Kota Yogyakarta Hasil Sensus Penduduk dan SUPAS Tahun

1971-2000

Tahun Jumlah Kepadatan Pertumbuhan

Penduduk (Jiwa/Km2) Penduduk (%)

(Jiwa)
1971 340.908 10.489 0,90

1980 398.192 12.252 1,72

1990 412.059 12.679 0,35

1995 418.944 12.891 0,33

2000 397.398 12.228 -0,37


Sumber: BPS Kota Yogyakarta

4.5.Pendidikan
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 40
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk itu

perlu didukung dengan sarana fisik pendidikan maupun tenaga pengajar yang memadai. Pada tingkat

pendidikan prasekolah dan menengah sebagian besar diselenggarakan oleh pihak swasta. Sedangkan untuk

tingkat pendidikan dasar lebih banyak diselenggarakan oleh pemerintah.

Pada tahun ajaran 2004/2005 di Kota Yogyakarta terdapat 50 perguruan tinggi swasta. Terdiri dari 8

universitas, 10 institut /sekolah tinggi dan 32 akademi. Jumlah dosen sebanyak 4.980 orang, dan jumah

mahasiswa yang terdaftar sebanyak 76.071 orang

4.6.Pertanian

Pembangunan bidang pertanian diarahkan untuk meningkatkan kemampuan ekonomi petani serta

tercapainya asas pemerataan degan mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Seiring dengan

keberhasilan dan kemampuan pembangunan yang dicapai masyarakat Yogyakarta terhadap hal-hal yang cukup

memprihatinkan yaitu adanya kecenderungan beralihnya lahan pertanian. Lahan pertanian tersebut rata-rata

setiap tahunnya mengalami penyusutan dan bahkan hampir-hampir tidak ada untuk sekarang ini, hal ini

dikarenakan lahan pertanian tersebut digunakan untuk area pemukiman dan penyediaan sarana dan prasarana

umum yang erat kaitannya dengan pembangunan wilayah.

Pada tahun 2004 luas penggunaan lahan di Kota Yogyakarta tercatat 3.250hektar, terdiri dari 123hektar

lahan sawah dan 3.127 hektar lahan bukan sawah.

4.7.Industri

Industri dibedakan atas industri besar, sedang, kecil dan rumah tangga. Industri besar mempunyai

jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih dan industri sedang mempunyai jumlah tenaga kerja antara 20-99

orang. Perusahaan industri besar dan sedang di Kota Yogyakarta pada tahun 2004 sebanyak 110 perusahaan

dengan 8.562 tenaga kerja. Pada tahun 2004 jumlah industri kecil tercatat sebanyak 5.814 unit dengan jumlah
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 41
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
tenaga kerja 30.143 orang, dan nilai investasi sebesar Rp. 148.487 juta. Industri kecil yang paling banyak

adalah industri pengolahan hasil pertanian dan kehutanan.

4.8.Sarana dan Prasarana Perhubungan

Tersedianya prasarana infrastruktur yang memadai merupakan modal dasar untuk meningkakan

kegiatan masyarakat suatu daerah, baik untuk kegiata yang sifatnya sosial maupun kegiatan perekonomian

salah satu prasarana yang pokok adalah jalan. Prasarana transportasi ini diarahkan menuju tercapainya

tranportasi yang tertib, aman, nyaman, dan teratur. Makin meningkatnya usaha pembangunan menuntut pula

peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar perdagangan

daerah. Dalam hubungannya dengan pembangunan prasarana transportasi maka pemerintah diharapkan dapat

memberi kebijakan yang mampu mendorong terciptanya sistem transportasi yang baik. Sarana dan prasrana

yang baik tentunya dapat menunjang pelayanan transportasi yang lancar sehingga dapat memperlancar arus

barang dan jasa-jasa serta aktifitas masyarakat. Sebaliknya apabila sarana dan prasarana transporasi tidak

lancar maka dapat menghambat arus barang dan jasa-jasa bagi kegiatan masyarakat.

Usaha dalam rangka mendukung lancarnya arus barang dan jasa-jasa khususnya yang menyangkut

kegiatan-kegiatan ekonomi maka pemerintah Kota Yogyakarta dari waktu ke waktu harus selalu

memperhatikan sarana dan prasarana transportasi.

Panjang jalan di seluruh kota Yogyakarta pada tahun 2004 mencapai 246.724 km dengan rincian

224.254 km jalan yang sudah diaspal dan 0.605 km jalan kerikil.

Untuk memenuhi sarana transportasi pada tahun 2004 jumlah kendaraan umum bermotor roda empat

atau lebih tercatat sebanyak 8.039 unit. Komposisinya terdiri dari 7,70 persen mobil penumpang umum, 62,22

persen pick up, 9,67 persen truk, dan 18,37 persen kendaraan bis. Dapat dibuktikan bahwa dari tahun ke tahun

pra sarana transportasi selalu diperbaiki dapat diliat dalam tabel 4.3

Tabel 4.3
Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan, Kondisi Jalan, Kelas Jalan,dan Status Jalan di Kota Yogyakata (Km) Tahun 2002-2004
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 42
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
Keterangan Jalan Negara Jalan Propinsi Jalan Kabupaten/Kota
2002 2003 2004 2002 2003 2004 2002 2003 2004
Jenis
Permukaan
Diaspal 18,132 18,132 18,132 3,733 3,733 3,733 - 216,168 224,254
Kerikil - - - - - - - 0,605 0,605
Tanah - - - - - - - - -
Lainnya - - - - - - - - -
Jumlah 18,132 18,132 18,132 3,733 3,733 3,733 - 216,773 224,859
Kondisi Jalan
Baik 7,349 6,007 14,610 - - - - 44,531 46,328
Sedang 9,414 12,125 3,522 3,733 3,733 2,788 - 95,162 101,343
Rusak 1,369 - - - - 0,945 - 77,080 77,188
Rusak Berat
- - - - - - - - -
Jumlah 18,132 18,132 18,132 3,733 3,733 3,733 - 216,773 224,859

Kelas Jalan
a. Kelas I 18,132 18,132 18,132 3,733 3,733 - - 13,071 13,071
b. Kelas II - - - - - - - - -
c. Kelas III - - - - - 3,733 - 2,769 2,769
d. Kelas - - - - - - - 26,220 26,220
IIIA - - - - - - - 0,166 0,166
e. Kelas - - - - - - - 14,391 14,391
IIIB
f. Kelas
IIIC - - - - - - - 160,150 168,242
g. Kelas
Tidak
Dirinci
Jumlah 18,132 18,132 18,132 3,733 3,733 3,733 - 216,773 224,859
Sumber: Dinas Prasarana Kota

4.9.Kondisi Perhubungan Daerah

Kondisi perhubungan Kota Yogyakarta, khususnya jalan raya dapat dilihat dari alat transportasi yang

digunakan oleh masyarakat. Alat transportasi tersebut dikelompokkan sebagai kendaraan bermotor wajib uji

menurut jenisnya di Kota Yogyakarta, dapat dilihat dalam tabel 4.4 sebagai berikut

Tabel 4.4

Banyaknya Kendaraan Bermotor Wajib Uji Menurut Jenisnya Di Kota Yogyakarta Tahun 2000-2004

Jenis Kendaraan 2000 2001 2002 2003 2004


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 43
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
1. Mobil Penumpang Umum 782 803 627 724 619

2. Pick Up Umum BU 5226 5662 4377 4857 5002

3. Truk BU 1891 2022 0 42 0

4. Truk U 85 87 1808 1573 777

5. Tanki BU 130 138 0 8 0

6. Tanki U 10 9 0 120 128

7. Kendaraan Khusus 21 26 0 9 8

8. Kereta Gandengan 105 104 0 30 28

9. Kereta Tempelan 3 3 0 1 0

10. Bus 1082 1102 751 959 1477


Jumlah 9335 9956 7563 8323 8039
Sumber: Dinas Perhubungan DIY

Tabel 4.5

Jumlah Kendaraan Bermotor Di Kota Yogyakarta Tahun 1998-2004

Jenis 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

Kendaraan
Sedan dan

Station 29.461 29.091 29.797 30.284 30.234 31.014 31.432

Truk 10.919 10.385 11.441 11.638 11.992 12.258 12.489

Bus 1.243 1.178 959 932 1.272 1.718 2.885

Sepeda Motor

157.135 152.800 159.259 168.468 179.813 195.407 213.690


Jumlah 198.758 193.454 201.456 211.322 223.311 240.397 260.496
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta

4.10.Kondisi Kecamatan Yang dilalui.


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 44
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
4.10.1. Kecamatan Gondokusuman

Jalan Gejayan sebagian besar berada di kecamatan Gondokusuman. Panjang jalan yang diaspal

yang berada di kecamatan ini adalah 8,385 km dan jalan diperkeras adalah 1,30 km sehingga total

panjang jalan adalah 9,685 km. Banyaknya kendaraan bermotor, untuk sepeda motor sebanyak 726

buah, kendaraan roda empat sebanyak 206 buah, dan kendaraan tidak bermotor termasuk sepeda dan

becak sebanyak 382 buah. Terdapat banyak pusat perbelanjaan dan satu pasar. Hal tersebut membuat

banyak orang yang datang dan pergi sehingga lalu lintas kendaraannya tinggi. Banyaknya sekolah

maupun perguruan tinggi juga mempunyai pengaruh terhadap kepadatan pengguna jalan. Jalan Gejayan

merupakan kelas jalan IIIB dan antara dua jalur dibatasi oleh median. Jalan Gejayan merupakan jalan

kolektor, dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk

dibatasi.

4.10.2. Kecamatan Jetis

Jalan Tentara Pelajar berada di Kecamatan Jetis, yang dikanan kirinya terdapat sekolah dan

beberapa sarana perekonomian sehingga hal ini menyebabkan kepadatan dan bahkan kemacetan lalu

lintas. Panjang jalan di Kecamatan ini adalah 2,0 km dan termasuk jalan kota. Banyaknya kendaraan

bermotor di Kecamatan ini sebanyak 1.273 buah, sedangkan kendaraan tidak bermotor sebanyak 845

buah. Terdapat satu industri besar dan enam industri sedang, satu pasar dan beberapa pusat

perekonomian lainnya. Jalan Tentara Pelajar merupakan kelas jalan IIIB, dengan lebar maksimal 2.500

mm, ukuran panjang maksimal 12.000 mm, dan muatan sumbu terberat adalah 8 ton, dan merupakan

jalan kolektor.

4.10.3. Kecamatan Gondomanan

Jalan Parangtritis sebagian besar berada di Kecamatan Gondomanan dengan panjang jalan lebih

kurang 4 km. Luas Kecamatan Gondomanan adalah 4,5 km, dengan jumlah penduduk sebanyak 10.323

jiwa. Terdapat beberapa sekolah swasta dan negeri, dan terdapat beberapa pusat parekonomian misalnya
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 45
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
pasar dan hal ini menyebabkan jalan Parangtritis sering terjadi kemacetan lalu lintas. Terdapat empat

bank, hotel, industri besar maupun sedang. Banyaknya kendaraan bermotor yang ada di Kecamatan

Gondomanan, untuk jenis bis sebanyak 12 buah, jenis truk 14 buah, mobil sebanyak 149 buah dan

untuk sepeda motor sebanyak 957 buah. Untuk kendaraan tidak bermotor termasuk sepeda dan becak

sebanyak 2501 buah. Jalan Parangtritis ini merupakan jalan dengan kelas jalan IIIB, dan merupakan

jalan kolektor, yaitu jalan dengan perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan

masuk dibatasi. Pada jalan Parangtritis ini tidak ada median diantara dua jalur.

BAB V
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 46
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
ANALISIS DATA

5.1. Analisis Traffik Volume/Analisis Volume Alat Transportasi

5.1.1. Analisis Volume Trafik/Alat Transportasi di Jalan Gejayan

Dari hasil observasi selama 24 jam didapat data jumlah kendaraan yang melewati jalan Gejayan

adalah sebagai berikut:

Tabel 5.1
Jenis Kendaraan, Jumlah Kendaraan, dan Satuan Transpor di Jalan Gejayan
Jenis Kendaraan Jumlah Satuan Jumlah
Kendaraan Transpor
Sepeda motor 102.960 0,5 51.480
Mobil, bis & truk 28.844 3 86.532
Truk besar 16 4 64
Kendaraan tidak
bermotor 2028 4 8112
Jumlah 133.848 146.188
Sumber: Data Primer, Observasi 24 Jam di Olah
Dari tabel 5.1 diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah kendaraan yang melewati jalan Gejayan

selama 24 jam kurang lebih 133.848 buah kendaraan, dengan volume trafik selama 24 jam yaitu

sebanyak 146.188 satuan transpor. Dari hasil volume trafik sebanyak 146.188 satuan transpor, peranan

yang paling mendominasi atau yang paling mempengaruhi total volume trafik adalah kendaraan roda

empat yaitu jenis mobil, bis dan truk sedang dengan volume trafik sebesar 86.532 satuan transpor,

dengan banyak kendaraan sebanyak 28.844 buah kendaraan. Sebenarnya jumlah sepeda motor lebih

banyak bila dibandingkan dengan kendaraan roda empat (mobil, bis dan truk sedang), tetapi volume

trafiknya lebih kecil bila dibandingkan dengan volume trafik kendaraan roda empat (mobil, bis dan truk

sedang) yaitu sebesar 51.480 satuan transpor. Hal ini disebabkan karena dominasi penggunaan jalan

kendaraan roda empat lebih besar dari pada sepeda motor.


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 47
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
5.1.2. Analisis Volume Trafik/Alat Transportasi di Jalan Tentara Pelajar

Dari hasil observasi selama 24 jam didapat data jumlah kendaraan yang melewati jalan Tentara

Pelajar adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2

Jenis Kendaraan, Jumlah Kendaraan, dan Satuan Transpor di Jalan Tentara Pelajar

Jenis Kendaraan Jumlah Satuan Transpor Jumlah

Kendaraan
Sepeda motor 58.968 0,5 29.484

Mobil, bis dan truk

sedang 21.660 3 64.980

Truk besar 6 4 24

Kendaraan tidak

bermotor 2.772 4 11.088


Jumlah 83.406 105.576
Sumber: Data Primer, Observasi 24 Jam di Olah

Dari tabel 5.2 diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah kendaraan yang melewati jalan Tentara

Pelajar selama 24 jam kurang lebih 83.406 buah kendaraan dengan volume trafik selama 24 jam yaitu

sebanyak 105.576 satuan transpor. Dari hasil volume trafik sebanyak 105.576 satuan transpor peranan

yang mendominasi/mempengaruhi total volume trafik adalah kendaraan roda empat, yaitu jenis mobil,

bis, dan truk sedang dengan volume trafik sebesar 64.980 satuan transpor, dengan banyaknya

kendaraan roda empat (mobil, bis dan truk sedang) sebanyak 21.660 buah kendaraan. Sama halnya

dengan jalan Gejayan jumlah sepeda motor lebih besar dibanding dengan kendaraan roda empat,

tetapi karena kendaraan roda empat dalam penggunaan bagian jalan lebih besar, sehingga satuan

transpor atau volume kendaraan roda empat tersebut juga lebih besar.

5.1.3. Analisis Volume Trafik/Alat Transportasi di Jalan Parangtritis

Dari hasil observasi selama 24 jam didapat data jumlah kendaraan yang melewati jalan

Parangtritis sebagai berikut:


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 48
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com

Tabel 5.3

Jenis Kendaraan, Jumlah Kendaraan dan Satuan Transpor

di Jalan Parangtritis

Jenis Kendaraan Jumlah Satuan Transpor Jumlah

Kendaraan
Sepeda motor 59.040 0,5 29.520

Mobil, bis dan truk

sedang 14.448 3 43.344

Truk besar 53 4 212

Kendaraan tidak

bermotor 3.964 4 15858


Jumlah 77.505 88.934
Sumber: Data Primer, Observasi 24 Jam di Olah

Dari tabel 5.3 diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah kendaraan yang melewati jalan

Parangtritis selama 24 jam kurang lebih 77.505 buah kendaraan. Volume trafik selama 24 jam yaitu

sebanyak 88.934 satuan transpor. Di jalan Parangtritis yang paling mendominasi/mempengaruhi dari

total volume trafik adalah jenis kendaraan roda empat yaitu jenis mobil, bis, dan truk sedang dengan

volume trafik sebesar 43.344 satuan transpor dengan jumlah kendaraan sebanyak 14.448 buah

kendaraan. Di jalan Parangtritis ini jumlah kendaraan yang lewat lebih rendah jika di bandingkan
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 49
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
dengan jalan Tentara Pelajar dan jalan Gejayan. Hal ini disebabkan karena letak daerah yaitu terletak

di Kota Yogyakarta bagian selatan.

5.2. Ramalan Pertumbuhan Trafik/Alat Transportasi

5.2.1. Straight Line Formula

Ramalan ini digunakan untuk ramalan jangka pendek, misalnya 2-5 tahun. Dalam formula ini

diambil perkiraan bahwa lalu lintas akan bertambah konstan setiap tahunnya, artinya meningkat dalam

jumlah absolut yang kira-kira sama setiap tahunnya, dengan rumus:

Vn = Vo + an
Keterangan: Vn = Volume trafik/alat transportasi pada tahun yang diramalkan

Vo = Volume trafik/alat transportasi pada tahun dasar

a = Pertumbuhan jumlah kendaraan secara konstan

n = Jumlah tahun dalam ramalan tersebut

5.2.1.1.Volume Trafik Untuk Mobil Sedan dan Station.

Tabel.5.4

Jumlah Sedan dan Station di Kota Yogyakarta

Tahun Jumlah Sedan dan Station


2000 29.797

2001 30.284

2002 30.234

2003 31.014

2004 31.432
Jumlah 152.761
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta.

Setelah dilakukan perhitungan ramalan pertumbuhan trafik mobil sedan dan

station, maka persamaan peramalan pertumbuhan di Kota Yogyakarta sebagai berikut:

Vn = 30.552+398n
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 50
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
Persamaan peramalan pertumbuhan trafik sedan dan staton diatas memiliki arti

sebagai berikut:

Vo = 30.552, artinya konstanta (Vo) tersebut menunjukkan besarnya nilai pertumbuhan

trafik mobil sedan dan station pada tahun dasar 2002 sebesar 30.552 satuan

transpor.

a (koefisien) = 398, artinya koefisien tersebut menunjukkan besarnya peningkatan rata-rata

per tahun dari trafik mobil sedan dan station, yaitu sebesar 398 buah

kendaraan sedan dan station (lihat pada lampiran 1a).

5.2.1.2.Volume Trafik Untuk Truk.

Tabel. 5.5.
Jumlah Truk di Kota Yogyakarta
Tahun Jumlah Truk
2000 11.441
2001 11.636
2002 11.992
2003 12.258
2004 12.489
Jumlah 59.818
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta.

Setelah dilakukan perhitungan peramalan pertumbuhan trafik truk, maka

persamaan peramalan pertumbuhan truk di Kota Yogyakarta sebagai berikut:

Vn = 11.964 +272n

Persamaan peramalan pertumbuhan trafik truk diatas memiliki arti sebagai berikut:

Vo = 11.964, artinya konstanta (Vo) tersebut menunjukkan besarnya nilai pertumbuhan

trafik truk pada tahun dasar 2002 sebesar 11.964 satuan transpor.

a (koefisien) = 272, artinya koefisien tersebut menunjukkan besarnya peningkatan rata-rata

per tahun dari trafik truk yaitu sebesar 272 buah kendaraan truk.(lihat

lampiran Ib).
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 51
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
5.2.1.3.Volume Trafik Untuk Bis

Tabel. 5.6.

Jumlah Bis di Kota Yogyakarta

Tahun Jumlah Bis


2000 959

2001 932

2002 1.272

2003 1.718

2004 2.885
Jumlah 7.766
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta.

Setelah dilakukan perhitungan peramalan pertumbuhan trafik bis, maka persamaan

peramalan pertumbuhan bis di Kota Yogyakarta adalah sebagai berikut:

Vn = 1.553 + 464n

Persamaan peramalan pertumbuhan trafik untuk bis tersebut memiliki arti

sebagai berikut:

Vo = 1.553, artinya konstanta (Vo) tersebut menunjukkan besarnya nilai pertumbuhan trafik

bis pada tahun dasar 2002 sebesar 1.553 satuan transpor.

a (koefisien) = 464, artinya koefisien tersebut menunjukkan besarnya peningkatan rata-rata

per tahun dari trafik bis yaitu sebesar 464 buah bis.(lihat pada

lampiran Ic)

5.2.1.4. Volume Trafik Untuk Sepeda Motor.

Tabel 5.7.

Jumlah Sepeda Motor di Kota Yogyakarta

Tahun Jumlah Sepeda Motor


2000 159.259

2001 168.464

2002 179.813

2003 195.407
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 52
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
2004 213.637
Jumlah 916.637
Sumber: Dinas Perhubumgan Kota Yogyakarta.

Setelah dilakukan perhitungan peramalan pertumbuhan trafik sepeda motor, maka

persamaan peramalan pertumbuhan sepeda motor adalah sebagai berikut:

Vn = 183.327 + 13.580n

Persamaan peramalan pertumbuhan trafik untuk sepeda motor tersebut memiliki

arti sebagai berikut:

Vo = 183.327, artinya konstanta (Vo) tersebut menunjukkan besarnya nilai pertumbuhan trafik

sepeda motor pada tahun dasar 2002 sebesar 183.327 satuan transpor.

a (koefisien) = 13.580, artinya koefisien tersebut menunjukkan besarnya peningkatan rata-rata

per tahun dari trafik sepeda motor yaitu sebesar 13.580 buah

kendaraan.(lihat pada lampiran Id).

Dari ke empat jenis kendaraan tersebut yang memiliki satuan transpor terbesar

adalah jenis kendaraan roda dua yaitu sepeda motor, yang ditunjukkan dengan angka 183.327

satuan transpor, dengan jumlah kendaraan selama lima tahun sebanyak 916.637 buah

kendaraan.

Perkiraan pertumbuhan sepeda motor per tahun juga memiliki angka tertinggi yaitu

sebesar 13.580 buah kendaraan. Untuk jenis mobil sedan dan station memiliki angka tertinggi

kedua setelah sepeda motor, dengan satuan transpor sebesar 30.552 satuan transpor dengan

perkiraan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 398 buah kendaraan. Dan jumlah mobil

sedan dan station selama lima tahun yaitu 152.761 buah kendaraan

5.2.2. Coumpound Interest Formula


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 53
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
Ramalan ini digunakan untuk jangka waktu menengah dan yang agak panjang, misalnya antara

5-10 tahun. Rumus yang digunakan adalah:

Vn = Vo + (1+r)n atau LogVn = LogVo + nLog(1+r)


Keterangan: Vn = Volume trafik pada tahun yang diramalkan

Vo = Volume trafik pada tahun dasar

r = Persentase pertumbuhan trafik rata-rata setiap tahun diatas tahun sebelumnya

n = Jumlah tahun dalam ramalan tersebut

5.2.2.1. Ramalan Trafik Mobil Sedan dan Statian.

Tabel.5.8.
Perhitungan Pertumbuhan Model Compound Interest Mobil Sedan dan Station
Tahun Jumlah r Vo (1+r)n Vn
1998 29.461 - 30.188 - 30.188
1999 29.091 -1,26 30.188 -78 30.110
2000 29.797 2,43 30.188 1053 31.241
2001 30.284 1,63 30.188 794 30.982
2002 30.234 -0,17 30.188 251 30.439
2003 31.014 2,58 30.188 1.081 31.269
2004 31.432 1,35 30.188 709 30.897
Jumlah 211.313 - - 215.126
Sumber: Data Dinas Perhubungan, diolah

jumlahkendaraan
Vo =
jumlahtahun
211313
Vo = = 30.188
7

Dari tabel 5.8 diatas, maka dapat dijelaskan bahwa selama periode 1998-2004 diperoleh angka

ramalan pertumbuhan sedan dan station mengalami naik turun. Kenaikan tertinggi terjadi pada

tahun 2002-2003 yaitu sebesar 31.269 buah kendaraan, atau naik sekitar 1.081 buah kendaraan

dari tahun 2002, dengan persentase 2,58 %. Penurunan tertinggi terjadi pada tahun 1998-1999

dengan penurunan sebesar 78 buah kendaraan sehingga pada tahun 1999 jumlah mobil sedan yang

ada sebanyak 30.110 buah. Jumlah perkiraan mobil sedan dan station pada tahun 2003-2004 juga

mengalami penurun yaitu dari 31.269 menjadi 30.897. Hal ini disebabkan karena terjadinya
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 54
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
perubahan persantase pertumbuhan per tahun pada tahun 2004. Walaupun demikian ramalan

pertumbuhan selama tahun 1998-2004 tidak jauh meleset jika dibandingkan dengan angka yamg

sebenarnya pada tahun 2004 yaitu sebesar 211.313 buah kendaraan, sedangkan angka ramalannya

adalah 215.126 buah kendaraan.

5.2.2.2. Ramalan Trafik untuk Truk.

Tabel 5.9.

Perhitungan Pertumbuhan Model Compound Interest Truk

Tahun Jumlah r Vo (1+r)n Vn


1998 10.919 - 11.589 - 11.589
1999 10.383 -4,9 11.589 -451 11.138
2000 11.441 10,17 11.589 1.294 12.883
2001 11.638 1,72 11.589 315 11.904
2002 11.992 3,04 11.589 468 12.057
2003 12.258 2,22 11.589 373 11.962
2004 12.489 1,89 11.589 335 11.924
Jumlah 81.120 83.457
Sumber:Data Dinas Perhubungan, di Olah

jumlahkendaraan
Vo =
jumlahtahun

81.120
Vo = = 11.589
7

Dari tabel 5.9 di atas, maka dapat dijelaskan bahwa selama periode 1998-2004 diperoleh

angka ramalan pertumbuhan truk mengalami naik turun. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun

1999-2000 yaitu sebesar 12.883 buah kendaraan, atau naik sekitar 1.294 buah kendaraan dari
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 55
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
tahun 1999, dengan persentase 10,17%. Penurunan tertinggi terjadi pada tahun 1998-1999

dengan penurunan sebesar 451 buah kendaraan sehingga pada tahun 1999 jumlah truk yang

ada sebanyak 11.138 buah. Jumlah perkiraan truk pada tahun 2003-2004 juga mengalami

penurun yaitu dari 11.962 menjadi 11.924. Hal ini disebabkan karena terjadinya perubahan

persantase pertumbuhan pertahun pada tahun 2004. Walaupun demikian ramalan pertumbuhan

selama tahun 1998-2004 tidak jauh meleset jika dibandingkan dengan angka yang sebenarnya

pada tahun 2004 yaitu sebesar 81.120 buah kendaraan, sedangkan angka ramalannya adalah

83.457 buah kendaraan.

5.2.2.3. Ramalan Trafik Bis.

Tabel. 5.10.

Perhitungan Pertumbuhan Model Compound Interest Bis

Tahun Jumlah r Vo (1+r)n Vn

1998 1.243 - 1.455 - 1.455

1999 1.178 -5,2 1.455 -61 1.394

2000 959 -18,6 1.455 -256 1.199

2001 932 -2,8 1.455 26 1.481

2002 1.272 36 1.455 538 1.993

2003 1.718 35 1.455 524 1.979

2004 2.885 68 1.455 989 2.444


Jumlah 10.187 11.944
Sumber: Data Dinas Perhubungan, diolah

JumlahKendaraan
Vo =
JumlahTahun

10.187
Vo = = 1.445
7
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 56
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
Dari tabel 5.10 diatas, maka dapat dijelaskan bahwa selama periode 1998-2004 diperoleh

angka ramalan pertumbuhan bis mengalami naik turun. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun

2003-2004 yaitu sebesar 2.444 buah kendaraan, atau naik sekitar 989 buah kendaraan dari

tahun 2003, dengan persentase 68 %. Penurunan tertinggi terjadi pada tahun 1999-2000

dengan penurunan sebesar 256 buah kendaraan sehingga pada tahun 2000 jumlah truk yang

ada sebanyak 1.199 buah. Jumlah perkiraan bis pada tahun 1998-1999 juga mengalami

penurun yaitu dari 1.455 menjadi 1.394. Dan pada tahun 2002-2003 juga mengalami

penurunan dari 1.993 menjadi 1979 pada tahun 2003. Hal ini disebabkan karena terjadinya

perubahan persantase pertumbuhan pertahun pada tahun 1998-2004. Walaupun demikian

ramalan pertumbuhan selama tahun 1998-2004 tidak jauh meleset jika dibandingkan dengan

angka yang sebenarnya pada tahun 2004 yaitu sebesar 10.187 buah kendaraan, sedangkan

angka ramalannya adalah 11.944 buah kendaraan.

5.2.2.4. Ramalan Trafik Sepeda Motor

Tabel 5.11.

Perhitungan Pertumbuhan Model compound interest Sepeda Motor

Tahun Jumlah r Vo (1+r)n Vn


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 57
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
1998 157.135 - 175.225 - 175.225

1999 152.800 -2,8 175.225 -3.154 172.071

2000 159.259 4,2 175.225 9.112 184.337

2001 168.468 5,8 175.225 11.915 187.140

2002 179.813 6,7 175.225 13.492 188.717

2003 195.407 8,7 175.225 16.997 192.222

2004 213.690 9,3 175.225 18.048 193.273


Jumlah 1.226.572 1.292.985
Sumber: Data Dinas Perhubungan, diolah

JumlahKendaraan
Vo =
JumlahTahun

1.226.572
Vo = = 175.225
7

Dari tabel 5.11 diatas, maka dapat dijelaskan bahwa selama periode 1998-2004 diperoleh angka

ramalan pertumbuhan sepeda motor mengalami naik turun. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun

2003-2004 yaitu sebesar 193.237 buah kendaraan, atau naik sekitar 18.048 buah kendaraan dari

tahun 2003, dengan persentase 9,3%. Penurunan terjadi pada tahun 1998-1999 dengan

penurunan sebesar 3.154 buah kendaraan sehingga pada tahun 1999 jumlah sepeda motor yang

ada sebanyak 272.071 buah. Jumlah perkiraan sepeda motor dari tahun 1999-2004

terusmengalami kenaikan. Ramalan pertumbuhan selama tahun 1998-2004 tidak jauh meleset

jika dibandingkan dengan angka yang sebenarnya pada tahun 2004 yaitu sebesar 1.226.572 buah

kendaraan, sedangkan angka ramalannya adalah 1.292.985 buah kendaraan, dengan beda tipis

yaitu sebesar 66.413.

5.3. Analisis Kelayakan Kondisi Jalan Raya

Kelayakan dan penetapan prioritas dalam pembangunan jalan raya ini dihubungkan dengan volume

trafik pada jalan atau bagian jalan yang bersangkutan. Untuk membuktikan layak atau tidaknya suatu ruas jalan

maka digunakan tabel penilaian jalan dengan melihat kondisi jalan (kekerasan, gelombang) atau RCI (road
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 58
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
condition index) & IRI (international Roughness Index), keselamatan, tingkat pelayanan, jenis permukaan

jalan, status jalan, LHR, dari penilaian tersebut diperoleh angka sebagai berikut:

Tabel. 5.12.
Penilaian jalan dengan menggunakan Sufficiency Rating Theori
Unsur-unsur bagian jalan yang Angka nilai
dinilai Jalan Jalan Jalan Jalan
sempurna A B C
Kondisi 35 29 31 33
Kecukupan strukjalan 22 20 20 21
Umur sisa jalan 13 9 11 11
Keselamatan 30 15 17 24
Lebar bahu jalan 8 4 4 6
Lebar permukaan jalan 7 4 5 5
Jarak pandang 10 5 5 7
Konsistensi (kesesuaian jalan) 5 3 3 3
Pelayanan 35 22 21 29
Kemampuan penyesuian 12 6 7 9
Kesempatan untuk melewati. 8 5 6 7
Lebar permukaan jalan 5 3 3 4
Kemampuan jalan (daya pikul jalan) 10 5 5 7
Angka nilai total 100 65 69 83
Keterangan:
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 59
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
A. = Jalan Gejayan

B. = Jalan Tentara Pelajar

C. = Jalan Parangtritis

Rumus yamg digunakan adalah:

( X − 100) X
Y=X+ ( LogT − LogTs )
50 LogTs

Keterangan: Y = Angka nilai yang disesuikan setelah diperhitungkan volume atau kepadatan trafik

X = Angka nilai total dasar

Ts = Trafik rata-rata perhari dari sistem jalan keseluruhan yang dinilai

T = Trafik rata-rata perhari pada jalan yang bersangkutan

Diketahui: Trafik jalan Gejayan (T) = 146.188

Trafik jalan Tentara Pelajar (T) = 105.576

Trafik jalan Parangtritis (T) = 88.934

X jalan Gejayan = 65

X jalan Tentara Pelajar = 69

X jalan Parangtritis = 83

Ts = 133.566

5.3.1. Tingkat Kelayakan Jalan Gejayan

( X − 100) X
Y Jalan Gejayan =X+ (LogT - LogTs)
50 LogTs
( 65 − 100) 65
= 65 + (Log146188–Log 113566)
50 Log113566
= 65 + (-9,0006) (0,1097)

= 64,0127
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 60
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa jalan Gejayan mempunyai tingkat kelayakan

kondisi jalan, yang ditunjukkan dengan angka nilai yang disesuikan sebesar 64,0127 sedangkan angka

nilai total sebesar 65.

5.3.2. Tingkat Kelayakan Jalan Tentara Pelajar

( 69 − 100) 69
Y Jalan Tentara Pelajar = 69 + (Log105576–Log 113566)
50 Log113566

(−2139 )
= 69 + (-0,0316)
252,76

= 69 + (-8,4626) (-0,0316)

= 69,264

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa jalan Tentara Pelajar mempunyai tingkat

kelayakan kondisi jalan, yang ditunjukkan dengan angka nilai yang disesuikan sebesar 69,264,

sedangkan angka nilai total sebesar 69.

5.3.3. Tingkat Kelayakan Jalan Parangtritis

( 83 − 100)83
Y Jalan Parangtritis = 83 + (Log88934-Log113566)
50 Log113566

( − 1411)
= 83 + (-0,1062)
252,76

= 83+0,5929

= 83,5929

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa jalan Parangtritis mempunyai tingkat kelayakan

kondisi jalan, yang ditunjukkan dengan angka nilai yang disesuikan sebesar 83,5929 sedangkan angka

nilai total sebesar 83.


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 61
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
Jika dibandingkan bersamaan dengan ketiga jalan maka, Jalan A mendapat angka nilai total

sebesar 65 dan angka nilai yang disesuikan sebesar 64,0127. Sedangkan Jalan B mendapatkan angka

nilai total sebesar 69 dengan angka yang disesuikan sebesar 69,2674. Jalan C mendapatkan angka nilai

total sebesar 83 dengan angka yang disesuikan sebesar 83,5929.

Dengan demikian dari hasil analisis diatas menunjukkan bahwa Jalan Gejayan yang harus diberi

prioritas pertama untuk dibangun, karena nilai yang dihasilkan sangat kecil dan jauh dari nilai sempurna

yaitu 100.

Jalan Tentara Pelajar seharusnya mendapat prioritas kedua untuk dibangun karena angka nilai

total yang dihasilkan masih jauh dari angka nilai sempurna, tetapi yang paling utama untuk dibangun

atau diperbaiki adalah jalan Gejayan karena melihat kepadatan pengguna jalan dan kondisi jalan yang

sudah tidak layak lagi mengingat karena sempitnya kondisi jalan.

Jalan Parangtritis mendapat angka nilai total yang mendekati sempurna sehingga jalan

parangtritis tidak diprioritaskan untuk dibangun atau diperbaiki, dan bahkan dapat diperhitungkan lagi

untuk kesempatan pembangunan atau perbaikan tahun-tahun berikutnya.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa:


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 62
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
6.1.1. Analisis Volume Trafik

Dari hasil analisis volume trafik dapat disimpulkan bahwa pada ruas Jalan Gejayan

mempunyai volume trafik tertinggi dibandingkan dengan jalan Tentara Pelajar dan jalan Parangtritis. Hal

ini ditunjukkan dengan jumlah kendaraan yang melewati jalan tersebut, kurang lebih selama 24 jam

sebanyak 133.848 buah kendaraan, dengan satuan transpor sebesar 146.188 satuan transpor.

Jumlah kendaraan yang paling banyak lewat adalah jenis kendaraan roda dua yaitu sepeda

motor, tetapi dominasi tertinggi yang melewati bagian jalan tersebut adalah jenis kendaraan roda empat,

yaitu mobil, bis dan truk, dengan volume trafik sebesar 86.532 satuan transpor. Mobil, bis dan truk

mempunyai dominasi tertinggi diantara kendaraan lain karena penggunaan pada bagian jalan lebih besar.

Banyaknya jumlah kendaraan yang melewati jalan Gejayan tersebut, sementara kondisi jalan

sangat kecil, serta didukung oleh banyaknya pusat-pusat perekonomian, sekolah-sekolah, pasar dan

banyaknya kendaraan roda empat yang parkir ditepi-tepi jalan, maka hal tersebut bisa menyebabkan

kemacetan yang akhirnya akan mengganggu kenyamanan dalam berkendara kendaraan.

6.1.2. Ramalan Pertumbuhan Trafik

6.1.2.1. Analisis Stright Line formula

Dari hasil ramalan pertumbuhan trafik dengan menggunakan analisis Straight Line

Formula dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan kendaraan di Kota Yogyakarta yang paling

menonjol adalah pertumbuhan kendaraan roda dua yaitu sepeda motor. Dari hasil ramalan

perhitungan didapat angka peningkatan rata-rata jumlah sepeda motor sebesar 13.580 buah

kendaraan pada tahun 2000-2004. Dengan total jumlah kendaraan dari tahun 2000-2004 sebanyak

916.637 buah kendaraan dan volume trafiknya sebesar 183.327 satuan transpor. Dari jumlah total

seluruh kendaraan sepeda motor mempunyai angka tertinggi, hal ini menyebabkn dominasi

tertinggi terdapat pada jenis kendaran roda dua yaitu sepeda motor.
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 63
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
Volume trafik untuk bis mempunyai dominasi kedua setelah sepeda motor, dengan

peningkatan rata-rata per tahun selama perode 2000-2004 sebanyak 464 buah bis, dan dengan

volume trafik sebesar 1553 satuan transpor.

6.1.2.2. Analisis Compound Interest Formula

Dari hasil ramalan pertumbuhan trafik dengan menggunakan analisis compound interest

formula dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan kendaraan di Kota Yogyakarta yang paling

menonjol adalah pertumbuhan kendaraan roda dua yaitu sepeda motor. Kenaikan tertinggi terjadi

pada tahun 2003-2004 yaitu sebesar 193.237 buah kendaraan, atau naik sekitar 18.048 buah

kendaraan dari tahun 2003. Penurunan terjadi pada tahun 1998-1999 dengan penurunan sebesar

3.154 buah kendaraan sehingga pada tahun 1999 jumlah sepeda motor yang ada sebanyak

272.071. Ramalan pertumbuhan selama tahun 1998-2004 tidak jauh meleset jika dibandingkan

dengan angka yang sebenarnya pada tahun 2004 yaitu sebesar 1.226.572 buah kendaraan,

sedangkan angka ramalannya adalah 1.292.985 buah kendaraan, dengan beda tipis yaitu sebesar

66.413.

Karena jumlah sepeda motor lebih banyak dibandingkan dengan kendaraan lain, maka

satuan transpor untuk ramalan sepeda motor juga lebih tinggi yaitu sebesar 184.712 satuan

transpor, sehingga jika seluriuh kendaraan yang ada melewati suatu jalan tertentu maka dominasi

paling besar dalam penggunaan bagian jalan adalah sepeda motor setelah itu baru kendaraan lain.

6.1.3. Kelayakan Jalan Raya

Dari hasil analisis kelayakan jalan raya, diperoleh angka yang cukup rendah atau jauh dari

angka nilai total sempurna. Angka tersebut terdapat di jalan gejayan, yaitu dengan angka nilai total

sebesar 65. Karena angka ini jauh dari angka sempurna, maka seperti yang telah dijelaskan dimuka bahwa

suatu bagian jalan yang memiliki angka terendah dibandingkan dengan jalan/bagian jalan lain yang

dinilai, maka jalan tersebut mendapat prioritas pertama untuk dibangun atau diperbaiki. Melihat kondisi
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 64
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
jalan gejayan yang arus lalu lintasnya padat dan bahkan bias dikatakan tidak stabil dan bahkan juga sering

teradi kemacetan, maka dapat disimpulkan bahwa kondisi jalan tersebut sudah dapat dikatakan tidak

layak lagi, karena sudah mencapai tingkat pelayanan D, pelayanan E, dan bahkan F, karena tidak jarang

terjadi kemacetan.

6.2. Saran

Dari landasan teori, hasil analisis, dan kesimpulan maka penulis mencoba membuat suatu saran yang

nantinya diharapkan dapat membantu terciptanya transportasi/ lalu lintas yang lancar, aman, nyaman, tertib dan

teratur,dengan memperhatikan berbagai kondisi, saran-saran tersebut sebagai berikut:

6.2.1. Bina Marga, Dinas Perhubungan, dan pihak lain yang terkait.

1) Dari hasil analisis disimpulkan bahwa jumlah kendaraan yang melewati jalan Gejayan lebih tinggi

jika dibandingkan dengan jalan Tentara Pelajar dan Jalan Parangtritis, sementara kondisi jalan sudah

tidak layak lagi untuk menampung jumlah kendaran yang lewat, maka kepada Bina Marga dan pihak

lain yang mempunyai wewenang dalam pembangunan dan perbaikan jalan, maka jalan tersebut harus

diprioritaskan untuk dibangun atau diperbaiki. Karena dalam pembangunan memerlukan anggaran

yang cukup besar, maka sekiranya dapat diberikan jalur-jalur khusus, misalnya jalan searah atau untuk

menuju jalan gejayan harus berputar dan masuk melalui ring roud utara, untuk mengurangi

kemacetan.

2) Adanya gelombang radio khusus, misalnya Dinas Perhubungan yang secara langsung dapat

memberitakan kondisi jalan mana saja yang mempunyai arus lalu lintas yang padat dan bahkan terjadi

kemacetan.

3) Perlunya pembangunan jembatan penyeberangan pada ruas-ruas jalan dengan arus kendaraan yang

sangat tinggi agar dapat mempermudah pejalan kaki, sehingga tidak mengganggu arus lalu lintas.
TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 65
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com
4) Memperbaiki dan membangun kembali fasilitas-fasilitas jalan, seperti marka jalan, median, lampu

pangatur lalu lintas, dan sebagainya dan meletakkan rambu-ranbu sesui dengan tempatnya.

5) Membenahi kebutuan tempat parkir, agar dapat memperlancar arus lalu lintas, karena menurut O

Flaherty (dalam Warpani, 1990) kebijaksanaan perpakiran harus selalu dipertimbangkan dalam

kaitannya dengan pengaruh tata guna lahan dan kebijaksanaan pengangkutan, pengendalian

perparkiran di banyak kota merupakan kunci pengendalian lalu lintas yang tepat.

6) Tempat parkir disesuikan dengan kondisi jalan, misalnya hanya diperbolehkan parkir pada suatu arah

tertentu pada bagian jalan, sehingga tidak menghalangi para pemakai jalan dan dapat mengurangi

kemacetan, serta tempat parkir tersebut khusus untuk tempat parkir tidak untuk pemakai jalan.

7) Pemantauan terhadap fasilitas jalan, kondisi jalan dari pihak yang terkait, serta pengaturan yang lebih

dari semua pihak terutama kepolisian.

6.2.2. Pemerintah Kota Yogyakarta

Perencanaan kebutuhan transportasi yang disesuikan dengan pembangunan dan pertumbuhan

Kota dan pertumbuhan penduduk agar berbagai masalah dalam transportasi dapat diatasi.

6.2.3. Masyarakat.

Diharapkan untuk semua pihak selalu patuh dan disiplin dalam berlalu lintas sehingga dapat

diciptakan suatu lalu lintas yang aman, nyaman, tertib dan teratur serta masyarakat dapat menjaga

prasarana lalu lintas dengan baik.


TRANSPORTASI JALAN RAYA KOTA YOGYAKARTA 66
STUDI KASUS KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN TRAFIK DI JALAN GEJAYAN, JALAN TENTARA
PELAJAR, DAN JALAN PARANGTRITIS TAHUN 2005
Handayani, R.
2006
heksaloga.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai