MAKALAH
Oleh ;
Kelompok 4
1api oleh lansia lebih erat dihubungkan dengan gaya hidup mereka.
Rongga Mulut:
Hilangnya tulang periosteum Tanggalnya gigi
dan peridontal
Retraksi dan struktur gusi Mempertahankan pelekatan gigi palsu
yang pas
Hilangnya kuncup rasa Perubahan sensasi rasa:
Peningkatan penggunakan garam
Esofagus, lambung, usus :
Dilatasi esofagus Peningkatan risiko aspirasi
Kehilangan tonus sfingter
Penurunan refleks muntah
Penurunan motilitas lambung Penurunan absorpsi obat-obatan, zat
besi, kalsium, vitamin B12
Tabel Perubahan-Perubahan Proses Penuaan Pada Sistem Gastrointestinal Yang Normal
a) Penyakit Periodontal
Penyakit periondontal (gingivitis dan periodontitis) adalah
inflamasi dari struktur yang menyokong gigi, dengan hasil akhir
berupa kerusakan tulang. Kerusakan ini menyebabkan kehilangan
secara progresif dan pada akhirnya terjadi kehilangan gigi. Penyakit
ini disebabkan oleh bakteri yang terdapat di dalam plak.
Tanda Gingivitis Gusi kemerahan dan gusi bengkak yang
beerdarah ketika gosok gigi. Jika infeksi makin berkembang, bau
napas tidak seap (halitosis), rasa tidak enak dalam mulut, atau rasa
tidak enak di mulut, atau adanya eksudat purulen di sekitar garis gusi.
b) Disfagia
Disfagia atau kesulitan menelan dianggap sebagai konsekuensi
normal akibat penuaan, penyebab struktural, vaskular atau neurogenik
sekarang telah dikenal sebagai patologi yang mendasari.
Gangguan menelan biasanya berpangkal pada daerah
presofagus tepatnya di daerah osofaring penyebabnya tersembunyi
dalam system saraf sentral atau akibat gangguan neuromuskuler
seperti jumlah ganglion yang menyusut sementara lapisan otot
menebal dengan manometer akan tampak tanda perlambatan
pengosongan usofagus. Selain itu, produksi saliva yang menurun
dapat mempengaruhi proses perubahan kompleks krbohidrat menjadi
disakarida. Fungsi ludah sebagai pelican makanan berkurang sehingga
proses menelan menjadi sukar.
c) Refluks Gastroesofagus Dan Hernia Hiatal
- Refluk Gastroesofagus merupakan aliran balik getah lambung
masuk ke dalam esofagus. Dinding esofagus lebih tipis dan sensitif
pada lansia.
- Hernia Hiatal adalah masuknya lambung, dan organ-organ dalam
abdomen lainya ke dalam rongga toraks melalui suatu pembesaran
hiatus esofagus dalam diafragma. Namun, banyak pula lansia yang
mengalami gejala refluks tanpa hernia hiatal.
Penyakit Malabsorbsi
Merupakan gangguan asimilasi nutrisi dari usus halus. Penurunan
sekresi asam lambung dan penggunaan antasid pada waktu yang lama
mendorong ke pertumbuhan bakteri secara berlebihan, sering
menyebabkan malabsorbsi pada lansia. Malabsorbsi dapa pula
dihubungkan dengan operasi sebelumnya atau obat-obatan yang
dikonsumsi seperti antikolinergik, dan narkotik yang memperlambat
motilitas usu kemudian meningkatkan pertumbuhan bakteri.
Berat total usus halus berkurang diatas usia 40 tahun meskipun
penyerapan zat gizi pada umumnya masih dalam batas normal, kecuali
kalsium (diatas 60 tahun)dan zat besi.
Manifestasi Klinik
Malabsorbsi bukan akibat yang normal dari penuaan, walaupun
masalah malabsorbsi dapat muncul pada lansia, sering dengan manifestasi
lain yang menyertainya. Tanda dan gejala malabsorbsi sering terlihat
dalam hubungan dengan gangguan inflamasi usus. Diare, nyeri abdomen,
dan perdarahan rektum adalah gejala-gejala yang paling jelas.
Gangguan yang sering terjadi pada usus besar yang mempengaruhi lansia
adalah divertikulosis, kanker, konstipasi dan diare.
a) Penyakit Divertikular
b) Obstruksi usus
c) Konstipasi
d) Diare
Diare adalah defekasi yang meningkat dalam frekuensi, lebih cair, dan
sulit untuk dikendalikan. Infeksi bakteri dan virus, impaksi fekal,
pemberian makanan melalui slang, dan diet yang berlebihan dapat
menyebabkan diare akut pada lansia. Diare dapat disebabkan oleh
malabsorbsi, penyakit divertikular, gangguan inflamasi usus, atau
obat-obatan, terutama antasid, antibiotik, antisidisritmia, antihipertensi
dan penyakit sistemik lainya.
B. Pemeriksaan penunjang
1. Sel darah lengkap (CBC) menghitung atau mencari tanda-tanda
infeksi dan dehidrasi. Sebuah peningkatan jumlah sel darah
putih(15.000-20.000/mm3) adalah tanda infeksi dan mungkin
menunjukan sumbatan atau perforasi usus. Peningkatan tingkat
hematokrit dapat berarti dehidrasi.
2. Pemeriksaan elektrolit dan urinalisis untuk mengevaluasi
ketidakseimbangan cairan elektrolit dan sepsis.
3. Kleatinin dan nitrogen urea darah (BUN), tingkat peningkatan kadar
serum ini menunjukan bahwa kemungkinan pasien mengalami
dehidrasi
4. Rongten abdomen, untuk menentukan lokasi pola dan
jenisnya(mekanisme atau nonmechanical,sebagian atau seluruhnya)
dari obstruksi.
5. Kolonoskopi untuk membantu dalam penilaian dan diagnosis dari
obstruksi usus besar.
6. Tes fungsi hati
7. CT scan abdomen
8. USG.
A. Pengkajian secara umum
Pengkajian ini meliputi identitas klien, status kesehatan saat ini, riwayat
kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik sistem
gastrointestinal, pola aktivitas sehari-hari, serta pengkajian pola
psikososial dan spiritual.
a. Status kesehatan saat ini :
o status kesehatan secara umum
o keluhan kesehatan saat ini
o Pengetahuan, pemahaman, dan penatalaksanaan
masalah kesehatan
b. Riwayat kesehatan masa lalu:
o penyakit masa kanak-kanak
o penyakit kronik
o Pernah mengalami trauma
c. Pengkajian umum status gizi individu
Pengkajian Status Gizi
1) Pengukuran antropometri, yaitu pengukuran tinggi badan (TB),
dan berat badan (BB).
2) Menghitung indeks masa tubuh
IMT = Kg BB / (TB)2
IMT Kategori
< 18,5 Berat badan kurang
18,5 – 24,9 Berat badan normal
25,0 – 29,9 Berat badan lebih
30,0 – 34,9 Obesitas I
35.0 – 39.9 Obesitas II
>39,9 Sangat obesitas
Pada Lansia terjadi pengurangan tinggi padan, hal ini disebabkan
karena beberapa hal, antara lain:
Komponen cairan tubuh berkurang sehingga diskus
intervertebralis relatif kurang mengandung air sehingga
menjadi lebih pipih
Semakin tua cenderung semakin kifosis, sehingga tinggi dan
tagak lurus tulang punggung berkurang
Osteoporosis yang sering kali terjadi pada wanita lansia akan
mudah mengakibatkan fraktur vertebra sehingga tinggi badan
berkurang.
Penurunan tinggi badan tersebut mempengaruhi hasil penghitungan
IMT (Indeks Massa Tubuh). Oleh karena itu dianjurkan memakai
ukuran tinggi lutut (knee hight). Tinggi lutut tidak akan berkurang
kecuali terjadi fraktur tungkai bawah.
Berikut rumusnya:
TB pria : 59,01 + (0,28 x TL cm)
TB wanita : 75,00 + (1,91 x TL cm) – (0,17 x U)
d. Bau
Bau mulut (kurangnya kebersihan mulut, penyakit pada rongga mulut
dan paru-paru, infeksi abses paru, penyakit paru dan uremia).
e. Kulit
Turgor kulit yang jelek dihubungkan dengan dehidrasi, kulit bersisik,
gatal, kulit yang pucat, pengikisan kulit bisa disebabkan oleh
bermacam-macam defisiensi nutrisi. Kaji adanya edema akibat
gangguan sistem lain.
f. Pemeriksaan rongga mulut :
- Bibir
Kesimetrisan, warna, kelembaban, kebiru-biruan (rendahnya kadar
O2). Bibir pecah-pecah (defisiensi riboflafin atau perlukaan oleh
gigi yang tajam).
- Rongga mulut
Inspeksi kelembaban dan kemerahan membran mukosa
Membran mukosa dan lidah kering (dehidrasi), bintik putih
pada mukosa (infeksi moniliasis).
Gusi bengkak penyakit periodontal juga akibat fenitoin atau
leukimia. Keracunan timah dideteksi dengan timbulnya garis
biru kehitaman jika gigi masih ada.
- Faring
Selama proses menelan, nervus fagusà palatun lunak terangkat
dan menutup nasofaring dan aspirasi tidak terjadi.
Kaji fungsi gangguan refleks, tekan lidan pada bagian tengah,
tetapi tidak terlalu jauh kebelakang àrespon tersedak. Suruh
lansia mengatakan “ah” palatum lunak terangkat. Jika terjadi
rasa sakit dan kemerahan, atau adanya bintik putih
dikerongkongannya.
g. Pemeriksaan abdomen
a) Suruh pasien mengosongkan abdomen, lihat (tanya) apakah
ada bekas luka akibat apendektomi 50 tahun yang lalu.
b) Lihat apakan ada striae (biasanaya biru-pink atau warna
perak) Hasilà dari obesitas, ansites, kehamilan, atau tumor.
Lihat adanya ruam.
c) Kaji kesimetrisan abdomen dan mencakup semua keempat
kuadran. Catat adanya temuan dan lokasi.distensi bagian
bawah abdomen (dibawah pusar)àdistensi kandung kemih
atau tumor pada uterus dan ovarium.
d) Kaji adanya nyeri atau ketegangan.
e) Perkusi (bunyi abnormal pada sebagian organ abdomen,
misal hati, lambung,dll).
f) Kaji bising usus normal (terdengar satu kali setiap 5-15 detik,
biasanya tidak teratur), jika tidak terdengar, stimulasi dengan
jari. Tidak adanya bising usus kurang dari 5 menit
dibutuhkan evaluasi medis. Peningkatan suara sampai
penurunan peristaltik. Palpasi seharusnya tidak ada masa.
- Pemeriksaan rektum
a) Inspeksi perianal (hemoroid), lakukan DRE untukmengkaji
(fisura, tumor, inflamasi, dankebersihan yang kurang)
b) Minta klien untuk meneran (ada tambahan hemoroid atau
rectal prolaps). Masa yang keras bias menghalangi palpasi
penuh pada rektum.
h. Pemeriksaan feses
a) DRE (pemeriksaan spesimen feses)
b) Feses hitam (makanan yang tinggi besi atau perdarahan usus
proksimal)
c) Darah merah segar (perdarahan usus bagian distal atau
hemoroid). Pucat atau berlemak (masalah absorbsi). Feses
yang abu-abu (obstruksi jaundice) mukus (inflamasi)
(Eliopoulus, 2005)
Daftar Pustaka
Jhonson, Marion dkk. 2020. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise,
Missouri : Mosby, Inc.
Lueckenotte, Annette Giesler.Ed . 1998. Pengkajian gerontology..2.Jakarta.EGC
McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). St.
Louise, Missouri : Mosby, Inc.
Subekti, Nike Budhi. 2007. Asuhan keperawatan geriatric/editor,Jaime
L.Stockslager,et al : alih bahasa,;editor edisi bahasa Indonesia Nur Meity
Sulistia Ayu.ed.2.jakarta : EGC