Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT. BANK PANIN DUBAI SYARIAH Tbk.


PERIODE 2019.

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester


Analisa Laporan Keuangan dan Pasar Modal

Disusun Oleh:
Nabilatul Fidriya
(19383042083)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2021

1
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT. BANK PANIN DUBAI SYARIAH Tbk.
PERIODE 2019.

Nabilatul Fidriya
19383042083
Institut Agama Islam Negeri Madura

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut dengan financial
intermediary, artinya lembaga perbankan adalah lembaga yang kegiatannya berkaitan
dengan uang. Bank sebagai perantara keuangan juga mempunyai peranan penting dalam
perekonomian serta merupakan bagian terpenting dalam perekonomian suatu negara.
Oleh karena itu, kemajuan bank di suatu negara dapat dijadikan sebagai indikator untuk
mengukur kemajuan negara tersebut. Bank dalam pasal 1 ayat (2) UU No. 10 Tahun 1998
tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana dalam
bentuk kredit dan bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
Di Indonesia ada dua jenis bank berdasarkan metode penentuan harga, yaitu bank
berdasarkan prinsip konvensional dan bank berdasarkan prinsip syariah. Bank Syariah
adalah bank yang tidak mengandalkan bunga untuk beroperasi. Bank tanpa bunga ini
adalah lembaga perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan
pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW.
Panin Bank Syariah adalah sebuah lembaga perbankan yang sebelumnya bernama
Bank Harfa yang berada di Surabaya, bank tersebut didirikan pada tahun 1990. Setelah
PT Bank Panin Syariah didirikan dan memperoleh izin usaha dengan prinsip syariah dari
Bank Indonesia berdasarkan hukum syariah. Pada tanggal 6 Oktober 2009, berdasarkan
keputusan Gubernur BI No.11/52/KEP.GBI/DpG/2009, bank secara resmi mulai
beroperasi sebagai Bank Syariah pada tanggal 2 Desember 2009.
Perbankan syariah di Indonesia sendiri muncul pada tanggal 1 Mei 1992. Pada
awalnya bank-bank yang menerapkan prinsip syariah kurang mendapatkan perhatian
penuh dan optimal dalam tatanan sektor perbankan nasional. Akan tetapi perkembangan
perbankan syariah di Indonesia hingga kini cukup menggembirakan. Industri perbankan
syariah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan

2
pesat ini tercatat sejak Bank Indonesia mengeluarkan peraturan yang memberi izin
pembukaan bank syariah baru dan pendirian Unit Usaha Syariah (UUS).
Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang
telah terbit pada tanggal 16 Juli 2008, pengembangan industri perbankan syariah nasional
semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhan
lebih cepat lagi. Masyarakat merupakan pihak yang sangat berperan, karena pada
umumnya mereka mempunyai sikap yang tanggap terhadap berbagai bentuk pelayanan
yang diberikan oleh masing-masing bank untuk menarik perhatian serta simpati dari
masyarakat. Simpati dan kepercayaan masyarakat terhadap bank tidak lepas dari keadaan
keuangan bank, termasuk kesehatan bank itu sendiri.
Pola bagi hasil pada Bank Syariah memungkinkan nasabah untuk mengawasi kinerja
bank syariah dengan memantau atas jumlah bagi hasil yang diperoleh. Jika jumlah
keuntungan bank semakin besar maka semakin besar pula bagi hasil yang diterima oleh
nasabah, begitupun sebaliknya. Jumlah bagi hasil yang kecil jangka panjang
menunjukkan bahwa indikator pengelolaan Bank merosot. Keadaan tersebut merupakan
peringatan dini yang transparan dan mudah bagi nasabah. Berbeda dengan perbankan
konvensional, nasabah tidak dapat menilai kinerja hanya dari indikator bunga yang
diperoleh.
Analisis terhadap laporan keuangan pada dasarnya hanya karena untuk mengetahui
posisi keuangan suatu perusahaan, laporan keuangan tersebut disusun secara baik dan
akurat. Kinerja keuangan bank merupakan bagian dari kinerja keuangan secara
keseluruhan yang merupakan gambaran pencapaian operasional bank di bidang keuangan,
baik yang menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpun dan penyaluran dana
dan lain sebagainya. Salah satu penilaian kinerja yang dapat dilakukan ialah kinerja
keuangan untuk mengetahui tingkat kesehatan bank.
Kinerja keuangan tersebut dapat diketahui dengan menghitung rasio-rasio keuangan
seperti, rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan permodalan. Selain itu rasio-rasio
ini dapat membantu manajemen memahami keadaan yang terjadi pada perbankan
berdasarkan suatu informasi laporan keuangan, baik perbandingan rasio-rasio sekarang
dengan rasio yang lalu dan rasio yang akan datang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka adapun perumusan masalahnya yaitu:
1. Rasio apa saja yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan PT. Bank Panin
Dubai Syariah Tbk

3
2. Bagaimana perhitungan laporan keuangan serta kinerja keuangan dari PT. Bank Panin
Dubai Syariah Tbk

4
LANDASAN TEORI
A. Bank Syariah
Bank syariah adalah bank yang tidak mengandalkan bunga. Bank syariah atau dikenal
dengan nama Bank bebas bunga yaitu lembaga perbankan yang bisnis dan produknya
dikembangkan berdasarkan AL-Qur’an dan Hadits. Bnak syariah adalah lembaga
keuangan yang kegiatan usahanya memberikan pembiayaan dan jasa dalam transaksi
pembayaran dan peredaran uang yang kegiatan usahanya sesuai dengan prinsip hukum
Islam.
Bank syariah didirikan untuk menciptakan kemaslahatan umat Islam, oleh karena itu
dalam pelaksanaannya bank syariah tidak boleh bertentangan dengan ajaran-ajaran atau
pedoman agama Islam itu sendiri. Salah satu penyimpangan utamanya adalah ialah sistem
bunga yang terdapat pada bank konvensional, sedangkan dalam bank syariah sistem ini
bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Para ulama berpendapat bahwa sistem
bunga dalam bank perlu dihapus, penghapusan sistem bunga bank berarti melaksanakan
islamisasi perbankan (Suhendi, 2007).
Bank pada dasarnya adalah entitas yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk pembiayaan atau dengan kata lain berfungsi sebagai perantara keuangan. Dalam
sistem perbankan syariah Indonesia terdapat dua jenis sistem operasional perbankan,
yaitu bank konvensional dan bank syariah. Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah Indonesia, dijelaskan bahwa bank syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri
dari Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Sesuai dengan
namanya, prinsip yang digunakan oleh bank syariah adalah prinsip hukum Islam
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam
penetapan fatwa di bidang syariah. Prinsip kegiatan usahanya didasarkan pada prinsip
syariah yaitu prinsip demokrasi ekonomi dan prinsip kehati-hatian. Tujuan perbankan
syariah adalah mendukung pelaksanaan pembangunan nasional untuk meningkatkan
keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang menyediakan layanan pembayaran
dalam kegiatannya. Adapun kegiatan usaha Bank Umum Syariah yaitu meliputi:
1. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa Giro, Tabungan atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi’ah atau akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

5
2. Menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan akad mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
3. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad
musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
4. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad murabahah, akad salam, akad istishna’,
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
5. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qard atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah.
6. Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak kepada Nasabah berdasarkan
akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau akad lain
yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
7. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan
nasabah berdasarkan Prinsip Syariah.
8. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan bidang sosial
sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
B. Laporan Keuangan Bank
Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan
pada saat ini atau dalam satu periode tertentu (Khasmir, 2012:7). Sedangkan laporan
keuangan sangat bergantung pada informasi yang diambil dari laporan keuangan.
Pengguna laporan keuangan bank membutuhkan informasi yang dapat dipahami, relavan,
andal dan dapat dibandingkan dengan mengevaluasi posisi keuangan dan kinerja bank.
Pengguna juga membutuhkan informasi yang lebih baik tentang karakteristik spefisik
operasi bank.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:2), laporan keuangan merupakan bagian
dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi
neraca, laporan laba/rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan atas laporan
keuangan serta laporan lainnya yang menjelaskan materi bagian dari laporan keuangan.
Jadi, laporan keuangan merupakan suatu daftar yang di dalamnya berisi ringkasan atas
transaksi yang meliputi neraca, laporan laba/rugi, dan laporan perubahan posisi keuangan.
Neraca menunjukkan jumlah aktiva, kewajiban, serta modal suatu perusahaan. Laporan
laba/rugi menunjukkan hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya-biaya yang

6
dikeluarkam selama periode tertentu, sedangkan laporan perubahan posisi keuangan
menunjukkan sumber dan penggunaan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan.
C. Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan
pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan atau pos-pos antar laporan keuangan yang
mempunyai hubungan yang relavan dan signifikan. Analisis rasio keuangan berguna
sebagai analisis intern bagi manajemen perusahaan untuk mengetahui hasil finansial yang
telah dicapai guna perencanaan yang akan datang dan juga untuk analisis intern kreditor
serta investor untuk menentukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal suatu
perusahaan (Prasnanugraha, 2007: 45). Analisis rasio keuangan juga berguna untuk
menentukan kesehatan atau kinerja keuangan suatu perusahaan.
Kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional
perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik sesuai
dengan ketentuan perbankan yang berlaku. Bagi Bank Indonesia hasil dari penilaian
kesehatan perbankan digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi
pengawasan bank oleh Bank Indonesia, sedangkan bagi perbankan hasil akhir penilaian
kesehatan suatu perbankan dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan
strategi bisnis di masa yang akan datang.
Analisis yang digunakan dalam laporan keuangan PT. Bank Panin Dubai Syariah Tbk.
terdiri dari rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan permodalan, yaitu sebagai
berikut:
1. Rasio Likuiditas
Analisis rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang
sudah jatuh tempo. Jika perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban
jangka pendek pada saat jatuh tempo maka perusahaan tersebut dikatakan sebagai
perusahaan yang likuid. Begitupun sebaliknya, jika perusahaan tidak memiliki
kemampuan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo maka
perusahaan tersebut dikatakan sebagai perusahaan yang tidak liquid. Berikut merupakan
jenis-jenis rasio likuiditas meliputi:
a. Cash Ratio (Rasio Kas)
Rasio kas merupakan rasio yang menunjukkan sejauh mana kemampuan kas dan
setara kas untuk menutupi kewajiban-kewajiban jangka pendek. Cash ratio yaitu
likuiditas minimumyang harus dipelihara oleh bank saat membayar kembali dana pihak

7
ketiga yang dihimpun oleh bank yang harus segera dibayar. Semakin besar rasio ini maka
semakin besar pula kemampuan liquiditas bank yang bersangkutan, namun nyatanya akan
mempengaruhi profitabilitas. Standar normal angka rasio ini menyesuaikan dengan
tingkat kebutuhan kas.
Adapun rumus untuk menghitung Cash Ratio yaitu:

b. Current Ratio (Rasio Lancar)


Rasio lancar adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang akan segera jatuh tempo dengan
menggunakan jumlah total aset lancar. Rasio lancar menggambarkan seberapa besar
jumlah ketersediaan aset lancar yang dimiliki suatu perusahaan dibandingkan dengan total
kewajiban lancar. Oleh karena itu, rasio dihitung sebagai hasil bagi antara total aset lancar
dan total kewajiban lancar.
Perusahaan harus terus memantau hubungan antara kewajiban lancar dengan aset
lancar. Karena hubungan ini sangat penting untuk menilai kemampuan suatu perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancar.
Semakin besar perbandingan antara aset lancar dengan kewajiban jangka pendek maka
semakin tinggi pula kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Adapun rumus untuk menghitung Current Ratio yaitu:

c. Quick Ratio (Rasio Cepat)


Rasio cepat merupakan rasio yang mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva jangka pendek dikurangi dengan
persediaan. Hal ini dikarenakan persediaan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
diuangkan atau menjadi cash asset. Rasio ini menunjukkan sejauh mana aset lancar yang
paling likuid menutupi kewajiban jangka pendek. Semakin besar rasio ini maka akan
semakin baik kemampuan perusahaan. Standar rasio cepat adalah 1:1 atau 100% dan bisa
dikatakan likuid. Jadi jika dibawah 100%, maka dapat dikatakan ill-likuid atau tidak
sehat.
Adapun rumus untuk menghitung Quick Ratio yaitu:

8
d. Net Working Capital to Total Aset
Rasio aset lancar terhadap total aset merupakan ukuran bersih pada aktiva lancar
perusahaan terhadap modal kerja parusahaan. Rasio ini menunjukan porsi aset lancar atas
total aset. Semakin besar rasio ini maka akan semakin baik kemampuan suatu perusahaan.
Adapun rumus untuk menghitung Net Working Capital to Total Aset yaitu:

e. Financing to Deposit Ratio (FDR) atau Loan to deposit ratio (LDR)


Financing to deposit ratio merupakan perbandingan antara pembiayaan yang
diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio FDR, maka semakin
rendah kemampuan likuiditas bank tersebut jika ada deposan menarik dananya sehingga
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Hal tersebut dapat
mempengarugi deposan dalam memilih dimana ia akan menghimpun dananya.
Adapun rumus untuk menghitung Financing to Deposit Ratio (FDR) yaitu:

2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajibannya jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini berhubungan
dengan keputusan pendanaan, dimana perusahaan lebih memilih pembiayaan utang
dibandingkan dengan modal sendiri. Rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dari utang. Artinya yaitu berapa besar
beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.
Menurut Fahmi, 2011. Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik itu jangka pendek maupun
jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi (dibubarkan). Semakin tinggi rasio
solvabilitas maka akan semakin tinggi risiko kerugian yang dihadapi, akan tetapi masih
ada kesempatan mendapatkan laba yang besar. Begitupun sebaliknya, apabila rasio
solvabilitas yang rendah maka mempunya risiko kerugian yang lebih kecil. Dampak ini
juga mengakibatkan rendahnya tingkat hasil pengembalian (return) pada saat
perekonomian tinggi.
Jenis-jenis rasio solvabilitas yaitu meliputi:
a. Debt to Asset Ratio (DAR)

9
Debt to asset ratio merupakan rasio total kewajiban terhadap aset. Rasio ini
menunjukan sajauh mana utang dapat ditutupi oleh aset. Rasio ini merupakan rasio utang
yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dan total aktiva.
Semakin tinggi debt to asset ratio ini maka pendanaan dengan utang semakin banyak dan
semakin sulit pula bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena
dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utangnya dengan aktiva yang dimiliki.
Begitupun sebaliknya, semakin rendah debt to asset ratio makan akan semakin kecil
perusahaan dibiayai dari utang.
Adapun rumus untuk meghitung Debt to Asset Ratio yaitu:

b. Debt to Equity Ratio (DER)


Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
suatu perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek ataupun
jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini adalah rasio yang digunakan
untuk menilai utang dan ekuitas (Kasmir, 2012 hal. 157).
Rasio ini merupakan ukuran penilaian kinerja perusahaan yang dimaksud untuk
mengukur sampai seberapa besar aset perusahaan dibiayai dengan utang. Rasio ini
berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan
pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah
modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Semakin kecil rasio ini maka akan
semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya.
Adapun rumus untuk menghitung Debt to Equity Ratio yaitu:

c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER)


Long term debt to equity ratio adalah rasio yang diukur dari perbandingan antara
utang jangka panjang dan ekuitas. Tujuan LTDER yaitu untuk mengukur berapa bagian
dari ekuitas (modal sendiri) yang dijadikan jaminan utang jangka panjang. Rasio ini
menunjukkan sejauh mana modal dapat menutupi seluruh kewajiban jangka panjang suatu
perusahaan. Semakin kecil rasio ini maka semakin baik.
Adapun rumus untuk mengukur Long Term Debt to Equity Ratio yaitu:

3. Rasio Profitabilitas

10
Rasio profitabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
mencari keuntungan. Rasio ini memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu
perusahaan. Menurut Irham Fahmi, rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur
efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat
keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi.
Semakin baik rasio ini maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya
perolehan keuntungan perusahaan.
Jenis-jenis rasio profitabilitas yaitu meliputi:
a. Net Profit Margin (NPM)
Net profit margin merupakan rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan bank,
dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Rasio ini
menunjukkan seberapa besar presentase laba perusahaan diperoleh dari pendapatan
utama. Semakin besar rasio ini makan akan semakin baik kemampuan suatu perusahaan
dalam menghasilkan laba.
Adapun rumus untuk menghitung Net Profit Margin (NPM) yaitu:

b. Return On Asset Ratio (ROA)


Menurut Prihadi (2008: 68), return on asset yaitu mengukur tingkat laba terhadap aset
yang digunakan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. ROA adalah
perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva atau modal yang menghasilkan laba
tersebut. Rasio ini menunjukkan sejauh mana perputaran aset untuk menghasilkan laba,
semakin besar rasio ini maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai suatu
bank dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari penggunaan aset. Rasio ini sangat
penting dalam melakukan penilaian terhadap penilaian suatu bank.
Adapun rumus untuk menghitung Return on Asset (ROA) atau tingkat pengembalian
aktiva yaitu :

c. Return on Equity (ROE)


Return on Equity adalah perbandingan antara laba bersih bank dantotal ekuitas (modal
sendiri). Rasio ini menunjukan sejaauh mana perputaran ekuitas atau modal untuk
menghasilkan laba. Rasio ini merupakan indikator yang sangat penting bagi para
pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam

11
memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembagian deviden. Semakin besar rasio
ini maka semakin baik ekuitas atau modal dalam menghasilkan laba.
Rumus untung menghitung Return on Equity (ROE) yaitu:

4. Permodalan
a. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio adalah rasio kecukupan modal bank atau kemampuan modal
bank yang ada untuk menutupi kemungkinan kerugian dalam perkreditan atau
perdagangan surat-surat berharga. Rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio)
merupakan faktor penting bagi bank untuk pengembangan usaha dan menampung
kerugian. Bank indonesia menetapkan Capital Adequacy Ratio karena kewajiban
penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai
suatu proporsi tertentu dari total aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR).
Adapun rumus untuk menghitung Capital Adequacy Ratio yaitu:

PEMBAHASAN
Berdasarkan data laporan keuangan PT. Bank Panin Dubai Syariah Tbk. dari laporan
laba rugi dan laporan posisi keuangan (neraca) dari tahun 2019 dengan menggunakan
pendekatan rasio keuangan yaitu:
1. Rasio Likuiditas
a. Cash Ratio, adalah rasio yang digunakan untuk membandingkan kas dan setara kas
dengan kewajiban lancarnya. Berikut ini merupakan perhitungan Cash Ratio pada
PT. Bank Panin Dubai Syariah Tbk. Tahun 2019
Keterangan 2019
Kas dan Setara Kas:
Kas 18.762.684
Penempatan pada bank Bank Indonesia 1.128.685.344
Giro pada bank lain 3.923.309
Total Kas dan Setara Kas 1.151.371.337
Kewajiban Jangka Pendek:

12
Liabilitas Segera 19.234.481
Bagi Hasil DST dan Bonus Wadiah yang 19.240.339
Belum dibagikan
Simpanan 503.939.203
Utang Pajak 13.521.742
Total Kewajiban Jangka Pendek 555.935.765
 Tahun 2019

= 2,07
b. Current Ratio, adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana aset lancar menutupi
kewajiban-kewajiban jangka pendek. Berikut ini merupakan perhitungan Current
Ratio pada PT. Bank Panin Dubai Syariah Tbk. tahun 2019
Keterangan 2019
Aset Lancar:
Kas 18.762.684
Penempatan Pada BI 1.498.685.344
Surat Berharga 458.494.969
Piutang:
Piutang Murabahah 312.157.436
Piutang Ijarah 417
Pembiayaan:
Pembiayaan Mudharabah 358.865.872
Pembiayaan Musyarakah 7.602.034.380
Aset Ijarah 63.256.854
Biaya Dibayar Dimuka 13.995.170
Total Aset Lancar 10.326.253.126
Liabilitas Jangka Pendek:
Liabilitas Segera 19.234.481
Bagi Hasil DST dan Bonus Wadiah yang 19.240.339
Belum dibagikan
Simpanan 503.939.203

13
Utang Pajak 13.521.742
Total Liabilitas Jangka Pendek 555.935.765
 Tahun 2019

= 18,57
c. Quick Ratio, adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana aset lancar yang paling
likuid menutupi kewajiban jangka pendek. Berikut ini merupakan perhitungan Quick
Ratio pada PT. Bank Panin Dubai Syariah Tbk. tahun 2019
Keterangan 2019
Kas dan Setara Kas 1.151.371.337
Piutang:
Piutang Murabahah 312.157.436
Piutang Ijarah 417
Total Piutang 312.157.853
Kewajiban Jangka Pendek 555.935.765
 Tahun 2019

= 2,63
d. Net Working Capital to Total Aset (Rasio aset lancar terhadap total aset), adalah
rasio yang menunjukkan aset lancar atas total aset. Semakin besar rasio maka
semakin baik kemampuan perusahaan. Berikut ini merupakan perhitungan Net
Working Capital to Total Aset pada PT. Bank Panin Dubai Syariah Tbk. tahun 2019

Keterangan 2019
Aset Lancar 10.326.253.126
Total Aset 11.135.824.845
 Tahun 2019

14
=

= 0,93
e. Financing to deposit ratio (FDR) atau Loan to Deposit Ratio (LDR), adalah rasio
pembiayaan terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank. Rasio ini
menunjukkan tingkat likuiditas suatu bank. Berikut ini merupakan perhitungan
Financing to Deposit Ratio (FDR) pada PT. Bank Panin Dubai Syariah Tbk. tahun
2019
Keterangan 2019
Total Pembiayaan:
Piutang Murabahah 312.157.436
Piutang Ijarah 417
Pembiayaan Mudharabah 358.865.872
Pembiayaan Musyarakah 7.602.034.380
Aset ijaroh 63.256.854
Total pembiayaan 8.336.314.959
Total Dana Pihak Ketiga 9.361.497.585
 Tahun 2019

= 0,89
2. Rasio Solvabilitas
a. Debt to Asset Ratio (DAR), adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana utang dapat
ditutupi oleh aset. Berikut ini merupakan perhitungan Debt to Asset Ratio (DAR)
pada PT. Bank Panin Dubai Syariah Tbk. tahun 2019

Keterangan 2019
Total Liabilitas 583.700.944
Total Aset 11.135.824.845
 Tahun 2019

15
=

= 0,052
b. Debt to Equity Ratio (DER), adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana modal
dapat menutupi seluruh kewajiban. Berikut ini merupakan perhitungan Debt to Equity
Ratio (DER) pada PT. Bank Panin Dubai Syariah Tbk. tahun 2019
Keterangan 2019
Total Liabilitas 583.700.944
Total Ekuitas 1.694.565.519
 Tahun 2019

= 0,34
c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER), adalah rasio yang menunjukkan sejauh
mana modal dapat menutupi seluruh kewajiban jangka panjang perusahaan. berikut
ini merupakan perhitungan Long Term Debt to Equity Ratio pada PT. Bank Panin
Dubai Syariah Tbk. tahun 2019
Keterangan 2019
Total Liabilitas Jangka Panjang 16.665.400
Total Ekuitas 1.694.565.519
 Tahun 2019

= 0,0098 x 100%
= 0,98%

3. Rasio Profitabilitas
a. Net Profit Margin (NPM), adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar persentase
laba suatu perusahaan yang diperoleh dari pendapatan utama. Berikut merupakan

16
perhitungan Net Profit Margin (NPM) pada PT. Bank Panin Dubai Syariah. tahun
2019
Keterangan 2019
Laba bersih 13.237.011
Pendapatan Utama 662.560.004
 Tahun 2019

= 0,01997 x 100%
= 1,997%
b. Return On Asset Ratio (ROA), adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana
perputaran aset untuk menghasilkan laba. Berikut ini merupakan perhitungan Return
On Asset Ratio (ROA) pada PT. bank Panin Dubai Syariah Tbk. tahun 2019
Keterangan 2019
EBIT (Laba sebelum bunga dan pajak) 22.226.488
Rata-rata total aset (total aset) 11.135.824.845
 Tahun 2019

= 0,00199 x 100%
= 0,199%
c. Return on Equity (ROE), adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana perputaran
ekuitas atau modal untuk menghasilkan laba. Berikut ini merupakan perhitungan
Return on Equity (ROE) pada PT. Bank Panin Dubai Syariah Tbk. tahun 2019
Keterangan 2019
EAT (Earning after tax) 13.237.011
Total Ekuitas 1.694.565.519

 Tahun 2019

17
=

= 0,0078 x 100%
= 0,78%
4. Permodalan
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio kecukupan modal atau kemampuan
bank dalam permodalan untuk menutup kemungkinan kerugian dalam perkreditan.
CAR berguna untuk menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi bank.
Berikut ini merupakan perhitungan Capital Adequacy Ratio pada PT. Bank Panin
Dubai Syariah Tbk. tahun 2019
Keterangan 2019
Modal:
Modal Inti 1.154.218
Modal Pelengkap 94.045
Total Modal 1.248.263
ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko):
ATMR Risiko Kredit 8.126.827
ATMR Risiko Pasar 878
ATMR Risiko Operasional 505.735
Total ATMR 8.633.440
 Tahun 2019

= 0,1445 x 100%
= 14,45%

18
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh beberapa kesimpulan

1. Rasio Likuiditas pada PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk dapat dikatakan bahwa
kemampuan perusahaan dalam menunjang aset yang ada mempunyai skala yang baik
dan tingkat peringkat komposit pada komponen FDR yang cukup memadai dengan
perolehan sebagai berikut Cash Ratio sebesar 2,07 dan Current Ratio sebesar 18,57,
Quick Ratio sebesar 2,63, Net Working Capital to Total Aset 0,93, FDR atau LDR
sebesar 0,89.

2. Kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban utang apabila perusahan


dilikuidasi dapat dikatakan aman karena tingkat DAR yang sebesar 0,052 dan rasio
DER yang masih terbilang kecil yaitu 0,34. Sedangkan untuk LTDER sendiri memiliki
tingkat rasio yang kecil yaitu 0,98% sehingga kewajiban jangka panjang pada
perusahan bisa dikategorikan baik

3. Laba yang diperoleh pada PT Bank Panin Dubai bisa dikategorikan baik karena Rasio
Profitabilitas diperoleh NPM sebesar 1,997%, ROA sebesar 0,199%, dan ROE sebesar
0,78%. Sedangkan permodalan pada PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk bisa
dikategorikan Bank sehat karena memiliki CAR diatas 8% yaitu 14,45%.

SARAN

Pada hasil kesimpulan yang telah dipaparkan bahwa kinerja pada PT Bank Panin Dubai
Syariah Tbk sudah baik untuk menjadi Bank yang lebih maju, akan tetapi untuk
penyebaran Bank di seluruh pelosok Negeri bisa dikatakan masih kurang karena belum
banyak dikenal masyarakat terutama di daerah daerah pedesaan sehingga diperlukan
sebuah inovasi baru untuk mengenalkan dan mengarahkan sehingga dapat meningkatkan
Rasio Profabilitas pada perusahaan

19
DAFTAR PUSTAKA
Atabik, Ahmad. (2013). “Analisis Historis Perkembangan Bank Syariah”, Jurnal Iqtishadia,
6(2).

Wilardjo, Setia Budhi. (September 2004-Maret 2005). “Pengertian, Peranan dan


Perkembangan Bank Syari’ah di Indonesia”, Value Added, 2(1), 2-3.

Otoritas Jasa Keuangan, Perbankan Syariah dan Kelembagaannya, diakses dari


https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/PBS-dan-kelembagaan.aspx,
pada 29 Mei 2021 pukul 16.12.

Nuriasari, Selvia. (2018). “Analisa Rasio Likuiditas Dalam Mengukur Kinerja Keuangan PT.
Mustika Ratu, Tbk. (Tahun 2010-2016)”, Jurnal Riset Bisnis dan Investasi, 4(2), 4

Somantri, Yeni Fitriani dan Wawan Sukmana. (2019). “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Financing to Deposit Ratio (FDR) pada Bank Umum Syariah di Indonesia”,
Artikel Berkala Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 4(2):61-71, 63

Hendri, Eddudar. (2015). “Pengaruh Debt to Asset Ratio (DAR), Long Term Debt to Equity
Ratio (LTDER) dan Net Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan
Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Media Wahana Ekonimoka,
12(2): 1-19), 10

20

Anda mungkin juga menyukai