Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PELACAKAN KASUS GIZI BURUK TAHUN 2018

I. PENDAHULUAN
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan
investasi sumber daya manusia. Oleh karena itu, menjadi suatu
keharusan bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatan demi kesejahteraan seluruh masyarakat. Hal ini
perlu dilakukan karena kesehatan bukanlah tanggung jawab pemerintah
saja, namun merupakan tanggung jawab bersama pemerintah dan
masyarakat termasuk swasta.
Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas.
Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam
kandungan ( janin ), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua
tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini
terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Gangguan
gizi yang terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dapat
dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi.
Oleh karena itu untuk mengatasi gangguan gizi di setiap kehidupan,
maka adanya Upaya Perbaikan Gizi.

II. LATAR BELAKANG


Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia
( SDM ). Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan
fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja
dan menurukan daya tahan tubuh, yang berakibat meningkatnya angka
kesakitan dan kematian. Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh setiap
individu, sejak janin yang masih dalam kandungan, bayi, anak – anak,
masa remaja, dewasa sampai usia lanjut.
Gangguan gizi pada awal kehidupan akan mempengaruhi kualitas
kehidupan berikutnya. Gizi buruk dan gizi kurang pada balita tidak
hanya menimbulkan gangguan pertumbuhan fisik, tetapi juga
mempengaruhi kecerdasan dan produktivitas ketika dewasa.
Penemuan kasus gizi buruk dapat dilakukan salah satunya dengan
menscrenning balita Bawah Garis Merah ( BGM ) yang ada di posyandu
atau jika ada laporan dari RS terkait balita di wilayah kerja puskesmas
yang menjalani rawat inap di RS tersebut dan diduga gizi buruk karena
penyakit infeksinya. Oleh karena itu perlu adanya kegiatan pelacakan
kasus gizi buruk guna menemukan kasus gizi buruk secara dini
sehingga dapat ditangani sedini mungkin dan dapat mencegah adanya
penyakit infeksi yang menyertai.

III. TUJUAN
A. TUJUAN UMUM
Untuk menemukan kasus gizi buruk secara dini.
B. TUJUAN KHUSUS
1. Mengetahui status gizi saat pertama kali ditemukan, guna
menentukan apakah memenuhi persyaratan dalam Pemberian
Makanan Tambahan ( PMT ) Pemulihan.
2. Mengetahui karakteristik keluarga balita ( Pendidikan orang tua,
pekerjaan orang tua, Jumlah anggota keluarga, Status
Kependudukan )
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi yang
dihadapi oleh keluarga balita (pola makan, pola asuh, pola
infeksi dan hygiene sanitasi serta perilaku KADARZI).
4. Mengetahui rutinitas ke Posyandu Balita.
5. Melakukan penilaian status gizi balita pada saat sebelum,
sedang dan setelah pemberian makanan tambahan ( PMT )
pemulihan.
6. Memantau pemanfaatan pemberian makanan tambahan
( PMT ) pemulihan yang sudah diperoleh dari Program Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK).

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Kegiatan pokok adalah Pelacakan Kasus Gizi Buruk dilakukaan saat
ditemukan balita Bawah Garis Merah ( BGM ) baru di Posyandu dengan
status gizi BB / TB Sangat Kurus atau Kurus.

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


1. Petugas gizi mendapat informasi dari bu kader, bidan
Desa/kelurahan dan RS tentang balita yang diduga gizi buruk.
2. Petugas gizi menilai status gizi balita tersebut. Jika ditemukan
status gizi BB / TB Sangat Kurus atau Kurus maka segera
dilakukan pelacakan balita gizi buruk.
3. Petugas gizi melacak balita yang diduga gizi buruk dengan
berkunjung ke rumah bersama kader posyandu.
4. Petugas gizi menggali informasi berdasarkan pedoman yang ada.

VI. SASARAN
Sasaran kegiatan pelacakan kasus gizi buruk yaitu balita BGM
dengan status gizi BB / TB Sangat Kurus atau Kurus menurut Standart
WHO Antro 2005. Selain itu balita yang sedang atau telah dirawat di
RS yang diduga gizi buruk karena penyakit infeksinya.

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Kegiatan Pelacakan Kasus Gizi Buruk dilakukaan 2x24 jam setelah
balita ditemukan oleh bu kader posyandu, bidan desa/kelurahan dan
jika ada laporan dari RS ke Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri yang
kemudian diberitahukan kepada Puskesmas Puhpelem.

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Evaluasi ketepatan jadwal pelaksanaan dilakukan setiap bulan Juni
dan Desember, dilakukan oleh Penanggung jawab Program. Akan
dilakukan tindakan korektif jika terjadi ketidaktepatan jadwal
pelaksanaan.
Pelaporan tentang evaluasi ketepatan jadwal pelaksanaan kegiatan
berupa check list disertai dengan keterangan tindakan korektif jika
terjadi ketidaktepatan jadwal pelaksanaan kegiatan. Laporan evaluasi
ini dibuat pada minggu ke -4 bulan Juni , dan minggu ke -4 bulan
Desember 2017. Laporan Evaluasi ini ditujukan kepada Kepala UPT
Puskesmas Puhpelem.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan pelaporan dan evaluasi kegiatan ini merupakan Laporan
dan Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan. Pada dasarnya laporan berisi
tanggal pelaksanaan, permasalahan gizi, kendala yang dihadapi yang
sekaligus merupakan bentuk evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan.
Dilakukan setiap kali selesai melakukan kegiatan, dan ditujukan kepada
Kepala UPT Puskesmas dan Seksi Kesga Gizi Dinas Kesehatan
Kabupaten Wonogiri. Laporan ini diserahkan kepada Kepala UPT
Puskesmas dan Seksi Kesga Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten
Wonogiri setiap tanggal 5 bulan berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai