Gambar diatas merupakan korelasi penampanng resistivitas lintasan 3,
lintasan 5 dan 6, dan lintasan 7 dan 8. Korelasi penampang resistivitas tersebut
dibuat berdasarkan data hasil pengukuran dilapangan yang kemudian dibuat penampang resistivitas dari masing – masing penampang dan dari ketiga penampang resistivitas tersebut dikorelasikan menggunakan bantuan software encome. Dimana terlihat bahwa pada gambar diatas memiliki 3 penampang resisitivitas lintasan. Pada penampang resistivitas lintasan 3 tersebut nilai resitivitas tinggi berada pada bagian atas kiri peta, yang ditandai dengan warna biru dengan besar nilai resistivitas antara 130 hingga 251 ohm.m. Pada bagian tersebut juga diduga sebagai adanya breksi/gamping. kemudian terdapat nilai resistivitas rendah yang mendominasi pada peta yang sudah ditandai dengan lingkaran berwarna pink. Bagian tersebut memiliki nilai resistivitas antara 0.0756 ohm.m hingga 1.12 ohm.m. Pada bagian tersebut juga diduga sebagai adanya air asin dengan elevasi antara 130 hingga 110 di bawah permukaan. Bila dilihat dari panjang lintasan maka zona air tanah tersebut berada pada titik ke 60 meter hingga 180 meter. Nilai resistivitas rendah tersebut di dapatkan dari sifat air asin sendiri yang memiliki nilai salinitas tinggi. Kadar salinitas tersebut bersifat konduktif sehingga pada penampang tersebut memperlihatkan nilai resistivitas yang rendah. Nilai resitivitas sedang antara 18.1 ohm.m hingga 67.4 ohm.m dapat diduga tersebut merupakan batupasir yang jenuh akan fluida yang dalam kasus ini adalah air tanah (yang menyebardi peta tersebut). Apabila suatu batuan jenuh akan air maka nilai resistivitasnya akan kecil karena air bersifat konduktor. Pada penampang resistivitas lintasan 5 dan 6 terlihat bahwa nilai resistivtas rendah diindikasikan dengan warna biru yang memiliki rentang nilai 0,43 -2,83 Ωm, nilai resistivitas sedang diindikasikan dengan warna hijau-kuning dengan rentang nilai 7,24 -47,6 Ωm, dan nilai resistivitas tinggi diindikasikan oleh warna jingga-merah dengan rentang nilai <122 Ωm.Pada penelitian ini daerah dengan nilai resistivitas tinggi diperkirakan merupakan daerah kedap air dengan jenis litologi batugamping. Daerah dengan nilai resistivitas sedang diperkirakan merupakan batuaan sedimen batupasir. Pada daerah dengan nilai resistivitas rendah diperkirakan merupakan litologi sedimen yang mengandung air sehingga memiliki nilai resistivutas yang sangat rendah. Dan pada penampang resistivitas lintasan 7 dan 8 terlihat bahwa lapisan pada lintasan ini didominasi dengan batupasir yang, dimana rongga-rongga pada batuan tersebut terisi akan udara. Dimana udara mempengaruhi nilai konduktifitas dari batuan tersebut, sehingga nilai hal tersebut menyebabkan besarnya nilai porositas. Porositas besar dengan yang terisi oleh udara menyebabkan didapatkannya nilai resistivitas yang tinggi. Selain itu terdapat faktor lain yang mempengaruhi nilai resistivitas yaitu pasir lepas di daerah ini, yang merupakan hasil rombakan dari batuan yang berasal dari batuan volkanoklastik, dimana batuan tersebut menghasilkan batuan beku intermediet sampai asam. Sehingga menghasilkan kandungan mineral kuarsa yang melimpah. Semakin banyak mineral kuarsa yang terkandung, maka semakin besar pula nilai resistivitas batuan yang didapatkan. Nilai resistivitas yang tinggi faktor mineralogi mempengaruhi pula nilai resistivitas pada batuan, batupasir lepas umumnya mengandung mineral kuarsa yang melimpah. Dari ketiga penampang tersebut kemudian dilakukan korelasi dan didapatkan bahwa pada penampang lintasan 3 terlihat bahwa dominan litologi batupasir yang jenuh akan fluida dan pada penampang lintasan 5 dan 6 terlihat bahwa terdapat nilai resistivitas tinggi yang diduga merupakan hasil dari nilai litologi batugamping di daerah penelitian. Dari hasil korelasi tersebut didapatkan bahwa penampang resistivitas lintasan 5 dan 6 diduga bahwa merupakan lapisan bidang gelincir (litologi batugamping) bagi lapisan diatasnya yaitu yang terdapat pada penampang lintasan 3 dengan litologi batupasir yang jenuh air. Pada penampang lintasan 7 dan 8 juga memiliki kesamaan litologi yaitu nilai resistivitas rendah yang diduga merupakan lapisan litologi batupasir yang menjadi tempat terakumulasinya air dan nilai resistivitas tinggi merupakan litologi batugamping yang merupakan lapisan bidang gelincir. Dari penentuan litologi didaerah penelitian tersebut, maka dapat di interpretasikan bahwa daerah penelitian dapat terjadi tanah longsor dengan bidang gelincir yaitu batugamping dan lapisan longsoran yaitu lapisan batu pasir jenuh air dan litologi soil diatasnya. Daerah rawan longsor tersebut juga mempertimbangkan kemiringan lereng didaerah penelitian dan curah hujan pada daerah tersebut. Dimana air hujan yang masuk kedalam pori batuan akan membuat massa tanah berada kondisi jenuh. Kekuatan tanah akan berkurang apabila mempunyai kadar air yang tinggi atau dalam kondisi yang sangat jenuh air dan menjadikan daerah tersebut menjadi rawan terjadi bencana tanah longsor.