RELIABILITY-
CENTERED
MAINTENANCE
(RCM)
Pokok bahasan :
12
Teknik Teknik Industri Ir. Herry Agung Prabowo, MSc
Abstract Kompetensi
Tingkat keandalan (reliability) yg Mahasiswa m ampu :
tinggi pd produk canggih adalah hal 1. Memahami pengertian Reability
utama. Ada beberapa cara untuk Centered Maintenance
menjamin tingkat realibility, salah 2. Memahami metode penerapan
RCM kegiatan pemeliharaan.
satunya dg pendekatan dlm 3. Memahami kendala dalam
pemeliharaan yang sangat efektif penerapan RCM
menjaga ‘inherent reliability’ dari
suatu system yg disebut Reliablity
Centered Maintenance (RCM).
Pendahuluan
Kebanyakan sistem dan produk (moderen) baik komersial maupun militer cenderung
menjadi kompleks dan canggih. Contoh khasnya adalah jaringan telekomunikasi, pesawat
terbang, computer, mesin perkakas, sistem manufaktur, pabrik kimia, reaktor nuklir, dan lain-
lain. Untuk produk-produk tersebut, kebutuhan untuk keandalan (reliability) yang tinggi
adalah hal yang sangat penting. Kegagalan dalam memenuhi tingkat keandalan yang
dipersyaratkan dapat mengakibatkan tidak hanya kerugian secara ekonomi tetapi juga dapat
mempengaruhi keselamatan manusia dan kelestarian lingkungan (Iskandar (1989).
Pada banyak kasus (misalnya pesawat terbang, pesawat ruang angkasa, pabrik kimia atau
reaktor nuklir), ketidak-andalan (unreliability) dari produk tersebut mempengaruhi
keselamatan manusia dan untuk pabrik kimia dan raktor nuklir tidak hanya mempengaruhi
keselamatan manusia tetapi juga berakibat buruk pada lingkungan. Pada kasus lain,
kegagalan dalam memenuhi tingkat keandalan dapat mempengaruhi keamanan dari suatu
negara misalnya tidak berfungsinya sistem pengindra atau senjata anti pesawat terbang.
Terdapat beberapa cara untuk menjamin keandalan yang tinggi pada suatu system di
antaranya adalah :
a. Dengan menggunakan 'redundant components' pada sistem.
b. Pengendalian mutu - juga dapat mencapai keandalan yang lebih baik dengan
menjamin bahwa sistem yang diproduksi harus memenuhi spesifikasinya.
c. Pemeliharaan (maintenance) - merupakan cara yang efektif untuk
mengendalikan keandalan sistem karena pemeliharaan dapat mencegah
'excessive deterioration' dari sistem.
Pada modul ini akan diperkenalkan suatu pendekatan dalam pemeliharaan yang sangat
efektif dalam menjaga 'inherent reliability' dari suatu system. Pendekatan ini (yang
selanjutnya disebut Reliablity Centred Maintenance) pertama kali diterapkan pada program
pemeliharaan pesawat Boeing 747 dan berhasil dengan sangat baik. {Nowlan & Heap
(1978)}.
Maintenance Maintenance
2 Ir. Herry Agung Prabowo, MSc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Realibility Centered Maintenance (RCM)
RCM memandang bahwa pemeliharaan dapat melakukan tidak lebih dari pada
menjaga sistem tetap dapat mencapai 'inherent reliability' nya atau 'intended
function' nya. 'Intended function' dari suatu sistem dapat didefinisikan dalam banyak
cara tergantung pada dimana dan bagaimana system digunakan (the operating
context). Intended function juga secara tersirat menyatakan harapan performansi dari
system.
RCM pada dasarnya merupakan framework yang dapat dipakai untuk menentukan apa yang
harus dikerjakan untuk menjaga bahwa system tetap dapat memenuhi 'intended function'
nya pada kondisi operasi di mana system berada.
Anthony Smith dalam bukunya yang berjudul Reliability Centered Maintenance Reliability
mendefinisikan Reliability Centered Maintenance (RCM) sebagai suatu metode untuk
mengembangkan, memilih dan membuat alternatif strategi pemeliharaan yang didasarkan
pada kriteria operasional, ekonomi dan keamanan. Tujuan utama dari RCM adalah untuk
mempertahankan fungsi sistem dengan cara mengidentifikasikan mode kegagalan (failure
mode) dan memprioritaskan kepentingan dari mode kegagalan kemudian memilih tindakan
pemeliharaan pencegahan yang efektif dan dapat diterapkan.
Maintenance Maintenance
3 Ir. Herry Agung Prabowo, MSc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Setelah sistem dipilih dan batasan sistem telah dibuat, maka dilakukan pendeskripsian
sistem. Bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendokumentasikan detail penting
dari system
4. Penentuan fungsi dan kegagalan fungsional.
Fungsi dapat diartikan sebagai apa yang dilakukan oleh suatu peralatan yang
merupakan harapan pengguna. Fungsi berhubungan dengan masalah kecepatan,
output, kapasitas dan kualitas produk. Kegagalan (failure) dapat diartikan sebagai
ketidakmampuan suatu peralatan untuk melakukan apa yang diharapkan oleh
pengguna. Sedangkan kegagalan fungsional dapat diartikan sebagai ketidakmampuan
suatu peralatan untuk memenuhi fungsinya pada performasi standard yang dapat
diterima oleh pengguna. Suatu fungsi dapat memiliki satu atau lebih kegagalan
fungsional.
Maintenance Maintenance
4 Ir. Herry Agung Prabowo, MSc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Efektif berarti kebijakan perawatan yang dilakukan dapat mencegah, mendeteksi
kegagalan atau menemukan Hidden Failure
Efisien berarti kebijakan perawatan yang dilakukan ekonomis bila dilihat dari total biaya
perawatan.
Penjelasan yang lebih rinci mengenai pertanyaan (a) - (d) akan disajikan pada bagian 3
dengan heading Fungsi dan Kerusakan, dan pertanyaan (e), (f), dan (g) masing-masing
pada bagian 4, 5, dan 6 dengan ' heading' Akibat Kerusakan, Tindakan Pencegahan, serta
tindakan 'Default'.
Maintenance Maintenance
5 Ir. Herry Agung Prabowo, MSc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
komponen, jenis kerusakan yang terjadi, efek yang ditimbulkan akibat kerusakan, serta
tindakan yang harus diberikan untuk mengantisipasi jenis kerusakan pada komponen kritis.
Menurut (Orugbo et al., 2015), RCM sebagai teknik yang menentukan kebutuhan
pemeliharaan suatu sistem dan interval di mana ini harus dilakukan dalam konteks operasinya
melalui mode kegagalan, analisis efek dan kekritisan. RCM menggunakan aktivitas
pemeliharaan prediktif dan preventif untuk menjaga kemampuan servis sistem bagi pengguna
spesifikasi dengan mengidentifikasi fungsi sistem, pola dan efek pemotongan fungsi dan
memberikan pengetahuan yang lebih cerdas untuk mengusulkan tugas pemeliharaan yang
memadai untuk mempertahankan fungsi dan mengurangi risiko. RCM dikembangkan pada
tahun 1960-an dalam menanggapi kenaikan biaya pemeliharaan dan berkurangnya
ketersediaan pesawat yang terkait dengan pemeliharaan rutin berbasis waktu tugas
Selain itu juga ada yang mendefinisikan Reliability Centered Maintenance (RCM)
adalah suatu metode yang digunakan untuk mengembangkan dan memilih alternative desain
pemeliharaan berdasarka kriteria keselamatan operasional. RCM berfokus pada preventive
maintenance (PM) terhadap kegagalan yang sering terjadi.
Pada umumnya RCM menjawab 7 (tujuh) pertanyaan utama terhadap sistem yang
teliti. Ketujuh pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut: (Judhika, 2016)
a. Apakah fungsi dari aset dan standar kinerja yang terkait dengan fungsi itu sesuai
dengan konteks operasinya saat ini (system function)?
b. Bagaimana sistem tersebut gagal memenuhi fungsinya (functional failure)?
c. Apa penyebab dari setiap kegagalan fungsi tersebut (failure modes)?
d. Apakah yang terjadi pada saat penyebab kegagalan tersebut muncul (failure
effect)?
e. Bagaimana kegagalan tersebut berpengaruh (failure consequences)?
Maintenance Maintenance
6 Ir. Herry Agung Prabowo, MSc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
f. Apa yang dapat dilakukan untuk memprediksi atau mencegah setiap kegagalan
(protective task)?
g. Apa yang harus dilakukan jika tidak ditemukan tindakan proaktif yang sesuai
(default action)?
Maintenance Maintenance
7 Ir. Herry Agung Prabowo, MSc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
b. Kegagalan yang sekarang sedang diantisipasi oleh program perawatan yang ada.
c. Kegagalan yang belum pernah terjadi tetapi diperkirakan dapat menjadi kenyataan di
dalam proses operasinya.
d. Kegagalan yang bila terjadi dapat memberikan dampak yang sangat serius. Sebagian
besar modus kegagalan yang dapat sebelumnya, hanya disebebkan oleh deteriorasi
dan keausan. Pada metode RCM modus kegagalan juga dapat disebabkan oleh human
errors (kesalahan operator yang melakukan kegiatan perawatan) dan kesalahan desain,
sehingga semua modus kegagalan yang ada dapat di indentifikasi dengan baik dan
ditangani dengan cara yang benar.
Maintenance Maintenance
8 Ir. Herry Agung Prabowo, MSc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
konsekuensi lingkungan apabila kegagalan yang terjadi dapat melanggar peraturan
atau standar lingkungan perusahaan, wilayah, nasional atau internasional.
c. Konsekuensi operasional (Operational Consequences). Kegagalan mempunyai
konsekuensi operasional apabila kegagalan yang terjadi dapat mempengaruhi
kapabilitas operasional seperti hasil produksi, kualitas produk, kepuasan pelanggan
dan biaya tambahan perbaikan.
d. Konsekuensi Non-Operasioanal (Non-Operasioanal Consequences) kegagalan yang
terjadi tidak dapat mempengaruhi konsekuensi non-operasional jika kegagalan yang
terjadi tidak mempegaruhin keamanan atau kegiatan operasional. Kegagalan ini hanya
berakibat pada biaya perbaikan. Proses RCM mengunakan kategori-kategori di atas
sebagai dasar dalam pengambilan maintenance task yang sesuai. Proses evaluasi
konsekuensi kegagalan juga mengubah pemikiran bahwa semua kegagalan adalah hal
yang buruk dan harus di jegah. Dengan demikian, proses RCM focus pada kegiatan
pemeliharaan yang berpengaruh paling besar terhadap kinerja suatu sistem. RCM
tidak hanya berfokus pada bagaimana cara mencegah kegagalan, tapi mendorong kita
untuk berfikir luas tentang cara-cara yang berbeda untuk mengelola kegagalan yang
telah terjadi.
Proactive Task
Proactive Task adalah suatu tindakan yang dilakukan sebelum terjadi kegagalan,
dalam rangka untuk menghindarkan item dari kondisi yang dapat menyebabkan kegagalan
(failed state). Kegagalan ini biasa dikenal dengan predictive dan preventive maintenance.
Dalam RCM, predictive maintenance dimasukkan dalam aktivitas scheduled on condition
task ataupun scheduled discard task :
a. Scheduled Restoration Task
Merupakan kegiatan untuk pemulihan kemampuan item pada saat atau sebelum batas
umur yang ditetapkan, tanpa memandang kondisi komponen saat ini.
b. Scheduled Discard Task
Merupakan kegiatan untuk mengganti komponen dengan komponen yang baru pada
saat atau sebelum batas umur yang telah ditetapkan tanpa memandang kondisi
komponen saat ini.
c. Scheduled On-condition Task
Merupakan kegiatan untuk mengecek potensi kegagalan pada saat mesin sedang
beroperasi, sehingga kegagalan tersebut dapat dicegah untuk menghindarkan alat dari
Maintenance Maintenance
9 Ir. Herry Agung Prabowo, MSc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
konsekuensi kegagalan fungsi. Ketika kegagalan dapat memberikan beberapa
informasi atau peringatan bahwa kegagalan tersebut dapat terjadi. Peringatan tersebut
dikenal dengan potential failure. Potential failure adalah kondisi yang menunjukkan
potensi kegagalan fungsional akan segera terjadi atau sedang dalam proses kegagalan.
On-condition task adalah cara yang sangat tepat dan baik dalam mengelola kegagalan.
Namun, kegiatan ini juga dapat membuang waktu.
Default Action
Default action merupakan aktivitas yang dilakukan pada saat komponen sudah masuk
ke dalam kondisi gagal dan dipilih ketika tidak ditemukan proactive task yang efektif. RCM
membagi default action ke dalam tiga kategori, yaitu :
1. Failure Finding
Merupakan kegiatan memeriksa fungsi tersembunyi dari suatu komponen secara
berkala untuk mengetahui apakah fungsi sudah mengalami kegagalan. Aktivitas ini
hampir sama dengan on-condition task, namun dilakukan saat sistem tersebut sudah
gagal berfungsi. Aktivitas ini dapat dilakukan ketika ada kemungkinan untuk
dilakukan perawatan dan aktivitas perawatan tersebut tidak meningkatkan resiko
multiple failure.
2. Redesign
Mencakup perubahan dari kemampuan suatu sistem. Termasuk di dalamnya adalah
modifikasi terhadap peralatan atau prosedur kerja. Aktivitas perawatan redesign dapat
dilakukan dengan cara mengganti spesifikasi komponen, menambahkan komponen
baru, atau mengganti mesin dengan tipe lain.
3. No Scheduled Maintenance
Tidak melakukan apapun untuk mengantisipasi atau mencegah modus kegagalan yang
terjadi. Kegagalan akan dibiarkan terjadi, kemudian diperbaiki. Aktivitas ini disebut
juga dengan run to failure. Aktivitas perawatan ini dapat digunakan jika tidak
ditemukan task yang sesuai. Kegagalan tidak memiliki konsekuensi keamanan dan
lingkungan, serta biaya preventive task lebih besar daripada biaya jika komponen
tersebut mengalami kegagalan.
Fungsi Kerusakan
1. Fungsi dan Ukuran Performansi
Maintenance Maintenance
10 Ir. Herry Agung Prabowo, MSc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Seperti telah dijelaskan bahwa tujuan pemeliharaan adalah untuk menjaga system
tetap dapat memenuhi fungsinya. Dengan demikian untuk dapat menentukan kebutuhan
‘maintenance’ dengan baik, diperlukan pemahaman terhadap fungsi-fungsi dari system.
Uraian bagian berikut ini akan dimulai dengan penjelasan mengenai fungsi-fungsi dari
system kemudian ukuran-ukuran performansi, fungsi dan kondisi operasi serta yang terakhir
adalah uraian mengenai bagaimana fungsi seharusnya dicatat.
a. Fungsi Utama
Setiap system yang diinstalasi dimaksudkan untuk memeunuhi satu atau beberapa fungsi
khusus. Fungsi ini disebut fungsi-fungsi utama. Biasanya fungsi ini dinyatakan sesuai
dengan nama dari system atau item. Sebagai contoh fungsi utama dari pompa adalah untuk
memompa sesuatu, mesin grinda untuk menggrinda benda kerja dsb.
b. Fungsi sekunder
Hampir pada setiap system memiliki fungsi sekunder. Biasanya fungsi ini kurang nyata dari
pada fungsi utama, tetapi, kegagalan fungsi ini dapat berakibat serius. Sebagai contoh,
fungsi utama dari ‘braking system’ pada suatu pesawat terbang adalah untuk
memberhentikan pesawat. Kegagalan fungsi ini terjadi jika system tidak dapat
memberhentikan pesawat. Namun, system ini juga dapat digunakan untuk melakukan
maneuver di landasan. Dengan demikian ‘braking system’ akan mengalami beraneka
kegagalan fungsi dan setiapnya memiliki akibat-akibat yang berbeda.
Maintenance Maintenance
11 Ir. Herry Agung Prabowo, MSc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pada kasus, tujuan peralatan ini untuk melindungi pekerja dari akibat kerusakan pada kasus
lainnya untuk mengamankan mesin-mesin atau untuk keduanya. Fungsi-fungsi peralatan ini
meliputi :
Memberikan sinyal kepada operator mengenai kondisi abnormal
Memberhentikan peralatan jika kerusakan terjadi.
Mengeliminasi kondisi abnormal
Mengambil alih fungsi yang mengalami kegagalan
Mencegah situasi berbahaya.
Catatan penting :
Peralatan pengaman sering membutuhkan pemeliharaan rutin daripada peralatan
yang dilindunginya.
Menentukan kebutuhan pemeliharaan dari fungsi yang dilindungi tidak terlepas dari
kebutuhan dari peralatan pelindungnya.
d. Fungsi ‘Superfluous’
Item atau komponen kadang-kadang dihadapi dengan permasalahan ‘superfluous’ artinya
bahwa fungsi dari item tersebut lebih dari yang diinginkan. Biasanya ini terjadi jika peralatan
telah mengalami modifikasi beberapa kali dalam suatu kurun waktu.
Maintenance Maintenance
12 Ir. Herry Agung Prabowo, MSc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pada gambar 1 ditunjukkan 3 pompa yang identik, di mana fungsi utama pompa
adalah untuk memindahkan cairan dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Kondsi operasi
pompa A sebagai ‘stand alone’ tidak didukung oleh pompa stand-by dan pompa B didukung
oleh pompa C sebagai ‘back up’ jika pompa B mengalami kerusakan. Perbedaan dari
kondisi operasi mengakibatkan kebutuhan pemeliharaan untuk pompa-pompa ini akan
berbeda, meskipun pompa-pompa tersebut identik (Hal ini akan dijelaskan kemudian).
POOL OF OIL
Leak starts “FAILED” says safety officer
Leak deteriorates
HIGH OIL CONSUMPTION
Condition “FAILED” says engineer
Time
EQUIPMENT STOPS WORKING
“FAILED” says production manager
Karena itu ukuran baku harus didefinisikan secara jelas untuk setiap item pada
kondisi operasinya dan harus ditentukan oleh ‘engineers’ (pemeliharaan dan desain) dan
‘operation people (yang berkerjasama).
Ukuran Performansi:
Kegagalan sebagian merupakan salah satu alasan mengapa satu fungsi dapat
memiliki lebih dari satu kegagalan fungsional. Alasan yang lain adalah satu fungsi dapat
Maintenance Maintenance
13 Ir. Herry Agung Prabowo, MSc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
memiliki beberapa ukuran performansi dan kegagalan memenuhi salah satu diantaranya
akan menimbulkan kegagalan fungsional.
2. Penyebab Kegagalan
Umumnya proses prediksi, pencegahan, pemantauan atau perbaikan kerusakan
dilakukan untuk setiap penyebab kegagalan. Dengan perkataan lain, program pemeliharaan
ditetapkan untuk setiap penyebab kegagalan. Untuk maksud tersebut, perlu diidentifikasikan
penyebab kegagalan untuk setiap kegagalan fungsional. Perlu dicatat bahwa penyebab
kegagalan dapat juga dieliminasi dengan perubahan rancangan atau melalui perbaikan
prosedur kerja dan pelatihan.
Maintenance Maintenance
14 Ir. Herry Agung Prabowo, MSc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Telah diuraikan bahwa fungsi dan kegagalan fungsional dari semua item dipengaruhi
oleh kondisi operasinya. Ini juga terjadi untuk penyebab kegagalan. Sebagai contoh mobil
yang dioperasikan di Indonesia akan memiliki penyebab kegagalan yang berbeda dengan
mobil dari merek yang sama yang dioperasikan di Gurun Sahara.
3. Pengaruh Kerusakan
Pada saat mengidentifikasikan setiap penyebab kerusakan, pengaruh dari kerusakan ini
juga dicatat. Pengaruh kerusakan menjelaskan apa yang terjadi jika penyebab kegagalan
(failure mode) muncul. Secara khusus, dalam mendeskripsikan pengaruh dari kerusakan,
hal-hal berikut ini harus dicatat :
a. Apakah tanda-tanda (jika ada) bahwa kerusakan telah terjadi
b. Pada situasi seperti apa kerusakan mempengaruhi produksi atau operasi
c. Cacat fisik apa yang disebabkan oleh kerusakan.
d. Apa yang harus dilakukan mereparasi kerusakan.
Pengaruh dari kerusakan harus dipandang sebagai pengaruh yang akan terjadi jika tidak
ada tindakan yang dilakukan untuk mencegah kerusakan.
Akibat Kerusakan
Setiap saat suatu penyebab kegagalan terjadi, organisasi yang menggunakan
system tersebut akan dirugikan. Beberapa penyebab kegagalan mempengaruhi output,
kualitas produk atau pelayanan konsumen. Yang lainnya mengancam keselamatan dan
lingkungan.
Apabila kerusakan ini tidak dicegah, waktu dan upaya harus dikerahkan untuk
memperbaikinya. Ini juga mempengaruhi organisasi karena mereparasi kerusakan
membutuhkan sumber daya yang mungkin lebih baik digunakan untuk keperluan yang lain.
Organisasi akan melakukan tindakan pencegahan jika akibat dari kegagalan sangat serius.
Misalnya kerusakan akan melukai atau membunuh pekerja, atau dapat menimbulkan
masalah lingkungan yang serius, atau dapat mengganggu produksi. Apabila akibat
kegagalan tidak berarti maka tidak diperlukan kegiatan pencegahan dan cara yang tepat
untuk kasus ini adalah melakukan tindakan koreksi jika kegagalan terjadi.
Ide dasar dari pencegahan kerusakan bukan difokuskan pada tindakan pencegahan
itu sendiri tetapi lebih ditekankan pada tindakan untuk menghindari atau mengurangi akibat-
Maintenance Maintenance
15 Ir. Herry Agung Prabowo, MSc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
akibat dari kerusakan. Sehingga tindakan pencegahan dikatakan berguna untuk dilakukan
jika dia dapat dengan sukses menangani akibat-akibat kerusakan.
Selanjutnya akibat-akibat dari kategori (2) dibagi ke dalam 3 (tiga) kelompok yaitu :
Kerusakan dikatakan sebagai kerusakan yang nyata, jika pekerja akan mengenali
kerusakan tersebut pada saat dia muncul. Sebagai contoh, banyak kerusakan menyebabkan
lampu tanda peringatan berkelap-kelip atau ‘alarm’ berbunyi atau keduanya. Yang lainnya
menyebabkan mesin berhenti bekerja. Kerusakan ini termasuk kategori kerusakan yang
nyata.
Apabila kerusakan terjadi tapi pekerja tidak mengetahui (pada kondisi normal) bahwa
telah terjadi kegagalan fungsional, maka kerusakan seperti ini disebut kerusakan yang
tersembunyi. Sebagai contoh, pada gambar1, jika pompa C (stand-by) rusak, tidak ada
pekerja yang mengetahuinya karena pompa B masih beroperasi. Dengan perkataan lain,
kerusakan pompa C tidak memiliki pengaruh langsung sampai pompa B mengalami
kerusakan. Apabila pompa B rusak pada saat pompa C berada pada status rusak, maka
akan terjadi ‘a multiple failure’. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa kerusakan
tersembunyi tidak memiliki pengaruh langsung tetapi dia dapat meningkatkan resiko
terjadinya ‘the multiple failure’. Program pemeliharaan untuk kerusakan tersembunyi
bertujuan untuk mencegah atau paling tidak mengurangi resiko terjadinya ‘multiple failure’.
Telah diuraikan bahwa pada system yang dilindungi oleh ‘protected device’
kegagalan berlipat ganda (multiple failure) hanya terjadi jika system yang dilindungi rusak
Maintenance Maintenance
16 Ir. Herry Agung Prabowo, MSc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pada saat ‘the protective device’ berada pada status rusak. Peluang terjadinya kegagaln
berlipat ganda pada suatu perioda waktu diberikan sebagai berikut :
Ini berarti bahwa ukuran performansi untuk fungsi yang tersembunyi dapat
dinyatakan sebagai tingkat ‘availabilitas’ yang dibutuhkan untuk mengurangi resiko
terjadinya kegagalan berlipat ganda sampai batas yang dapat diterima.
Pada system yang dilengkapi dengan item pengaman, peluang kegagalan berlipat
ganda dapat dikurangi sebagai berikut :
tidak ya
Maintenance Maintenance
17 Ir. Herry Agung Prabowo, MSc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Jika pemeriksaan secara periodik tidak ditemukan
*merancang ulang adalah keharusan jika akibat
kegagalan berdampak pada keselamatan dan lingkungan
*jika tidak merancang ulang harus dibenarkan secara ekonomi
tidak ya ya
berguna jika dpt menjaga berguna jika dia dpt menjaga gahan berguna jika ong- pencegahan ber-
tingkat availibilitas menurunkan resiko kegagalan kos akibat operasional guna jika ong-
sampai batas yang dpt diterima ditambah ongkos reparasi kos reparasi
kerusakan kerusakan
Maintenance Maintenance
18 Ir. Herry Agung Prabowo, MSc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Merancang ulang bisa TINDAKAN redesign may be redesign may be
Tindakan Pencegahan
Apakah tindakan pencegahan secara teknis layak dilakukan tergantung pada
karakteristik dari penyebab kegagalan dan dari tindakan itu sendiri. Bagian ini menjelaskan
kreteria ‘kelayakan teknis’ untuk 3 (tiga) kategori utama dari tindakan pencegahan yang
meliputi
1. Scheduled on-condition tasks
2. Scheduled restoration tasks
3. Scheduled discard tasks
Akan juga dibahas dua isu penting dalam pemilihan tindakan pencegahan yaitu:
1. Hubungan antara umur item dan kegagalan
2. Apa yang dilakukan jika proses kerusakan mulai muncul
Maintenance Maintenance
19 Ir. Herry Agung Prabowo, MSc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 5 : Pola Hubungan Umur dan Kerusakan
Kegagalan yang erat kaitannya dengan umur sering terjadi pada peralatan yang
memiliki kontak langsung dengan produk atatu juga berhubungan dengan ‘fatigue’,
‘oxidation’, dan ‘corrosion’. Dua opsi tersedia untuk kasus ini yaitu scheduled restoration
tasks dan scheduled discard tasks.
Maintenance Maintenance
20 Ir. Herry Agung Prabowo, MSc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 6 : Kerusakan yang Tidak Berkaitan dengan Umur
Pendekatan untuk mencegah kerusakan jenis ini berkembang dengan cukup pesat dan
pendekatannya disebut sebagai on-condition maintenance.
Pendekatan ini mulai dengan mengidentifikasi titik di mana proses kerusakan mulai terjadi
(titik S), di mana dapat diketahui kegagalan tidak lama lagi akan terjadi (potensial-failure)
(titik P) dan titik di mana kegagalan funsional terjadi (titik F) lihat gambar 7.
waktu
Gambar 7 : Kurva P – F
Maintenance Maintenance
21 Ir. Herry Agung Prabowo, MSc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Interval untuk Nett P-F cukup lama sehingga dimungkinkan dilakukan pencegahan
dari akibat kegagalan.
6. Tindakan ‘Default’
Apabila tindakan pencegahan secara teknis dan ekonomi tidak ditemukan, maka
tindakan ‘default’ harus dilakukan untuk mengendalikan akibat kerusakan. Jenis kegiatan ini
meliputi :
Maintenance Maintenance
22 Ir. Herry Agung Prabowo, MSc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
penyebab kegagalan, pengaruh kerusakan, akibat kerusakan, tindakan pencegahan dan
tindakan ‘default’.
Daftar Pustaka
Maintenance Maintenance
23 Ir. Herry Agung Prabowo, MSc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id