BAB I
PENDAHULUAN
Al-qur’an merupakan firman (kalam) allah swt yang diwahyukan kepada nabi Muhammad saw. melalui
malaikat jibril dengan lafadz dan maknanya. All-qur’an sebagai kitabulloh menempati posisi sebagai
sumber pertama dan utama dari seluruh ajaran islam. Selain itu al-qur’an juga berfungsi sebagai
petunjuk bagi umat mansia dalam mencapai kehidupan dunia dan akhirat. Sebagai sumber ajaran islam
yang paling utama alqur’an merupakan sumber dari segala ajaran untuk operasionalisasi ajaran islam
dan pengembangannya sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi umat islam. Setiap
prilaku dan tindakan umat islam,baik secara individu maupun kelompok harus dilakukan berdasarkan al-
qur’an. Oleh karena itu, sumber ajaran silam berfunngsi sebagai dasar pokok ajaran islam. Sebagai dasar,
maka sumber itu menjadi landasan semua prilaku dan tindakan umat islam sekaligus referensi tempat
orientasi dan komunikasi.
B. Rumusan Masalah
5. Apa saja hal yang diperselisihkan para ulama mengenai kategori makkiyah dan madaniyah?
C. Tujuan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Makkiyah diambil dari nama kota makkah tempat islam lahir dan tumbuh. Kata makkiyah merupakan
kata sifat yang disandarkan kepada kota tersebut. Dan sesuatu yang disebut makkiyah apabila ia
mengandung kriteria yang berasal dari mekah atau yang berkenaan dengannya. Begitu pula dengan
madaniyah, ia diambil dari nama kota madinah, tempat rasululloh berhijrah dan membangun
masyarakat islam serta mengembangkan islam ke segala penjuru dunia.
Sekalipun kemudian dakwah Rasululloh melewati batas-batas wilayah kedua kota tersebut, namun
mekaha dan madinah tetap mempunyai peran yang siginifikan dalam setiap proses pengembangan
islam. Karenanya pengertian makkiah dan madaniyah tidak hanya terbata pada ruang linngkup tempat
atau penduduk yang berdiam di kedua kota tersebut, melainkan mencakup di dalamnya priode waktu.
Dari sini kemudian para ulama dalam mendefenisikan makkiyah dan madaniyah tidak hanya terpaku
pada pengertian yang sangat sempit, mmelainkan juga memasukkan unsur waktu yang yak
terspisahkandari sejarah Rasululloh.
Imam az-zarkasyi dalam bukunya al-burhan fi ulum al-qur’an telah menyebutkan tiga persepektif
defenisi mengenai makkiyah dan madaniyah. Pertama dari persepektif masa turun didefenisikan bahwa
makkiyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum Rasululloh hijrah ke madinah, walaupun bukan turun di
Mekah, sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun sesudah Rasululoh hijrah ke madinah
sekalipun bukan turun di madinah. Ayat-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah disebut Madaniyyah
walaupun turun di Mekah atau arafah.
Kemudian dari persepektif tempat turun, didefenisikan bahwa Makkiyah adalah ayat-ayat yang turun di
mekah dan sekitarnya seperti mina, arafah dan hudaibiyyah, sedangkan madaniyah adalah ayat-ayat
yang turun di madinah dan sekitarnya, seperti uhud, quba, dan sul’a, akan tetapi terdapat celah
kelemahan dari defenisi tersebut karena terdapat ayat-ayat tertentu, yang tidak diturunkan di mekah
dan di madinah dan di sekitarnya. Misalnya surat at-Taubah : 42 diturunkan di tabuk, surat az-zukhruf :
45 di turunkan di tengah perjalanan antara madinah dan mekah. Kedua ayat tersebut, jika melihat
defenisi kedua ini, tidak dapat dikategorikan ke dalam makkiyah dan madaniyah.
Dari persepektif objek pembicaraan (wahyu), mendenfisikan makkiyah dan madaniyah bahwa makkiyah
adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang mekah, sedangkan madaniyah adalah ayat-ayat
yang menjadi khitab bagi orang-orang madinah. Pendefinisian tersebut dirumuskan berdasarkan asumsi
bahwa kebanyakan ayat a-qur’an dimulai dengan ungkapan”ya ayyuhal ladziina” yang menjadi kriteria
Madaniyyah. Namun tidak selamanya asumsi ini benar. Surat al-baqarah, misalnya, termasuk kategori
madaniyah, padahal di dalamnya terdapat salah satu ayat, yaitu ayat 21 dan 168 yang dimulai dengan
ungkapan “ya ayyyuhan nas “. Lagi pula, banyak ayat al-qur’an yang tidak dimulai dengan dua ungkapan
yang di atas. [1]
a. Surat makkiyah secara umum gaya bahasanya kuat dan keras pembicaraanya, sebab kebanyakan
yang diajak bicara orang-orang yang berpaling dari kebenaran dan sombong. Contoh dalam surat al-
mudatsir dan al-qomr. Dan adapun madaniyah secara umum gaya bahasanya lembut dan
pembicaraanya halus, sebab yang menerima kebenaran secara terbuka. Contoh dalam surat al-maidah.
Umumnya surat-surat makkiyah menetapkan tentang tauhid dan akidah yang selamat secara khusus
yang berkaitan dengan tauhid uluhiya dan percaya dengan hari kebangkitan, sedangkan madaniyah
secara umum menerangkan tentang perician ibadah dan mu’amalah karena yang diajak bicara orang-
orang telah terikrar dalam jiwa mereka tauhid dan aqidah yang selamat.
C. Ciri-ciri Spesifik Makkiyah dan Madaniyah
1. Makkiyah
c. Dimulai dengan ungkapan “ya ayyuhan nas” dan tidak ada ayat dimulai dengan ungkapan “ya
ayyuahl ladzina”, kecuali dalam surat al-hajj karena di penghujung surat itu terdapat sebuah ayat yang
dimulai dengan ungkapan “ya ayyyuhal ladzina”.
e. Ayat-ayatnya berbicara tentang kisah nabi Adam dan iblis, kecuali surat al-baqarah
f. Ayat-ayatnya dimulai dengan huruf-huruf terpotong-potong seperti alif lam mim dan sebagainya,
kecuali surat al-baqarah dan ali-imran.
2. Madaniyah
Berdasarkan ttitk tekan tematis, para ulama merumuskan ciri-ciri spesisfk makkiyah dan madaniyah
sebagai berikut.
1. Makkiyah
a. Menjelaskan ajaran monotheisme, ibadah kepada Allah semata, penetapan risalah kenabian,
penetapan hari kebangkitan dan pembalasan, uraian tentang kiamat dan perihalnya, neraka dengan
siksanya, syurga dan kenikmatannya, dan mendebat kelompok musyrikin dengan argumentasi-
argumentasi rasional dan naqli.
c. Menuturkan kisah para nabi dan umat-umat terrdahulu serta perrjuangan Muhammad dalam
menghadapi tantangan-tantangan kelompok musyrikin
d. Banyak terdapat kesamaan bunyi
e. Ayat dan suratnya pendek-pendek dan nada serta perkataannya agak keras
2. Madaniyah
b. Mengkhitabi ahli kitab yahudi dan nashrani dan mengajaknya masuk islam, juga menguraikan
perbuatan mereka yang telah menyimpangkan kitab Allah adan menjauhi kebenaran serta
perselisihannya setelah datang kebenaran
d. Surat dan sebagian ayat-ayatnya panjang-panjang serta menjelaskan hukum dengan terang dan
menggunakan ushlub yang terang pula.[2]
Untuk mengetahui dan menentukan makkiyah dan madaniyah, para ulama bersandar pada dua cara
utama: sima’i naqli (pendengaran seperti apa adanya) dan qiyashi ijtihad (bersifat ijtihad). Cara pertama
berdasarkan pada riwayat shahih dari para sahabat yang hidup pada saat dan menyaksikan turunnya
wahyu, atau dari para tabi’in yang menerima dan mendengar dari para sahabat bagaimana, dimana dan
peristiwa apa yang berkaitan dengan turunnya wahyu itu.
Cara qiyashi ijtihad didasarkan pada ciri-ciri makkiyah dan madaniyyah. Apabila dalam surat makkiyah
terdapat suatu ayat yang mengandung sifat madani atau mengandung peristiwa madani, maka
dikatakan ayat itu madani. Begitu pula sebaliknya apabila dalam surat madaniyah terdapat suatu ayat
yang mengandung sifat makki atau peristiwa makki, maka ayat tadi dikatakan sebagai ayat makkiyah.
Oleh karena itu, para ahli mengatakan, “setiap surat yang dalamnya mengandung kisah para nabi atau
uamt-umat terrdahulu, maka surat itu adalah makkiyah.dan seretiap surat di dalamnya mengandung
kewajiban atau ketentuan hukum, maka surat itu adalah madaniyah.
Untuk membedakan makkiyah dana madaniyah, para ulama mempunyai tiga macam pandangan
yangmasing-masing mempunyai dasar-dasarnya sendiri.
f. Surat al-insyirah[94]
Tiga tahap tersebut tampak jelas tanda-tanda kemakkiyahannya karena dalam hal susunan kalimatnya,
masing-masing tampak sebagai kesatuan wawasan yang terjadi dengan sendirinya.
a. Al-baqarah k. Al-hujurat
b. Ali-imran l. Al-hadid
c. An-nisa m. Al-mujadilah
d. Al-maidah n. Al-hasyr
e. Al-anfal o. Al-mumtahanah
f. At-taubah p. Al-jumu’ah
g. An-nur q. Al-munafiqun
h. Al-ahzab r. Ath-thalaq
i. Muhammad s. Ath-thahrim
j. Al-fath t. An-nashr
a. Al-fatihah g. Al-qadr
b. Ar-ra’d h. Al-bayyinah
c. Ar-rahman i. Az-zalzalah
d. Ash-shafh j. Al-ikhlas
e. Ath-taghabun k. Al-falaq
f. Al-mutaffifin l. An-nas
Dalam kitab karangan manna’ al-qaththani yang berjudul pengentar studi ilmu al-Qur’an menebutkan
bawha yang terpenting dalam objek kajian par ulama yang diturunkan di mekkah atau madinah sesrta
yang menjadi perselisihan, yaitu:
Contohnya dalam surat al-Hujurat ayat 13. Ayat tersebut diturunkan di mekah pada hari penaklukan
kota mekah tetapi sebenarnya madaniyah karena diturunkan selepas hijrah. Di samping itu,
seruannyapun bersifat umum. Ayat seperti ini oleh oleh para ulama tidak dinamakan makkiyah dan tidak
madaniyah secara pasti. Tetapi mereka mengatakan ayat yag diturunkan di mekah namun hukumnya
mdaniyah.
Misalnya surat al-an’am, ibnu abbas berkata surat ini diturunkan sekaligus di mekah, maka ia adalah
makkiyah, kecuali tiga ayat yang diturunkan di madinah yaitu ayat 151-153. Dan surat al-hajj adalah
makkiyah. Tetapi ada tiga ayat yang madaniyyah yaitu ayat 19-21.
Mereka memberi contoh dengan surat al-mumtahanah, surat ini diturunkan di madinah dilihat dari segi
turunnya, tetapi seruannya ditujukan kepada orang musyrik penduduk mekah. Juga seperti permusuhan
aurat at-taubah yang diturnkan di madinah, tetapi seruannya ditujukan kepada orang-orang musyrik di
mekah.
Yang dimaksud para ulama disini adalah ayat-ayat yang terdapat pada madaniyah tetapi mempunyai
gaya bahasa danciri seperti makkiyah. Contohnya firman Allah dalam surat al-anfal ayat 32 yang
madaniyah. Hal ini dikarenakan permintaan orang musyrik untuk disegerakan azab adalahdi mekah.
Yang dimaksud ulama disini adalah kebalikan dari sebelumnya dalam surat an-najm ayat 32.
Contohnya ari awal surat at-taubah yaitu ketika rasululloh memerintahkan kepada abu bakar untuk
pergi haji pada tahuan kesembilan dan hal inipun disampaikan kepada kaum musyrikin bahwa tahun
tidak seorangpun orang musyrik boleh berhaji.
Kebanyakan ayat turun pada siang hari , abu qasim an-naisaburi telah menelitinya. Contoh di bagian
surat al-imran dan yang lainnya.
Para ulama memberi contoh ayat yang turun di musim panas tentang ayat kalalah yang terdapat di akhir
surat an-nisa. Contoh lain ialah ayat-ayat yang turun dalam perang tabuk, yang terjadi pada musim
panas seperti yang dinyatakan dalam surat at-taubah ayat 81. Sedangkan musim dingin mereka
mencontohkan dengan ayat-ayat mengenai “tuduhan bohong” yang terdapat dalam surat an-nur.
Mayoritas ayat-ayat dan surat-surat al-Qur’an turun pada saat nabi dalam keadaan menetap. Akan
tetapi, karena kehidupan Rasululloh tidak pernah lepas dari jihad dan peperangan di jalan Allah, maka
wahyu pun turun dalam peperangan tersebut. Contohnya awal-surat al-Anfal yang turun pada waktu
perang badar.
1) Untuk menambah keyakinan bahwa al-qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan di bawah otoritas
Allah semata bukan berdasarkan keinginan nabi
3) Agar bisa memahami nasikh (hukum yang menghapus) dan mansukh (hukum yang dihapus) jika
terdapat dua ayat yaitu madaniyah dan makkiyah yang keduanya memenuhi syarat nasakh maka ayat
mmadaniyah tersebut menjadi nasakh bagi ayat makkiyah karena ayat madaniyah datang belakangan
setelah ayat makkiyah
6) Untuk mengetahui kesungguhan para sahabat dan generasinya dalam menjaga otensitas al-qur’an.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Surat makkiyah diturunkan di mekah sebelum rasululloh hijrah, sedangkan madinah turun di
madinah sesudah nabi hijrah
2. Ayat dala surat makkiyah umumnya pendek, sedangkan ayayt dalam madaniyah umumnya
panjang
3. Surat makkiyah mengandung keterangan dan penjelasan tentang keimanan, perbuatan baik dan
jahat, pahala bagi orang beriman dan beramal shaleh, siksa bagi orang kafir dan durhaka, kisah para
rasul dan nabi, cerita umat terdahulu, dan berbagai perumpamaan untuk dijadikan teladan dan ibarat.
Madaniyyah pada umunya menjelaskan hal yang berhubungan erat dengan hidup kemasyarakatan atau
masalah muamalah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qattan Manna Khalil. Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Jakarta: PT. Pustaka Litera AntarNusa. 2015.
[1] Anwar Rosihon, Ulum Al-Qur’an, ( Bandung: Pustaka Setia, 2007), hlm. 102-104.
[3] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an, ( Jakarta: PT. Pustaka Litera AntarNusa, 2015),
hlm. 67.