PP No 9 Tahun 2019 Pemeriksaan Kecelakaan Kapal
PP No 9 Tahun 2019 Pemeriksaan Kecelakaan Kapal
REPUBLIK IN D O N E S IA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMERIKSAAN
KECELAKAAN KAPAL.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Kecelakaan Kapal adalah suatu kejadian dan/atau
peristiwa yang disebabkan oleh faktor eksternal
dan/atau internal dari kapal, yang dapat mengancam
dan/atau membahayakan keselamatan kapal, jiwa
manusia, kerugian harta benda, dan kerusakan
lingkungan maritim.
2. Mahkamah . . .
PRESIDEN
REPUBLIK IN D O N E S IA
- 2 -
12. Saksi . . .
PRESIDEN
REPUBLIK IN D O N E S IA
-3-
BAB II
MEKANISME PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 2
(2) Kecelakaan . . .
PR ESID EN
REPUBLIK IN D O N E S IA
-4-
Pasal 3
Bagian Kedua
Pemeriksaan Pendahuluan Kecelakaan Kapal
Paragraf 1
Umum
Pasal 4
(2) Pemeriksaan . . .
PRESIDEN
REPUBLIK IN D O N E S IA
-5-
Pasal 5
Paragraf 2
Laporan Kecelakaan Kapal
Pasal 6
c. menyebarluaskan . . .
PRESIDEN
REPUBLIK IN D O N E S IA
- 6 -
Pasal 7
(5) Dalam . . .
PRESIDEN
REPUBLIK IN D O N E S IA
-7-
Pasal 8
Paragraf 3 . . .
PRESIDEN
REPUBLIK IN D O N E S IA
- 8 -
Paragraf 3
Mekanisme Pemeriksaan Pendahuluan Kecelakaan Kapal
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
c. penyidik . . .
PRESIDEN
REPUBLIK IN D O N E S IA
-9-
Pasal 12
Pasal 13
b. menugaskan . . .
PR ESID EN
REPUBLIK IN D O N E S IA
- 10 -
Paragraf 4
Hasil Pemeriksaan Pendahuluan Kecelakaan Kapal
Pasal 14
Pasal 15
(2) Selain . . .
PR ESID EN
REPUBLIK IN D O N E S IA
- 11 -
Pasal 16
Bagian Ketiga
Pemeriksaan Lanjutan Kecelakaan Kapal
Paragraf 1
Umum
Pasal 17 . . .
PR ESID EN
REPUBLIK IN D O N E S IA
- 12 -
Pasal 17
Paragraf 2
Pelaksanaan Sidang Mahkamah Pelayaran
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20 . . .
PRESIDEN
REPUBLIK IN D O N E S IA
- 13 -
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24 . . .
PRESIDEN
REPUBLIK IN D O N E S IA
- 14 -
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
(2) Tim . . .
PRESIDEN
REPUBLIK IN D O N E S IA
- 15 -
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 30
Paragraf 3 . . .
PRESIDEN
REPUBLIK IN D O N E S IA
- 16 -
Paragraf 3
Keputusan Mahkamah Pelayaran
Pasal 31
Pasal 32
Pasal 33 . . .
PR ESID EN
REPUBLIK IN D O N E S IA
- 17 -
Pasal 33
Pasal 34
Pasal 35
(3) Dengan . . .
PRESIDEN
REPUBLIK IN D O N E S IA
- 18 -
Pasal 36
BAB III
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 37
Pasal 38
c. untuk . . .
PRESIDEN
REPUBLIK IN D O N E SIA
- 19 -
BAB IV
MAHKAMAH PELAYARAN
Bagian Kesatu
Kedudukan, Fungsi, Tugas, dan Wewenang
Mahkamah Pelayaran
Pasal 39
Pasal 40
Pasal 41
Pasal 42 . . .
i
PR ESID EN
REPUBLIK IN D O N E S IA
- 20 -
Pasal 42
Pasal 43
(3) Mahkamah . . .
PRESIDEN
REPUBLIK IN D O N E S IA
- 21 -
Pasal 44
Bagian Kedua
Anggota Panel Ahli
Paragraf 1
Keanggotaan
Pasal 45
(4) Anggota . . .
PRESIDEN
REPUBLIK IN D O N E S IA
- 22 -
Paragraf 2
Pengangkatan dan Pemberhentian
Pasal 46
Pasal 47
(1) Anggota Panel Ahli yang berasal dari pegawai negeri sipil
menduduki jabatan sejak tanggal ditetapkannya
Keputusan Menteri mengenai pengangkatan Anggota
Panel Ahli.
(2) Pengangkatan dan pemberhentian jabatan Anggota Panel
Ahli yang berasal dari pegawai negeri sipil diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang aparatur sipil negara.
(3) Anggota Panel Ahli yang berasal dari pegawai negeri sipil
menduduki jabatan sampai dengan usia 58 (lima puluh
delapan) tahun dan dapat diangkat kembali dengan
status non-pegawai negeri sipil.
(4) Pengangkatan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dilakukan melalui seleksi oleh Menteri.
Pasal 48
Pasal 49
Pasal 50 . . .
PRESIDEN
REPUBLIK IN D O N E S IA
- 23 -
Pasal 50
Pasal 5 1 . . .
PRESIDEN
REPUBLIK IN D O N E S IA
- 24 -
Pasal 51
Pasal 52
4. melakukan . . .
PRESIDEN
REPUBLIK IN D O N E S IA
- 25 -
Pasal 53
Bagian Ketiga
Hak Keuangan
Pasal 54
(1) Anggota Panel Ahli yang ditunjuk menjadi Tim Panel Ahli
dan unsur sekretariat Mahkamah Pelayaran yang
ditunjuk menjadi sekretaris Tim Panel Ahli diberikan hak
keuangan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Dalam hal Anggota Panel Ahli berhenti atau telah
berakhir masa jabatannya, Anggota Panel Ahli tidak
diberikan pensiun dan/atau pesangon sebagai Anggota
Panel Ahli.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai hak keuangan bagi
Anggota Panel Ahli dan sekretaris Tim Panel Ahli diatur
dalam Peraturan Presiden.
BAB V
PENDANAAN
Pasal 55
BAB VI . . .
PRESIDEN
REPUBLIK IN D O N E S IA
- 26 -
BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 56
Pasal 57
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 58
(3) Hak . . .
PRESIDEN
REPUBLIK IN D O N E SIA
- 27 -
Pasal 59
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 60
Pasal 61
Agar . . .
PRESIDEN
REPUBLIK IN D O N E S IA
- 28 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 Februari 2019
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 26 Februari 2019
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
YASONNA H. LAOLY
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 2019
TENTANG
PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL
UMUM
Pemeriksaan . . .
PR ESID EN
REPUBLIK IN D O N E S IA
- 2 -
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “dibuktikan lain” adalah berdasarkan
pembuktian telah dilakukan upaya dan melaksanakan
kewajiban berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6 . . .
Pasal 6
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “pihak lain” dalam ketentuan ini antara
lain Nakhoda kapal lain yang berada di sekitar lokasi
kecelakaan, stasiun radio pantai, dan pejabat berwenang
terdekat yang memiliki kewenangan untuk menindaklanjuti
proses kecelakaan tersebut.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “penyampaian berita Kecelakaan Kapal
dengan cara sistem telekomunikasi” antara lain melalui stasiun
radio pantai, vessel traffic information system (VTIS), semaphore,
morse, serta sarana lain yang dapat digunakan untuk
menyampaikan berita atau menarik perhatian bagi pihak lain.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10 . . .
PRESIDEN
REPUBLIK IN D O N E S IA
-4-
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “berhalangan” antara lain Syahbandar
setempat tidak berada ditempat atau sumber daya manusia
yang tidak memenuhi persyaratan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20 . . .
Pasal 20
Ayat (1)
Bagi calon anggota Tim Panel Ahli yang memenuhi persyaratan
sebagai ahli nautika tingkat I dan ahli teknika tingkat I
diutamakan yang memiliki kualifikasi Kesyahbandaran dan
pejabat pemeriksa keselamatan kapal.
Bagi calon anggota Tim Panel Ahli yang memenuhi persyaratan
sebagai sarjana hukum diutamakan yang berpengetahuan di
bidang pelayaran.
Bagi calon anggota Tim Panel Ahli yang memenuhi persyaratan
sebagai sarjana teknik perkapalan diutamakan yang memiliki
jurusan bangunan kapal.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “tertentu” antara lain:
a. kecelakaan melibatkan kapal GT. 35 (tiga puluh lima Gross
Tonnage) ke bawah dan kapal layar motor;
b. berupa kecelakaan tunggal;
c. Nakhoda memiliki sertifikat ANT IV, ANT V, atau Surat
Keterangan Kecakapan (SKK);
d. idak terdapat korban jiwa.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27 . . .
Pasal 27
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “dokumen lainnya” adalah semua surat-
surat yang terkait dengan terjadinya Kecelakaan Kapal baik
yang bersifat teknis maupun yang bersifat administratif.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Yang dimaksud dengan “pihak terkait lainnya” dalam ketentuan ini
adalah badan usaha yang bergerak di bidang pelayaran.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “pertimbangan tertentu” antara lain
Menteri mempunyai data-data lain terhadap Nakhoda dan/atau
Perwira Kapal sebagai Terduga.
Pasal 36 . . .
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “sertifikat keahlian pelaut” dalam
ketentuan ini termasuk Surat Keterangan Kecakapan (SKK).
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “penugasan khusus” adalah
penugasan pegawai negeri sipil untuk melaksanakan tugas
jabatan secara khusus di luar instansi pemerintah dalam
jangka waktu tertentu.
Huruf b . . .
P R ESIDEN
R EPUBLIK IN D O N E S IA
- 8 -
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57 .
P R ESIDEN
REPUBLIK IN D O N E S IA
-9-
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.