Anda di halaman 1dari 4

Peningkatan pemanfaatan bahan bakar fosil sebagai energi sangat

kontradiktif dengan kebutuhan bahan bakar yang semakin meningkat di


berbagai bidang. Kondisi jumlah cadangan dan produksi sumber energi yang
semakin menurun menyebabkan pentingnya kebutuhan sumber energi
alternatif. Beragam metodologi dilakukan untuk memperoleh sumber energi
sebagai pengganti bahan bakar fosil. Salah satu yang sedang dikembangkan
yaitu sumber energi baru terbarukan yang bersumber dari biomassa. Sumber
energi ini berasal dari tanaman yang dapat diolah sebagai sumber energi.

Hutan sebagai sumber daya alam yang kaya akan keanekaragaman


hayatinya berpotensi besar sebagai sumber energi biomassa. Biomassa
adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetik, baik berupa
produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman,
pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, dan kotoran ternak.
Selain digunakan untuk tujuan primer serat, bahan pangan, pakan ternak,
minyak nabati, bahan bangunan dan sebagainya, biomassa juga digunakan
sebagai sumber energi (bahan bakar) (Arhamsyah, 2010).     

Potensi Hutan sebagai Sumber Energi


Menurut data luas tutupan lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK) tahun 2015, lahan berhutan di Indonesia seluas 95 juta
hektar, atau sekitar 50,6% dari wilayah Indonesia. Kawasan hutan lindung
masih merupakan bagian terluas hutan di Indonesia yaitu sebesar 29,6 juta
hektar atau sekitar 15,8% wilayah Indonesia. Hutan lindung paling banyak
ditemui di Pulau Papua seluas 9,4 juta hektar dan Kalimantan seluas 7,0 juta
hektar. Kawasan hutan produksi tetap hampir menyamai luas hutan lindung,
dengan luas 27,2 juta hektar atau 15,1%, dan paling banyak terdapat di Pulau
Kalimantan dan Sumatra (BPS, 2017).
Dengan potensi ketersediaan yang cukup besar dibandingkan dengan
pemanfaatannya, keberadaan hutan dapat dimanfaatkan sebagai sumber
energi terbarukan untuk menghasilkan biomassa. Jenis tanaman sumber
energi yang dapat dimanfaatkan seperti nyamplung, sengon, akasia,
eukaliptus, dan sebagainya. Selain itu, pemanfaatan tersebut tidak hanya
pada produksi tanamannya saja yang tersimpan pada batang pohonnya.
Namun, potensi material organik lainnya yang ada di hutan seperti serasah
ataupun biji dapat dioptimalkan sebagai sumber energi.

Dengan pemutakhiran teknologi budidaya tanaman, dimungkinkan


pengembangan hutan energi untuk pengadaan biomassa sesuai dengan
kebutuhan dalam jumlah yang banyak dan berkelanjutan. Pemanfaatan energi
biomassa dan biogas di seluruh Indonesia sekitar 167,7 MW di mana yang
berasal dari limbah tebu dan biogas saja sebesar 9,26 MW yang dihasilkan
dari proses gasifikasi. Biaya investasi biomassa adalah berkisar 900 dollar/kW
sampai 1.400 dollar/kW dan biaya energinya adalah Rp75/kW-Rp 250/kW
(Lubis, 2007). Kemudian, hasil penelitian Akbar (2015), kandungan biomassa
sebanyak 43,14 ton/ha menghasilkan energi listrik sebesar 0,442 GWh.
Tanaman P.falcataria umur lima tahun dapat menghasilkan listrik 0,167
GWh/ha, sehingga kebutuhan listrik 1,375 GWh/tahun dapat dipenuhi dengan
potensi Hutan Rakyat sengon sebanyak 8,2 ha.
Hasil penelitian Krisnawati et.al. (2014) melaporkan bahwa pendugaan total
biomassa dan stok karbon yang tersimpan dalam ekosistem hutan sangat
bervariasi di antara tipe dan kondisi hutan. Pool karbon pada biomassa di
atas permukaan tanah merepresentasikan proporsi terbesar dari total stok
karbon, yaitu antara 53,6% sampai dengan 70,6%. Kayu mati (termasuk
pohon mati dan tumbang) merupakan komponen pool karbon yang berperan
besar pada beberapa tipe hutan, khususnya pada hutan sekunder (hutan
yang mengalami gangguan). Proporsi stok karbon pada komponen ini
berkisar antara 11% sampai 40% dari total stok karbon pada ekosistem.
Proporsi serasah terhadap total stok karbon pada ekosistem hutan umumnya
kecil (1% sampai 2%). Biomassa di bawah permukaan tanah (akar) sangat
bervariasi pada berbagai tipe ekosistem hutan, memberikan kontribusi
sebesar 5% sampai 20% dari total biomassa ekosistem.    
Kebijakan Hutan sebagai Sumber Energi
Pemanfaatan hutan sebagai sumber energi perlu dilakukan dalam kerangka
pembangunan berkelanjutan. Pengelolaan yang terintegrasi sangat diperlukan
mengingat peran penting hutan tidak hanya sebagai penyangga ketersediaan
sumber daya air dalam suatu Daerah Aliran Sungai, akan tetapi hutan dapat
dilihat dari aspek perhutanan sosial dan pencegahan perubahan iklim.
Penentuan potensi energi biomassa melibatkan banyak faktor antara lain
kompleksitas produksi dan konsumsi, kesulitan menentukan ketersediaan
sumber energi biomassa, keberlanjutan produktivitas jangka panjang, dan
aspek ekonomi dalam produksi dan penggunaan (Papilo et. al., 2015).  
Berdasarkan PP 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional dijelaskan
bahwa target pencapaian pemanfaatan sumber energi baru terbarukan
sebesar 25% pada tahun 2025. Untuk mencapai target pemanfaatan, salah
satu potensi sumber daya hutan melalui Hutan Tanaman Industri (HTI).
Menurut Yulianti (2017), potensi pengembangan energi biomassa di HTI
sangat besar. Peluang untuk memperoleh bahan baku secara kontinyu juga
sangat terbuka dibandingkan potensi dari residu (sisa panen produk
pertanian, logging waste atau sampah perkotaan), atau produk alternatif
(bahan bakar nabati vs produk turunan sawit atau perkebunan jenis tertentu).
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
P.12/MenLHK-II/2015 tentang Pedoman Pembangunan HTI telah
mengalokasikan paling sedikit 20% lahan untuk tanaman kehidupan yang
bertujuan untuk mengakomodir pertumbuhan ekonomi lokal dan untuk
kebutuhan keseharian masyarakat di sekitar hutan.
Di samping itu, peluang potensi sumber daya hutan lainnya adalah melalui
Hutan Rakyat. Hutan Rakyat memerlukan tingkat keterlibatan masyarakat di
sekitar hutan dalam pengelolaan hutan. Dasar hukum pelaksanaan program
Perhutanan Sosial adalah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 tentang
Perhutanan Sosial. Partisipasi masyarakat pada kegiatan pembangunan
hutan tanaman rakyat terjalin pada semua tahapan kegiatan, partisipasi
dalam kegiatan perencanaan, partisipasi dalam aktivitas kelompok tani hutan
rakyat, partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan hutan rakyat, dan partisipasi
dalam pengamanan.

Potensi sumber daya yang sangat besar ini dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan sumber energi masa depan sebagai bagian dari diversifikasi
energi dengan meningkatkan pengelolaan hutan berkelanjutan, sehingga
diharapkan dapat menjaga tutupan hutan, menurunkan deforestasi, dan
meregenerasi hutan dengan peningkatan produksi energi biomassa.    

Anda mungkin juga menyukai