Anda di halaman 1dari 4

QUIZZ PRAKTIKUM FITOFARMASI

NAMA : Aquilla Hasintta Aulia Moslem

NIM : 18040015

A. Tujuan:
Mahasiswa dapat membuat sediaan kapsul bahan alam yang terstandart.
B. Bahan:
Buah Lada Hitam (Piperis nigri fructus).
C. Pembuatan Ekstrak
1. Ekstraksi
Ektrak dibuat dengan cara memaserasi satu bagian simplisia dengan 5 bagian
pelarut (etanol 96%) sebagai berikut. Serbuk simplisia dimasukkan ke dalam
maserator dan dibasahi dengan pelarut sampai terbasahi semua. Tuangkan
sisa pelarut dan tutup rapat maserator. Rendam selama 6 jam pertama sambil
sekali-sekali diaduk, kemudian diamkan selama 18 jam. Maserat kemudian
disaring dengan menggunakan corong bunchner. Filtrate selanjutnya
dipekatkan dengan menggunakan rotavapor hingga didapatkan ekstrak kental.
Hitung rendemen yang diperoleh, yakni prosentase bobot (b/b) ekstrak kental
dengan bobot serbuk simplisia yang digunakan.
2. Pengeringan ekstrak
Ekstrak kental dikeringkan dengan penambahan pengering (sorban) Aerosil
sebanyak 1-2% dari bobot ekstrak kental. Sebelum dikeringkan, aduk rata
ekstrak kental menggunakan batang pengaduk selama 3-5 menit. Timbang
ekstrak kental (± 75% dari rendemen), tambahkan sorban sedikit-sedikit
sambil digerus di dalam mortar hingga rata dan kering.

D. Penetapan kadar senyawa aktif ekstrak


1. Pembuatan larutan pembanding piperin
Ditimbang 25 mg piperin, larutkan ± 15 ml etanol di tabung reaksi. Larutan
kemudian disaring kedalam labu tentukur 25 ml, bilas kertas saring dengan
etanol secukupnya hingga tanda. Larutan induk ini diencerkan dan dibuat
larutan pembanding dengan kadar 100, 200, 400 dan 800 ppm.
2. Pembuatan larutan uji
Ditimbang 250 mg ekstrak, aduk rata dalam ±15 ml etanol di tabung reaksi
dengan bantuan pencampur pusaran (vortex mixer). Larutan kemudian
disaring ke dalam labu tentukur 25 ml, bilas kertas saring dengan etanol
secukupnya hingga tanda.
3. Penetapan kadar piperin menggunakan metode KLT Densitometri.
 Penotolan : totolkan 2 µl pembanding dan 10 µl larutan uji
dengan posisi larutan uji semua kelompok praktikan di tepi
lempeng dan semua larutan pembanding di tengah.
 Fase gerak : diklorometana : etil asetat (30:10)
 Fase diam : silika gel 60 F254
 Deteksi : amati pada UV 254 nm.
 Warna noda : gelap (meredam sinar UV). Rf piperin ± 0,70.
 Perhitungan : kadar piperin dalam ekstrak kering dihitung
dari kurva baku larutan pembanding dan dinyatakan dalam
mg piperin/g ekstrak.
 Replikasi : ulangi proses penetapan kadar sebanyak tiga
kali. Tentukan nilai koefisien variasi (KV) kadar piperin dari
tiga replikasi.
PERTANYAAN :

1. Mengapa pada percobaan di atas menggunakan metode maserasi untuk melakukan


ekstraksi?
Jawab : Karena metode maserasi merupakan metode ekstraksi yang sederhana
dan cocok untuk zat aktif yang tahan pemanasan maupun tidak tahan pemanasan.
Buah lada hitam sendiri belum diketahui apakah zat aktif yang terkandung tahan
pemanasan atau tidak tahan pemanasan, sehingga metode maserasi cocok dipilih
untuk ekstraksi buah lada hitam.
2. Apa yang dimaksud dengan maserat dan filtrat dalam proses pembuatan ekstak di
atas?
Jawab : Maserat adalah hasil dari proses maserasi, sedangkan filtrate adalah hasil
dari proses penyaringan menggunakan corong bunchner.
3. Bagaimana cara membuat larutan pembanding piperin dengan kadar 100, 200, 400
dan 800 ppm yg berasal dari larutan induk piperin sesuai cara kerja percobaan di atas?
Jawab :
 Ditimbang 25 mg piperin dan dilarutkan dalam ± 15 ml etanol di tabung
reaksi, kemudian disaring dengan kertas saring ke dalam labu ukur 25 ml,
kertas saring dibilas dengan etanol secukupnya hingga tanda.
 Larutan induk diencerkan menjadi larutan pembanding dengan kadar 100, 200,
400, dan 800 ppm dengan mengambil sejumlah larutan induk dengan
perhitungan, lalu diencerkan dengan etanol dalam labu ukur.
 Perhitungan pengenceran untuk mengetahui berapa banyak larutan induk yang
diambil :
25 mg
a. Kadar larutan induk : ×1000=1000 ppm
25 ml
b. Larutan pembanding 100 ppm  M1. V1 = M2. V2
1000 ppm. V1 = 100 ppm. 20 ml
V1 = 2 ml
c. Larutan pembanding 200 ppm  M1. V1 = M2. V2
1000 ppm. V1 = 200 ppm. 25 ml
V1 = 5 ml
d. Larutan pembanding 400 ppm  M1. V1 = M2. V2
1000 ppm. V1 = 400 ppm. 10 ml
V1 = 4 ml
e. Larutan pembanding 800 ppm  M1. V1 = M2. V2
1000 ppm. V1 = 800 ppm. 10 ml
V1 = 8 ml
4. Apakah fungsi dari vortex mixer?
Jawab : Fungsi dari vortex mixer adalah untuk mencampur cairan hingga
homogeny dalam jumlah skala kecil.
5. Pada proses penetapan kadar senyawa aktif, dilakukan penotolan pembanding 2 mikro
liter sedangkan penotolan sampel sebanyak 10 mikro liter. Mengapa penotolan sampel
lebih banyak dibandingkan dengan penotolan pembandingnya?
Jawab : Penotolan sampel yang lebih banyak dibandingkan dengan penotolan
pembanding dikarenakan, pada sampel belum diketahui pasti kadar dari piperin
dan masih terdapat senyawa-senyawa lain yang terkandung. Sedangkan pada
pembanding, sebagai larutan pembanding piperin hanya terkandung senyawa
piperin saja.
6. Sebutkan manfaat dilakukan replikasi 3 kali pada proses penetapan kadar senyawa
aktif?
Jawab : Dilakukan replikasi 3 kali agar memperoleh nilai rata-rata, sehingga
dapat dihitung nilai koefisien variasi (KV) kadar. Selain itu, replikasi dilakukan
untuk mendapatkan hasil kadar senyawa aktif yang valid atau menghasilkan data
yang sama atau tidak berubah.

-------------------------------------TERIMAKASIH---------------------------------------

Anda mungkin juga menyukai