Anda di halaman 1dari 5

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

PROSEDUR HUKUM & EKONOMI ISBN: 978-623-6763-07-0


INTERNASIONAL
IPL 2020

TINJAUAN HUKUM KETERLAMBATAN PEMBAYARAN SINDIKASI


PERJANJIAN KREDIT BANK AKIBAT COVID-19
Dr. Rizkan Zulyadi, SH, MH1
(Fakultas Hukum, Universitas Medan Area, Indonesia)
rizkan@staff.uma.ac.id
Zaini Munawir, SH, M.Hum2
(Fakultas Hukum, Universitas Medan Area, Indonesia)
zaini@staff.uma.ac.id
Mahalia Nola Pohan, SH, M.Kn3
(Fakultas Hukum, Universitas Medan Area, Indonesia)
Surel: mahalia@staff.uma.ac.id

Abstrak
Pemberi pinjaman dalam bentuk pinjaman yang diberikan oleh pemberi pinjaman atau bank dalam negeri atau luar negeri.
Pemberi pinjaman membentuk sindikasi bersama untuk mendanai operasi bisnis peminjam. Pilihan hukum dan forum pilihan
yang dipilih sangat menentukan bentuk hukum bagi masing-masing pihak. Bagaimana pengaturan pinjaman sindikasi di
Indonesia yang melibatkan peserta bank dalam dan luar negeri, dan penerapan jaminan dalam pelaksanaan perjanjian
pinjaman sindikasi dengan bank? Jenis penelitian ini bersifat normatif, dan preskriptif dalam hukum, memberikan
argumentasi hukum untuk persetujuan pinjaman sindikasi internasional dalam rangka memberikan perlindungan hukum
kepada pemberi pinjaman. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan
dianalisis secara kualitatif. Pengaturan pinjaman sindikasi internasional menurut hukum di Indonesia tidak berlaku legal
lending limit apabila bank utama disediakan sebagai bank besar yang termasuk dalam salah satu dari 200 (dua ratus) bank
besar global yang ditentukan oleh almanak bankir. Dengan maraknya kasus pendemik Covid-19 menjadi masalah
keterlambatan pembayaran kredit, termasuk menurunnya pembayaran pinjaman sindikasi dari bank dalam dan luar negeri.
Pertimbangan dari tulisan ini adalah persoalan pinjaman sindikasi di Indonesia yang melibatkan bank dalam dan luar negeri
serta implementasi opsi hukum, Yurisdiksi Penyelesaian Sengketa Kredit Sindikasi pada Bank Dalam dan Luar Negeri, dan
perlindungan hukum terhadap Kemacetan 19.

Kata kunci: Perjanjian, Kredit Sindikasi, Bank, Wanprestasi, Yurisdiksi, Covid-19

1. PERKENALAN

Ketersediaan dana dan modal bagi perusahaan untuk menjalankan kegiatan usaha merupakan sesuatu yang akan
menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Kebutuhan akan modal dan dana bagi perusahaan tidak diragukan lagi
merupakan kebutuhan yang sangat penting. Dana tersebut bisa dalam bentuk modal atau utang. Salah satu bentuk sumber
dana yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan adalah dana kredit yang diberikan oleh bank kepada masyarakat
perorangan dan juga badan usaha khususnya debitur untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam rangka peningkatan
produksi.
Salah satu bentuk yang berkembang dalam dunia Hukum Bisnis adalah pemberian pinjaman sindikasi kepada
perbankan, pinjaman sindikasi pada awalnya lahir dari dunia Capital Markets di Amerika Serikat pada tahun 1950-an,
sedangkan di London sendiri, sindikasi ini lahir pada tahun Tahun 1960-an, pinjaman sindikasi di pasar internasional
di London dapat diberikan dalam semua mata uang yang dapat dikonversi, berbeda dengan pasar Amerika Serikat di
Wall Street, di mana pinjaman sindikasi hanya diberikan dalam dolar AS meskipun penerima pinjaman adalah pihak
asing. . Kredit sindikasi ini dapat diberikan dalam beberapa jenis mata uang.

Alasan melalui pinjaman sindikasi dari pihak peminjam adalah untuk pembiayaan dalam jumlah besar, prosedur
kredit yang lebih sederhana, pengakuan kredibilitas, biaya bunga rendah, alat untuk mengakses pasar modal.
Sedangkan dari segi pemberi pinjaman (lender) tujuannya adalah untuk menyebarkan risiko, karena dana pinjaman
yang terbatas, untuk memperoleh keuntungan (fee), untuk meningkatkan kredibilitas dan citra bank yang
memberikan pinjaman kepada masyarakat. Ada beberapa pihak yang terlibat dalam pinjaman sindikasi, yaitu:
debitur (peminjam disebut juga peminjam), kreditur (pemberi pinjaman disebut juga pemberi pinjaman), bank utama
(lead manager) atau agen (arranger). Ada beberapa kreditur sebagai peserta pinjaman sindikasi dan

Halaman | 12
PROSEDUR HUKUM & EKONOMI ISBN: 978-623-6763-07-0
INTERNASIONAL
IPL 2020

salah satu agen bank yang menjadi kewenangan bank-bank anggota atau peserta sindikasi. Jadi
terdapat hubungan yang kompleks terhadap perjanjian kredit dari beberapa subyek hukum yang
mengikatkan diri pada suatu perjanjian. Hubungan hukum antara peserta dan debitur diatur oleh hak
dan kewajibannya.
Hal yang menarik untuk dikaji jika pinjaman sindikasi melibatkan bank asing (pinjaman sindikasi internasional) terkait
dengan pemilihan hukum mana yang akan digunakan atau hukum negara mana yang akan diterapkan dalam perjanjian
apabila terjadi sengketa atau kredit bermasalah atau kredit macet. Apakah hukum akan ditegakkan oleh agen bank,
penerima kredit/peminjam (pemberi pinjaman) terkait di mana perjanjian pinjaman sindikasi ditandatangani, di mana
jaminan diadakan atau hukum suatu negara yang sama sekali tidak terkait dengan perjanjian pinjaman sindikasi.

Dalam tulisan ini yang menjadi permasalahan adalah bagaimana pengaturan hukum dan asas perjanjian
pinjaman sindikasi di Indonesia yang melibatkan bank dalam dan luar negeri, karena mengingat lemahnya hukum
agunan di Indonesia dalam bidang perjanjian sindikasi yang melibatkan hukum dari negara lain. dan permasalahan
lainnya adalah bagaimana penerapan opsi hukum dan yurisdiksi penyelesaian sengketa kredit sindikasi bank dalam
dan luar negeri dan bagaimana Perlindungan Hukum Terhadap Kredit Sindikasi Akibat Covid-19

2. METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif. Metode penelitian normatif adalah meneliti
doktrin (doctrinal research), dan teori (theoretical research) yang menjadi fokus analisis, menggunakan data
sekunder, meneliti norma hukum positif, asas, asas hukum, meneliti peraturan perundang-undangan dan
putusan pengadilan, masalah terkait dengan teori-teori yang relevan, dan juga mengkaji metode hukum.

Jenis penelitian ini adalah preskriptif. Pada prinsipnya jenis penelitian ada tiga, yaitu deskriptif,
evaluatif, dan deskriptif. Deskriptif adalah mendeskripsikan atau menggambarkan subjek atau objek
penelitian dan peneliti tidak membenarkan (menilai) hasil penelitiannya. Evaluatif adalah memberikan
pembenaran atas hasil penelitian yang hanya untuk menilai apakah hipotesis teori hukum yang
diajukan diterima atau ditolak.
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian, penulis menggunakan teknik studi dokumen. Studi
dokumen dilakukan dengan mempelajari dan menelaah berbagai peraturan perundang-undangan lainnya seperti:
A. Bahan hukum primer terdiri dari ketentuan-ketentuan hukum yang merupakan norma-norma dasar atau kaidah-kaidah dasar dan
peraturan.
B. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan dan ulasan tentang bahan hukum primer
bahan hukum, seperti: buku, makalah, majalah, jurnal ilmiah, artikel, artikel bebas dari internet, dan
surat kabar, bahkan dokumen pribadi atau pendapat dari para ahli hukum yang relevan dengan
masalah dalam penelitian ini.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaturan Hukum Perjanjian Pinjaman Sindikasi di Indonesia Yang Melibatkan Bank Domestik
dan Asing
Pinjaman sindikasi internasional seperti perjanjian kredit bank tidak dapat dipisahkan. Pengaturan hukum mengenai
pinjaman sindikasi di Indonesia yang melibatkan peserta bank dalam dan luar negeri tidak diatur dalam satu undang-
undang (hukum khusus). Pengaturan KUHPerdata dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (UU Perbankan) hanya mengenal istilah
kredit, bukan kredit sindikasi, apalagi kredit sindikasi internasional tidak ditemukan.
1. KUH Perdata (KUHP)
Istilah kredit sendiri tidak dapat ditemukan dalam KUHPerdata. Jika memperhatikan ketentuan dalam KUH Perdata
istilah kredit dapat disamakan dengan istilah pinjam meminjam yang diatur dalam Buku III Bab XIII KUHPerdata.
Walaupun istilah perkreditan tidak ditegaskan dalam KUHPerdata, namun bukan berarti kegiatan perkreditan tidak
memiliki landasan hukum dalam KUH Perdata. Dasar hukum dalam KUH Perdata adalah pinjam meminjam, yang
dikembangkan sehingga timbul istilah kredit dalam kegiatan perdagangan.

Halaman | 13
PROSEDUR HUKUM & EKONOMI ISBN: 978-623-6763-07-0
INTERNASIONAL
IPL 2020

Berdasarkan ketentuan KUH Perdata tampak bahwa beberapa hal penting yang harus diperhatikan adalah:
pinjam meminjam memerlukan kesepakatan antara peminjam (debitur) dan pemberi pinjaman (kreditur).
Selain perjanjian (agreement), ketentuan KUHPerdata juga mengatur adanya benda/benda yang dipinjamkan
baik berupa uang maupun berupa barang. Kemudian pihak penerima pinjaman akan menggantinya dengan
barang yang sama atau menggantinya dengan uang tunai. Peminjam (debitur) diharuskan membayar bunga
jika disepakati.
2. Peraturan Nomor 7 Tahun 1992 Peraturan JO Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
Peraturan Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan (UU Perbankan) tidak mengatur secara rinci tentang pinjaman sindikasi. Melainkan hanya menentukan
dasar hukum perkreditan secara umum sesuai dengan ketentuan KUH Perdata yaitu tentang pinjam meminjam
berdasarkan perjanjian antara bank (kreditur) dan nasabah (debitur). Kreditur dalam pinjaman sindikasi internasional
disamakan dengan pemberi pinjaman, sedangkan debitur disamakan dengan peminjam. Hanya saja dalam pinjaman
sindikasi internasional dan nasional ada satu bank yang bertindak sebagai pengendali dan penanggung jawab
sindikasi yang disebut lead manager atau lead bank atau arranger.
3. Peraturan Bank Sentral No 13 Tahun 1968
Pinjaman sindikasi juga tidak ditemukan dalam Peraturan Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral. Undang-undang ini
menetapkan tugas Bank Indonesia sebagai Bank Sentral untuk mengawasi masalah perkreditan (vide: Pasal 29), memberikan
kredit likuiditas kepada bank untuk menangani likuiditas dalam keadaan darurat, menyiapkan rencana kredit bank termasuk
membatasi pemberian pinjaman, dll. lain-lain (vide: Pasal 32).
4. Surat Edaran BI No 7/23/DPD 8 Juli 2005 (SEBI 23/7/2005)
Ketentuan kredit sindikasi dalam Surat Edaran BI Nomor 7/23/DPD tanggal 8 Juli 2005 (SEBI 23/7/2005)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) PBI 7/14/PBI/2005 merupakan pinjaman yang diberikan oleh
lebih dari satu bank. Jika pinjaman sindikasi terdiri dari bank dalam dan luar negeri, maka total kontribusi
bank asing harus lebih besar dari kontribusi bank dalam negeri.
5. PBI No.7/14/PBI/2005 Tentang Pembatasan Transaksi dan Penyediaan Rupiah
Pinjaman Valuta Asing oleh Bank (PBI 14/7/PBI/2005)
Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 7/14/PBI/2005 (disingkat PBI 7/14/PBI/2005) mengatur tentang
Batasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Pinjaman Valuta Asing oleh Bank. Pembatasan ini merupakan
pengecualian terhadap larangan pembatasan transaksi rupiah dan pemberian pinjaman valas oleh
bank. PBI 7/14/PBI/2005 membatasi transaksi rupiah sebagaimana ditentukan dalam Pasal 11 UU
Perbankan tentang BMPK yang diperbolehkan adalah 10% dan 30% dari modal bank

Ada begitu banyak prinsip dalam hukum kontrak, seperti:


1. Prinsip kebebasan berkontrak
Asas pertama adalah kebebasan berkontrak (freedom of contract) memberikan kebebasan kepada para pihak
untuk membuat perjanjian termasuk bebas untuk membuat substansinya dalam bentuk atau format apapun
serta isi sesuai keinginan para pihak, hukum perjanjian di Indonesia menganut asas kebebasan berkontrak
dimana setiap pihak membuat perjanjian bebas untuk membuat perjanjian (vide: Pasal 1338 KUHPerdata)
sepanjang isi perjanjian itu tidak melanggar asas kesusilaan, kepatutan, kepatutan, dan ketertiban umum
(Pasal 1337 Perdata). Kode).
2. Prinsip konsensualisme
Asas konsensualisme terdapat pada angka 1 Pasal 1320 KUHPerdata sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya, bahwa asas ini menentukan kesepakatan di antara mereka (para pihak) yang mengikatkan diri
dalam perjanjian. Berkaitan dengan asas konsensualisme, perjanjian dapat dibuat pada prinsipnya bebas
tidak terikat bentuk dan tidak formal tetapi cukup dengan mufakat belaka.
Asas konsensualisme disebut juga asas kesepakatan yang disepakati untuk mengikat antara kedua
belah pihak yang menyepakati materi atau isi perjanjian, tidak ada paksaan atau tekanan dari pihak
manapun. Semua pihak harus bebas menentukan pilihan.
3. Asas kepastian hukum
Asas kepastian hukum (pacta sunt servanda) juga terdapat dalam pasal 1338 KUHPerdata angka 1, yang
menyebutkan, “segala perjanjian yang dibuat secara sah berlaku bagi mereka yang menjadikannya sebagai undang-
undang”. Dalam pasal ini, selain asas kebebasan berkontrak, juga terkandung asas kepastian hukum. Kepastian
hukum dalam pasal ini berarti janji harus ditepati dengan kata lain “hutang harus dibayar”.
4. Prinsip itikad baik

Halaman | 14
PROSEDUR HUKUM & EKONOMI ISBN: 978-623-6763-07-0
INTERNASIONAL
IPL 2020

Asas itikad baik termuat dalam pasal 1338 KUHPerdata angka 3 yang menyebutkan: “Perjanjian
harus dilaksanakan dengan itikad baik”. Mariam Darus Badrulzaman menyebut asas itikad baik
dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata sebagai penyeimbang dari asas kepastian hukum yang
terdapat dalam pasal 1338 KUHPerdata angka 1.
Penerapan Opsi Hukum dan Yurisdiksi Dalam Penyelesaian Sengketa Kredit Sindikasi Bank
Domestik dan Sindikasi.
Untuk kasus Yurisdiksi dalam pinjaman sindikasi, klausul arbitrase tepat disebutkan dalam kontrak/
perjanjian kredit internasional yang dibuat dan disepakati oleh para pihak (pemberi pinjaman dan peminjam).
Baik sebelum maupun sesudah sengketa mereka menentukan kompetensi mutlak arbitrase Dalam perjanjian
biasanya ditentukan pilihan hukum dan pilihan arbitrase untuk menyelesaikan sengketa jika terjadi sengketa.
Sesuai dengan prinsip kebebasan berkontrak, mereka bebas membuat pilihan hukum serta pilihan forum
penyelesaian sengketa dalam perjanjian.).
Apabila pinjaman sindikasi merupakan pinjaman dari pinjaman sindikasi internasional, maka timbul permasalahan mengenai
hukum negara mana yang akan diberlakukan apabila terjadi perselisihan antara para pihak yang terkait dengan perjanjian
pinjaman sindikasi tersebut. Apakah hukum yang digunakan dari hukum negara agen, atau hukum negara peminjam, atau
hukum salah satu negara pemberi pinjaman (lender), atau hukum negara dimana perjanjian pinjaman sindikasi
ditandatangani, atau hukum suatu negara yang sama sekali tidak terkait dengan perjanjian pinjaman sindikasi.

Jika pilihan hukum tidak ditemukan dalam kontrak yang bersangkutan, maka dalam penyelesaian
sengketa bantuan secondary link point, secondary point of contact adalah fakta dalam kasus HPI yang akan
membantu menentukan hukum mana yang harus diterapkan dalam menyelesaikan masalah HPI. yang sedang
dihadapi. Tautan sekunder ini sering disebut sebagai mata rantai penentu karena akan menentukan hukum tempat
yang akan digunakan sebagai hukum yang berlaku dalam menyelesaikan suatu perkara.
Tautan sekunder disebut tautan penentu yang akan menentukan hukum mana yang akan berlaku untuk insiden Hukum
Perdata Internasional (HPI). Salah satu objek HPI yang menetapkan aturan untuk memilih hukum yang akan ditegakkan
(rules for the choice of law) adalah aturan yang menetapkan hukum apa yang seharusnya mengatur suatu perkara yang
mengandung unsur asing. Pilihan hukum hampir selalu tergantung pada mata rantai yang akan menunjukkan sistem hukum
apa yang relevan dengan rangkaian fakta yang dihadapi.
Hukum yang berlaku secara umum untuk pinjaman sindikasi dalam negeri adalah hukum negara setempat. Namun
tidak menutup kemungkinan juga dalam perjanjian pinjaman sindikasi dalam negeri yang menjadi acuan adalah
hukum negara asing untuk penyelesaian sengketa yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan perjanjian kredit
sindikasi tersebut.
Perlindungan Hukum Terhadap Kemacetan Kredit Sindikasi Akibat Covid-19.
Dampak pendemi covid-19 adalah keterlambatan pembayaran kredit, karena masih banyak perbedaan pendapat yang
menyatakan apakah Covid-19 force majeure atau tidak, yang dimaksud force majeure adalah kejadian seperti kebakaran,
gempa bumi, banjir, huru hara yang mengakibatkan keterlambatan dan/atau kegagalan dalam melaksanakan kewajiban
yang tercantum dalam Perjanjian secara langsung.
Selama masa Pendemi Covid-19 banyak terjadi keterlambatan pembayaran kredit yang tidak sesuai dengan
kesepakatan, dimana debitur merasa keberatan karena harus membayar kredit tepat waktu, sehingga
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan peraturan yang diberikan kebebasan lembaga keuangan bukan
bank dan lembaga keuangan bukan bank untuk mengacu atau tidak mengacu pada peraturan OJK, peraturan
tersebut antara lain POJK 11/OJK.03/2020 Relaksasi kredit bank bagi debitur yang terkena dampak Covid-19
baik secara langsung maupun tidak langsung maupun POJK 14/OJK.05/2020 tentang kebijakan countercylical
bagi perusahaan asuransi, dana pensiun, lembaga keuangan dll.
Lantas bagaimana dengan kredit sindikasi ini sendiri di masa covid 19? Di sini kita bisa melihat
dari beberapa bank dalam menerapkan perjanjian pinjaman sindikasi, diambil dari data
Bloomberg, kondisi ekonomi yang tidak menentu diperkirakan membuat penyaluran pinjaman
sindikasi ini kembali tertekan tahun ini. Berdasarkan data Bloomberg, total pinjaman sindikasi
pada kuartal I tahun ini tercatat US$ 2,16 miliar, turun 55,27% dari periode yang sama tahun lalu
US$ 4,83 miliar. Sementara itu, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. mengatakan
perseroan masih mencatatkan pertumbuhan kredit sindikasi yang cukup baik di awal tahun ini
yang disalurkan perseroan ke berbagai proyek. “Pinjaman sindikasi di awal tahun ini masih cukup
bagus. Posisi Maret 2020 menjadi Rp2,8 triliun, naik 79,8 persen secara tahunan.

Halaman | 15
PROSEDUR HUKUM & EKONOMI ISBN: 978-623-6763-07-0
INTERNASIONAL
IPL 2020

Kecenderungan perlambatan penyaluran kredit sindikasi hingga akhir 2020 akan terjadi, dikutip dari business
finance.
Banyak bank yang melakukan restrukturisasi kredit sindikasi pada masa co-19 membuat jalan
keluar dalam melakukan pembayaran kredit sindikasi, skema restrukturisasi yang diberikan perusahaan
mulai dari penurunan suku bunga, perpanjangan tenor, hingga perubahan struktur fasilitas kredit. Misalnya,
Panin Bank telah memberikan PT Bank Panin Tbk (PNBN) telah setuju untuk merestrukturisasi kredit yang
terkena dampak pandemi Covid-19 senilai Rp919,28 miliar. Direktur Utama Bank Panin Herwidayatmo
mengatakan langkah perseroan untuk menyetujui restrukturisasi belum lama ini. Padahal, ketentuan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) sudah terbit sebulan lalu sebelum POJK keluar.) Ini salah satu jalan keluar dari
keterlambatan pembayaran pinjaman sindikasi yang dilakukan lembaga keuangan bank

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Pinjaman Sindikasi adalah perjanjian pinjaman yang melibatkan pinjaman dari beberapa dalam dan luar negeri
bank, ada beberapa pihak yang terlibat dalam pinjaman sindikasi, yaitu: debitur (peminjam disebut
juga peminjam), kreditur (pemberi pinjaman disebut juga pemberi pinjaman), bank utama (lead
manager) atau agen (arranger). ). Terdapat beberapa kreditur sebagai peserta kredit sindikasi dan satu
agen bank yang menjadi kewenangan bank-bank anggota atau peserta sindikasi.
Pelaksanaan opsi hukum dan yurisdiksi penyelesaian sengketa kredit sindikasi bank dalam dan luar
negeri dalam prakteknya mutlak berlaku jika pilihan hukum telah disepakati dalam klausul perjanjian
kredit sindikasi internasional. Banyak bank yang melakukan restrukturisasi kredit sindikasi pada masa
co-19 membuat jalan keluar dalam melakukan pembayaran kredit sindikasi, skema restrukturisasi yang
diberikan perusahaan mulai dari penurunan suku bunga, perpanjangan tenor, hingga perubahan
struktur sambungan fasilitas kredit.
Saran dari artikel ini adalah, pengaturan perjanjian pinjaman sindikasi harus dimasukkan ke dalam peraturan
perundang-undangan perbankan dan ditegaskan kembali oleh SEBI 23/7/2005 dan PBI 7/14/PBI/2005, sehingga
pelaksanaan opsi hukum dan yurisdiksi pinjaman sindikasi bank penyelesaian sengketa di dalam dan bank asing
tidak menemukan permasalahan dalam praktik penyelesaian sengketa yang dipersyaratkan oleh para pihak
untuk menentukan klausula pilihan hukum dan pilihan forum arbitrase internasional.

REFERENSI
Efenti, Cherdina (2015). Kencenderungan Putusan-Putusan Hakim Pengadilan Terhadap Pencantuman
Klausula Eksonerasi Dalam Perjanjian. Medan: Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
Ganie, Junaedy (2013). Hukum Asuransi Indonesia.Jakarta: Sinar Grafika.
Murwadji, T (2013). Transformasi Jaminan Kebendaan Menjadi Jaminan Tunai Dalam Penjaminan
Kredit Sindikasi Internasional. Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM NO. 1 JOL. 20 JANUARI 2013:
98 – 118.
Gautama, Sudargo (2010). Hukum Acara Perdata Internasional.Bandung: Alumni. Jilid III Bagian 2
Buku ke-8.
Muhammad, Abdulkadir (2010). Hukum Perusahaan Indonesia.Bandung: Citra Aditya Bakti.
Sembiring, Sentosa (2008). Hukum Perbankan.Bandung: Mandar Maju.
Budiono, Herlien (2006). Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia.Bandung: Citra
Adtya Bakti.
Andayani, Isetyowati (2005). Kekuatan Surat Bukti Perkawinan Yang Dilangsungkan Di Luar
Indonesia Setelah Didaftarkan Di Kantor Catatan Sipil. Jurnal Perspektif, Jil. X, No.3 Juli
Kurniawan, Fanny (2004). Penerapan Hak Jaminan Dalam Kepailitan, Analisis Yuridis Putusan
No.10/Pailit/2001/PN.Niaga/Jkt.Pst Dalam Perkara Kepailitan Bank Shinta Indonesia Melawan
Harry Susanto. Yogyakarta.
Badrulzaman, Mariam Darus (1983). Perjanjian Kredit Bank.Bandung: Alumni.
Soekanto, Soerjono (1996). Pengantar Penelitian Hukum.Jakarta: IU Press.
Sri Mamudji (1995). Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjaua.Jakarta: Raja Grafindo Persada.
SS, Kusumaningtuti, dkk.( 2008). Pinjaman Sindikasi Luar Negeri.Jakarta: Pusat
Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK)-Bank Indonesia, hal. 1.

Halaman | 16

Anda mungkin juga menyukai