1, 37-52
Values and behaviours denote cultural strengths that help communities effectively adapt
and succeed in dealing with disasters. The present work used a qualitative approach and
was designed as a case study, to identify social values and behaviours in the context of
community resilience during the Covid-19 pandemic. We recruited five informants and
obtained data through interviews and observation. The results showed that community
resilience emerged from a sense of belonging to the group (i.e., the residents) and its
members. The residents have inherited social values and behaviours that have long lived
in the community, which render them resilient against the Covid-19 pandemic. Such
values include cooperation, deliberation, and harmony with nature, whereas the social
behaviours manifest in obedience and prosocial neighbourhood. The implication of these
findings is a hope that the residents can build community resilience. The residents may
initiate such joint effort from the hamlet or village environment where they can build
community resilience by developing social values and behaviours that grow in the
community.
Masyarakat memiliki kekuatan budaya berupa nilai-nilai dan perilaku yang berfungsi
secara efektif untuk beradaptasi dan berhasil dalam menghadapi bencana. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dan didesain sebagai studi kasus, dengan tujuan
mengidentifikasi nilai dan perilaku sosial dalam konteks resiliensi komunitas di tengah
pandemi Covid-19. Responden adalah lima informan dan data diperoleh melalui
wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiliensi komunitas
bersumber dari rasa memiliki terhadap kelompok (yaitu warga lokal) dan anggota di
dalamnya. Para warga lokal mewarisi nilai-nilai dan perilaku-perilaku sosial yang sudah
sejak lama hidup di dalam masyarakat, yang membuat mereka mampu bertahan di masa
pandemi Covid-19. Nilai-nilai tersebut mencakup nilai gotong royong, musyawarah, dan
keselarasan dengan alam, sementara bentuk-bentuk perilaku sosial mencakup kepatuhan
dan ketetanggaan yang prososial. Implikasi dari temuan-temuan tersebut adalah harapan
bahwa warga lokal bisa membangun resiliensi komunitas. Warga lokal bisa mengawali
upaya bersama tersebut dari lingkungan dusun ataupun desa dimana mereka membangun
resiliensi dengan mengembangkan nilai-nilai dan perilaku-perilaku sosial yang tumbuh
dalam masyarakat.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
How to cite this article in accordance with the American Psychological Association (APA) 7th guidelines:
Sunarno & Sulistyowati, E. (2021). Resiliensi komunitas di tengah pandemi Covid-19. MEDIAPSI, 7(1), 37-
52. https://doi.org/10.21776/ub.mps.2021.007.01.5
37
MEDIAPSI
2021, Vol.7, No. 1, 37-52
SUNARNO & SULISTYOWATI
nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral apa yang dan makro. Sehingga psikologi komunitas
dipegang, bagaimana berinteraksi satu sama mampu melihat dengan jernih kesehatan,
lain dan bagaimana memahami dunia di kebahagiaan, dan kesejahteraan manusia,
sekitar. Budaya menanamkan perilaku dan bahkan tentang kesusahan dan kekacauan
merupakan sumber kehidupan kelompok etnis seseorang dari konteks (Orford, 2008).
dan nasional. Selain memliki ide sentral menghargai
Komunitas, sebagaimana yang konteks dalam memahami perilaku orang,
didefinisikan oleh The International psikologi komunitas memiliki tujuan tidak
Federation of Red Cross and Red Crescent hanya untuk menganalisis kekuatan dan cara,
Societies (IFRC; 2014) adalah sebagai tetapi untuk menemukan cara bagaimana
sekelompok orang yang mungkin tinggal di membantu manusia dalam memerangi
daerah yang sama, desa atau lingkungan, ketidaksetaraan dan ketidakadilan, dan untuk
berbagi budaya yang sama, kebiasaan dan bekerjasama dengan orang-orang untuk
sumber daya. Komunitas adalah sekelompok melawan penindasan dan berjuang
orang yang memiliki ancaman dan risiko yang menciptakan dunia yang lebih baik.
sama seperti penyakit, politik, masalah Rappaport (1981), menegaskan bahwa
ekonomi, dan bencana alam. Suatu komunitas analisis masalah dari konteks akan
dapat diartikan sebagai ‘masyarakat menyebabkan pemahaman yang berbeda
setempat’, dimana kelompok tersebut dapat tentang masalah, maka intervensinya pun
memenuhi kebutuhan hidup memiliki akan lebih efektif.
perasaan sebagai anggota kelompok dan Nilai-nilai inti dari psikologi komunitas
terjadi interaksi antar anggotanya (Yuriadi, adalah pemberdayaan (empowerment),
2018). pembebasan (liberation), dan keadilan sosial
Hillery (1955) menggambarkan (social justice) (Orford, 2008). Pemberdayaan
komunitas sebagai organisasi sosial, baik adalah nilai-orientasi sentral dari psikologi
formal maupun informal yang dibatasi oleh komunitas, dimana orang, organisasi, dan
lokasi geografis atau dibentuk atas dasar masyarakat mendapatkan penguasaan atas
kepentingan dan tujuan bersama, juga masalah yang menjadi perhatian mereka.
kebutuhan (terhadap hobi, kelompok politik), Untuk mengembangkan psikologi
dan jaringan kerabat. Dalam kehidupan sosial pembebasan diperlukan praksis baru yang
masyarakat, psikologi komunitas memiliki memerlukan dua hal, yaitu refleksi,
pandangan dalam memahami perilaku pemahaman, kesadaran kritis. Kedua adalah
manusia berdasarkan kepada kontekstual. tindakan untuk mengubah keadaan dari proses
Kata ‘konteks’ dalam pernyataan tersebut refleksi kritis (Orford, 2008). Nilai keadilan
digunakan dalam arti luas. Ditilik dari subyek, sosial, sementara itu, mencerminkan promosi
psikologi komunitas memiliki kebutuhan perdamaian dan menentang kekerasan dalam
untuk melihat orang—perasaan, pikiran, dan segala bentuknya (Orford, 2008).
tindakan—dalam konteks sosial tertentu. Salah satu upaya pemberdayaan
Konteks yang dipikirkan tidak berhenti pada komunitas dalam hal mengatasi bencana
lingkungan sosial, keluarga atau persahabatan adalah mengembangkan resiliensi komunitas.
atau kelompok kerja (sitem level mikro), IFRC (2014) mendefinisikan resiliensi
tetapi diperluas ke konteks level menengah sebagai kemampuan individu, komunitas,
organisasi atau negara yang terpapar bencana, kegiatan-kegiatan pemulihan dengan cara
krisis, dan kerentanan mendasar untuk meminimalkan gangguan sosial. Tujuannya
mengantisipasi dan mempersiapkan adalah untuk meminimalkan hilangnya nyawa
mengurangi dampak, serta mengatasi dan dan kerugian ekonomi. Singkatnya, untuk
memulihkan efek guncangan dan tekanan meminimalisasi kurangnya kualitas hidup
tanpa mengkompromikan prospek jangka akibat bencana. Sementara, dalam konteks
panjang. Berdasarkan definisi tersebut, keamanan kesehatan nasional (national health
resiliensi dapat diamati dan diperkuat di security), resiliensi komunitas sangat penting
beberapa level, yaitu level individu, level untuk membatasi kebutuhan bantuan di saat
rumah tangga, level komunitas, pemerintah bencana berkepanjangan. Untuk
lokal, pemerintah nasional, organisasi meningkatkan resiliensi, Chandra dkk. (2013)
perhimpunan nasional, dan level regional dan menekankan bahwa masyarakat harus
global. Pada level komunitas, resiliensi membangun kemampuan yang ditandai
komunitas diperkuat oleh level ketahanan dengan ketahanan menahan stres, ketahanan
individu dan rumah tangga. keragaman, dan ketahanan kecepatan
Resiliensi komunitas menurut van mobilisasi sumber daya.
Breda (2001) adalah kemampuan Dampak bencana bervariasi di antara
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki berbagai komunitas. Beberapa komunitas
oleh suatu komunitas untuk kembali bangkit memiliki ketangguhan dalam menghadapi
dari situasi menekan, trauma, atau kejadian bencana, sementara bagi beberapa komunitas
yang membuat guncangan sehingga yang lain tidak. Memahami kapasitas dan
komunitas tersebut dapat tumbuh dan karakteristik masing-masing komunitas akan
berkembang secara berkelanjutan. Menurut memberikan kontribusi terhadap upaya
Kirmayer dkk. (2012; lihat juga Yuriadi, pencegahan dan rehabilitasi bencana dengan
2018), resiliensi komunitas merupakan lebih baik. Oleh karena itu, sesuai dengan
gagasan tentang bagaimana masyarakat pendapat Drabek dkk. (2018; lihat juga Jovita
bertahan menghadapi tekanan dan tantangan dkk., 2019) yakni menjadi penting untuk
hidup melalui fungsi relasi sosial. Beberapa mempertimbangkan struktur sosial komunitas.
aspek resiliensi komunitas dapat dilihat IFRC (2014) memberikan beberapa
(Cinderby dkk., 2016; Windle dkk., 2011) karakteristik komunitas yang tangguh adalah
melalui, pengetahuan komunitas seputar yang berpengetahuan luas, sehat dan dapat
ancaman bencana, keterlibatan komunitas memenuhi kebutuhan dasarnya, adanya
dalam respon bencana, adanya jaringan sosial kohesi sosial, memiliki peluang ekonomi,
untuk merespon dan pemulihan bencana, memiliki infrastruktur dan layanan yang
terjadinya perubahan positif dan mampu terpelihara dengan baik dan mudah diakses,
bangkit setelah bencana, dan memiliki dapat mengelola aset alamnya, dan saling
kepercayaan kepada pemerintah dan tokoh terhubung.
masyarakat. Beberapa penelitian terkait resiliensi
Bruneau dkk. (2003) mendefinisikan komunitas banyak dilakukan dengan
resiliensi komunitas sebagai kemampuan unit menyertakan variabel modal sosial dalam
sosial (misalnya organisasi, masyarakat) mengatasi kebencanaan. Seperti penelitian
untuk memitigasi bencana dan melakukan yang dilakukan oleh LaLone (2012),
MEDIAPSI │ 2021, Vol. 7, No. 1, 37-52 41
SUNARNO & SULISTYOWATI
kasus yaitu pandemi Covid-19 yang kemudian yaitu sense of belonging, identifikasi nilai,
akan diamati dan dianalisis secara cermat dan identifikasi perilaku sosial.
hingga tuntas. Fokus kajiannya adalah Sense of belonging, rasa memiliki
resiliensi komunitas di tengah pandemi terhadap sesama warga adalah faktor
Covid-19 di Dusun Tempurejo, Desa psikologis yang dimiliki warga sehingga
Tempurejo, Kecamatan Wates, Kabupaten mampu membangun resiliensi komunitas.
Kediri. Resiliensi komunitas adalah Rasa memiliki terhadap sesama warga
ketangguhan masyarakat untuk berdaya dan tersebut terungkap dengan satu pernyataan,
bangkit dari tekanan, trauma, dan guncangan bahwa para warga merasa sebagai satu warga
dalam menghadapi bencana. Dengan beberapa dusun karena sudah lama hidup bersama:
aspek: pertama, pengetahuan komunitas “Awake dhewe wis urip bareng ket jaman
seputar ancaman bencana; kedua, keterlibatan mbah-mbahe mbiyen” (Kita semua sudah
komunitas dalam respon bencana; ketiga, lama hidup bersama sejak jaman simbah-
adanya jaringan sosial untuk merespon dan simbah pendahulu) (W1.S1.KK: 157;
pemulihan bencana; keempat, terjadinya W1.S2.RR: 105; dan W1.S4.NN: 88). Rasa
perubahan positif dan mampu bangkit setelah tersebut menjadi dasar antarwarga saling
bencana; dan kelima, memiliki kepercayaan merasakan apa yang dirasakan oleh warga
kepada pemerintah dan tokoh masyarakat. lainnya. “Ora tego yen ngerti ana tanggane
kasusahan, terus mek meneng wae. Selagi
Prosedur dan pengukuran enek, mbantu sithik-sithik. Urip bareng-
Pengumpulan data dilakukan dengan bareng, yen ana susah senenge kudhu padha
wawancara dan observasi. Kemudian data mbantu” (Tidak tega apabila mengetahui ada
yang terkumpul dianalisis dengan tetangga yang kesusahan, tetapi hanya diam.
menggunakan analisis tema, yaitu melakukan Selagi memiliki, ya membantu meskipun
proses pengodean ke dalam tema-tema atau sedikit. Hidup secara bersama-sama, kalau
kategori yang ada (Creswell & Poth, 2016). ada susah dan senang ya harus saling
Dalam konteks penelitian ini proses membantu) (W1.S1.KK: 277-278; W1.S2.RR:
pengodean dengan pengklasifikasian perilaku- 358-260; dan W1.S4.NN: 175-177).
perilaku yang muncul ke dalam tema-tema Faktor selanjutnya adalah Identifikasi
yang ada dalam psikologi sosial. Dilanjutkan Nilai. Ada beberapa nilai yang dimiliki oleh
dengan menganalisis hasil pengklasifikasian warga Dusun Tempurejo. Pertama, adalah
untuk melihat faktor psikologis apa yang gotong royong. Semenjak adanya pandemi
mampu membangun resiliensi komunitas Covid-19, budaya gotong royong di Dusun
dalam menghadapi Covid-19. Tempurejo semakin menguat. Semakin
menguatnya budaya gotong royong di Dusun
Hasil Tempurejo dibuktikan dengan ikut sertanya
Dari hasil wawancara dan observasi, warga dalam kegiatan penyemprotan
peneliti menemukan faktor psikologis yang disinfektan di lingkungan RT masing-masing
mampu membangun resiliensi komunitas dan dan ikut sertanya warga dalam menjaga
beberapa nilai serta perilaku sosial untuk keamanan lingkungan melalui kegiatan
menghadapi bencana pandemi Covid-19 di siskamling. Warga secara bersama-sama
Dusun Tempurejo. Faktor-faktor tersebut mendukung dan melaksanakan kegiatan ini
MEDIAPSI │ 2021, Vol. 7, No. 1, 37-52 43
SUNARNO & SULISTYOWATI
dengan harapan agar pandemi Covid-19 bisa akhirnya terealisasikan. Setiap harinya, di
segera berakhir. Dusun Tempurejo diadakan siskamling.
Penyemprotan disinfektan di masing- Warga pun secara aktif terlibat dalam
masing RT dilakukan oleh warga sendiri yang kegiatan ini (W2.S1.KK: 63-66; W2.S3.SS:
dikoordinasi oleh Ketua RT masing-masing. 401-406; dan W2.S5.GG: 106-110).
Penyemprotan dilakukan setiap hari Minggu, Siskamling tersebut dilaksanakan setiap
dimana setiap minggunya warga secara malam di setiap harinya demi menjaga
bergantian melakukan penyemprotan. keamanan Dusun Tempurejo. Sebab, di desa-
Kegiatan penyemprotan disinfektan disambut desa tetangga sudah terjadi pencurian (W2.
baik oleh warga. Penyemprotan di lingkungan S2.RR: 402-403; W2.S3.SS: 467; W1.S1.KK:
warga Dusun Tempurejo dilaksanakan rutin 444-445; dan W2.S5.GG: 303-304). Selain
setiap minggu. Jadi, setiap Minggu warga menjaga keamanan dusun, siskamling juga
bergantian jadwal menyemprot, dengan tujuan menjadikan kedekatan persaudaraan
untuk menjaga lingkungan secara bersama- antarwarga, “Mbendino warga ronda. Ronda
sama sehingga para warga tetap sehat dan iki kan ya tambah iso ngraketne paseduluran”
dijauhkan dari virus Corona (W1.S1.KK: 308- (W2.S2.RR: 404-405).
311; W1.S4.NN: 413-416; W1.S5.GG: 273- Kedua, adalah musyawarah. Setiap
274). pengambilan keputusan, pemerintah desa
Gotong royong tersebut didasari oleh dengan warga Tempurejo mempraktikkan
kesadaran bersama bahwa pencegahan virus musyawarah yang dilandasi oleh
Corona tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. kebijaksanaan para warga. Pemerintah desa
Pemerintahan desa dengan para aparat tidak mengkomunikasikan kebijakan-kebijakan
bisa berjalan sendiri, tetap membutuhkan yang diambil dengan warga melalui ketua RT
kerja sama bersama warga. Dan karena para masing-masing. Begitupun sebaliknya, warga
warga menyadari pentingnya kerja gotong juga diberi kesempatan untuk
royong dalam hal mencegah virus Corona, mengkomunikasikan segala kritik atau usulan.
para warga menyambut atas keterlibatan Jadi, antara pemerintah desa dengan warga
dalam penyemprotan disinfektan yang tidak sampai ada kesalahpahaman akibat
dilakukan setiap hari Minggu serentak di miskomunikasi (W1.S1.SS: 692-693; dan
semua RT (W1.S3.SS: 379-386; dan W2.S5.GG: 284).
W1.S4.NN: 492-494). Musyawarah adalah hal yang diterapkan
Selain penyemprotan disinfektan, antara pemerintah desa dengan warga.
gotong royong juga dilakukan dalam bentuk Dimana RT sebagai jembatan penghubung
siskamling yang dilaksanakan setiap hari oleh penyampai aspirasi warga sekaligus
warga. Sebelumnya, kegiatan siskamling penyampai kebijakan desa. Di situasi pandemi
tidak ada di dusun ini, tetapi setelah adanya Covid-19, musyawarah tidak hanya dilakukan
pandemi yang menyebabkan meningkatnya secara langsung (pertemuan), tetapi beberapa
kriminalitas di daerah-daerah lain, membuat kali juga diadakan melalui grup WhatsApp
warga berinisiatif untuk mengadakan RT (W1.S5.GG: 316). Penggunaan media
siskamling. Siskamling adalah kegiatan yang komunikasi untuk musyawarah merupakan
diinisiasi oleh warga sendiri yang hal yang tepat, dikarenakan diskusi bisa
dikomunikasikan pada pihak desa dan dilakukan sewaktu-waktu dan informasi
apapun bisa secara cepat tersampaikan kepada Selain ‘sense of belonging’ dan
warga (W1.S3.SS: 697-699; W1.S3.SS: 703- ‘identifikasi nilai’, faktor selanjutnya yaitu
705; dan W1.S5.GG: 318). Identifikasi Perilaku Sosial. Ada beberapa
Ketiga, keselarasan dengan alam. Dusun perilaku sosial yang ditunjukkan oleh warga
Tempurejo sebagian wilayahnya berupa area Dusun Tempurejo. Pertama, kepatuhan
persawahan dan hutan. Hal ini berdampak (obedience) terhadap pemerintah desa.
pada mata pencaharian penduduk sekitar, Selama pandemi Covid-19 ada beberapa
mayoritas penduduk menggantungkan kebijakan yang diterapkan oleh pihak desa.
hidupnya pada alam. Warga ada yang bertani Dimana kebijakan-kebijakan ini bertujuan
dan ada yang berdagang di kawasan Wisata untuk memutus mata rantai penyebaran
Alam Alaska. Akan tetapi, setelah adanya Coronavirus. Salah satu kebijakan yang
penutupan wisata saat pandemi Covid-19, diambil pemerintah desa adalah melakukan
banyak warga yang kehilangan pekerjaannya penutupan Wisata Alam Alaska. Ini adalah
karena tidak bisa berjualan di Alaska. Pada salah satu keputusan besar yang diambil
dua minggu pertama setelah penutupan pemerintah desa dikarenakan warga akan
Wisata Alam Alaska, banyak warga terdampak secara langsung dari segi ekonomi.
terdampak yang mengeluhkan penutupan Dimana mayoriras warga menggantungkan
kawasan wisata. Sebab, beberapa warga yang hidupnya dari aktivitas perdagangan di
biasanya memiliki pendapatan ratusan ribu kawasan wisata. Warga menerima dan
bahkan juta rupiah, di saat pandemi Covid-19 mendukung keputusan tersebut meskipun di
para warga tidak memiliki pendapatan. Maka, awal ada rasa berat hati (W1.S3.SS: 529-533;
para warga tidak punya pilihan selain kembali dan W1.S5.GG: 441-443).
ke alam (W1.S3.SS: 112-116). Para warga Penutupan Wisata Alam Alaska pada
mulai bangkit, kembali bekerja di sawah, awalnya kurang bisa diterima oleh warga.
tegal, dan menjadi buruh tani (W1.S1.KK: Akan tetapi, setelah paham akan bahayanya
139-141; W1.S3.SS: 189-194; dan virus ini, warga mulai menerima dan patuh
W1.S2.RR: 328-333). akan kebijakan yang diambil oleh pemerintah.
Alam juga dijadikan warga sebagai Saat ini warga sudah mulai bangkit lagi
tempat melepas kejenuhan saat menghadapi dengan mencari pekerjaan lain, ada yang
pandemi Covid-19. Sebelum pandemi, anak- membuka warung di rumah dan kembali
anak usia sekolah sangat jarang meluangkan bekerja di sawah dan tegal (W1.S3.SS: 199-
waktunya di alam. Mayoritas anak sudah 204; dan W1.S3.SS: 535-537).
disibukkan dengan kegiatan-kegiatan sekolah Kebijakan lain yang diambil oleh
sejak pagi hingga sore, belum lagi mengikuti pemerintah desa adalah penutupan sebagian
les tambahan. Akan tetapi, sejak adanya akses jalan untuk mengurangi mobilisasi
pandemi, anak-anak semakin dekat dengan warga. Warga mematuhi keputusan ini
alam, mereka meluangkan waktunya untuk dengan ikut membantu secara langsung saat
berolahraga di hutan dan sungai yang ada di proses penutupan sebagian akses jalan. Selain
Dusun Tempurejo. Anak-anak melepas itu, pemerintah desa juga menghimbau warga
kejenuhan dengan kembali menyatu dengan untuk melaksanakan protokol kesehatan
alam (W1.S1.KK: 512-515; dan W1.S3.SS: seperti yang dianjurkan oleh pemerintah.
299-303). Diantaranya memakai masker, mencuci
MEDIAPSI │ 2021, Vol. 7, No. 1, 37-52 45
SUNARNO & SULISTYOWATI
tangan, dan mengurangi kerumunan. Sebagian Wujud lain dari perilaku prososial
warga sudah mulai mematuhi himbauan adalah di antara para warga juga membantu
tersebut dengan selalu memakai masker saat secara tidak langsung dengan sering membeli
bepergian, mencuci tangan, dan tidak kebutuhan pokok di warung-warung kecil
mengadakan kegiatan-kegiatan yang yang ada di sekitar rumah. Adanya perilaku
melibatkan banyak orang seperti pengajian, membeli kebutuhan pokok di warung milik
tahlilan, dan resepsi pernikahan. warga setempat, secara otomatis warga ikut
Kedua, neighborhood yang sehat. membantu keberlangsungan hidup warga lain
Warga Dusun Tempurejo sadar akan perlunya (W1.S1.KK: 453-459; dan W1.S4.NN: 501-
menjaga kondisi lingkungan bertetangga yang 504). Di sini terlihat kepedulian dan kerja
sehat selama pandemi Covid-19. Hal ini sama sudah terjalin begitu baik antar warga.
ditunjukkan dengan sikap warga terhadap Tanpa adanya aba-aba dari siapapun, warga
warga lain yang sedang melakukan karantina sudah memiliki kesadaran untuk membantu
mandiri. Warga memberikan dukungan dan sesama yang didasari atas rasa memiliki antar
semangat pada warga yang melakukan warga.
karantina mandiri. Tidak ada tindakan yang
bersifat mengucilkan, menghakimi, atau Diskusi
menyalahkan warga yang pulang dari Sense of belonging atau rasa memiliki
perantauan (W1.S4.NN: 119-122). Warga sesama warga menjadi faktor psikologis bagi
juga mengingatkan warga lain yang pulang terwujudnya resiliensi komunitas di Dusun
dari perantauan untuk segera melaporkan diri Tempurejo. Menguatnya rasa memiliki
ke pihak desa dan segera melakukan karantina sebagai sesama warga Dusun Tempurejo
mandiri. Saat ada warga yang menyalahi menjadikan para warga memegang dan
aturan (dalam artian tidak melakukan mempraktikkan warisan nilai-nilai budaya
karantina mandiri selama 14 hari), mereka yang melahirkan perilaku-perilaku sosial
akan menegur dengan ‘nada candaan’ agar antarwarga. Dimana nilai-nilai dan perilaku
pihak yang ditegur tidak tersinggung sosial warga secara fungsional mampu
(W1.S4.NN: 119-122; W2.S5.GG: 67-68; dan dijadikan sebagai modal sosial menghadapi
W2.S2.RR: 105-106). Selain itu, warga dan bencana pandemi Covid-19.
pihak desa juga berusaha untuk selalu Dalam konteks kelompok, sense of
mengingatkan dengan baik. (W2.S3.SS: 368- belonging dapat dikaji melalui sense of
371). community (kesadaran komunitas).
Ketiga, adalah prososial. Bentuk Sebagaimana di hasil penelitian bahwa para
perilaku prososial atau saling tolong warga merasa saling memiliki dimana mereka
menolong diwujudkan tidak hanya berupa sudah sejak lama hidup bersama di Dusun
barang, melainkan juga dengan saling Tempurejo, sehingga antarwarga merasa satu
mendukung, menguatkan, dan memberi kelompok yaitu satu Dusun Tempurejo, dan
motivasi pada warga yang mulai merasa memiliki antarsesama warga—inilah
mengeluhkan keadaan. Perilaku prososial kesadaran komunitas. Para warga Dusun
antarwarga didasari oleh perasaan sama-sama Tempurejo tidak hanya melakukan interaksi
susah di masa pandemi (W1.S2.RR:455-460; fisik, tetapi juga interaksi emosi dan tindakan
dan W1.S3.SS: 423-427). dalam bertahan di masa pandemi Covid-19.
Kohesivitas juga dimaknai sebagai anggota diketahui secara pasti kapan pandemi ini akan
kelompok yang memiliki karakteristik emosi berakhir. Ketidakpastian yang berkepanjangan
dan perilaku yang sama antara yang satu ini pasti membawa dampak yang besar pada
dengan anggota keseluruhannya. Kohesivitas kehidupan masyarakat baik aspek ekonomi,
dalam kesehatan masyarakat dipandang dapat sosial, budaya, ataupun psikologis. Oleh
mempengaruhi kesehatan dan sebagai faktor karena itu, perlu dibangun resiliensi
protektif (Bruhn, 2014). komunitas guna mengajak masyarakat secara
Hogg (2016) mengartikan kohesivitas luas agar bisa bangkit dari keterpurukan.
kelompok sebagai perasaan hangat akan Masyarakat bisa mengembangkan nilai-nilai
kesatuan dengan sesama anggota. Kohesivitas dan perilaku-perilaku yang telah mengakar
dengan demikian adalah aspek afektif dari kuat di lingkungannya. Peneliti berharap
adanya keterpaduan atau kekompakan masyarakat bisa membangun resiliensi
antaranggota yang dihasilkan oleh daya tarik komunitas dimulai dari tingkatan terkecil
sosial antaranggota. Daya tarik sosial adalah terlebih dahulu yaitu di lingkungan dusun
consensus (kesepakatan) dan cenderung ataupun desa.
searah, apabila antaranggota terjadi saling Berdasarkan temuan penelitian dan
sepakat dan searah maka akan menghasilkan uraian tersebut, peneliti menemukan sebuah
perasaan menjadi anggota dari suatu roadmap resiliensi komunitas di Dusun
kelompok akan menonjol sebab masing- Tempurejo, Kecamatan Wates Kabupaten
masing anggota akan mengidentifikasi diri Kediri. Gambar 2 berikut menampilkan
sebagai prototipe kelompoknya. roadmap penelitian resiliensi komunitas
Pandemi Covid-19 adalah sebuah menghadapi pandemi Covid-19.
bencana non alam dimana masih belum
Nicholas (ed.), Introduction to Terry, R., Townley, G., Brusilovskiy, E., &
psychology (pp. 423-456). UCT Press. Salzer, M. S. (2019). The influence of
Novianty, A. (2011). Penyesuaian dusun sense of community on the relationship
jangka panjang ditinjau dari resiliensi between community participation and
komunitas pascagempa. Jurnal mental health for individuals with
Psikologi, 38(1), 30-39. serious mental illnesses. Journal of
https://doi.org/10.22146/jpsi.7662 Community Psychology, 47(1), 163-
Nowell, B., & Boyd, N. M. (2014). Sense of 175.
community responsibility in https://doi.org/10.1002/jcop.22115
community collaboratives: Advancing The Food and Agriculture Organization.
a theory of community as resource and (2020). COVID-19 and the risk to food
responsibility. American Journal of supply chains: How to respond?.
Community Psychology, 54(3-4), 229- (Policy Brief).
242. https://doi.org/10.1007/s10464- http://www.fao.org/3/ca8388en/CA838
014-9667-x 8EN.pdf
Nurmuharimah, S. (2007). Get smart Theodori, G. L., & Kyle, G. T. (2013).
pendidikan kewarganegaraan. Community, place, and conservation.
Grafindo Media Pratama. In W. P. Stewart, D. R. Williams, & L.
Orford, J. (2008). Community psychology; E. Kruger (Eds.), Place-based
Challenges, controversies, and conservation: Perspectives from the
emerging consensus. John Wiley & social sciences (pp. 59–70). Springer.
Sons, Ltd. Triana, A. A., & Fauzi, A. M. (2020).
Rappaport, J. (1981). In praise of paradox: A Dampak pandemi corona virus diserse
social policy of empowerment over 19 terhadap meningkatnya kriminalitas
prevention. American Journal of pencurian sepeda motor di Surabaya.
Community Psychology, 9, 1-25. Syiah Kuala Law Journal, 4(3), 302-
https://doi.org/10.1007/BF00896357 309.
Rezeky, S. M., Pandjaitan, N. K., & Sjaf, https://doi.org/10.24815/sklj.v4i3.1874
S. (2018). Sistem nilai dan resiliensi 2
komunitas dalam pengelolaan Rawa Triyasni. (2020). Infografis: Kejahatan
Lebak. Sodality, 6(3), 220-227. meningkat saat pandemi corona.
https://doi.org/10.22500/sodality.v6i3. Liputan6.com.
22482 https://www.liputan6.com/news/read/4
Ridho, R. (2020, 24 Desember). Pandemi 233905/infografis-kejahatan-
covid-19, angka kriminalitas meningkat-saat-pandemi-corona.
meningkat, kecelakaan lalu lintas Van Breda, A. D. (2001). Resilience theory:
menurun. Kompas.com A literature review (Research Report
https://regional.kompas.com/read/2020 MPI/R/104/12/1/4). South African
/12/24/06351531/pandemi-covid-19- Military Psychological Institute.
angka-kriminalitas-meningkat- http://vanbreda.org/adrian/resilience/re
kecelakaan-lalu-lintas- silience_theory_review.pdf
menurun?page=all