Anda di halaman 1dari 16

2021, Vol. 7, No.

1, 37-52

Resiliensi komunitas di tengah pandemi Covid-19


Sunarno(1), Endang Sulistyowati(2)
(1),(2)
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri, Kediri,
Indonesia

Values and behaviours denote cultural strengths that help communities effectively adapt
and succeed in dealing with disasters. The present work used a qualitative approach and
was designed as a case study, to identify social values and behaviours in the context of
community resilience during the Covid-19 pandemic. We recruited five informants and
obtained data through interviews and observation. The results showed that community
resilience emerged from a sense of belonging to the group (i.e., the residents) and its
members. The residents have inherited social values and behaviours that have long lived
in the community, which render them resilient against the Covid-19 pandemic. Such
values include cooperation, deliberation, and harmony with nature, whereas the social
behaviours manifest in obedience and prosocial neighbourhood. The implication of these
findings is a hope that the residents can build community resilience. The residents may
initiate such joint effort from the hamlet or village environment where they can build
community resilience by developing social values and behaviours that grow in the
community.

Keywords: community resilience, sense of belonging, social behaviour

Masyarakat memiliki kekuatan budaya berupa nilai-nilai dan perilaku yang berfungsi
secara efektif untuk beradaptasi dan berhasil dalam menghadapi bencana. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dan didesain sebagai studi kasus, dengan tujuan
mengidentifikasi nilai dan perilaku sosial dalam konteks resiliensi komunitas di tengah
pandemi Covid-19. Responden adalah lima informan dan data diperoleh melalui
wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiliensi komunitas
bersumber dari rasa memiliki terhadap kelompok (yaitu warga lokal) dan anggota di
dalamnya. Para warga lokal mewarisi nilai-nilai dan perilaku-perilaku sosial yang sudah
sejak lama hidup di dalam masyarakat, yang membuat mereka mampu bertahan di masa
pandemi Covid-19. Nilai-nilai tersebut mencakup nilai gotong royong, musyawarah, dan
keselarasan dengan alam, sementara bentuk-bentuk perilaku sosial mencakup kepatuhan
dan ketetanggaan yang prososial. Implikasi dari temuan-temuan tersebut adalah harapan
bahwa warga lokal bisa membangun resiliensi komunitas. Warga lokal bisa mengawali
upaya bersama tersebut dari lingkungan dusun ataupun desa dimana mereka membangun
resiliensi dengan mengembangkan nilai-nilai dan perilaku-perilaku sosial yang tumbuh
dalam masyarakat.

Kata kunci: perilaku sosial, rasa memiliki, resiliensi komunitas

MEDIAPSI, 2021, Vol. 7(1), 37-52, DOI: https://doi.org/10.21776/ub.mps.2021.007.01.5


Received: 21-10-2020. Revised: 12-02-2021. Accepted: 22-03-2021. Published online: 24-06-2021
Handling Editor: Intan Rahmawati, Universitas Brawijaya, Indonesia
*Corresponding author: Sunarno, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Kediri, Kediri, Indonesia. E-mail: sunarno@iainkediri.ac.id

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
How to cite this article in accordance with the American Psychological Association (APA) 7th guidelines:
Sunarno & Sulistyowati, E. (2021). Resiliensi komunitas di tengah pandemi Covid-19. MEDIAPSI, 7(1), 37-
52. https://doi.org/10.21776/ub.mps.2021.007.01.5

37
MEDIAPSI
2021, Vol.7, No. 1, 37-52
SUNARNO & SULISTYOWATI

Pendahuluan menyebabkan pasokan makanan, petani, hasil


Pada 21 April 2020, Food and pertanian, pengolahan pertanian, pengiriman,
Agriculture Organization of the United pengecer, dan masih banyak lagi, terganggu.
Nations (FAO), International Fund for Inilah satu kondisi yang oleh The Food and
Agriculture Development (IFAD), dan World Agriculture Organization (FAO) disebut
Bank and World Food Programme (WFP) di sebagai ‘krisis dalam krisis’ (The Food and
Pertemuan Luar Biasa Menteri Pertanian Agriculture Organization, 2020). FAO
Dunia G20 memberikan pernyataan tentang memberikan himbauan untuk bertindak secara
dampak Covid-19 pada ketahanan pangan dan kolektif dalam mengatasi ancaman ketahanan
gizi. Bahwa pandemi Covid-19 telah pangan dan gizi yang disebabkan pandemi
menyebabkan hilangnya kehidupan manusia Covid-19.
secara dramatis, bagi dunia—baik sosial, Menanggapi pernyataan sekaligus
ekonomi, termasuk ketahanan pangan dan gizi ancaman ketahanan pangan dan gizi yang
(Mardones dkk., 2020). Gambar 1 di bawah disampaikan oleh FAO tersebut, Presiden RI
ini ditampilkan untuk mengetahui seberapa Joko Widodo memerintahkan jajarannya
dramatis Covid-19 telah menjadi sebab untuk terus mengontrol ketersediaan bahan
hilangnya kehidupan manusia tersebut, dapat pangan. Kementerian Pertanian satu
dipahami dari data FAO berikut ini: diantaranya untuk menjamin ketersediaan
bahan pangan sampai ke daerah-daerah
Gambar 1. FAO Datalab. dengan memberikan bantuan subsidi
pengangkutan dari daerah surplus ke daerah
minus (“Kementan siapkan strategi ketahanan
pangan di tengah pandemic covid-19”, 2020).
Pangan menjadi sektor penting di masa
pandemi Covid-19.
Selain risiko dampak penyakit Covid-19
dan ancaman ketahanan pangan, pandemi
coronavirus juga mengancam keamanan dan
ketertiban. Menurut Direktur Reskrimum
Polda Metro Jaya Kombes Pol Suyudi Ario
Seto (Wibowo, 2020) ancaman keamanan dan
ketertiban dapat dipicu oleh lesunya
perekonomian yang menyebabkan
Data tersebut menunjukkan betapa bertambahnya orang miskin baru. Senada
dampak Covid-19 akan mengalami jaring- dengan Suyudi, Koordinator Bidang
jejaring—sebuah jaringan dampak yang Perencaan Gugus Tugas Wisnu Widjaja
kompleks. Covid-19, selain mengancam menyatakan bahwa pandemi Covid-19
kesehatan kepada yang rentan penyakit juga meningkatkan kelompok miskin baru yang
mengancam ketahanan pangan yaitu krisis bisa mendorong perilaku kejahatan. Di
kelaparan. Banyak negara yang me-lockdown Jakarta, rentang 6 hingga 19 April 2020 kasus
ekonomi demi memperlambat laju sebaran kejahatan pencurian dan pencurian bermotor
virus Corona. Pandemi yang berlarut meningkat 12 persen (Triyasni, 2020).

MEDIAPSI │ 2021, Vol. 7, No. 1, 37-52 38


RESILENSI KOMUNITAS

Sementara di Serang, sepanjang tahun 2020 (W1.S3.SS: 202-206); sedangkan ancaman


kasus kejahatan meningkat 8 persen (Ridho, terhadap keamanan dapat dipahami dari salah
2020). satu ungkapan warga lain, "Rodok was-was
Meningkatnya kasus kejahatan tersebut, aku, Mbak. Opo meneh saiki sing jenenge
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan jambret, maling tansoyo akeh. Gek sadis-
oleh Triana & Fauzi (2020) terhadap sadis pisan" (Agak was-was saya, Mbak.
peningkatan kriminalitas di Surabaya di masa Apalagi sekarang jambret dan maling semakin
pandemi Covid-19. Bahwa pandemi banyak. Dan mereka juga sadis) (W1.S2.RR:
mengakibatkan perubahan perilaku pada 230-231).
seseorang yang bersifat menyimpang salah Dusun Tempurejo adalah salah satu
satunya adanya aksi pencurian yang dusun yang wilayahnya masih tergolong asri
dilatarbelakangi oleh faktor sosial dan dan alami. Di sini masih terbentang
ekonomi. Salah satu sebab munculnya pemandangan area persawahan juga hutan.
perubahan perilaku tersebut adalah kehilangan Masyarakat sebagian besar menggantungkan
pekerjaan. hidupnya pada alam. Awalnya, mereka
Ketiga ancaman berupa penyakit, sebagian besar bertani tetapi setelah
ancaman ketahanan ekonomi, dan ancaman dibukanya Wisata Alam Alaska, sebagian
keamanan dirasakan oleh para warga Dusun beralih menjadi pedagang di kawasan wisata.
Tempurejo. Sebagaimana data yang Adanya Covid-19, berimbas pada penutupan
didapatkan oleh peneliti pada saat di kawasan Wisata Alam Alaska. Hal ini
lapangan. Terkait ancaman penyakit, warga mengakibatkan warga tidak bisa berdagang
mengungkapkan: "Nek wayah pagebluk ngene lagi di kawasan wisata selama beberapa
kan awake dhewe kudhu waspada. Kabeh- waktu. Akhirnya, warga yang berdagang di
kabeh isok terpapar, dadine padha-padha Alaska mulai untuk kembali bekerja di
njaga wae, jaga jarak, tapi ya aja kenemenen sawah/tegal serta membuka warung di rumah
sampek emoh bersosial (Di waktu pandemi untuk mempertahankan kehidupannya.
seperti ini kita semua harus waspada. Masyarakat Dusun Tempurejo masuk
Siapapun bisa terpapar, jadi harus sama-sama kategori masyarakat tradisional, yaitu sebuah
menjaga, jaga jarak, tapi juga jangan masyarakat yang masih memegang nilai,
keterlaluan sampai tidak bersosial) sikap, dan norma yang selama ini secara turun
(W1.S1.KK: 115-117). temurun terwariskan dari para pendahulunya.
Ancaman terhadap ketahanan ekonomi Sebuah set kepercayaan dan praktik-praktik
sebagaimana diungkapkan warga, "Setelah hidup yang menjadi identitas khusus satu
adanya penutupan Alaska, warga yang kelompok sosial dan pembeda dengan yang
awalnya menggantungkan hidup dari lain inilah yang disebut budaya (Hogg dkk.,
berdagang di sana mengalami penurunan 2017). Hofstede (2011) menjelaskan bahwa
pendapatan yang sangat drastis. Yang budaya sebagai pemrograman kolektif pikiran
biasanya pendapatan ada di kisaran ratusan yang membedakan anggota satu kelompok
ribu bahkan juta. Sekarang sama sekali tidak atau kategori orang dari yang lain. Budaya
ada pemasukan. Bahkan, beberapa warga di memengaruhi apa yang dipikirkan, bagaimana
awal-awal penutupan wisata banyak yang merasakan, bagaimana berpakaian, apa dan
mengeluh mau kerja apa, mau makan apa" bagaimana makan, bagaimana berbicara,
MEDIAPSI │ 2021, Vol. 7, No. 1, 37-52 39
SUNARNO & SULISTYOWATI

nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral apa yang dan makro. Sehingga psikologi komunitas
dipegang, bagaimana berinteraksi satu sama mampu melihat dengan jernih kesehatan,
lain dan bagaimana memahami dunia di kebahagiaan, dan kesejahteraan manusia,
sekitar. Budaya menanamkan perilaku dan bahkan tentang kesusahan dan kekacauan
merupakan sumber kehidupan kelompok etnis seseorang dari konteks (Orford, 2008).
dan nasional. Selain memliki ide sentral menghargai
Komunitas, sebagaimana yang konteks dalam memahami perilaku orang,
didefinisikan oleh The International psikologi komunitas memiliki tujuan tidak
Federation of Red Cross and Red Crescent hanya untuk menganalisis kekuatan dan cara,
Societies (IFRC; 2014) adalah sebagai tetapi untuk menemukan cara bagaimana
sekelompok orang yang mungkin tinggal di membantu manusia dalam memerangi
daerah yang sama, desa atau lingkungan, ketidaksetaraan dan ketidakadilan, dan untuk
berbagi budaya yang sama, kebiasaan dan bekerjasama dengan orang-orang untuk
sumber daya. Komunitas adalah sekelompok melawan penindasan dan berjuang
orang yang memiliki ancaman dan risiko yang menciptakan dunia yang lebih baik.
sama seperti penyakit, politik, masalah Rappaport (1981), menegaskan bahwa
ekonomi, dan bencana alam. Suatu komunitas analisis masalah dari konteks akan
dapat diartikan sebagai ‘masyarakat menyebabkan pemahaman yang berbeda
setempat’, dimana kelompok tersebut dapat tentang masalah, maka intervensinya pun
memenuhi kebutuhan hidup memiliki akan lebih efektif.
perasaan sebagai anggota kelompok dan Nilai-nilai inti dari psikologi komunitas
terjadi interaksi antar anggotanya (Yuriadi, adalah pemberdayaan (empowerment),
2018). pembebasan (liberation), dan keadilan sosial
Hillery (1955) menggambarkan (social justice) (Orford, 2008). Pemberdayaan
komunitas sebagai organisasi sosial, baik adalah nilai-orientasi sentral dari psikologi
formal maupun informal yang dibatasi oleh komunitas, dimana orang, organisasi, dan
lokasi geografis atau dibentuk atas dasar masyarakat mendapatkan penguasaan atas
kepentingan dan tujuan bersama, juga masalah yang menjadi perhatian mereka.
kebutuhan (terhadap hobi, kelompok politik), Untuk mengembangkan psikologi
dan jaringan kerabat. Dalam kehidupan sosial pembebasan diperlukan praksis baru yang
masyarakat, psikologi komunitas memiliki memerlukan dua hal, yaitu refleksi,
pandangan dalam memahami perilaku pemahaman, kesadaran kritis. Kedua adalah
manusia berdasarkan kepada kontekstual. tindakan untuk mengubah keadaan dari proses
Kata ‘konteks’ dalam pernyataan tersebut refleksi kritis (Orford, 2008). Nilai keadilan
digunakan dalam arti luas. Ditilik dari subyek, sosial, sementara itu, mencerminkan promosi
psikologi komunitas memiliki kebutuhan perdamaian dan menentang kekerasan dalam
untuk melihat orang—perasaan, pikiran, dan segala bentuknya (Orford, 2008).
tindakan—dalam konteks sosial tertentu. Salah satu upaya pemberdayaan
Konteks yang dipikirkan tidak berhenti pada komunitas dalam hal mengatasi bencana
lingkungan sosial, keluarga atau persahabatan adalah mengembangkan resiliensi komunitas.
atau kelompok kerja (sitem level mikro), IFRC (2014) mendefinisikan resiliensi
tetapi diperluas ke konteks level menengah sebagai kemampuan individu, komunitas,

MEDIAPSI │ 2021, Vol. 7, No. 1, 37-52 40


RESILENSI KOMUNITAS

organisasi atau negara yang terpapar bencana, kegiatan-kegiatan pemulihan dengan cara
krisis, dan kerentanan mendasar untuk meminimalkan gangguan sosial. Tujuannya
mengantisipasi dan mempersiapkan adalah untuk meminimalkan hilangnya nyawa
mengurangi dampak, serta mengatasi dan dan kerugian ekonomi. Singkatnya, untuk
memulihkan efek guncangan dan tekanan meminimalisasi kurangnya kualitas hidup
tanpa mengkompromikan prospek jangka akibat bencana. Sementara, dalam konteks
panjang. Berdasarkan definisi tersebut, keamanan kesehatan nasional (national health
resiliensi dapat diamati dan diperkuat di security), resiliensi komunitas sangat penting
beberapa level, yaitu level individu, level untuk membatasi kebutuhan bantuan di saat
rumah tangga, level komunitas, pemerintah bencana berkepanjangan. Untuk
lokal, pemerintah nasional, organisasi meningkatkan resiliensi, Chandra dkk. (2013)
perhimpunan nasional, dan level regional dan menekankan bahwa masyarakat harus
global. Pada level komunitas, resiliensi membangun kemampuan yang ditandai
komunitas diperkuat oleh level ketahanan dengan ketahanan menahan stres, ketahanan
individu dan rumah tangga. keragaman, dan ketahanan kecepatan
Resiliensi komunitas menurut van mobilisasi sumber daya.
Breda (2001) adalah kemampuan Dampak bencana bervariasi di antara
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki berbagai komunitas. Beberapa komunitas
oleh suatu komunitas untuk kembali bangkit memiliki ketangguhan dalam menghadapi
dari situasi menekan, trauma, atau kejadian bencana, sementara bagi beberapa komunitas
yang membuat guncangan sehingga yang lain tidak. Memahami kapasitas dan
komunitas tersebut dapat tumbuh dan karakteristik masing-masing komunitas akan
berkembang secara berkelanjutan. Menurut memberikan kontribusi terhadap upaya
Kirmayer dkk. (2012; lihat juga Yuriadi, pencegahan dan rehabilitasi bencana dengan
2018), resiliensi komunitas merupakan lebih baik. Oleh karena itu, sesuai dengan
gagasan tentang bagaimana masyarakat pendapat Drabek dkk. (2018; lihat juga Jovita
bertahan menghadapi tekanan dan tantangan dkk., 2019) yakni menjadi penting untuk
hidup melalui fungsi relasi sosial. Beberapa mempertimbangkan struktur sosial komunitas.
aspek resiliensi komunitas dapat dilihat IFRC (2014) memberikan beberapa
(Cinderby dkk., 2016; Windle dkk., 2011) karakteristik komunitas yang tangguh adalah
melalui, pengetahuan komunitas seputar yang berpengetahuan luas, sehat dan dapat
ancaman bencana, keterlibatan komunitas memenuhi kebutuhan dasarnya, adanya
dalam respon bencana, adanya jaringan sosial kohesi sosial, memiliki peluang ekonomi,
untuk merespon dan pemulihan bencana, memiliki infrastruktur dan layanan yang
terjadinya perubahan positif dan mampu terpelihara dengan baik dan mudah diakses,
bangkit setelah bencana, dan memiliki dapat mengelola aset alamnya, dan saling
kepercayaan kepada pemerintah dan tokoh terhubung.
masyarakat. Beberapa penelitian terkait resiliensi
Bruneau dkk. (2003) mendefinisikan komunitas banyak dilakukan dengan
resiliensi komunitas sebagai kemampuan unit menyertakan variabel modal sosial dalam
sosial (misalnya organisasi, masyarakat) mengatasi kebencanaan. Seperti penelitian
untuk memitigasi bencana dan melakukan yang dilakukan oleh LaLone (2012),
MEDIAPSI │ 2021, Vol. 7, No. 1, 37-52 41
SUNARNO & SULISTYOWATI

berpendapat bahwa resiliensi komunitas yang meneliti dengan judul Community


terhadap bencana lingkungan perlu jaringan Resilience in Dealing with Tempe Lake
modal sosial informal di tingkat lokal, serta Disaster di Sulawesi Selatan, dengan
perlu kebijakan dan perencanaan yang lebih pendekatan kualitatif. Hasil penelitian
formal. Hal ini dibuktikan di Appalacia menunjukkan bahwa masyarakat mengadakan
(Amerika Serikat Timur) yang dihantam ritual Maccera Tappareng ketika air meluap
tornado pada April 2011 dengan mobilisasi menyebabkan banjir sebagai permintaan
sumber daya dan tenaga kerja serta pasokan kepada penguasa danau. Rumah terikat
dengan cepat dihasilkan melalui jejaring dengan baik sehingga tidak hanyut. Namun,
sosial masyarakat lokal di minggu-minggu di saat banjir masyarakat mendapatkan berkah
pertama respon pemulihan bencana. tangkapan ikan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Jovita Dari uraian tersebut, maka peneliti
dkk. (2019) yang meneliti modal sosial tertarik menggali resiliensi komunitas di
membentuk pascabencana dampak Topan Dusun Tempurejo, Desa Tempurejo,
2011 di Filipina, mengungkapkan bahwa Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri dalam
solidaritas di antara masyarakat berkontribusi mengatasi pandemi Covid-19. Maka, selain
pada pemulihan para korban dimana penelitian ini belum pernah dilakukan oleh
solidaritas tersebut adalah bagian dari struktur peneliti sebelumnya, penelitian ini juga
normatif masyarakat. memiliki kebaruan, yaitu ada pada tujuan
Sementara, penelitian-penelitian terkait penelitian untuk mengidentifikasi nilai dan
resiliensi komunitas di Indonesia diantaranya perilaku sosial dalam konteks resiliensi
dilakukan oleh Rezeky dkk. (2018), yang komunitas di tengah pandemi Covid-19.
meneliti sistem nilai dan resiliensi komunitas
dalam pengelolaan Rawa Lebak di Desa Metode
Tapus, Kecamatan Pampangan, Kabupaten Partisipan dan desain penelitian
Ogan Komering Ilir. Hasil penelitian ini Penelitian ini dilakukan di Dusun
didapati nilai sosial berupa ritual sebelum Tempurejo, Desa Tempurejo, Kecamatan
musim tanam padi, nilai ekonomi didapatkan Wates, Kabupaten Kediri. Jumlah partisipan
dari Rawa Lebak sebagai sumber mata dalam penelitian ini adalah lima orang yaitu
pencaharian utama bagi masyarakat, seorang perangkat desa dan empat orang
sedangkan nilai politik dilihat dari warga asli Dusun Tempurejo. Dimana
penguasaan lahan Rawa Lebak. Novianty partisipan adalah orang-orang yang terlibat
(2011), mengadakan penelitian kepada warga secara lansung dalam kegiatan-kegiatan yang
pascagempa di Klaten dengan pendekatan ada di Dusun Tempurejo.
kuantitatif menggunakan metode survei yang Untuk memahami secara komprehensif
bertujuan untuk mengetahui korelasi antara dan mendalam seputar resiliensi komunitas di
ketahanan masyarakat dan komunitas jangka tengah pandemi Covid-19 di Dusun
panjang dalam mengatasi gempa. Adapun Tempurejo, Desa Tempurejo, Kecamatan
hasilnya adalah ada korelasi positif antara Wates, Kabupaten Kediri, maka peneliti
ketangguhan masyarakat dan penanggulangan menggunakan metode kualitatif dengan
pascagempa yaitu r= .57, p < .001. Juga pendekatan studi kasus. Pendekatan ini dipilih
penelitian yang dilakukan Ali dkk. (2019), karena penelitian ini terfokus pada sebuah

MEDIAPSI │ 2021, Vol. 7, No. 1, 37-52 42


RESILENSI KOMUNITAS

kasus yaitu pandemi Covid-19 yang kemudian yaitu sense of belonging, identifikasi nilai,
akan diamati dan dianalisis secara cermat dan identifikasi perilaku sosial.
hingga tuntas. Fokus kajiannya adalah Sense of belonging, rasa memiliki
resiliensi komunitas di tengah pandemi terhadap sesama warga adalah faktor
Covid-19 di Dusun Tempurejo, Desa psikologis yang dimiliki warga sehingga
Tempurejo, Kecamatan Wates, Kabupaten mampu membangun resiliensi komunitas.
Kediri. Resiliensi komunitas adalah Rasa memiliki terhadap sesama warga
ketangguhan masyarakat untuk berdaya dan tersebut terungkap dengan satu pernyataan,
bangkit dari tekanan, trauma, dan guncangan bahwa para warga merasa sebagai satu warga
dalam menghadapi bencana. Dengan beberapa dusun karena sudah lama hidup bersama:
aspek: pertama, pengetahuan komunitas “Awake dhewe wis urip bareng ket jaman
seputar ancaman bencana; kedua, keterlibatan mbah-mbahe mbiyen” (Kita semua sudah
komunitas dalam respon bencana; ketiga, lama hidup bersama sejak jaman simbah-
adanya jaringan sosial untuk merespon dan simbah pendahulu) (W1.S1.KK: 157;
pemulihan bencana; keempat, terjadinya W1.S2.RR: 105; dan W1.S4.NN: 88). Rasa
perubahan positif dan mampu bangkit setelah tersebut menjadi dasar antarwarga saling
bencana; dan kelima, memiliki kepercayaan merasakan apa yang dirasakan oleh warga
kepada pemerintah dan tokoh masyarakat. lainnya. “Ora tego yen ngerti ana tanggane
kasusahan, terus mek meneng wae. Selagi
Prosedur dan pengukuran enek, mbantu sithik-sithik. Urip bareng-
Pengumpulan data dilakukan dengan bareng, yen ana susah senenge kudhu padha
wawancara dan observasi. Kemudian data mbantu” (Tidak tega apabila mengetahui ada
yang terkumpul dianalisis dengan tetangga yang kesusahan, tetapi hanya diam.
menggunakan analisis tema, yaitu melakukan Selagi memiliki, ya membantu meskipun
proses pengodean ke dalam tema-tema atau sedikit. Hidup secara bersama-sama, kalau
kategori yang ada (Creswell & Poth, 2016). ada susah dan senang ya harus saling
Dalam konteks penelitian ini proses membantu) (W1.S1.KK: 277-278; W1.S2.RR:
pengodean dengan pengklasifikasian perilaku- 358-260; dan W1.S4.NN: 175-177).
perilaku yang muncul ke dalam tema-tema Faktor selanjutnya adalah Identifikasi
yang ada dalam psikologi sosial. Dilanjutkan Nilai. Ada beberapa nilai yang dimiliki oleh
dengan menganalisis hasil pengklasifikasian warga Dusun Tempurejo. Pertama, adalah
untuk melihat faktor psikologis apa yang gotong royong. Semenjak adanya pandemi
mampu membangun resiliensi komunitas Covid-19, budaya gotong royong di Dusun
dalam menghadapi Covid-19. Tempurejo semakin menguat. Semakin
menguatnya budaya gotong royong di Dusun
Hasil Tempurejo dibuktikan dengan ikut sertanya
Dari hasil wawancara dan observasi, warga dalam kegiatan penyemprotan
peneliti menemukan faktor psikologis yang disinfektan di lingkungan RT masing-masing
mampu membangun resiliensi komunitas dan dan ikut sertanya warga dalam menjaga
beberapa nilai serta perilaku sosial untuk keamanan lingkungan melalui kegiatan
menghadapi bencana pandemi Covid-19 di siskamling. Warga secara bersama-sama
Dusun Tempurejo. Faktor-faktor tersebut mendukung dan melaksanakan kegiatan ini
MEDIAPSI │ 2021, Vol. 7, No. 1, 37-52 43
SUNARNO & SULISTYOWATI

dengan harapan agar pandemi Covid-19 bisa akhirnya terealisasikan. Setiap harinya, di
segera berakhir. Dusun Tempurejo diadakan siskamling.
Penyemprotan disinfektan di masing- Warga pun secara aktif terlibat dalam
masing RT dilakukan oleh warga sendiri yang kegiatan ini (W2.S1.KK: 63-66; W2.S3.SS:
dikoordinasi oleh Ketua RT masing-masing. 401-406; dan W2.S5.GG: 106-110).
Penyemprotan dilakukan setiap hari Minggu, Siskamling tersebut dilaksanakan setiap
dimana setiap minggunya warga secara malam di setiap harinya demi menjaga
bergantian melakukan penyemprotan. keamanan Dusun Tempurejo. Sebab, di desa-
Kegiatan penyemprotan disinfektan disambut desa tetangga sudah terjadi pencurian (W2.
baik oleh warga. Penyemprotan di lingkungan S2.RR: 402-403; W2.S3.SS: 467; W1.S1.KK:
warga Dusun Tempurejo dilaksanakan rutin 444-445; dan W2.S5.GG: 303-304). Selain
setiap minggu. Jadi, setiap Minggu warga menjaga keamanan dusun, siskamling juga
bergantian jadwal menyemprot, dengan tujuan menjadikan kedekatan persaudaraan
untuk menjaga lingkungan secara bersama- antarwarga, “Mbendino warga ronda. Ronda
sama sehingga para warga tetap sehat dan iki kan ya tambah iso ngraketne paseduluran”
dijauhkan dari virus Corona (W1.S1.KK: 308- (W2.S2.RR: 404-405).
311; W1.S4.NN: 413-416; W1.S5.GG: 273- Kedua, adalah musyawarah. Setiap
274). pengambilan keputusan, pemerintah desa
Gotong royong tersebut didasari oleh dengan warga Tempurejo mempraktikkan
kesadaran bersama bahwa pencegahan virus musyawarah yang dilandasi oleh
Corona tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. kebijaksanaan para warga. Pemerintah desa
Pemerintahan desa dengan para aparat tidak mengkomunikasikan kebijakan-kebijakan
bisa berjalan sendiri, tetap membutuhkan yang diambil dengan warga melalui ketua RT
kerja sama bersama warga. Dan karena para masing-masing. Begitupun sebaliknya, warga
warga menyadari pentingnya kerja gotong juga diberi kesempatan untuk
royong dalam hal mencegah virus Corona, mengkomunikasikan segala kritik atau usulan.
para warga menyambut atas keterlibatan Jadi, antara pemerintah desa dengan warga
dalam penyemprotan disinfektan yang tidak sampai ada kesalahpahaman akibat
dilakukan setiap hari Minggu serentak di miskomunikasi (W1.S1.SS: 692-693; dan
semua RT (W1.S3.SS: 379-386; dan W2.S5.GG: 284).
W1.S4.NN: 492-494). Musyawarah adalah hal yang diterapkan
Selain penyemprotan disinfektan, antara pemerintah desa dengan warga.
gotong royong juga dilakukan dalam bentuk Dimana RT sebagai jembatan penghubung
siskamling yang dilaksanakan setiap hari oleh penyampai aspirasi warga sekaligus
warga. Sebelumnya, kegiatan siskamling penyampai kebijakan desa. Di situasi pandemi
tidak ada di dusun ini, tetapi setelah adanya Covid-19, musyawarah tidak hanya dilakukan
pandemi yang menyebabkan meningkatnya secara langsung (pertemuan), tetapi beberapa
kriminalitas di daerah-daerah lain, membuat kali juga diadakan melalui grup WhatsApp
warga berinisiatif untuk mengadakan RT (W1.S5.GG: 316). Penggunaan media
siskamling. Siskamling adalah kegiatan yang komunikasi untuk musyawarah merupakan
diinisiasi oleh warga sendiri yang hal yang tepat, dikarenakan diskusi bisa
dikomunikasikan pada pihak desa dan dilakukan sewaktu-waktu dan informasi

MEDIAPSI │ 2021, Vol. 7, No. 1, 37-52 44


RESILENSI KOMUNITAS

apapun bisa secara cepat tersampaikan kepada Selain ‘sense of belonging’ dan
warga (W1.S3.SS: 697-699; W1.S3.SS: 703- ‘identifikasi nilai’, faktor selanjutnya yaitu
705; dan W1.S5.GG: 318). Identifikasi Perilaku Sosial. Ada beberapa
Ketiga, keselarasan dengan alam. Dusun perilaku sosial yang ditunjukkan oleh warga
Tempurejo sebagian wilayahnya berupa area Dusun Tempurejo. Pertama, kepatuhan
persawahan dan hutan. Hal ini berdampak (obedience) terhadap pemerintah desa.
pada mata pencaharian penduduk sekitar, Selama pandemi Covid-19 ada beberapa
mayoritas penduduk menggantungkan kebijakan yang diterapkan oleh pihak desa.
hidupnya pada alam. Warga ada yang bertani Dimana kebijakan-kebijakan ini bertujuan
dan ada yang berdagang di kawasan Wisata untuk memutus mata rantai penyebaran
Alam Alaska. Akan tetapi, setelah adanya Coronavirus. Salah satu kebijakan yang
penutupan wisata saat pandemi Covid-19, diambil pemerintah desa adalah melakukan
banyak warga yang kehilangan pekerjaannya penutupan Wisata Alam Alaska. Ini adalah
karena tidak bisa berjualan di Alaska. Pada salah satu keputusan besar yang diambil
dua minggu pertama setelah penutupan pemerintah desa dikarenakan warga akan
Wisata Alam Alaska, banyak warga terdampak secara langsung dari segi ekonomi.
terdampak yang mengeluhkan penutupan Dimana mayoriras warga menggantungkan
kawasan wisata. Sebab, beberapa warga yang hidupnya dari aktivitas perdagangan di
biasanya memiliki pendapatan ratusan ribu kawasan wisata. Warga menerima dan
bahkan juta rupiah, di saat pandemi Covid-19 mendukung keputusan tersebut meskipun di
para warga tidak memiliki pendapatan. Maka, awal ada rasa berat hati (W1.S3.SS: 529-533;
para warga tidak punya pilihan selain kembali dan W1.S5.GG: 441-443).
ke alam (W1.S3.SS: 112-116). Para warga Penutupan Wisata Alam Alaska pada
mulai bangkit, kembali bekerja di sawah, awalnya kurang bisa diterima oleh warga.
tegal, dan menjadi buruh tani (W1.S1.KK: Akan tetapi, setelah paham akan bahayanya
139-141; W1.S3.SS: 189-194; dan virus ini, warga mulai menerima dan patuh
W1.S2.RR: 328-333). akan kebijakan yang diambil oleh pemerintah.
Alam juga dijadikan warga sebagai Saat ini warga sudah mulai bangkit lagi
tempat melepas kejenuhan saat menghadapi dengan mencari pekerjaan lain, ada yang
pandemi Covid-19. Sebelum pandemi, anak- membuka warung di rumah dan kembali
anak usia sekolah sangat jarang meluangkan bekerja di sawah dan tegal (W1.S3.SS: 199-
waktunya di alam. Mayoritas anak sudah 204; dan W1.S3.SS: 535-537).
disibukkan dengan kegiatan-kegiatan sekolah Kebijakan lain yang diambil oleh
sejak pagi hingga sore, belum lagi mengikuti pemerintah desa adalah penutupan sebagian
les tambahan. Akan tetapi, sejak adanya akses jalan untuk mengurangi mobilisasi
pandemi, anak-anak semakin dekat dengan warga. Warga mematuhi keputusan ini
alam, mereka meluangkan waktunya untuk dengan ikut membantu secara langsung saat
berolahraga di hutan dan sungai yang ada di proses penutupan sebagian akses jalan. Selain
Dusun Tempurejo. Anak-anak melepas itu, pemerintah desa juga menghimbau warga
kejenuhan dengan kembali menyatu dengan untuk melaksanakan protokol kesehatan
alam (W1.S1.KK: 512-515; dan W1.S3.SS: seperti yang dianjurkan oleh pemerintah.
299-303). Diantaranya memakai masker, mencuci
MEDIAPSI │ 2021, Vol. 7, No. 1, 37-52 45
SUNARNO & SULISTYOWATI

tangan, dan mengurangi kerumunan. Sebagian Wujud lain dari perilaku prososial
warga sudah mulai mematuhi himbauan adalah di antara para warga juga membantu
tersebut dengan selalu memakai masker saat secara tidak langsung dengan sering membeli
bepergian, mencuci tangan, dan tidak kebutuhan pokok di warung-warung kecil
mengadakan kegiatan-kegiatan yang yang ada di sekitar rumah. Adanya perilaku
melibatkan banyak orang seperti pengajian, membeli kebutuhan pokok di warung milik
tahlilan, dan resepsi pernikahan. warga setempat, secara otomatis warga ikut
Kedua, neighborhood yang sehat. membantu keberlangsungan hidup warga lain
Warga Dusun Tempurejo sadar akan perlunya (W1.S1.KK: 453-459; dan W1.S4.NN: 501-
menjaga kondisi lingkungan bertetangga yang 504). Di sini terlihat kepedulian dan kerja
sehat selama pandemi Covid-19. Hal ini sama sudah terjalin begitu baik antar warga.
ditunjukkan dengan sikap warga terhadap Tanpa adanya aba-aba dari siapapun, warga
warga lain yang sedang melakukan karantina sudah memiliki kesadaran untuk membantu
mandiri. Warga memberikan dukungan dan sesama yang didasari atas rasa memiliki antar
semangat pada warga yang melakukan warga.
karantina mandiri. Tidak ada tindakan yang
bersifat mengucilkan, menghakimi, atau Diskusi
menyalahkan warga yang pulang dari Sense of belonging atau rasa memiliki
perantauan (W1.S4.NN: 119-122). Warga sesama warga menjadi faktor psikologis bagi
juga mengingatkan warga lain yang pulang terwujudnya resiliensi komunitas di Dusun
dari perantauan untuk segera melaporkan diri Tempurejo. Menguatnya rasa memiliki
ke pihak desa dan segera melakukan karantina sebagai sesama warga Dusun Tempurejo
mandiri. Saat ada warga yang menyalahi menjadikan para warga memegang dan
aturan (dalam artian tidak melakukan mempraktikkan warisan nilai-nilai budaya
karantina mandiri selama 14 hari), mereka yang melahirkan perilaku-perilaku sosial
akan menegur dengan ‘nada candaan’ agar antarwarga. Dimana nilai-nilai dan perilaku
pihak yang ditegur tidak tersinggung sosial warga secara fungsional mampu
(W1.S4.NN: 119-122; W2.S5.GG: 67-68; dan dijadikan sebagai modal sosial menghadapi
W2.S2.RR: 105-106). Selain itu, warga dan bencana pandemi Covid-19.
pihak desa juga berusaha untuk selalu Dalam konteks kelompok, sense of
mengingatkan dengan baik. (W2.S3.SS: 368- belonging dapat dikaji melalui sense of
371). community (kesadaran komunitas).
Ketiga, adalah prososial. Bentuk Sebagaimana di hasil penelitian bahwa para
perilaku prososial atau saling tolong warga merasa saling memiliki dimana mereka
menolong diwujudkan tidak hanya berupa sudah sejak lama hidup bersama di Dusun
barang, melainkan juga dengan saling Tempurejo, sehingga antarwarga merasa satu
mendukung, menguatkan, dan memberi kelompok yaitu satu Dusun Tempurejo, dan
motivasi pada warga yang mulai merasa memiliki antarsesama warga—inilah
mengeluhkan keadaan. Perilaku prososial kesadaran komunitas. Para warga Dusun
antarwarga didasari oleh perasaan sama-sama Tempurejo tidak hanya melakukan interaksi
susah di masa pandemi (W1.S2.RR:455-460; fisik, tetapi juga interaksi emosi dan tindakan
dan W1.S3.SS: 423-427). dalam bertahan di masa pandemi Covid-19.

MEDIAPSI │ 2021, Vol. 7, No. 1, 37-52 46


RESILENSI KOMUNITAS

Kesadaran para warga terhadap antarwarga komunitas sebagaimana tercermin dalam


sebagai sesama warga dusun tersebut sesuai keterikatan lingkungan. Menurut Riger dan
dengan pernyataan Theodori dan Kyle (2013; Lavrakas (dalam McMilan & Chavis, 1986),
lihat juga Mannino & Snyder, 2012) terkait ada dua faktor yang secara empiris
dengan sense of community, bahwa kesadaran meningkatkan keterikatan lingkungan yaitu
komunitas tidak hanya keterikatan geografis ikatan sosial dan perilaku yang berdasarkan
dalam hal ini tempat atau wilayah tertentu, pada akar. Keterikatan sosial antarwarga
tetapi juga interaksi emosi, keyakinan, dan Dusun Tempurejo dapat dikatakan begitu
tindakan. kuat, sehingga antartetangga saling
Kesadaran komunitas oleh McMilan memberikan dukungan, saling menolong, dan
dan Chavis (1986) didefinisikan sebagai perilaku para warga didasari atas nilai-nilai
perasaan memiliki dan juga sebagai sebuah yang selama ini terwariskan.
perasaan bahwa para anggota di dalam satu Sementara itu, Nowell dan Boyd (2014)
kelompok memiliki arti penting bagi satu menekankan kesadaran komunitas kepada
anggota terhadap anggota lainnya, serta bagaimana membuat orang merasa
memiliki keyakinan bahwa kebutuhan para bertanggungjawab untuk terlibat dan saling
anggota akan terpenuhi oleh antaranggota mendukung. Gotong royong yang diwujudkan
melalui komitmen bersama sebagai satu dengan penyemprotan disinfektan ke rumah-
kelompok. Hal ini terjadi di Dusun rumah warga dan siskamling, juga
Tempurejo, dimana antarwarga saling musyawarah dalam setiap pengambilan
menolong dalam mencukupi kebutuhan keputusan selain merupakan perwujudan dari
dengan memberikan sembako dan membeli rasa tanggungjawab, keterlibatan, dan saling
kebutuhan di warung warga setempat. mendukung antarwarga dalam mengatasi
Dalam psikologi, kesadaran komunitas pandemi Covid-19 juga sarana pemenuhan
dianggap sebagai penyangga terhadap kebutuhan warga atas perasaan diterima dan
tantangan berat yang dihadapi oleh seseorang. dihormati. Hal ini selaras dengan pendapat
Komunitas menawarkan dukungan yang Baumeister (2011), dengan mengacu pada
berasal dari orang-orang terdekat dengan teori Maslow, bahwa manusia memiliki
model interaksi sosial yang berkelanjutan dan kebutuhan yang berupa perasaan diterima,
bermakna. Bahkan, gagasan kesadaran dihormati, dan didukung oleh lingkungan.
komunitas melampaui dukungan sosial yang Mengacu pada sikap tersebut, maka hubungan
juga berfokus kepada hal positif dalam aspek yang sehat akan terjalin.
komunitas. Bagi psikolog, profesional, dan Lebih jauh, kesadaran komunitas
pemangku kebijakan ada kebutuhan nyata sebagai manifestasi dari rasa memiliki
untuk mengembangkan kesadaran komunitas terhadap sesama warga dusun dapat
dalam suatu komunitas sehingga dapat melahirkan satu kondisi kohesi sosial di
memberikan pelayanan dan intervensi dengan masyarakat. Kohesivitas atau kekompakan di
dampak positif kepada kesehatan fisik dan psikologi menjadi topik jangka panjang
mental (Michalski dkk., 2020; Terry dkk., terkait dengan kesehatan mental dalam
2019). masyarakat. Di psikologi sosial, kohesivitas
Riger & Lavrakas (dalam McMilan & adalah keterpaduan atas atribut-atribut
Chavis, 1986) mempelajari kesadaran bersama antar kelompok-kelompok kecil.
MEDIAPSI │ 2021, Vol. 7, No. 1, 37-52 47
SUNARNO & SULISTYOWATI

Kohesivitas juga dimaknai sebagai anggota diketahui secara pasti kapan pandemi ini akan
kelompok yang memiliki karakteristik emosi berakhir. Ketidakpastian yang berkepanjangan
dan perilaku yang sama antara yang satu ini pasti membawa dampak yang besar pada
dengan anggota keseluruhannya. Kohesivitas kehidupan masyarakat baik aspek ekonomi,
dalam kesehatan masyarakat dipandang dapat sosial, budaya, ataupun psikologis. Oleh
mempengaruhi kesehatan dan sebagai faktor karena itu, perlu dibangun resiliensi
protektif (Bruhn, 2014). komunitas guna mengajak masyarakat secara
Hogg (2016) mengartikan kohesivitas luas agar bisa bangkit dari keterpurukan.
kelompok sebagai perasaan hangat akan Masyarakat bisa mengembangkan nilai-nilai
kesatuan dengan sesama anggota. Kohesivitas dan perilaku-perilaku yang telah mengakar
dengan demikian adalah aspek afektif dari kuat di lingkungannya. Peneliti berharap
adanya keterpaduan atau kekompakan masyarakat bisa membangun resiliensi
antaranggota yang dihasilkan oleh daya tarik komunitas dimulai dari tingkatan terkecil
sosial antaranggota. Daya tarik sosial adalah terlebih dahulu yaitu di lingkungan dusun
consensus (kesepakatan) dan cenderung ataupun desa.
searah, apabila antaranggota terjadi saling Berdasarkan temuan penelitian dan
sepakat dan searah maka akan menghasilkan uraian tersebut, peneliti menemukan sebuah
perasaan menjadi anggota dari suatu roadmap resiliensi komunitas di Dusun
kelompok akan menonjol sebab masing- Tempurejo, Kecamatan Wates Kabupaten
masing anggota akan mengidentifikasi diri Kediri. Gambar 2 berikut menampilkan
sebagai prototipe kelompoknya. roadmap penelitian resiliensi komunitas
Pandemi Covid-19 adalah sebuah menghadapi pandemi Covid-19.
bencana non alam dimana masih belum

Gambar 2. Roadmap Resiliensi Komunitas.

MEDIAPSI │ 2021, Vol. 7, No. 1, 37-52 48


RESILENSI KOMUNITAS

Kesimpulan Spectra, 19(4), 733-752.


Dari hasil penelitian tersebut dapat https://doi.org/10.1193/1.1623497
disimpulkan bahwa resiliensi komunitas di Chandra, A., Williams, M., Plough, A.,
Dusun Tempurejo lahir dari adanya rasa Stayton, A., Wells, K. B., Horta, M., &
memiliki (sense of belonging) terhadap Tang, J. (2013). Getting actionable
kelompok dan para warga yang ada di about community resilience: The Los
dalamnya, sehingga nilai-nilai dan perilaku- Angeles county community disaster
perilaku sosial hidup di dalam masyarakat resilience project. American Journal of
sebagai kebertahanan di masa pandemi Public Health, 103(7), 1181-1189.
Covid-19. Beberapa nilai yang ada di Dusun https://doi.org/10.2105/ajph.2013.3012
Tempurejo terkait resiliensi komunitas 70
adalah nilai gotong royong, musyawarah, Cinderby, S., Haq, G., Cambridge, H., &
dan keselarasan dengan alam. Sedangkan Lock, K. (2016). Building community
beberapa perilaku sosial selama menghadapi resilience: Can everyone enjoy a good
pandemi Covid-19 adalah kepatuhan life?. Local Environment, 21(10),
(obedience), neighborhood yang sehat, dan 1252-1270.
prososial. https://doi.org/10.1080/13549839.2015
.1100597
Daftar Pustaka Creswell, J. W., & Poth, C. N.
Ali, M. S. S., Dahliana, B., Salman, D., (2016). Qualitative inquiry and
Dirpan, A., & Viantika, I. M. (2019, research design: Choosing among five
February). Community resilience in approaches. Sage publications.
dealing with Tempe lake disaster. IOP Drabek, T. E. (2018). Community processes:
conference series: Earth and Coordination. In H. Rodriguez, W.
environmental science (Vol. 235, No. Donner, & J. E. Trainor (Eds.),
1, p. 012108). IOP Publishing. Handbook of disaster research (pp.
https://doi.org/10.1088/1755- 521-549). Springer.
1315/235/1/012108 Hillery, G. (1955). Definition of community:
Baumeister, R. F. (2011). Need-to-belong Areas of agreement. Rural Sociology,
theory. In P. A. M. Van Lange, A. W. 20, 111-123.
Kruglanski, & E. T. Higgins Hofstede, G. (2011). Dimensionalizing
(Eds.), Handbook of theories of social cultures: The Hofstede model in
psychology (pp. 121–140). Sage context. Online Readings in
Publications. Psychology and Culture, 2(1), 2307-
Bruhn, J. (2014). Group effect. Springer. 0919.
Bruneau, M., Chang, S. E., Eguchi, R. T., https://scholarworks.gvsu.edu/cgi/view
Lee, G. C., O'Rourke, T. D., Reinhorn, content.cgi?article=1014&context=orp
A. M., ... & Von Winterfeldt, D. c
(2003). A framework to quantitatively Hogg, M. A. (2016). Social identity theory.
assess and enhance the seismic In P. J. Burke (Ed.), Contemporary
resilience of communities. Earthquake
MEDIAPSI │ 2021, Vol. 7, No. 1, 37-52 49
SUNARNO & SULISTYOWATI

social psychological theories (2nd Lalone, M. B. (2012). Neighbors helping


ed.). Stanford University Press. neighbors: An examination of the
Hogg, M. A., Abrams, D., & Brewer, M. B. social capital mobilization process for
(2017). Social identity: The role of self community resilience to environmental
in group processes and intergroup disasters. Journal of Applied Social
relations. Group Processes & Science, 6(2), 209-237.
Intergroup Relations, 20(5), 570-581. https://doi.org/10.1177/193672441245
https://doi.org/10.1177%2F136843021 8483
7690909 Mannino, C. A., & Snyder, M. (2012).
International Federation of Red Cross and Psychological sense of community:
Red Crescent Societies. (2014). Contributions toward a new
Framework for community resilience understanding. Global Journal of
(Research Report No. 1284000 Community Psychology Practice, 3(4),
10/2014 E). 393-397.
https://www.ifrc.org/Global/Document https://www.gjcpp.org/pdfs/2012-
s/Secretariat/Sendai/1284000- Lisboa-046-
Framework%20for%20Community%2 Psychological%20Sense%20of%20Co
0Resilience-EN-LR.pdf mmunity.pdf
Jovita, H. D., Nashir, H., Mutiarin, D., Mardones, F. O., Rich, K. M., Boden, L. A.,
Moner, Y., & Nurmandi, A. (2019). Moreno-Switt, A. I., Caipo, M. L.,
Social capital and disasters: How does Zimin-Veselkoff, N., ... & Baltenweck,
social capital shape post-disaster I. (2020). The COVID-19 pandemic
conditions in the Philippines?. Journal and global food security. Frontiers in
of Human Behavior in the Social Veterinary Science, 7: 928.
Environment, 29(4), 519-534. https://doi.org/10.3389/fvets.2020.578
https://doi.org/10.1080/10911359.2018 508
.1556143 McMillan, D. W., & Chavis, D. M. (1986).
Kementan siapkan strategi ketahanan pangan Sense of community: A definition and
di tengah pandemic covid-19. (2020, 1 theory. American Journal of
Mei). Tempo.co. Community Psychology, 14(1), 6-23.
https://nasional.tempo.co/read/133774 https://doi.org/10.1002/1520-
5/kementan-siapkan-strategi- 6629(198601)14:13.0.CO;2-I
ketahanan-pangan-di-tengah-pandemi- Michalski, C. A., Diemert, L. M., Helliwell,
covid-19 J. F., Goel, V., & Rosella, L. C.
Kirmayer, L. J., Dandeneau, S. D., Marshall, (2020). Relationship between sense of
E., Phillips, M. K., & Williamson, K. community belonging and self-rated
J. (2012). Toward an ecology of health across life stages. SSM-
stories: Indigenous perspectives on Population Health, 12: 100676.
resilience. In M. Ungar (Ed.), The https://doi.org/10.1016/j.ssmph.2020.1
social ecology of resilience (pp. 399- 00676
414). Springer. Naidoo, A.V., Shabalala, N. J., & Bawa, U.
(2003). Community psychology. In L.

MEDIAPSI │ 2021, Vol. 7, No. 1, 37-52 50


RESILIENSI KOMUNITAS

Nicholas (ed.), Introduction to Terry, R., Townley, G., Brusilovskiy, E., &
psychology (pp. 423-456). UCT Press. Salzer, M. S. (2019). The influence of
Novianty, A. (2011). Penyesuaian dusun sense of community on the relationship
jangka panjang ditinjau dari resiliensi between community participation and
komunitas pascagempa. Jurnal mental health for individuals with
Psikologi, 38(1), 30-39. serious mental illnesses. Journal of
https://doi.org/10.22146/jpsi.7662 Community Psychology, 47(1), 163-
Nowell, B., & Boyd, N. M. (2014). Sense of 175.
community responsibility in https://doi.org/10.1002/jcop.22115
community collaboratives: Advancing The Food and Agriculture Organization.
a theory of community as resource and (2020). COVID-19 and the risk to food
responsibility. American Journal of supply chains: How to respond?.
Community Psychology, 54(3-4), 229- (Policy Brief).
242. https://doi.org/10.1007/s10464- http://www.fao.org/3/ca8388en/CA838
014-9667-x 8EN.pdf
Nurmuharimah, S. (2007). Get smart Theodori, G. L., & Kyle, G. T. (2013).
pendidikan kewarganegaraan. Community, place, and conservation.
Grafindo Media Pratama. In W. P. Stewart, D. R. Williams, & L.
Orford, J. (2008). Community psychology; E. Kruger (Eds.), Place-based
Challenges, controversies, and conservation: Perspectives from the
emerging consensus. John Wiley & social sciences (pp. 59–70). Springer.
Sons, Ltd. Triana, A. A., & Fauzi, A. M. (2020).
Rappaport, J. (1981). In praise of paradox: A Dampak pandemi corona virus diserse
social policy of empowerment over 19 terhadap meningkatnya kriminalitas
prevention. American Journal of pencurian sepeda motor di Surabaya.
Community Psychology, 9, 1-25. Syiah Kuala Law Journal, 4(3), 302-
https://doi.org/10.1007/BF00896357 309.
Rezeky, S. M., Pandjaitan, N. K., & Sjaf, https://doi.org/10.24815/sklj.v4i3.1874
S. (2018). Sistem nilai dan resiliensi 2
komunitas dalam pengelolaan Rawa Triyasni. (2020). Infografis: Kejahatan
Lebak. Sodality, 6(3), 220-227. meningkat saat pandemi corona.
https://doi.org/10.22500/sodality.v6i3. Liputan6.com.
22482 https://www.liputan6.com/news/read/4
Ridho, R. (2020, 24 Desember). Pandemi 233905/infografis-kejahatan-
covid-19, angka kriminalitas meningkat-saat-pandemi-corona.
meningkat, kecelakaan lalu lintas Van Breda, A. D. (2001). Resilience theory:
menurun. Kompas.com A literature review (Research Report
https://regional.kompas.com/read/2020 MPI/R/104/12/1/4). South African
/12/24/06351531/pandemi-covid-19- Military Psychological Institute.
angka-kriminalitas-meningkat- http://vanbreda.org/adrian/resilience/re
kecelakaan-lalu-lintas- silience_theory_review.pdf
menurun?page=all

MEDIAPSI │ 2021, Vol. 7, No. 1, 37-52 51


SUNARNO & SULISTYOWATI

Wibowo, A. (2020, 25 April). Antisipasi isu


keamanan dan ketertiban di tengah
pandemi covid-19. Bnpb.go.id.
https://bnpb.go.id/berita/antisipasi-isu-
keamanan-dan-ketertiban-di-tengah-
pandemi-covid-19
Windle, G., Bennett, K. M., & Noyes, J.
(2011). A methodological review of
resilience measurement scales. Health
and Quality of Life Outcomes, 9(8), 1-
18. https://doi.org/10.1186/1477-7525-
9-8
Yuriadi. (2018). Psikologi komunitas. AE
Publishing.

MEDIAPSI │ 2021, Vol. 7, No. 1, 37-52 52

Anda mungkin juga menyukai