369-Article Text-1163-1-10-20151026
369-Article Text-1163-1-10-20151026
Virgayanti Fattah
Abstrak
Metode penelitian hukum normatif yang dilakukan dengan mengkaji data sekunder
yang kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif. Tujuan artikel ini
adalah untuk mengetahui tanggungjawab negara terhadap pemanasan global yang
diatur dalam Protokol Kyoto 1997. Hasil kajian disimpulkan bahwa, pertama, negara
maju dan berkembang memanggul tanggung jawab berbeda, Artinya Semua negara
pihak mempunyai tanggung jawab yang sama namun dalam tingkat yang berbeda
dalam hal target pengurangan emisi gas rumah kaca. Perbedaan tanggungjawab
tersebut, berdasarkan hal target pengurangan emisi gas rumah kaca dan keadaan
ekonomi masing-masing negara. Dalam kenyataan, terlihat aspek ketidak adilan
dalam penerapan Prinsip Tanggungjawab negara dalam pelaksanaan Protokol
Kyoto, karena negara maju sebagai penghasil sebagian besar emisi dan mempunyai
kemampuan paling besar untuk mengurangi emisi GRK, tetapi mereka mengambil
porsi tanggungjawab yang tidak sesuai dalam menangani perubahan iklim. Kedua,
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United
Nations framework Convention on Climate Change dan Undang-Undang No. 17 Tahun
2004 Tentang Pengesahan Kyoto Protocol To The United Nation Framework
Convention On Climate Change, seperti undang-undang lain di Indonesia,
pelaksanaan kedua undang-undang ini juga lemah.
atau wilayah diluar batas wilayah tersebut. Ratifikasi oleh Rusia pada 18
nasional negara-negara2. November Tahun 2004 telah
Salah satu dari pertemuan memenuhi syarat 55 persen 4.
yang bersifat internasional adalah Desember Tahun 2004,
pertemuan Kyoto, Jepang pada Tahun Indonesia pada akhirnya meratifikasi
1997. Pertemuan di Kyoto, Jepang Protokol Kyoto melalui UU No. 17
tersebut adalah sebuah instrument Tahun 2004 dan menindaklanjuti
hukum (legal instrument) yang ratifikasi Protokol Kyoto dengan
dirancang untuk berbagai upaya, diantaranya
mengimplementasikan Konvensi membentuk institusi seperti DNA
Perubahan Iklim yang bertujuan (Desagnated National Authority)
untuk menstabilkan konsentrasi Gas dengan kordinator dari Kementrian
Rumah Kaca3 agar tidak mengganggu Lingkungan Hidup. Negara-negara
sistem iklim bumi. yang meratifikasi protokol ini
Setelah di adopsi pada tanggal berkomitmen untuk mengurangi
11 Desember Tahun 1997, Protokol emisi/pengeluaran karbon dioksida
Kyoto dibuka untuk ditanda tangani dan lima GRK atau bekerja sama
pada tanggal 16 Maret Tahun 1998, dalam perdagangan emisi jika mereka
menurut syarat-syarat persetujuan menjaga jumlah atau menambah
bahwa protokol mulai belaku pada emisi gas-gas tersebut, yang telah
hari ke-90 setelah diratifikasi oleh dikaitkan dengan pemanasan global.
paling sedikit 55 pihak konferensi, Tercapai Ketentuan dalam
termasuk negara-negara maju dengan Protokol Kyoto ini, mengenai
total emisi karbon dioksida paling kewajiban setiap negara harus
sedikit 55% dari total emisi Tahun menurunkan emisi gas rumah kaca
1990 dari kelompok negara-negara dalam level Tahun 1990 sebesar 5%
industri ini. selama Tahun 2008-2012, diperlukan
Efektifitas Protokol Kyoto ini adanya tanggungjawab dari
yang mensyaratkan agar diratifikasi partisipasi setiap negara untuk saling
oleh paling sedikit 55 negara bekerjasama, karena jika
menunjukan protokol ini memerlukan pengurangan emisi ini tidak terwujud
partisipasi banyak negara termaksud akan sangat membawa dampak buruk
negara-negara berkembang. Syarat bagi dunia karena kita tahu bahwa
minimum adalah 55% emisi negara kesadaran akan masa depan manusia
maju harus dilibatkan, menunjukan bergantung pada masa depan
pentingnya peranan negara maju lingkungannya, namun pada
sebagai pengemisi utama untuk kenyataannya meskipun semua
bertindak langsung karena selama ini negara berkembang meratifikasi
merekalah yang memberikan Protokol Kyoto ini, tetapi negara maju
kontribusi terbesar dalam yang meratifikasinya hanya memberi
peningkatan konsentrasi GRK, maka kontribusi penurunan emisi yang
negara-negara inilah yang memiliki kurang dari “55%”.
tanggungjawab dan perlu Dampak buruk yang nanti
menunjukan kepemimpiannya dalam terjadi tidak disebabkan oleh satu
upaya melindungi bumi,dari syarat negara saja, seorang individu, sebuah
perusahaan, tetapi beberapa aktor
2 yang melakukannya secara bersama
Ida Bagus Wyasa Putra, Hukum
dalam jumlah yang berbeda-beda;
Lingkungan Internasional, Perspektif Bisnis
Intenasional, Refika Aditama, Bandung,
4
2003, Hal. 40. Daniel Murdiyarso ,2003. Protokol Kyoto,
3
Gas Rumah Kaca, Selanjutnya disebut implikasinya bagi Negara berkembang,
GRK. penerbit buku kompas, Jakarta,hlm 8.
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 1 Januari-April 2013, ISSN 1978-5186