Anda di halaman 1dari 12

Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No.

1 Januari-April 2013, ISSN 1978-5186

Pengaturan dan Tanggungjawab Negara terhadap Global Warming


dalam Protokol Kyoto 1997

Virgayanti Fattah

Dosen Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Univ. Tadulako

Abstrak

Metode penelitian hukum normatif yang dilakukan dengan mengkaji data sekunder
yang kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif. Tujuan artikel ini
adalah untuk mengetahui tanggungjawab negara terhadap pemanasan global yang
diatur dalam Protokol Kyoto 1997. Hasil kajian disimpulkan bahwa, pertama, negara
maju dan berkembang memanggul tanggung jawab berbeda, Artinya Semua negara
pihak mempunyai tanggung jawab yang sama namun dalam tingkat yang berbeda
dalam hal target pengurangan emisi gas rumah kaca. Perbedaan tanggungjawab
tersebut, berdasarkan hal target pengurangan emisi gas rumah kaca dan keadaan
ekonomi masing-masing negara. Dalam kenyataan, terlihat aspek ketidak adilan
dalam penerapan Prinsip Tanggungjawab negara dalam pelaksanaan Protokol
Kyoto, karena negara maju sebagai penghasil sebagian besar emisi dan mempunyai
kemampuan paling besar untuk mengurangi emisi GRK, tetapi mereka mengambil
porsi tanggungjawab yang tidak sesuai dalam menangani perubahan iklim. Kedua,
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United
Nations framework Convention on Climate Change dan Undang-Undang No. 17 Tahun
2004 Tentang Pengesahan Kyoto Protocol To The United Nation Framework
Convention On Climate Change, seperti undang-undang lain di Indonesia,
pelaksanaan kedua undang-undang ini juga lemah.

Kata kunci : pemanasan global, dan tanggungjawab negara.

I. Pendahuluan meningkatnya gas rumah kaca akibat


Pemanasan Global adalah isu aktifitas manusia.1
lingkungan hidup yang dapat Berdasarkan Piagam
mengakibatkan perubahan iklim yang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
menakutkan. Pemanasan global mulai dan Prinsip-Prinsip Hukum
marak dibicarakan setelah Persatuan Internasional, setiap negara diakui
Bangsa-Bangsa (PBB) membentuk memiliki hak berdaulat untuk
Intergorvermental Panel on Climate memanfaatkan sumber daya hayati,
Change (IPCC) pada Tahun 1988. IPCC sesuai dengan kebijakan bidang
adalah sebuah panel ilmiah yang lingkungan dan pembangunan
terdiri dari para ahli klimatologi masing-masing dan juga
untuk mengkaji perubahan iklim yang berkewajiban menjaga agar kegiatan
telah terjadi beberapa tahun terakhir yang berlangsung di dalam
ini. IPCC menyimpulkan bahwa wilayahnya atau berada di bawah
sebagian besar peningkatan pengawasannya tidak menimbulkan
temperatur rata-rata global sejak kerusakan lingkungan negara lain
pertengahan abad ke-20,
kemungkinan besar disebabkan oleh
1
Gatut Susanta dan Hari Sutjahjo, Akankah
Indonesia Tenggelam Akibat Pemanasan
Global ? Penebar Plus, Jakarta, 2007, hal.
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 1 Januari-April 2013, ISSN 1978-5186

atau wilayah diluar batas wilayah tersebut. Ratifikasi oleh Rusia pada 18
nasional negara-negara2. November Tahun 2004 telah
Salah satu dari pertemuan memenuhi syarat 55 persen 4.
yang bersifat internasional adalah Desember Tahun 2004,
pertemuan Kyoto, Jepang pada Tahun Indonesia pada akhirnya meratifikasi
1997. Pertemuan di Kyoto, Jepang Protokol Kyoto melalui UU No. 17
tersebut adalah sebuah instrument Tahun 2004 dan menindaklanjuti
hukum (legal instrument) yang ratifikasi Protokol Kyoto dengan
dirancang untuk berbagai upaya, diantaranya
mengimplementasikan Konvensi membentuk institusi seperti DNA
Perubahan Iklim yang bertujuan (Desagnated National Authority)
untuk menstabilkan konsentrasi Gas dengan kordinator dari Kementrian
Rumah Kaca3 agar tidak mengganggu Lingkungan Hidup. Negara-negara
sistem iklim bumi. yang meratifikasi protokol ini
Setelah di adopsi pada tanggal berkomitmen untuk mengurangi
11 Desember Tahun 1997, Protokol emisi/pengeluaran karbon dioksida
Kyoto dibuka untuk ditanda tangani dan lima GRK atau bekerja sama
pada tanggal 16 Maret Tahun 1998, dalam perdagangan emisi jika mereka
menurut syarat-syarat persetujuan menjaga jumlah atau menambah
bahwa protokol mulai belaku pada emisi gas-gas tersebut, yang telah
hari ke-90 setelah diratifikasi oleh dikaitkan dengan pemanasan global.
paling sedikit 55 pihak konferensi, Tercapai Ketentuan dalam
termasuk negara-negara maju dengan Protokol Kyoto ini, mengenai
total emisi karbon dioksida paling kewajiban setiap negara harus
sedikit 55% dari total emisi Tahun menurunkan emisi gas rumah kaca
1990 dari kelompok negara-negara dalam level Tahun 1990 sebesar 5%
industri ini. selama Tahun 2008-2012, diperlukan
Efektifitas Protokol Kyoto ini adanya tanggungjawab dari
yang mensyaratkan agar diratifikasi partisipasi setiap negara untuk saling
oleh paling sedikit 55 negara bekerjasama, karena jika
menunjukan protokol ini memerlukan pengurangan emisi ini tidak terwujud
partisipasi banyak negara termaksud akan sangat membawa dampak buruk
negara-negara berkembang. Syarat bagi dunia karena kita tahu bahwa
minimum adalah 55% emisi negara kesadaran akan masa depan manusia
maju harus dilibatkan, menunjukan bergantung pada masa depan
pentingnya peranan negara maju lingkungannya, namun pada
sebagai pengemisi utama untuk kenyataannya meskipun semua
bertindak langsung karena selama ini negara berkembang meratifikasi
merekalah yang memberikan Protokol Kyoto ini, tetapi negara maju
kontribusi terbesar dalam yang meratifikasinya hanya memberi
peningkatan konsentrasi GRK, maka kontribusi penurunan emisi yang
negara-negara inilah yang memiliki kurang dari “55%”.
tanggungjawab dan perlu Dampak buruk yang nanti
menunjukan kepemimpiannya dalam terjadi tidak disebabkan oleh satu
upaya melindungi bumi,dari syarat negara saja, seorang individu, sebuah
perusahaan, tetapi beberapa aktor
2 yang melakukannya secara bersama
Ida Bagus Wyasa Putra, Hukum
dalam jumlah yang berbeda-beda;
Lingkungan Internasional, Perspektif Bisnis
Intenasional, Refika Aditama, Bandung,
4
2003, Hal. 40. Daniel Murdiyarso ,2003. Protokol Kyoto,
3
Gas Rumah Kaca, Selanjutnya disebut implikasinya bagi Negara berkembang,
GRK. penerbit buku kompas, Jakarta,hlm 8.
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 1 Januari-April 2013, ISSN 1978-5186

sementara itu kita ketahui bahwa ada c. Perluasan gurun pasir,


beberapa negara yang memiliki d. Peningkatan hujan dan banjir,
cadangan hutan yang luas tapi tidak e. Perubahan iklim,
berkontribusi banyak terhadap f. Punahnya flora dan fauna
pencemaran lingkungan harus tertentu,
menanggung beban menjaga g. Migrasi fauna dan hama penyakit,
kelestarian hutannya untuk dsb.
keseimbangan iklim dunia. Sedangkan dampak bagi aktivitas
Sebuah alternatif yang sosial-ekonomi masyarakat meliputi:
ditawarkan dalam UNFCCC (United a. Gangguan terhadap fungsi
Nations Framework Convention on kawasan pesisir dan kota pantai,
Climate Change) bahwa b. Gangguan terhadap fungsi
tanggungjawab itu melekat pada prasarana dan sarana seperti
semua negara tetapi dalam proporsi jaringan jalan, pelabuhan dan
yang berbeda, dikenal dengan bandara
‘common but differentiated c. Gangguan terhadap permukiman
responsiblities’ (CBDR) yang terdapat penduduk,
dalam Pasal 10 Protokol Kyoto Tahun d. Pengurangan produktivitas lahan
1997.5 pertanian,
Penggunaan energi merupakan e. Peningkatan resiko kanker dan
sumber utama terjadinya pemanasan wabah penyakit, dsb.
global karena negara kita terikat pada Efek Rumah Kaca dapat
Protokol Kyoto maka kita perlu divisualisasikan sebagai sebuah
memperhatikan konsumsi energi kita. proses yang pada kenyataannya, di
Protokol Kyoto merupakan lapisan atmosfer terdapat selimut gas.
Persetujuan Pelaksana Kerangka Rumah kaca adalah analogi atas bumi
Konvensi Perubahan Iklim, yang dikelilingi gelas kaca. Panas
mempunyai dampak yang sangat matahari masuk ke bumi dengan
penting bagi Indonesia. menembus gelas kaca tersebut berupa
Pemanasan global pada radiasi gelombang pendek. Panas
dasarnya merupakan fenomena matahari tersebut, sebagian diserap
peningkatan temperatur global dari oleh bumi dan sisanya dipantulkan
tahun ke tahun karena terjadinya efek kembali ke angkasa sebagai radiasi
rumah kaca (greenhouse effect) yang gelombang panjang, namun, panas
disebabkan oleh meningkatnya emisi yang seharusnya dapat dipantulkan
gas-gas seperti karbondioksida (CO2), kembali ke angkasa menyentuh
metana (CH4), dinitrooksida (N2O) permukaan gelas kaca dan
dan CFC sehingga energi matahari terperangkap di dalam bumi.
terperangkap dalam atmosfer bumi. Layaknya proses dalam rumah kaca di
Berbagai literatur menunjukkan pertanian dan perkebunan, gelas kaca
kenaikan temperatur global termasuk memang berfungsi menahan panas
Indonesia yang terjadi pada kisaran untuk menghangatkan rumah kaca.
1,5–40 celcius pada akhir abad 21.6 Aktivitas manusia
Pemanasan global menyebabkan peningkatan
mengakibatkan dampak yang luas dan konsentrasi selimut gas di atmosfer
serius bagi lingkungan bio-geofisik sehingga melebihi konsentrasi yang
seperti : seharusnya, maka panas matahari
a. Pelelehan es di kutub, yang tidak dapat dipantulkan ke
b. Kenaikan muka air laut, angkasa akan meningkat pula. Semua
proses itulah yang disebut Efek
5
www.sihar dejournal.wordpress.com Rumah Kaca. Pemanasan global dan
6
www.physics.ius.indiana.edu.com perubahan iklim merupakan dampak
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 1 Januari-April 2013, ISSN 1978-5186

dari Efek Rumah Kaca. Para ilmuan Pemanasan global ini


memperkirakan bahwa selama mengakibatkan timbulnya kerjasama
pemanasan global, daerah bagian internasional untuk mensukseskan
utara dari belahan bumi utara pengurangan gas-gas rumah kaca. Di
(Northern Hemisphere) akan Tahun 1992, pada Earth Summit di
memanas lebih dari daerah-daerah Rio de Janeiro, Brazil, 150 negara
lain di bumi. Gunung-gunung es akan berikrar untuk menghadapi masalah
mencair dan daratan akan mengecil, GRK dan setuju untuk
akan lebih sedikit es yang terapung di menterjemahkan maksud ini dalam
perairan utara tersebut, sebagai salah suatu perjanjian yang mengikat.
satu akibatnya. Pegunungan di daerah Tahun 1997, para perwakilan
subtropis, bagian yang ditutupi salju dari 160 negara merumuskan
akan semakin sedikit serta akan lebih persetujuan Protokol Kyoto, mereka
cepat mencair dan musim tanam akan bertemu secara reguler untuk
lebih panjang di beberapa daerah. menegoisasikan isu-isu yang belum
Temperatur pada musim dingin terselesaikan seperti peraturan,
dan malam hari akan cenderung metode dan pinalti yang wajib
untuk meningkat. Daerah hangat akan diterapkan pada setiap negara untuk
menjadi lebih lembab karena lebih memperlambat emisi GRK. Para
banyak air yang menguap dari lautan. negoisator merancang sistem di mana
Para ilmuan belum begitu yakin suatu negara yang memiliki program
apakah kelembaban tersebut malah pembersihan yang sukses dapat
akan meningkatkan atau menurunkan mengambil keuntungan dengan
pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal menjual hak polusi yang tidak
ini disebabkan karena uap air digunakan ke negara lain. Sistem ini
merupakan gas rumah kaca, sehingga disebut perdagangan karbon, contoh,
keberadaannya akan meningkatkan negara yang sulit meningkatkan lagi
efek insulasi pada atmosfer. Uap air hasilnya, seperti Belanda, dapat
yang lebih banyak juga akan membeli kredit polusi di pasar, yang
membentuk awan yang lebih banyak, dapat diperoleh dengan biaya yang
sehingga akan memantulkan cahaya lebih rendah. Rusia, merupakan
matahari kembali ke angkasa luar, di negara yang memperoleh keuntungan
mana hal ini akan menurunkan proses bila sistem ini diterapkan. Perjanjian
pemanasan. ini, menyerukan kepada 38 negara-
Kelembaban yang tinggi akan negara industri yang memegang
meningkatkan curah hujan, secara persentase paling besar dalam
rata-rata, sekitar 1% untuk setiap melepaskan GRK untuk memotong
derajat Fahrenheit pemanasan. (curah emisi mereka ke tingkat 5% di bawah
hujan di seluruh dunia telah emisi Tahun 1990. Pengurangan ini
meningkat sebesar 1% dalam seratus harus dapat dicapai paling lambat
tahun terakhir ini). Badai akan Tahun 2012.
menjadi lebih sering. Air akan lebih Pemanasan global juga sering
cepat menguap dari tanah, akibatnya dikaitkan dengan perubahan iklim.
beberapa daerah akan menjadi lebih Trenberth, Houghton and Filho7
kering dari sebelumnya. Angin akan mendefinisikan perubahan iklim
bertiup lebih kencang dan mungkin sebagai perubahan pada iklim yang
dengan pola yang berbeda. Topan dipengaruhi langsung atau tidak
badai (hurricane) yang memperoleh
kekuatannya dari penguapan air, akan 7
Addinul Yakin, Ekonomi Sumberdaya dan
menjadi lebih besar. Pola cuaca Lingkungan, Teori dan Kebijaksanaan
menjadi tidak terprediksi dan lebih Pembangunan Berkelanjutan, Akademika
ekstrim. Pressindo, Jakarta, 2002
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 1 Januari-April 2013, ISSN 1978-5186

langsung oleh aktivitas manusia yang 3. Perdagangan Emisi Internasional


merubah komposisi atmosfer yang (PEI) atau International Emissions
akan memperbesar keragaman iklim Trading (IET) antara negara
teramati pada periode yang cukup Annex 1.
panjang. Ketiga mekanisme tersebut
Kerangka Konvensi Perubahan bersifat fleksibel, ketiganya terbuka
Iklim belum mencapai persetujuan untuk badan pemerintah atau badan
tentang berapa besarnya swasta11.
pengurangan emisi GRK Implementasi Patungan (IP)
Antropogenik, yang disetujui dalam yang dimaksud adalah negara Annex 1
Kerangka Konvensi Perubahan Iklim manapun dapat memindahkan
adalah Tanggung Jawab Differential8 (Transfer) atau mendapatkan
antara negara dan negara dengan (Acquire) dari pihak negara Annex 1
ekonomi dalam transisi. manapun unit reduksi emisi dari
Negara Annex 1 mempunyai proyek yang bertujuan untuk
tujuan untuk mengurangi emisinya mengurangi emisi atau pada sumber
sedangkan Negara non-annex tidak emisi atau memperbesar kemampuan
(atau belum) mempunyai tanggung rosot (Sink) untuk mengikat GRK
jawab tersebut. Protokol Kyoto 1997 dalam sektor ekonomi manapun12.
kemudian menyetujui bahwa negara Artikel 1 Paragraf 2 Protokol
Annex 1 dalam komitmen antara Kyoto menyatakan bahwa Mekanisme
Tahun 2008 sampai Tahun 2012 akan Pembangunan Bersih (MPB)
mengurangi emisinya dengan minimal merupakan mekanisme yang khusus
5% dibawah emisi Tahun 19909. mengatur perdagangan dengan
Kerangka Konvensi Perubahan negara sedang berkembang. MPB
Iklim mengatur tentang pengurangan pada satu pihak bertujuan untuk
emisi oleh negara Annex 1 dapat membantu negara sedang
dilakukan berpatungan (Jointly) berkembang untuk memberi
dengan pihak lain dan dapat kontribusi tercapainya standarisasi
membantu pihak lain untuk mencapai kadar GRK dalam atmosfer. Bantuan
tujuan konvensi10. Berdasarkan tersebut berupa pemindahan
ketentuan tersebut, dalam Protokol teknologi dan dana dari negara maju
Kyoto terdapat 3 (tiga) mekanisme kepada negara sedang berkembang
untuk mitigasi perubahan iklim, yaitu: untuk melakukan pembangunan
1. Implementasi Patungan (IP) atau berkelanjutan. MPB tidak
Joint Implementation (JI) antara menghambat usaha pembangunan
negara Annex 1. negara Non-Annex melainkan justru
2. Mekanisme Pembangunan Bersih membantu. MPB berasal dari inisiatif
(MPB) atau Clean Development negara Non-Annex yang mendapat
Mecanism (CDM) antara negara dukungan luas dan kuat dari negar-
Annex 1 dengan negara Non- negara sedang berkembang13.
Annex 1.
11
Otto Soemarwoto, Atur Diri Sendiri :
Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan
8
Tanggungjawab Differensial tersebut, Hidup. Pembangunan Ramah Lingkungan :
antara negara dengan negara yang Berpihak Pada Rakyat, Ekonomis dan
ekonominya dalam transisi. Eksplisit Berkelanjutan, Gajah Mada University
disebut dengan Annex I dan negara sedang Press, Jakarta, 2001, Hal. 141.
12
berkembang. Artikel 6 Paragraf 1 Protokol Kyoto.
9 13
Persetujuan ini tertera pada Artikel Walaupun Artikel 6 Paragraf 1 Protokol
3.Paragraf 1. Protokol Kyoto 1997 Kyoto sebenarnya hanya mengatur IP antara
10
Artikel 4.Paragraf 2 (a) Konvensi negara Annex 1, namun dalam praktek telah
Perubahan Iklim 1992. terjadi pula perdangan antara negara Annex
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 1 Januari-April 2013, ISSN 1978-5186

Protokol Kyoto menyajikan besifat “Action Oriented” yaitu


peluang untuk mengubah taman berorientasi kepada tindakan-
nasional, cagar alam dan hutan tindakan praktis untuk melindungi
lindung dari pos biaya dalam lingkungan. Konferensi ini
anggaran pendapatan dan biaya menghasilkan sebuah deklarasi, yaitu
daerah menjadi pos pendapatan. Deklarasi Stockholm Tahun 1972
Proyek MPB dengan Reduksi Emisi (Declaration of the United Nations
ber-Sertifikat (RES)nya merupakan Conference on the Human
potensi untuk meningkatkan Environtment) yang memuat 26
Pendapatan Asli Daerah (PAD) tanpa Prinsip pengelolaan dan perlindungan
harus mengeksploitasi secara fisik lingkungan, 109 rekomendasi,
hutan tersebut. termasuk system kelembagaan yang
Indonesia juga telah melakukan bertanggung jawab terhadap
aksi nyata dalam menyikapi pelaksanaan deklarasi.
pemanasan global ini, ini dibuktikan Tiga belas tahun setelah
dengan adanya kegiatan melakukan Deklarasi Stockholm Tahun 1972,
penanaman melalui “Program masyarakat internasional kembali
Kampanye Indonesia Menanam, Kecil menyelenggarakan berbagai
Menanam Dewasa Memanen”, pertemuan14, salah satunya adalah
Rehabilitasi Hutan dan Lahan, Aksi pertemuan yang diselenggarakan di
Penanaman Serentak, Gerakan Wina pada tanggal 18-22 Maret Tahun
Perempuan Tanam dan Pelihara 1985 dan menghasilkan sebuah
Pohon, dilanjutkan dengan adanya Konvensi Tentang Perlindungan Ozon
pertemuan internasional di Provinsi (Vienna Convention for the Protection
Bali yaitu Conference Of Parties (COP) of the Ozone Layer)15. Pertemuan ini
13 United Nation Framework dilanjutkan dengan pertemuan
Convention On Climate Change Montreal, 14-16 September Tahun
(UNFCCC) pada tanggal 3 s/d 14 1987 dan menghasilkan ketentuan
Desember Tahun 2007 yang dihadiri tambahan untuk Konvensi Wina
oleh 103 negara dengan 9000 peserta. Tahun 1985, yaitu Protokol Montreal
Berdasarkan penjelasan di atas, Tahun 1987 (Protocol on Substances
maka dirumuskanlah sebuah that Deplete the Ozon Layer).
permasalahan, yaitu Bagaimana Pertemuan selanjutnya
Pengaturan dan tanggungjawab diselenggarakan di Rio de Jeneiro
negara terhadap Global Warming tangal 3-14 Juni Tahun 1992, United
dalam Protokol Kyoto 1997? Nations Conference on Environment
and Development, yaitu suatu
II. Pembahasan pertemuan yang dimaksudkan untuk
2.1. Pengaturan Global Warming secara lebih menyeluruh membahas
Berdasarkan Protokol Kyoto
Tahun 1997 14
Negara-negara Amerika Selatan
Berdasarkan Resolusi Majelis menyelenggarakan pertemuan di Manaus,
Umum PBB 2398 (XXIII) tentang Brazil pada tanggal 6 Mei 1989,
United Nations Conference on the menghasilkan The Amazone Declaration
Human Environment, PBB 1989., kemudian pada tahun yang sama,
menyelenggarakan Konferensi atas inisiatif Perancis, Norwegia dan
Lingkungan Hidup di Stockholm 5-16 Nederland, telah diselenggarakan pertemuan
Juni Tahun 1972. Konferensi ini di The Haque pada tanggal 11 Maret 1989,
menghasilkan Haque Declaration on the
Environment tahun 1989.
15
1 dengan negara Non-Annex, mis. Meksiko UNGA Resolution on Protection of Global
dengan Kosta Rika, padahal secara resmi Climate for Present and Future Generations
perdagangan berlaku. of Mankind, December 6, 1988.
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 1 Januari-April 2013, ISSN 1978-5186

dan mengatur masalah lingkungan mulai diterapkan pada tanggal 16


global. Hasil puncak dari keseluruhan Februari 200518 . Mencapai Tahun
pertemuan itu adalah berbagai 2008, ada 183 negara yang telah
rancangan konvensi yang berkaitan meratifikasi Protokol Kyoto. Ini
dengan perlindungan lingkungan berarti bahwa negara-negara yang
global, seperti Konvensi tentang telah meratifikasi Protokol Kyoto
Perlindungan Keanekaragaman tersebut harus mengikuti segala
Hayati, Konvensi Perubahan Iklim dan aturan yang tertulis dalam Protokol
Konvensi tentang Pelestarian Hutan dan bersedia menerima sanksi jika
Tropis16. melanggar.19
Dua elemen lingkungan global Banyak pakar berpendapat
yang menapat perhatian khusus walaupun sudah ada prosedur untuk
dalam Konferensi Rio 1992, adalah 1) implementasinya, Protokol Kyoto
Stabilitas Iklim; dan2) Keragaman dapat dikatakan belum efektif dapat
Hayati. mengurangi emisi GRK. Hal ini karena
Konvensi Perubahan Iklim ,jumlah negara maju yang meratifikasi
dibentuk untuk menjaga belum memenuhi persyaratan. Saat
keseimbangan konsentrasi GRK17 ini 109 negara sudah meratifikasinya,
pada lapisan atmosfir, yaitu sampai tetapi emisi 24 negara maju yang
tingkat “tidak menimbulkan dampak terdapat di dalamnya baru mencapai
terhadap iklim”. Salah satu tindakan 43%, padahal, baru dapat dikatakan
untuk mengimplementasikan efektif apabila pengurangan emisi
Konvensi Perubahan Iklim, maka minimum 55%. Salah satu pertemuan
diambillah tindakan yaitu mengadopsi PBB, wakil dari Brazil mengatakan
Protokol Kyoto adalah sebuah bahwa emisi justru meningkat dua
instrument hukum (legal instrument) kali lipat dibandingkan ketika
yang merupakan Persetujuan Konvensi Perubahan Iklim
Pelaksana Kerangka Konvensi ditandatangani pada Tahun 1992.
Perubahan Iklim, bertujuan untuk Alasan utama mengapa
menstabilkan konsentrasi GRK agar kesepakatan iklim tidak efektif adalah
tidak mengganggu sistem iklim bumi karena kedua perjanjian ini
dan mempunyai dampak yang sangat sebenarnya tidak merundingkan
penting untuk Indonesia. secara lugas pengurangan emisi dan
Protokol Kyoto diadopsi pada sebaliknya keduanya adalah bagian
tanggal 11 Desember Tahun 1997, dari tawar-menawar yang lebih luas
dibuka untuk ditandatangani pada antara negara-negara kaya dan negara
tanggal 16 Maret Tahun 1998 dan miskin, perebutan sumberdaya dan
hak untuk menggunakan energi, dan
16 persaingan ekonomi.20
Atas inisiatif WMO, UNEP, ICSU, telah
Sejak di adopsi, hingga saat ini
diselenggarakan pertemuan di Villach,
Austria Tahun 1987 untuk membahas protokol Kyoto belum kunjung efektif.
tentang Pemanasan Global, kemudian Ketidak-efektifan ini karena
berlanjut pada tahun 1988 UNEP dan WMO mundurnya Amerika Serikat dari
membentuk IPCC (Intergovernmental Panel meratifikasi protokol ini, sedangkan
on Climate Change). Pada Bulan November kita ketahui bahwa negara industri
Tahun 1990, sebanyak 157 negara
mengadakan pertemuan di Genewa,
18
membahas tentang hal yang sama. Ida Bagus Wyasa Putra, Op. Cit, hal.22
17 19
Gas Rumah Kaca adalah “… thoses Menurut syarat persetujuan, protokol ini
gaseous constituens of the atmosphere, both mulai berlaku pada hari ke-90 setelah
natural and anthropogenic, that absorb and diratifikasi ole paling sedikit 55 negara
re-emit infrared radiation…” Pasal 1 pihak.
20
Paragraf 5 Konvensi Perubahan Iklim 1992 www.beritadunialingkungan.com
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 1 Januari-April 2013, ISSN 1978-5186

terbesar dalam pembuangan emisi Jepang adalah negara pertama


adalah Amerika Serikat dengan yang secara konkret mengusulkan
jumlah 36,1%. pembedaan target (differentiated
Amerika Serikat merupakan target) penurunan emisi untuk setiap
negara yang paling berpengaruh pada negara. Usul yang dimulai dengan
kebijakan yang dirancang target 5% ini dan kemudian
diperserikatan bangsa-bangsa, salah disesuaikan berdasarkan
satu contoh adalah hasil Protokol pertumbuhan ekonomi dan
Kyoto ini, dalam artian kalau semua penduduk, ternyata emisi global
kebijakan yang disepakati PBB hanya akan stabil pada tingkat emisi
menguntungkan Amerika Serikat pada Tahun 1990.
maka akan diratifikasinya namun bila Adanya taget penurunan emisi
kesepakatan tersebut merugikan ini, maka sasaran Protokol Kyoto
negaranya, maka akan ditolaknya. adalah :
Penolakan yang diajukan oleh a. Mengikat secara hukum (legally
Amerika Serikat merupakan salah binding).
satu dari penolakan beberapa negara b. Adanya periode komitmen
yang mempunyai komitmen, (commitmen period).
termasuk di antaranya beberapa c. Digunakannya jatah emisi
negara maju. (assigned amount) setiap pihak
Kenyataanya, yang membuat Annex 1.
negara-negara maju memberikan d. Diamasukannya enam jenis GRK
komitmen terhadap Protokol Kyoto (basket of gases).22
adalah usulan yang diajukan oleh Sukses diberlakukan, Protokol
Alliance of Small Island States (AOSIS) Kyoto diprediksi akan mengurangi
pada Tahun 1994 yang dikenal rata-rata pemanasan global antara
dengan nama Target Toronto. AOSIS 0,02°C dan 0,28°C pada Tahun
mengusulkan agar para pihak yang 2050. Hingga Februari Tahun 2005,
termasuk dalam Annex I Konvensi 141 negara telah meratifikasi
Perubahan Iklim menurunkan emisi protokol tersebut, termasuk Kanada,
CO2nya sebesar 20% pada Tahun Tiongkok, India, Jepang, Selandia
2005, sementara negara maju yang Baru, Rusia, 25 negara anggota Uni
mengajukan usulan adalah Jerman Eropa, serta Rumania dan Bulgaria.
pada tahun 1996 dengan target Tercapai Tujuan Protokol Kyoto ini,
sebesar 10% menjelang Tahun 2005 maka semua negara terus
dan 15% menjelang Tahun 2010. menciptakan teknologi yang ramah
Jerman telah mendapatkan lingkungan, terutama negara maju,
persetujuan dari anggota EU (Uni karena, negara maju yang banyak
Eropa) lainnya mengenai target mengeluarkan CO2 penyebab rumah
waktunya, tetapi persen penurunnya kaca.
Jerman sendiri. Setahun kemudian Mengedepankan Protokol
akhirnya EU menyepakati penurunan Kyoto, industri-industri stategis
emisi tiga macam gas (CO2, CH4, dan seperti industri migas, industri
N20) sebesar 7,5% pada Tahun 2005 transportasi, industri minyak dan gas
sampai Tahun 2010 dengan didorong untuk menggunakan energi
menggunakan Tahun 1999 sebagai alternatif yang ramah lingkungan,
tahun awal.21 artinya, sedapat mungkin
meninggalkan penggunaan migas
yang merupakan sumber utama emisi
21
Supriadi, Hukum Lingkungan gas karbon. 5 (lima) besar negara
Internasional, Penerbit Sinar Grafika, 2006,
22
hal. 71 ibid
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 1 Januari-April 2013, ISSN 1978-5186

penyumbang emisi GRK terbesar Dunia mengharapkan para


adalah 1) Amerika Serikat; 2. pemimpin negara-negara akan
Tiongkok; 3. Rusia; 4. India; dan 5. menyepakati butir-butir perundingan
Jepang yang menjadi landasan bagi
Sejumlah negara industri maju perundingan kesepakatan
seperti Amerika Serikat dan Australia pengurangan emisi di masa datang.
hingga kini belum menandatangi Hal ini diperlukan demi keselamatan
protokol ini. Mereka beranggapan, bumi dan seluruh isinya. Karena itu
kesepakatan ini akan mengancam Bali menjadi sorotan dunia pada
masa depan industi mereka, padahal Desember Tahun 2007.
AS tercatat sebagai salah satu negara Kesepakatan pasca Tahun 2012
penyumbang emis gas karbon dianggap sebagai yang terpenting
terbesar di dunia. COP13/CMP3 di Bali akan membahas
Indonesia telah meratifikasi banyak isu penting lain, diantaranya:
kedua kesepakatan iklim melalui 1. Dana dan Pelaksanaan Program
Undang-Undang No.6 Tahun 1994 Adaptasi Perubahan Iklim. Negara
tentang Pengesahan United Nations berkembang perlu melaksanakan
Framework Convention on Climate program adaptasi terhadap
Change (Konvensi Kerangka Kerja perubahan iklim dengan
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang mempersiapkan diri menghadapi
Perubahan Iklim) dan Undang- kemungkinan bencana seperti
Undang No. 17 Tahun 2004 tentang badai tropis, banjir, kekeringan,
Pengesahan Kyoto Protocol to The longsor, abrasi, erosi, dan
United Nations Framework Convention gangguan kesehatan akibat
on Climate Change (Protokol Kyoto perubahan iklim. Program
atas Konvensi Kerangka Kerja PBB tersebut memerlukan dana,
tentang Perubahan). Pemerintah sementara negara berkembang
Indonesia setelah meratifikasi juga masih dalam proses
Protokol Kyoto, kemudian menyusun melaksanakan pembangunan.
Rencana Aksi Nasional Mitigasi dan Karena itu, perlu dirundingkan
Adaptasi Perubahan Iklim, tetapi penyediaan dana tambahan oleh
seperti banyak UU lain di Indonesia, negara maju serta mekanisme
pelaksanaan kedua UU ini juga yang adil untuk mengakses dana
lemah.23 tersebut.
Bali menjadi tempat Konferensi 2. Pengurangan Emisi dari
Para Pihak atau COP 13 UNFCCC dan Kerusakan Hutan di Negara
pertemuan para pihak atau meeting of Berkembang/ Reducing Emission
the Parties (MOP) ke-3 Protokol Kyoto from Deforestation in Developing
(disingkat COP13/CMP3). Konferensi Country (REDD).
ini amat penting karena diharapkan 3. Selama ini, upaya pelestarian
menghasilkan semacam Bali Mandate hutan tidak diperhitungkan
yang menjadi pedoman bagi sebagai upaya mengurangi emisi,
pembahasan mengenai pengurangan tetapi perusakan hutan, terutama
emisi GRK di masa mendatang karena melalui kebakaran, dihitung
kesepakatan pengurangan emisi sebagai peningkatan emisi.
periode pertama dalam Protokol Karena itu diperlukan pengaturan
Kyoto akan berakhir pada Tahun yang lebih adil bagi negara-negara
2012. yang kaya hutan dalam
memperhitungkan sumberdaya
hutan sebagai aset untuk mitigasi
23
www.rki.kbs.co.kr/indonesian/news/news_ emisi GRK. Beberapa hal penting
issue_detail.com adalah:
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 1 Januari-April 2013, ISSN 1978-5186

a. Memasukkan AD (Avoided terikat secara hukum untuk


Deforestation atau pencegahan melaksanakan ketentuan di
kerusakan hutan) agar dalamnya.25
dipertimbangkan sebagai Pasal 3 Konvensi Perubahan
program pengurangan emisi. Iklim mencantumkan Prinsip-prinsip
b. Mekanisme pendanaan oleh dasar, yaitu:
pasar (dibiayai oleh swasta) 1. Kesetaraan (Equity). Iklim global
dan non-pasar (dibiayai dan sistem iklim dimiliki secara
pemerintah) adil dan setara oleh semua umat
c. Pengelolaan Hutan manusia, termasuk generasi
Berkelanjutan/ Sustainable mendatang.
Forest Management (SFM) 2. Tanggung jawab bersama tapi
baik pada hutan buatan berbeda (Common but
maupun hutan alami, dan differentiated responsibilities).
rehabilitasi lahan melalui Semua negara pihak mempunyai
aforestasi dan reforestasi agar tanggung jawab yang sama namun
diperhitungkan sebagai dalam tingkat yang berbeda dalam
program pengurangan emisi. hal target pengurangan emisi gas
4. Transfer Teknologi rumah kaca. Sampai sekarang
Negara maju berkewajiban sebagian besar emisi dihasilkan
melaksanakan alih teknologi yang negara maju, dan mempunyai
ramah lingkungan kepada negara kemampuan paling besar untuk
berkembang sesuai ketentuan mengurangi emisi GRK, maka
dalam kedua kesepakatan iklim mereka harus mengambil porsi
ini. Namun hal itu belum tanggung jawab paling besar dalam
diwujudkan sama sekali. Bila menangani perubahan iklim.
negara berkembang diminta 3. Tindakan kehati-hatian
berpartisipasi dalam pengurangan (Precautionary measure). Apabila
emisi GRK, maka salah satu alat ada ancaman kerusakan yang
penting adalah teknologi yang serius, ketiadaan kepastian ilmiah
dikuasai oleh perusahaan tidak boleh digunakan sebagai
perusahaan besar di negara maju. alasan untuk menunda tindakan
Tanpa alih teknologi negara pencegahan. Dunia tidak bisa
berkembang akan kesulitan menunggu hasil kajian ilmiah yang
melaksanakan kewajibannya mutlak tanpa melakukan sesuatu
sesuai kesepakatan iklim.24 untuk mencegah dampak
pemanasan global lebih lanjut.
2.2. Tanggung Jawab Negara 4. Pembangunan Berkelanjutan.
Terhadap Pemanasan Global Meski secara mendasar prinsip
Perbedaan antara konvensi dan pembangunan berkelanjutan ini
protokol adalah, Konvensi seperti masih dalam perdebatan, namun
undang-undang dan Protokol adalah dapat digambarkan sebagai
penjabaran langkah-langkah lebih ”Pembangunan yang memenuhi
rinci dan spesifik untuk mencapai kebutuhan saat ini tanpa
tujuan dari undang-undang layaknya mengurangi kemampuan generasi
sebuah peraturan pemerintah. jadi mendatang untuk memenuhi
Protokol Kyoto adalah penjabaran kebutuhan mereka pula”. Semua
sebagian ketentuan dalam Konvensi negara mempunyai hak dan
Perubahan Iklim. Negara yang kewajiban untuk melaksanakan
meratifikasi sebuah protokol akan pembangunan berkelanjutan.
24 25
www.walhibali.org. www.untreaty.un.org
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 1 Januari-April 2013, ISSN 1978-5186

Perwujudan dari konvensi pengurangan emisi GRK-nya melalui


tersebut Protokol Kyoto menyatakan kerjasama dengan negara lain baik
bahwa negara Annex 1 pada Konvensi berupa investasi dalam emission
Perubahan Iklim harus mengurangi reduction project maupun carbon
emisi melalui kebijakan dan langkah- trading.
langkah di dalam negeri, antara lain Dibawah Protokol Kyoto,
meningkatkan efisiensi penggunaan negara-negara industri diharuskan
energi, perlindungan perosot menurunkan emisi GRK minimal 5%
(peresap) GRK, teknologi yang ramah dari tingkat emisi Tahun 1990, selama
iklim dsb. Tahun 2008-2012. CDM adalah satu-
Cara untuk memudahkan satunya mekanisme dibawah Protokol
negara maju memenuhi sasaran Kyoto, yang menawarkan win-win
penurunan Emisi, Protokol Kyoto juga solution antara negara maju dengan
mengatur mekanisme fleksibel, yakni: negara berkembang dalam rangka
1. Implementasi Bersama (Joint pengurangan emisi GRK, dimana
Implementation); negara maju menanamkan modalnya
2. Perdagangan Emisi (Emission di negara berkembang dalam proyek-
Trading); proyek yang dapat menghasilkan
3. Mekanisme Pembangunan Bersih pengurangan emisi GRK, dengan
(Clean Development Mechanism– imbalan CER (Certified Emission
CDM) Reductions).
Tiga Mekanisme tersebut diatas
Mekanisme Pembangunan Bersih III. Simpulan
(Clean Development Mechanism–CDM) Tanggung Jawab Negara
merupakan mekanisme yang paling Terhadap Pemanasan Global, Negara
efektif sebagai perwujudan dari maju dan Negara berkembang
prototokol Kyoto tersebut, disisi lain memanggul Tanggung Jawab Berbeda,
CDM adalah mekanisme dibawah Artinya Semua negara pihak
Kyoto Protocol/UNFCCC, yang mempunyai tanggung jawab yang
dimaksudkan untuk : sama namun dalam tingkat yang
a. Membantu negara maju/industri berbeda dalam hal target
memenuhi sebagian kewajibannya pengurangan emisi gas rumah kaca.
menurunkan emisi GHGs; Perbedaan tanggungjawab tersebut,
b. Membantu negara berkembang berdasarkan hal target pengurangan
dalam upaya menuju emisi gas rumah kaca dan keadaan
pembangunan berkelanjutan dan ekonomi masing-masing negara.
kontribusi terhadap pencapaian Dalam kenyataan, terlihat aspek
tujuan Konvensi Perubahan Iklim ketidak adilan dalam penerapan
(UNFCCC). Prinsip Tanggungjawab negara dalam
Beberapa tahun setelah pelaksanaan Protokol Kyoto, karena
Konvensi Perubahan Iklim (UNFCCC) negara maju sebagai penghasil
ditanda-tangani pada tahun 1992, sebagian besar emisi dan mempunyai
upaya nyata pengurangan emisi GRK kemampuan paling besar untuk
(GHGs), sebagai akibat aktifitas mengurangi emisi GRK, tetapi mereka
manusia belum dapat ditunjukkan. mengambil porsi tanggungjawab yang
Pada Conference of the Parties (COP)-3 tidak sesuai dalam menangani
tahun 1997 di Kyoto dicetuskanlah perubahan iklim.
suatu protokol yang menawarkan Pelaksanaan Undang-undang
flexibility mecanism, yang Nomor 6 Tahun 1994 tentang
memungkinkan negara-negara Pengesahan United Nations framework
industri memenuhi kewajiban Convention on Climate Change dan
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 1 Januari-April 2013, ISSN 1978-5186

Undang-Undang No. 17 Tahun 2004 Kyoto Protocol to the United Nations


Tentang Pengesahan Kyoto Protocol Framework Convention on
To The United Nation Framework Climate Change 1997 (Protokol
Convention On Climate Change, seperti Kyoto mengenai Konvensi
undang-undang lain di Indonesia, Rangka Kerja PBB tentang
pelaksanaan kedua undang-undang Perubahan Iklim)
ini juga lemah. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994
tentang Pengesahan United
Daftar Pustaka Nations framework Convention
on Climate Change
Murdiyarso Daniel, 2003, Protokol
Undang-Undang Nomor 17 Tahun
Kyoto, Implikasinya bagi Negara
2004 Tentang Pengesahan
Berkembang, Penerbit Buku
Kyoto Protocol To The United
Kompas, Jakarta.
Nation Framework Convention
Soemarwoto Otto, 2001, Atur Diri
On Climate Change
Sendiri : Paradigma Baru
www.sihar dejournal.wordpress.com
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
www.physics.ius.indiana.edu.com
Pembangunan Ramah
www.rki.kbs.co.kr/indonesian/news/n
Lingkungan : Berpihak Pada
ews_issue_detail.com
Rakyat, Ekonomis dan
www.walhibali.org
Berkelanjutan, Gajah Mada
www.Iklimkarbon.com
University Press, Jakarta.
www.untreaty.un.org
Supriadi, 2006. Hukum Lingkungan
www.cdmasean.pelangi.or.id
Internasional, Jakarta Penerbit
www.huk-ling.org.
Sinar Grafika.
Susanta Getut dan Sutjahjo Hari ,
2007, Akankah Indonesia
Tenggelam Akibat Pemanasan
Global? Jakarta, Penebar Plus.
Wyasa Putra Ida Bagus, 2003, Hukum
Lingkungan Internasional,
Perspektif Bisnis Intenasional,
Refika Aditama, Bandung.
Yakin Addinul, 2002, Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan,
Teori dan Kebijaksanaan
Pembangunan Berkelanjutan
Akademika Pressindo, Jakarta
Resolusi Majelis Umum PBB 2398
(XXIII) tentang United Nations
Conference on the Human
Environment
Declaration of the United Nations
Conference on the Human
Environtment 1972
Vienna Convention for the Protection of
the Ozone Layer 1985
United Nation Framework on
Confention Climate Change 1992
– UNFCCC (Konvensi Kerangka
kerja PBB tentang Perubahan
Iklim ).

Anda mungkin juga menyukai