Anda di halaman 1dari 4

KUNCI JAWABAN PART 11

51. A
Dari pilihan tersebut yang bukan tindak pidana prioritas adalah penganiayaan dan penyiksaan
ringan. Tindak pidana tertentu tersebut di atas yakni tindak pidana pelanggaran hak asasi
manusia yang berat, tindak pidana korupsi, tindak pidana pencucian uang, tindak pidana
terorisme, tindak pidana perdagangan orang, tindak pidana narkotika, tindak pidana
psikotropika, tindak pidana seksual terhadap anak, dan tindak pidana lain yang mengakibatkan
posisi Saksi dan/atau Korban dihadapkan pada situasi yang sangat membahayakan jiwanya.
52. D
Dalam Pasal 54 UU Kekuasaan Kehakiman pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara
perdata dilakukan oleh panitera dan juru sita. Jangka waktu pelaksanaan putusan secara
sukarela oleh pihak yang dikalahkan tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan. Jika
putusan tidak dilaksanakan, pihak yang menang dapat memaksakan pelaksanaan eksekusi
dengan mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan.
53. C
Permohonan yang dapat dimohonkan yaitu rehabilitasi. Rehabilitasi merupakan suatu bentuk
nyata pemerintah dalam memberikan perlindungan terhadap hak asasi terpidana dalam
membela hak-haknya yang telah dirampas secara tidak adil.
54. D
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 termasuk dalam badan peradilan tata
usaha negara. Surat Ketetapan Pajak (SKP) memenuhi unsur-unsur sebagai Keputusan Tata
Usaha Negara (KTUN) sesuai dengan Undang-Undang Administrasi Pemerintahan sehingga bisa
sebagai objek sengketa Tata Usaha Negara (TUN). Pengadilan pajak merupakan pengadilan
khusus dari pengadilan TUN. 
55. E
Upaya penanggulangan kejahatan dikemukakan oleh Barda Nawawi Arief. Dalam kenyataannya
Sistem Peradilan Pidana Indonesia ternyata lebih banyak perhatiannya kepada si “pelaku”
dibandingkan dengan kepentingan atau pelayanan terhadap si “korban”. Padahal seharusnya
tidak demikian, karena korban memiliki peranan yang besar dalam mengatur sistem peradilan
serta merupakan pihak yang paling dirugikan, dan oleh karena itu tentunya sangat
membutuhkan perhatian dan pelayanan yang memadai.
56. B
Menurut Mochtar Kusumaatmadja yang merupakan subjek hukum internasional adalah negara,
takhta suci, palang merah internasional, organisasi internasional, orang perorangan,
pemberontak dan pihak dalam sengketa. Dalam pilihan jawaban tersebut yang termasuk dalam
subjek hukum internasional adalah Takhta Suci. 
57. D
Salah satu peran serta masyarakat memiliki hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari
informasi dugaan tindak pidana korupsi. Sesuai dengan amanah Undang-undang No. 31 Tahun
1999 jo Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Pada pasal 41 menyebutkan bahwa masyarakat dapat berperan serta membantu
upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.
58. C
Diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran
Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. 

59. B
Menurut Pasal 1381 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau KUHPerdata maka cara
hapusnya perikat sebagai berikut.
1. Pembayaran
2. Penawaran pembayaran diikuti dengan penyimpanan/konsinyasi
3. Novasi atau pembaharuan utang
4. Perjumpaan utang/kompensasi
5. Konfisio atau percampuran utang
6. Pembebasan utang
7. Musnahnya barang terutang
8. Kebatalan dan perjanjian
9. Berlakunya syarat batal
10. Lewatnya waktu/daluwarsa
Dari pilihan tersebut yang bukan cara hapusnya perjanjian yaitu permintaan pembayaran

60. B
Dalam UU Kepaniteraan, yang termasuk tugas panitera adalah membuat program kerja, baik
program jangka pendek maupun jangka panjang, terkait pelaksanaan dan
pengorganisasiannya. Sebagaimana tersebut dalam pasal Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006
tentang Perubahan atas undang-undang nomor 70 tahun 1989 Peradilan Agama. Secara umum,
Panitera sebagai pelaksana administrasi pengadilan mempunyai 3 macam tugas, yaitu :
Pelaksana Administrasi Perkara, Pendamping Hakim dalam persidangan dan Pelaksana
Putusan/Penetapan Pengadilan serta tugas-tugas Kejurusitaan lainnya. Sebagai pelaksana
administrasi perkara, Panitera berkewajiban mengatur tugas dari para pembantunya, yakni Wakil
Panitera dan Panitera Muda
61. C
UU Nomor 31 Tahun 1997 mengatur mengenai peradilan militer. Peradilan militer merupakan
pelaksana kekuasaan kehakiman di lingkungan Angkatan Bersenjata untuk menegakkan hukum
dan keadilan dengan memperhatikan kepentingan penyelenggaraan pertahanan keamanan
negara.
62. C
Keadilan yang terjadi adalah keadilan distributif, dimana keadilan berdasarkan hak
proporsionalitas. Keadilan distributif, yaitu perlakuan kepada seseorang sesuai dengan jasa-jasa
yang sudah dilakukan.
63. C
Dispensasi adalah tindakan pemerintah yang menyebabkan suatu peraturan
perundang-undangan menjadi tidak berlaku bagi sesuatu hal yang istimewa. Dispensasi ialah
keputusan administrasi negara yang membebaskan suatu perbuatan dari kekuasaan peraturan
yang menolak perbuatan tersebut. Keputusan Tata Usaha Negara dapat
berupa dispensasi (dispensatie), ijin (vergunning), lisensi (licentie), dan konsesi (concessie).
64. A
Termasuk dalam ketentuan perundang-undangan yaitu KUHPerdata. Menurut Pasal
1313 KUHPerdata, pengertian perjanjian sendiri adalah suatu perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 

65. E
Keadilan yang dimaksud adalah keadilan vindikatif atau dikenal dengan justicia
vindicativa. Keadilan vindikatif adalah keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang
hukuman atau benda sebanding pelanggaran atau kejahatan yang dilakukannya.
Setiap warga masyarakat berkewajiban untuk turut serta tujuan hidup bermasyarakat, yaitu
kedamaian dan kesejahteraan bersama. Apabila seseorang berusaha mewujudkan, maka ia
bersikap adil. Tetapi sebaliknya, bila seorang justru mempersulit atau menghalangi terwujudnya
tujuan bersama tersebut, maka ia patut menerima sanksi sebanding dengan pelanggaran atau
kejahatan yang dilakukannya.
66. D
Pengertian tersebut merupakan pengertian yang diungkapkan oleh De La Bascecoir Anan. Selain
itu ia juga mengungkapkan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah himpunan
peraturan-peraturan tertentu yang menjadi sebab Negara bekerja/ bereaksi dan
peraturan-peraturan itu mengatur hubungan antara warga Negara dengan pemerintah.
67. E
Sumber hukum berdasarkan tempat berlakunya kecuali hukum negatif. Istilah hukum negatif itu
tidak pernah ada dan tidak pernah atau jarang yang nyebut juga. Tapi untuk memudahkan
pemahaman, kita menggunakan teori Hukum Kebalikan. Kalau pengertian hukum
positif itu hukum yang berlaku di tempat dan waktu tertentu, maka pengertian hukum negatif itu
adalah hukum yang tidak berlaku. Sehingga tidak mungkin hukum negatif menjadi bagian dari
sumber hukum berdasarkan tempat berlakunya. 
68. A
Unsur esensial adalah unsur yang harus ada dan merupakan hal pokok dalam suatu perjanjian ,
sehingga tanpa hal pokok tersebut perjanjian menjadi tidak sah dan tidak mengikat para pihak
yang dibuat. Sebagai contoh, tidak esensialia pada perjanjian jual beli adalah adanya barang
dan harga .
69. A
Yang bukan termasuk sanksi hukum administrasi yaitu pengenaan eksekusi hukuman oleh
penegak hukum. 
Sanksi administrasi/administratif, adalah sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran
administrasi atau ketentuan undang-undang yang bersifat administratif. Pada umumnya sanksi
administrasi/administratif berupa;
1. denda (misalnya yang diatur dalam PP No. 28 Tahun 2008),
2. pembekuan hingga pencabutan sertifikat dan/atau izin (misalnya yang diatur
dalam Permenhub No. KM 26 Tahun 2009),
3. penghentian sementara pelayanan administrasi hingga pengurangan jatah produksi (misalnya
yang diatur dalam Permenhut No. P.39/MENHUT-II/2008 Tahun 2008),
4. tindakan administratif (misalnya yang diatur dalam Keputusan KPPU No.
252/KPPU/KEP/VII/2008 Tahun 2008).
70. C
Berdasarkan pengertian tersebut termasuk asas diskresi. Dalam undang-undang pengertian
diskresi berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintah, adalah keputusan dan/atau tindakan yang ditetapkan dan/atau
dilakukan oleh Pejabat Pemerintah untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam
penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan perundang-undangan yang memberikan
pilihan, tidak mengatur, tidak atau tidak lengkap, dan/atau tidak adanya stagnasi pemerintahan.
71. D
Alasan Tap MPR dimasukkan dalam hierarki peraturan perundang-undangan adalah karena TAP
MPR masih sering digunakan dalam praktik pemerintahan. Dikeluarkannya Ketetapan MPR/S
pada UU No. 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
pertimbangannya adalah untuk menjaga konsistensi peraturan perundang-undangan yang
mengatur penggunaan ketentuan “Peraturan”. Hal ini timbul agar tidak lagi terjadi atau masalah
mengenai istilah “keputusan” yang menentukan atau menetapkan penetapan. Sehingga
Ketetapan MPR/S tidak tercantum dalam hierarki Peraturan
Perundang-undangan. Dicantumkannya kembali Ketetapan MPR/S di dalam hierarki peraturan
perundang-undangan menurut Undang-undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan, sebagai wujud untuk memberikan jaminan kepastian terhadap
Ketetapan MPR/S yang bersifat mengatur (regeling ) yang masih berlaku, serta sebagai wujud
untuk memperkuat Undang-undang yang berlandaskan pada ketetapan MPR/S.
72. B
Pasal 24A ayat (1) UUD NRI 1945 menyatakan lembaga yang memiliki kewenangan tersebut
adalah Mahkamah Agung. MA dan MK sama-sama memiliki kewenangan judicial review, namun
objeknya berbeda. MA berwenang menguji peraturan perundang-undangan di bawah
undang-undang terhadap undang-undang, sementara MK berwenang menguji undang-undang
terhadap UUD NRI Tahun 1945.
73. A
Kedudukan yurisprudensi di Indonesia hanya sebagai pelengkap dan tidak wajib diikuti oleh
hakim PN maupun hakim PT karena civil law system yang dianut Indonesia. Yurisprudensi
merupakan salah satu sumber hukum yang penting dalam tradisi civil law. Setiap diskursus
tentang yurisprudensi dalam tradisi civil law mengisyaratkan bahwa tradisi civil law mengakui
hukum selain yang tertuang dalam bentuk undang-undang, juga terdapat hukum yang
bersumber dari hukum hakim (judge made law) (rechtstersrecht) yang lebih dikenal dengan nama
yurisprudensi (jurisprudentierecht).
74. B
Pasal 39 UU No 48 Tahun 2009 Kekuasaan Kehakiman menyebutkan bahwa pengawasan
tertinggi dimiliki oleh Mahkamah Agung. Hal ini bertujuan agar peradilan yang dilakukan
Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan seksama dan wajar dengan berpedoman pada
azas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan Hakim
dalam memeriksa dan memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan
Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970).
75. B
Dalam PP Nomor 43 Tahun 2018 lencana penghargaan bertuliskan Anti Korupsi. Lencana
penghargaan tersebut terbuat dari logam perunggu dan logo garuda dicetak dengan tinta emas. 

Anda mungkin juga menyukai