Anda di halaman 1dari 17

TUGAS 12

PEMBELAJARAN PKN SD II

TENTANG

“PENILAIAN”

Disusun Oleh :

Nurul Fhadillah

18129074

18 BKT 11

Dosen Pembimbing : Dra. Reinita M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGRI PADANG

2020
1. Pengertian Penilaian
Menurut Zainul dan Nasution (dalam Marito, 2012) mengartikan penilaian
adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi
yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun
non tes. Mardapi (dalam Marito, 2012) berpendapat bahwa penilaian adalah kegiatan
menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut Cangelosi (dalam
Marito, 2012) “penilaian adalah keputusan tentang nilai”. Rahmat dan Suherdi (2001:
13) mengemukakan bahwa penilaian adalah kegiatan pembuatan keputusan mengenai
derajat keberhasilan belajar masing-masing siswa dan keberhasilan siswa dalam kelas
tersebut secara keseluruhan, serta keberhasilan guru dalam mengajar. Sedangkan
Sudrajat (dalam Marito, 2012) berpendapat bahwa penilaian (assessment) adalah
penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian
kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik.
Menurut Akhmat Sudrajat penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai
cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang
sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian
kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil
atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif
(pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran
berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut secara
khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui
kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan
umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas.
Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan
pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran
itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran,
kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan
kurikukulum itu sendiri.
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian belajar peserta didik
dilakukan oleh pendidik yang meliputi aspek: sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Penilaian sikap dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh informasi deskriptif
mengenai perilaku peserta didik. Penilaian pengetahuan dilakukan untuk mengukur
penguasaan pengetahuan peserta didik, sedangkan penilaian keterampilan dilakukan
untuk mengukur kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dalam
melakukan tugas tertentu. Penilaian hasil belajar oleh pendidik i n i bertujuan untuk
memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar
peserta didik secara berkesinambungan

2. Pengertian Penilaian Pendidikan


Penilaian pendidikan menurut Marito (2012) adalah proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
Maulana (2009) berpendapat bahwa penilaian pendidikan merupakan suatu proses
penentuan nilai atau keputusan dalam bidang pendidikan atau segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan bidang pendidikan. Penentuan keputusan itu didahului dengan
kegiatan pengumpulan data atau informasi sehingga seorang pimpinan dapat
menyusun auatu kebijakan terhadap suatu program yang sedang dikembangkan atau
yang sedang dilaksanakan. Setiap orang yang terlibat dalam pendidikan,
bagaimanapun macam dan ruang lingkup keputusan pendidikan itu, keputusan
tersebut memerlukan informasi yang lengkap dan tepat. Informasi semacam ini akan
diperoleh melalui penilaian.

3. Kegunaan Penilaian
a. Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran yang dikelola guru;
b. Untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran;
c. Untuk memberikan umpan balik bagi siswa dan guru;
d. Sebagai pertimbangan bagi lembaga dan pemerintah untuk mengambil kebijakan
tentang pendidikan;
e. Untuk evaluasi diri guru dan sekolah dalam mengelola pembelajaran.

4. Fungsi Penilaian
Fungsi penilaian pada akhir satuan pelajaran itu ditekankan kepada perbaikan
proses belajar mengajar yang diselenggarakan berdasarkan satuan pelajaran tersebut.
Penilaian pada akhir program pengajaran mempunyai fungsi yang berlainan.
Fungsinya ditekankan pada penentuan keberhasilan belajar setiap murid. Penentuan
semacam itu biasanya dilakukan untuk keperluan pemberian nilai rapor, penentuan
kenaikan kelas, seleksi dan sebagainya.
Penilaian pada akhir program pengajaran ini tidak lagi berfungsi untuk
memperbaiki proses belajar mengajar karena pada akhir program pengajaran itu guru
telah berkali-kali melakukan penilaian formatif pada setiap akhir satuan pelajaran.
Penilaian dilakukan untuk menentukan nilai, atau kenaikan kelas, atau seleksi ini juga
merupakan penilaian sumatif.
Fungsi penilaian dalam proses pembelajaran :
1. Sebagai bahan diagnosis dan pengembangan
Hasil penilaian dapat digunakan sebagai dasar mendiagnosis kelemahan dan
keunggulan siswa, serta hambatan yang menyertainya. Hasil ini juga dapat
digunakan sebagai bahan pengembangan kualitas pembelajaran siswa.
2. Sebagai bahan seleksi
Hasil penilaian dapat digunakan sebagai dasar seleksi penempatan siswa
menurut jenis jurusan atau jabatannya.
3. Sebagai bahan pertimbangan kenaikan kelas
Hasil penilaian dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan apakah siswa
yang bersangkutan dapat naik kelas atau tidak. Wujudnya adalah nilai atau
skor dalam rapor siswa.
4. Sebagai bahan pertimbangan untuk penempatan
Hasil penilaian dapat digunakan sebagai dasar seleksi penempatan siswa
berdasarkan kemampuan yang mereka miliki.
Secara lebih rinci, Purwanto (dalam Arifin, 2012) mengelompokkan fungsi
penilaian dalam kegiatan evaluasi atau penilaian pendidikan dan pengajaran, yakni:
(1) untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah
mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu, (2) untuk
mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran. Pengajaran sebagai suatu
sistem terdiri dari beberapa komponen yang saling berkaitan satu sama lain.
Komponen-kompenen yang dimaksud adalah: tujuan, materi atau bahan pengajaran,
metode dan kegiatan belajar mengajar, alat dan sumber pelajaran, dan prosedur serta
alat evaluasi, (3) untuk keperluan Bimbingan Konseling (BK). Hasil-hasil penilaian
dalam kegiatan evaluasi yang telah dilaksanakan oleh guru terhadap siswanya dapat
dijadikan sumber informasi atau data bagi pelayanan BK oleh para konselor sekolah
atau guru pembimbing lainnya, seperti halnya: (a) untuk Membuat diagnosis
mengenai kelemahan-kelemahan dan kekuatan atau kemampuan siswa, (b) untuk
mengetahui dalam hal-hal apa seseorang atau sekelompok siswa memerlukan
pelayanan remedial, (c) sebagai dasar dalam menangani kasus-kasus tertentu diantara
siswa, (d) sebagai acuan dalam melayani kebutuhan-kebutuhan siswa dalam rangka
bimbingan karir, serta (4) untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum
sekolah yang bersangkutan.

5. Prinsip-Prinsip Penilaian Berbasis HOTS


Kesiapan peserta didik bersaing di era 4.0 sesuai implementasi kurikulum
yang diterapkan, itu merupakan tugas guru untuk membantu proses menganalisis,
berpikir kritis, dan mengatasi suatu permasalahan, biasa disebut berpikir tingkat tinggi
pada peserta didik (Harususilo, 2018). Sternberg & Lubart (dalam Helmawati 2019:
133) menyatakan bahwa Higher Order Thingking Skills menghubungkan temuan
masalah untuk direncanakan dna dikembangkan masalah tersebut guna mencari
penyelesaian permasalahan itu.
HOTS melatih peserta didik berpikir kritis dan kreatif supaya dapat bertahan
dalam menghadapi tantangan global saat ini, sehingga mampu berkembang dan
menjadi manusia yang berkualitas (Badjeber et al., 2018: 38). Indikator HOTS
meliputi berpikir kritis dan berpikir kreatif (Helmawati, 2019: 140). Kemampuan
peserta didik dalam berpikir kritis dengan cara menggunakan logika dan kemampuan
bernalar untuk menyelesaikan suatu masalah dan mengambil suatu keputusan
sedangkan kemampuan peserta didik dalam berpikir kreatif yaitu dengan menciptakan
suatu ide, gagasan, dan konsep yang belum ada (Ibrahim, 2011: 125).
Salah satu keterampilan yang perlu dikembangkan guru saat ini adalah
menyusun soal berbasis HOTS. Berhasil tidaknya siswa dalam memahami materi
dapat diketahui dari aspek pengetahuan dengan menggunakan instrumen penilaian
yang diambil dari buku pegangan maupun dari berbagai soal yang ada baik berupa
soal uraian atau soal pilihan ganda (Budiman & Jailani, 2014: 141). Meningkatkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik dapat diberikan melalui stimulus
soal berbasis HOTS (Istiyono, Mardapi, & Suparno, 2014: 3). Keterampilan peserta
didik dalam mengerjakan dan dan menjawab soal dengan proses penalaran, dapat
menyelesaikan masalah, menganalisis, merefleksi dan berpendapat merupakan upaya
dari pengembangan instrumen penilaian berbasis HOTS (Awaliyah, 2018: 47).
Ditinjau dari dimensi belajar maka belajar mencakup ranah sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Oleh karena itu guru harus mengembangkan pembelajaran yang
mencakup semua ranah tersebut mulai dari perencanaan, pelaksanaan maupun
penilaiannya.
a. Penilaian Sikap
Penilaian sikap pada pembelajaran yang berorientasi HOTS tidaklah
merubah konsep penilaian sikap pada Kurikulum 2013 yang telah
dipahami oleh guru selama ini. Pada penilaian sikap diasumsikan bahwa
setiap peserta didik memiliki perilaku yang baik. Perilaku menonjol
(sangat baik atau perlu bimbingan) yang dijumpai selama proses
pembelajaran dapat ditulis dalam bentuk jurnal atau catatan pendidik.
Penilaian sikap mengacu pada dua aspek kompetensi sikap yaitu:
1) Sikap spiritual mengacu pada Kompetensi Inti-1: Menghargai dan
menghayati ajaran agama yang dianutnya
2) Sikap sosial mengacu pada Kompetensi Inti-2: menghargai dan
menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya. Komponen sikap spiritual dan sikap
sosial yang akan dikembangkan juga dikaitkan dengan Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) yang meliputi: religiositas,
nasionalisme, integritas, kemandirian, dan gotong royong
Penilaian sikap dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran
yang dirancang dari KD yang berasal dari KI-3 dan KI-4 yang
berpasangan. Misalnya, penilaian kegiatan pembelajaran mengamati
gambar. Pada kegiatan tersebut, guru dapat melakukan penilaian sikap
ketika siswa mengamati gambar. Sikap yang dinilai misalnya karakter
mandiri yaitu sub karakter kerja keras, kreatif, disiplin, dan berani. Teknik
penilaian sikap pada Kurikulum 2013 meliputi: observasi, wawancara,
catatan anekdot (anecdotal record), catatan kejadian tertentu (incidental
record) sebagai unsur penilaian utama. Hasil observasi guru terhadap sikap
siswa yang menonjol (positif maupun negatif) saat pembelajaran dicatat
dalam jurnal harian. Pengamatan sikap dilakukan oleh guru pada saat
pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada berpikir tingkat tinggi.
b. Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan dan keterampilan dapat dilakukan secara
terpisah maupun terpadu. Pada dasarnya, pada saat penilaian keterampilan
dilakukan, secara langsung penilaian pengetahuan pun dapat dilakukan.
Penilaian pengetahuan dan keterampilan harus mengacu kepada pemetaan
kompetensi dasar yang berasal dari KI-3 dan KI-4 pada periode tertentu.
Penilaian pengetahuan (KD dari KI-3) dilakukan dengan cara mengukur
penguasaan peserta didik yang mencakup dimensi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural dan metakognitif dalam berbagai tingkatan proses
berpikir.
Prosedur penilaian pengetahuan dimulai dari penyusunan perencanaan,
pengembangan instrumen penilaian, pelaksanaan penilaian, pengolahan,
dan pelaporan, serta pemanfaatan hasil penilaian. Teknik penilaian
pengetahuan menggunakan tes tertulis, lisan, dan penugasan. Penilaian
hasil belajar diharapkan dapat membantu peserta didik untuk
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking
Skills/HOTS), karena berpikir tingkat tinggi dapat mendorong peserta
didik untuk berpikir secara luas dan mendalam tentang materi pelajaran.
1) Pengertian HOTS
Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang
digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi,
yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall),
menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan
pengolahan (recite). Soal-soal HOTS pada konteks asesmen
mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya,
2) memproses dan menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari
berbagai informasi yang berbeda-beda, 4) menggunakan informasi
untuk menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah ide dan informasi
secara kritis.
Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak
berarti soal yang lebih sulit daripada soal recall. Dilihat dari
dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi
metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual,
atau prosedural saja. Dimensi metakognitif menggambarkan
kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda,
menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving),
memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery)
metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan
yang tepat.
Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana
yang telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001),
terdiri atas kemampuan: mengetahui (knowing-C1), memahami
(understanding-C2), menerapkan (aplyingC3), menganalisis
(analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi
(creating-C6). Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur
kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4),
mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6).
Pada pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk
merumuskan indikator soal HOTS, hendaknya tidak terjebak pada
pengelompokkan KKO. Sebagai contoh kata kerja “menentukan‟
pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3. Dalam konteks
penulisan soal-soal HOTS, kata kerja “menentukan‟ bisa jadi ada
pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila untuk menentukan
keputusan didahului dengan proses berpikir menganalisis informasi
yang disajikan pada stimulus lalu peserta didik diminta
menentukan keputusan yang terbaik. Bahkan kata kerja
“menentukan‟ bisa digolongkan C6 (mengkreasi) bila pertanyaan
menuntut kemampuan menyusun strategi pemecahan masalah baru.
Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh
proses berpikir apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan
yang diberikan.
2) Karakteristik
Soal-soal HOTS sangat direkomendasikan untuk digunakan
pada berbagai bentuk penilaian kelas dan Ujian Sekolah. Untuk
menginspirasi guru menyusun soal-soal HOTS di tingkat satuan
pendidikan, berikut ini dipaparkan karakteristik soal-soal HOTS
a) Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
Kemampuan berpikir tingkat tinggi bukanlah kemampuan
untuk mengingat, mengetahui, atau mengulang. Dengan
demikian, jawaban soal-soal HOTS tidak tersurat secara
eksplisit dalam stimulus. Kemampuan berpikir tingkat tinggi
termasuk kemampuan untuk memecahkan masalah (problem
solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking),
berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen
(reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision
making). Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan salah
satu kompetensi penting dalam dunia modern, sehingga wajib
dimiliki oleh setiap peserta didik.
b) Berbasis permasalahan kontekstual
Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi
nyata dalam kehidupan sehari-hari, di mana peserta didik
diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di
kelas untuk menyelesaikan masalah.
Permasalahan kontekstual yang dihadapi oleh masyarakat
dunia saat ini terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan,
kebumian dan ruang angkasa, serta pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan.
Dalam pengertian tersebut termasuk pula bagaimana
keterampilan peserta didik untuk menghubungkan (relate),
menginterpretasikan (interprete), menerapkan (apply) dan
mengintegrasikan (integrate) ilmu pengetahuan dalam
pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan permasalahan
dalam konteks nyata.
c) Menggunakan bentuk soal beragam
Bentuk-bentuk soal yang beragam dalam sebuah perangkat
tes (soal-soal HOTS), bertujuan agar dapat memberikan
informasi yang lebih rinci dan menyeluruh tentang
kemampuan peserta tes. Hal ini penting diperhatikan oleh guru
agar penilaian yang dilakukan dapat menjamin prinsip
objektif. kemampuan peserta didik sesuai dengan keadaan
yang sesungguhnya. Penilaian yang dilakukan secara objektif,
dapat menjamin akuntabilitas penilaian.
Terdapat beberapa alternatif bentuk soal yang dapat
digunakan untuk menulis butir soal HOTS diantaranya pilihan
ganda dan uraian Pilihan ganda kompleks (benar/salah, atau
ya/tidak)
1. Soal bentuk pilihan ganda kompleks
bertujuan untuk menguji pemahaman peserta didik
terhadap suatu masalah secara komprehensif yang terkait
antara pernyataan satu dengan yang lainnya. Sebagaimana
soal pilihan ganda biasa, soal-soal HOTS yang berbentuk
pilihan ganda kompleks juga memuat stimulus yang
bersumber pada situasi kontekstual. Peserta didik
diberikan beberapa pernyataan yang terkait dengan
stilmulus/bacaan, lalu peserta didik diminta memilih
benar/salah atau ya/tidak. Pernyataan-pernyataan yang
diberikan tersebut terkait antara satu dengan yang lainnya.
Susunan pernyataan benar dan pernyataan salah agar
diacak secara random, tidak sistematis mengikuti pola
tertentu. Susunan yang terpola sistematis dapat memberi
petunjuk kepada jawaban yang benar. Apabila peserta
didik menjawab benar pada semua pernyataan yang
diberikan diberikan skor 1 Buku Penilaian Berorientasi
HOTS 15 atau apabila terdapat kesalahan pada salah satu
pernyataan maka diberi skor 0.
2. Uraian
Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya
menuntut siswa untuk mengorganisasikan gagasan atau
hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut
menggunakan kalimatnya sendiri dalam bentuk tertulis.
Dalam menulis soal bentuk uraian, penulis soal harus
mempunyai gambaran tentang ruang lingkup materi yang
ditanyakan dan lingkup jawaban yang diharapkan,
kedalaman dan panjang jawaban, atau rincian jawaban
yang mungkin diberikan oleh siswa. Dengan kata lain,
ruang lingkup ini menunjukkan kriteria luas atau
sempitnya masalah yang ditanyakan. Di samping itu,
ruang lingkup tersebut harus tegas dan jelas tergambar
dalam rumusan soalnya.

6. Prosedur, Bentuk, dan Jenis Penilaian Tematik Terpadu berbasis HOTS


Pengembangan penilaian HOTS tidak bisa dilepaskan dari model
pembelajaran HOTS yang salah satu komponen pada prapersiapan melakukan analisis
SKL-KI-KD. Fungsi analisis ini guru akan mengetahui peran pembelajaran dan
penilaian yangh akan dilakukan dalam kontribusi pencapaian SKL dan KI sehingga
pembelajaran yang dilakukan tidak akan menyimpan dari tujuan yang lebih tinggi
yaitu institusi. SKL merupakam standart kompetensi yang dicapai pada tingkatan
institusi. SKL satuan pendidikan SD/MI terdapat dalam Permendikbud No 20 terdiri
SKL aspek sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Catatan: Hasil analisis SKL SD/MI
menujukan apad aspek pengetahuan, dimensi pengetahuan anak diharapkan setelah
lulus memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif sesaui
dengan kedalaman dan keluasan kompetensi untuk anak SD/MI. KI merupakan
kompetensi yang harus dicapai pada tingkatan kelas. Dalam KISD/MIkalau kita
analisis ada beberapa pengetahuan prosedural dan metakognitif, tetapi pada
kompotensi inti mulai kelas satu sampai kelas 6 tidak ada yang menyebut
pengetahuan prosedural dan metakognitif. Artinya kompetensi inti perlu dilakukan
revisi sehingga ada kesinambungan dengan SKL dan KD.
Brookhart (2010) dalam bukunya “How to Assess Higher Order Thinking
Skills in Your Classroom“menyatakan bahwa terdapat lima kategori Keterampilan
berfikir tingkat tinggi/HOTS menurut Bloom (2001) yaitu:a. Analisis, Evaluasi dan
Mencipta. Dalam melakukan analisis, evaluasi dan mencipta memerlukan penalaran
yang logisc dengaan pertimbangan dan berfikir kritis serta mampu memecahkan
masalah.
Kemendikbud (2017, p.3) menjelaskan bahwa soal-soal HOTS merupakan
instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat
tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan
kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal
HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep ke
konsep lainnya, 2) memproses dan menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari
berbagai informasi yang berbeda-beda, 4) menggunakan informasi untuk
menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah ide dan informasi secara kritis. Meskipun
demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak berarti soal yang lebih sulit daripada
soal recall. Lebih lanjur dijelaskan dalam Kemendikbud (2017) bahwa untuk menulis
butir soal HOTS, dituntut untuk dapat menentukan perilaku yang hendak diukur dan
merumuskan materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks
tertentu sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Langkah-langkah penyusunan soal
HOTS (berfikir tingkat tinggi):
a. Menganalisis SKL –KI- KD yang dapat dibuat
Menganalisis KD sangat penting karena pembelajaran dan penilaian dalam
rangka mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Dalam
menganalisis dapat melihat dan mengembangkan kata kerja operasional
(KKO) pada KD tersebut. KKO pada KD merupakan tuntutan awal yang
harus diperkaya dengan subtansisubtansi atau pengetahuan yang harus
dicapai. Dibawah ini hasil analisis Kompetensi Dasar pada tema 6 “ Cita-
Citaku”.
KD dalam Sub Tema 1 : Aku dan Cita-Citaku

Muatan Kompetensi Dasar


PPKn 1.1 Mensyukuri keberagaman umat beragama di masayarakat
sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa dalam konteks
Bhineka Tunggal Ika
2.3 Bersikap toleran dalam keberagaman umat beragama di
masyarakat dalam konteks Bhineka Tunggal Ika.
3.3 Menjelaskan manfaat keberagaman karakteristik individu
dalam kehidupan sehari-hari
4.1 Mengemukakan manfaat keberagaman karakteristik
individu dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa 3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan
Indonesia dan tulis dengan tujuan untuk kesenangan
4.6 Melisankan puisi hasil karya pribadi dengan lafal,
intonasi, dan ekspresi yang tepat sebagai bentuk ungkapan
diri.
IPA 3.2 Membandingkan siklus hidup beberapa jenis makhluk
hidup serta mengaitkan dengan upaya pelestarian
3.2 Membuat skema siklus hidup beberapa jenis makhluk
hidup yang ada di lingkungan sekitarnya, dan slogan upaya
pelestariannya
IPS 3.1 Mengidentifikasi  karakteristik  ruang  dan  pemanfaatan 
sumber  daya  alam  untuk  kesejahteraan  masyarakat  dari 
tingkat  kota/kabupaten sampai tingkat provinsi. 
4.1 Menyajikan hasil identifikasi karakteristik ruang dan
pemanfaatan sumber daya alam untuk kesejahteraan
masyarakat dari tingkat kota/kabupaten sampai tingkat
provinsi.
SBDP 3.2 Mengetahui tanda tempo dan tinggi rendah nada
4.2Menyanyikan lagu dengan memperhatikan tempo dan
tinggi rendah nada.

KD Sub Tema 2 : Hebatnya Cita-Citaku

Muatan Kompetensi Dasar


PPKn Sama
Bahasa Sama
Indonesia
IPA Sama
IPS Sama
SBDP 3.1Mengetahui gerak tari kreasi derah 
4.2Meragakan gerak tari kreasi daerah.

KD Sub Tema 3 : Giat Berusaha Meraih Cita-Cita

Muatan Kompetensi Dasar


PPKn Sama
Bahasa Sama
Indonesia
IPA Sama
IPS Sama
SBDP 3.2 Mengetahui karya seni rupa teknik tempel 
4.4 Membuat karya kolase, montase, aplikasi, dan mozaik .
Dari KD dalam 3 sub tema pada tema cita-citaku mempunyai KD yang
sama, hanya pada mata pelajaran SBDB yang berbeda. Dari KD yang ada
dikembangkan indkator pencapaian kompetensi perlu melakukan analisis
terkait dimensi proses berpikir dan dimensi pengetahuan yang harus dicapai

b. Menyusun Kisi-Kisi Soal


Membuat kisi-kisi sebelum menyusun soal bertujuan agar dapat
membuat soal yang representaif mewakili KD yang akan diukur. Kisi-kisi
penulisan soal-soal HOTS juga bertujuan untuk membantu para guru
dalam menulis butir soal HOTS. Secara umum, kisi-kisi tersebut
diperlukan untuk memandu guru dalam:
a) memilih KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS,
b) memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji,
c) merumuskan indikator soal, dan d. menentukan level kognitif.
Kisi-Kisi Soal HOTS
Tema : Cita-Citaku
Kelas/Semester :IV/II

No KD Materi Indikator Level Bentuk No


Soal Kognitif Soal Soal
3.1 (IPA) Siklus iswa dapat Analisis Uraian 1
hidup Siklus (C4)
hewan pertumbuhan
dan kupukupu
tumbuhan bila
permintaan
kain sutera
meningkat
3.1 Siklus Siswa dapat Mencipt Uraian 2
(BAHASA hidup menciptakan a (C6)
INDONESIA hewan puisi tentang
dan siklus hidup
tumbuhan dengan
tujuan untuk
kesenangan
c. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual
Stimulus yang digunakan hendaknya menarik, artinya mendorong
peserta didik untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik umumnya
baru, belum pernah dibaca oleh peserta didik.Sedangkan stimulus
kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan dalam
kehidupan sehari-hari, menarikdan mendorong peserta didik untuk
membaca.Dalam konteks Ujian Sekolah, guru dapat memilih stimulus dari
lingkungan sekolah atau daerah setempat. Contoh stimulus kontekstual:
a) Kudus selain mempunyai menara yang khas juga sebagai pusat
jenang. Jenang Kudus banyak sekali mereknya. Salah satru jenang
yang terkenal adalah Jenang Mubarok.
b) Dewasa ini kain sutera sangat disukai dan di cari orang banyak
walaupun harganya mahal. Banyak perajin bordir di Kudus
memodifikasi kain sutera dengan bordir dan harganya cukup mahal
c) Lereng gunung Muria merupakan wilayah dataran tinggi di
Kabupaten Kudus yang dimanfaatkan untuk pertanian dan
perkebunan. Buah-buahan tumbuh dengan subur di wilayah
tersebut.
d) Dari kondisi kontekstual diatas anak disuruh mencipta puisi

d. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal


Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal
HOTS.Kaidah penulisan butir soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah
penulisan butir soal pada umumnya. Perbedaannya terletak pada aspek
materi, sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa relatif sama.
Wawasan guru terhadap isu-isu global, keterampilan memilih stimulus
soal, serta kemampuan memilih kompetensi yang diuji, merupakan aspek-
aspek penting yang harus diperhatikan oleh guru, agar dapat menghasilkan
butir-butir soal yang bermutu. Contoh butir Soal:
a) Dewasa ini kain sutera sangat disukai dan di cari orang banyak
walaupun harganya mahal. Banyak perajin bordir di Kudus
memodifikasi kain sutera dengan bordir dan 98 harganya cukup
mahal. (stimulus kontekstual) Jelaskan apa yang terjadi pada
kehidupan kupu-kupu kalau permintaan kain sutera meningkat?
(pertanyaan)
b) Lereng gunung Muria merupakan wilayah dataran tinggi di
Kabupaten Kudus yang dimanfaatkan untuk pertanian dan
perkebunan. Buah-buahan tumbuh dengan subur di wilayah
tersebut (stumulus kontekstual). Bagaimana Kudus bisa
mempunyai oleh-oleh khas daerah Jenang? Jelaskan! (pertanyaan)
c) Kudus merupakan kabupaten dengan wilayah terkecil di Jawa
Tengah tetapi penyumbang pajak terbesar di Indonesia. Selain kota
industri, Kudus dengan Pegunungan Muria yang terbentang indah.
(stumulus kontekstual). Buatlah puisi tentang alam Kudus
(pertanyaan)

e. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban


Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan
pedoman penskoran atau kunci jawaban. Pedoman penskoran dibuat untuk
bentuk soal uraian. Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal
pilihan ganda, pilihan ganda kompleks (benar/salah, ya/tidak), dan isian
singkat.

Jenis jenis Penilaian Tematik Terpadu Berbasis HOTS


a. Pengembangan HOTS dalam Soal Bentuk Pilihan Ganda
Soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option).
Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor). Pada soal
pilihan ganda peserta didik diminta untuk menemukan jawaban soal yang terkait
dengan stimulus/bacaan menggunakan konsepkonsep pengetahuan yang dimiliki
serta menggunakan logika/penalaran. Jawaban yang benar diberikan skor 1, dan
jawaban yang salah diberikan skor 0. Puspendik (2015) mengklasifikasikannya
menjadi 3 level kognitif sebagaimana digunakan dalam kisi-kisi UN sejak tahun
pelajaran 2015/2016. Pengelompokan level kognitif tersebut yaitu: 1) pengetahuan
dan pemahaman (level 1), 2) aplikasi (level 2), dan 3) penalaran (level 3).

b. Pengembangan HOTS dalam Soal Uraian


Soal uraian yaitu suatu soal yang jawabannya menuntut siswa untuk
menjelaskan, mengorganisasikan gagasan terhadap apa yang 100 ditanyakan
dengan cara mengemukakan gagasan tersebut menggunakan kalimatnya sendiri
dalam bentuk tertulis.
Langkah menulis soal uraian yaitu:
1) Tentukan KD dan indikator yang dipilih
2) Susun kisi-kisi
3) Menyusun stimulus kontekstual
4) Membuat pertanyaan yang terkait dengan stimulus kontekstual
5) Menyusun pedoman penskolran Menulis soal bentuk uraian, guru soal
harus mempunyai gambaran tentang ruang lingkup materi yang ditanyakan
dan lingkup jawaban yang diharapkan, kedalaman dan panjang jawaban,
atau rincian jawaban yang mungkin diberikan oleh siswa.
Dengan kata lain, ruang lingkup ini menunjukkan kriteria luas atau sempitnya
masalah yang ditanyakan. Di samping itu, ruang lingkup tersebut harus tegas dan
jelas tergambar dalam rumusan soalnya (Mutu Didik, 2017) Untuk melakukan
penskoran, penulis soal dapat menggunakan rubrik atau pedoman penskoran.
Pedoman penskoran soal uraian antara lain:
1) Membuat kata kunci
2) Setiap langkah atau kata kunci yang dijawab benar oleh peserta didik
diberi skor 1, sedangkan yang salah diberi skor 0. 3. Soal yang
kemungkinan banyaknya kata kunci atau langkahlangkah penyelesaian
soal lebih dari satu, maka setiap langkah/kata kunci diberi skor.

Anda mungkin juga menyukai