Anda di halaman 1dari 4

Nama : One Farida

NIM : 6118044

Jurusan : MBK-2

Semester :6

Jawaban UAS Anti Korupsi

1. Faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi seseorang melakukan


korupsi adalah faktor internal, karena faktor internal yang menyebabkan
korupsi salah satunya yaitu akibat moral manusia yang kurang kuat.
Artinya moral yang mereka miliki sangat kurang dan mereka lebih
mementingkan kepentingan mereka sendiri dan sifat rakus atau tamak
yang dimiliki oleh manusia. Pada sifat rakus tersebut artinya manusia tidak
mudah puas dengan apa yang dimilikinya saat ini. Mereka cenderung
merasa kurang dengan apa yang mereka miliki dan hal tersebut akan
mendorong manusia tersebut untuk melakukan korupsi.

2. 3 hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah :


a) Upaya Pencegahan, Yaitu pemerintah dapat menanamkan semangat
nasional kepada masyarakat untuk mengutamakan pengabdian kepada
negaranya.
b) Upaya penindakan, yaitu ketika pemerintah menemukan oknum yang
melakukan korupsi, hendaknya segera ditindaklanjut agar tidak terjadi
kelanjutan yang merugikan masyarakat.
c) Upaya edukasi, yaitu hampir sama dengan hasil dari upaya
pencegahan, upaya edukasi ini dapat dilakukan dengan melakukan
kontrol sosial dengan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang
bahaya melakukan korupsi dan sebagainya.
3. Nilai-nilai anti korupsi yang meliputi kejujuran, kepedulian, kemandirian,
kedisiplinan, pertanggungjawaban, kerja keras, kesederhanaan,
keberanian, dan keadilan. Sedangkan Prinsip-prinsip Anti-korupsi meliputi
akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol kebijakan,
untuk mencegah faktor eksternal penyebab korupsi.

4. Peran bank dunia dan IMF dalam pencegahan korupsi di Indonesia adalah
IMF mendorong kerja sama moneter internasional dan menyediakan saran
kebijakan dan dukungan pengembangan kapasitas untuk membantu
negara- negara membangun dan mempertahankan ekonomi yang kuat.
IMF juga memberikan pinjaman dan membantu negara-negara merancang
program- program kebijakan untuk mengatasi persoalan neraca
pembayaran ketika pembiayaan yang memadai dengan persyaratan yang
terjangkau tidak dapat diperoleh untuk memenuhi kewajiban pembayaran
internasional netto (net international payment). Pinjaman IMF berjangka
pendek dan menengah dan sebagian besar didanai dari kumpulan
kontribusi kuota yang disediakan anggotanya. Staf IMF pada umumnya
adalah ekonom dengan pengalaman luas dalam kebijakan ekonomi makro
dan keuangan. Sedangkan Bank Dunia mendorong pembangunan ekonomi
jangka panjang dan pengentasan kemiskinan dengan menyediakan
dukungan teknis dan keuangan untuk membantu negara- negara
mereformasi sektor-sektor tertentu atau melaksanakan proyek-proyek
spesifik—seperti membangun sekolah dan fasilitas kesehatan,
menyediakan air dan listrik, memerangi penyakit, dan melindungi
lingkungan. Bantuan Bank Dunia umumnya berjangka panjang dan
didanai melalui kontribusi negara anggota serta melalui penerbitan
obligasi. Staf Bank Dunia biasanya adalah ahli dalam isu, sektor, atau
teknik tertentu.
5. Peran Lembaga Swadaya Internasional dalam pencegahan korupsi di
Indonesia adalah peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam
pemberantasan korupsi sudah diatur dalam undang-undang yakni:
1. Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
2. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari KKN.
3. Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Korupsi.
4. Undang-Undang No. 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United
Nations Convention Against Corruption, 2003.
5. Undang-Undang No. 16 Tahun 2017 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 tentang
Perubahan atas Undang-Undang No. 17 Tahun 2013 tentang
Organisasi Kemasyarakatan.
6. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan
dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Menurut prespektif kriminologis peran Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) terkait dengan teori pilihan rasional dan teori
detensi atau teori relatif dimana masyarakat dapat melakukan
pencegahan khususnya terhadap niat jahat serta membatasi ruang gerak
pelaku tindak pidana korupsi. Hambatan yang dialami Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) dalam upaya pemberantasan korupsi
berupa:
1. Hambatan internal
a) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang tindak pidana
korupsi.
b) Kurangnya jumlah peneliti.
c) Hambatan pendanaan.
d) Hambatan administrasi.
e) Adanya sikap negatif masyarakat.
2. Hambatan eksternal
a) Intimidasi fisik dan/ atau psikis.
b) Kurang responsifnya aparat penegak hukum.
c) Munculnya Putusan Mahkamah Konstitusi yang menghambat.
d) Kurangnya perlindungan hukum terhadap pelap

Anda mungkin juga menyukai