Anda di halaman 1dari 30

MENEJEMEN ULKUS KAKI (LEG ULCERS)

OLEH:

KELOMPOK V

1) Izrak Habu (C01418083)


2) Dessy Purwaningsih U.Laguna (C01418030)
3) Sintia Dukalang (C01418154)
4) Maryam Kau (C01418095)
5) Nurnaningsi Jhafar (C01418127)
6) Sri Elisa Nento (C01418162)
7) Sutino A Hi Nonci (C01416107)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH GORONTALO

T.H 2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamuallaiqum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kelompok kami dapat
menyelesaikan tugas “menejemen perawatan luka kaki dekubitus”ini dengan
sebaik-baiknya dan tepat waktu. Kelompok kami juga mengucapkan terimakasih
banyak kepada setiap dukungan yang telah mendorong kelompok untuk
menyelesaikan tugas makala ini.

Kelompok kami sangat berharap makala ini dapat berguna dalam menambah
wawasan serta pengetahuan pembaca mengenai “ perawatan luka ulkus kaki”
kelompok kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kelompok kami berharap
adanya kritikan, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis
buat, mengingat tidak adanya sesuatu yang sempurna maka dengan tangan terbuka
kritik dan saran dari dosen selaku mata ajar kulia elektif 2 untuk perbaikan dalam
makala ini.

Wassalam Allaiqum Wr.Wb

Gorontalo 24 November 2021

Kelompok V

ii
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................4

A. Definisi Ulkus Kaki Diabetik (UKD)..........................................................4


B. Faktor Penyebab Ulkus Kaki (UKD).........................................................5
C. Komplikasi Ulkus Kaki Diabetik (UKD)...................................................9
D. Patofisiologis Ulkus Kaki Diabetik (UKD)................................................10
E. Pencegahan Ulkus Kaki Diabetik (UKD)...................................................11
F. Menejemen Ulkus Kaki Diabetik (UKD)...................................................14

BAB III PENUTUP..................................................................................................25

A. Kesimpulan...................................................................................................25
B. Saran..............................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ulkus kaki diabetik adalah kaki pada pasien dengan diabetes
melitus yang mengalami perubahan patologis akibat infeksi, ulserasi yang
berhubungan dengan abnormalitas neurologis, penyakit vaskular perifer
dengan derajat bervariasi, dan atau komplikasi metabolik dari diabetes
pada ekstrimitas bawah.1,2 Prevalensi ulkus kaki diabetik pada populasi
diabetes adalah 4 – 10%, lebih sering terjadi pada pasien usia lanjut.
Sebagian besar (60-80%) ulkus akan sembus sendiri, 10-15% akan tetap
aktif.
Ulkus kaki diabetes (UKD) merupakan salah satu komplikasi
kronik diabetes melitus yang sering dijumpai Diabetes mellitus merupakan
sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam
jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang
dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang di produksi pankreas,
mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan
penyimpanannya.
Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin
dapat menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi
insulin. Keadaan ini menimbulkan hiperglikemia yang dapat
mengakibatkan komplikasi metabolik. merupakan faktor yang
berkontribusi terhadap perkembangan UKD pada 50% kasus. PAP jarang
berdiri sendiri sebagai penyebab UKD. Merokok, hipertensi dan
hiperlipidemia memberikan kontribusi pada perkembangan PAP. Adanya
iskemia akibat insufisiensi arteri perifer menyebabkan terjadinya
penurunan oksigenasi di daerah ulkus yang mempersulit penyembuhan.
Selain itu PAP juga menyebabkan sulitnya pengaliran antibiotik ke daerah
infeksi.

1
Menurut (Maryunani, 2015) untuk penatalaksanaan ulkus
diabetikum dapat dilakukan dengan berbagai usaha seperti rehabilitasi saat
melakukan perawatan kemudian rehabilitasi untuk mencegah timbulnya
ulkus yang baru. pengelolaan UKD yaitu untuk mengakses proses kearah
penyembuhan luka secepat mungkin karena perbaikan dari ulkus kaki
dapat menurunkan kemungkinan terjadinya amputasi dan kematian pasien
diabetes.
Tujuan manajemen utama untuk ulkus kaki diabetik adalah untuk
mendapatkan penutupan luka secepat mungkin. Manajemen ulkus kaki
diabetik harus segera dilakukan dengan tim multidisiplin yang terdiri dari
dokter umum, perawat, pendidik, spesialis ortotik, ahli penyakit kaki, dan
konsultasi dengan spesialis lain seperti ahli bedah vaskular,
spesialis penyakit menular, dokter kulit, ahli endokrin, ahli diet, dan
spesialis ortopedi. Pasien berisiko rendah tanpa kelainan anatomi kaki
harus menerima edukasi pasien tentang perawatan kaki, rekomendasi alas
kaki yang tepat untuk mengurangi titik-titik tekanan, dan penilaian kontrol
glikemik yang cermat.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Ulkus Kaki Diabetik (UKD)?
2. Apa Faktor Penyebab Ulkus Kaki (UKD)?
3. Apa Komplikasi Ulkus Kaki Diabetik (UKD) ?
4. Bagaiman Patofisiologis Ulkus Kaki Diabetik (UKD) ?
5. Bagaimana Pencegahan Ulkus Kaki Diabetik (UKD) ?
6. Bagaimana Menejemen Ulkus Kaki Diabetik (UKD) ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi dari Ulkus Kaki Diabetik (UKD)?
2. Untuk mengetahui Faktor Penyebab Ulkus Kaki (UKD)?
3. Untuk mengetahui Komplikasi Ulkus Kaki Diabetik (UKD) ?
4. Untuk mengetahui Patofisiologis Ulkus Kaki Diabetik (UKD) ?
5. Untuk mengetahui Pencegahan Ulkus Kaki Diabetik (UKD) ?
6. Untuk mengetahui Menejemen Ulkus Kaki Diabetik (UKD) ?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi dari Ulkus Kaki Diabetik (UKD)


Luka didefinisikan sebagai terputusnya kontinuitas jaringan tubuh
oleh sebab-sebab fisik, mekanik, kimia dan termal. Luka, baik luka
terbuka atau luka tertutup, , merupakan salah satu permasalahan yang
paling banyak terjadi di praktek sehari-hari ataupun di ruang gawat
darurat. Penanganan luka merupakan salah satu keterampilan yang harus
dikuasai oleh dokter umum sedangkan Ulkus adalah luka terbuka pada
permukaan kulit atau selaput lendir dan Ulkus adalah ke-matian jaringan
yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit
tersebut menyebabkan ulkus berbau.
Ulkus kaki diabetik adalah kaki pada pasien dengan diabetes
melitus yang mengalami perubahan patologis akibat infeksi, ulserasi yang
berhubungan dengan abnormalitas neurologis, penyakit vaskular perifer
dengan derajat bervariasi, dan atau komplikasi metabolik dari diabetes
pada ekstrimitas bawah.1,2 Prevalensi ulkus kaki diabetik pada populasi
diabetes adalah 4 – 10%, lebih sering terjadi pada pasien usia lanjut.
Sebagian besar (60-80%) ulkus akan sembus sendiri, 10-15% akan tetap
aktif.
Ulkus kaki diabetes (UKD) merupakan salah satu komplikasi
kronik diabetes melitus yang sering dijumpai Diabetes mellitus merupakan
sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam
jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang
dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang di produksi pankreas,
mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan
penyimpanannya.Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi
terhadap insulin dapat menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama

4
sekali produksi insulin. Keadaan ini menimbulkan hiperglikemia yang
dapat mengakibatkan komplikasi metabolik.
Penderita diabetes sulit menyembuhkan luka terbuka yang
dialaminya karena kadar glukosa yang tinggi dapat menyebabkan
penyempitan pembuluh darah (vasokontriksi). Akibatnya sirkusasi darah
menjadi terganggu dan mengakibatkan transportasi nutrisi serta oksigen
pada luka menjadi terhambat sehingga penyembuhan luka berjalan sangat
lambat.
B. Faktor penyebab terjadinya ulkus luka diabetik (UKD)
Ulkus kaki diabetes (UKD) merupakan salah satu komplikasi
kronik diabetes melitus (DM) yang sering dijumpai dapat berakhir dengan
amputasi bahkan kematian. Patogenesis utama UKD yaitu:
1) Neuropati, Kemudian Iskemia Pembuluh Darah Perifer.
Prevalensi neuropati perifer 23-50% pada pasien DM dan lebih
dari 60% UKD disebabkan neuropati yang berupa neuropati sensorik,
motorik dan otonom. Hilangnya sensasi nyeri dan suhu akibat
neuropati sensorik menyebabkan hilangnya kewaspadaan terhadap
trauma atau benda asing, akibatnya banyak luka yang tidak diketahui
secara dini dan semakin memburuk karena terus-menerus mengalami
penekanan.
Kerusakan inervasi otot-otot intrinsik kaki akibat neuropati
motorik menyebabkan ketidakseimbangan antara fleksi dan ekstensi
kaki serta deformitas kaki, yang kemudian menyebabkan terjadinya
perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki yang selanjutnya
memicu timbulnya kalus. Kalus yang tidak dikelola dengan baik akan
menjadi sumber trauma bagi kaki tersebut. Neuropati otonom
menyebabkan penurunan fungsi kelenjar keringat dan sebum. Kaki
akan kehilangan kemampuan alami untuk melembabkan kulit, kulit
menjadi kering dan pecah-pecah sehingga mudah terinfeksi.

5
2) Penyakit Arteri Perifer (PAP)
merupakan faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan
UKD pada 50% kasus. PAP jarang berdiri sendiri sebagai penyebab
UKD. Merokok, hipertensi dan hiperlipidemia memberikan
kontribusi pada perkembangan PAP. Adanya iskemia akibat
insufisiensi arteri perifer menyebabkan terjadinya penurunan
oksigenasi di daerah ulkus yang mempersulit penyembuhan. Selain itu
PAP juga menyebabkan sulitnya pengaliran antibiotik ke daerah
infeksi.
Adapun faktor lainnya Faktor resiko terjadinya kaki diabetik yaitu :
1) Usia
Umur ≥ 45 tahun sangat beresiko terjadinya Diabetes melitus tipe
2. Orang dengan usia lebih dari 45 tahun dengan pengaturan diet
glukosa yang sangat rendah akan mengalami penyusutan sel-sel beta
pankreas.
Sel beta pankreas yang masih tersisa pada dasarnya masih aktif
tetapi sekresi insulinya yang semakin mengalami
kekurangan(Hongdiyanto, 2014) Pada la(Rozza, 2015)nsia mengalami
penurunan syaraf perifer dan kelenturan jaringan juga menurun
sehingga akan menimbulkan adanya luka diabetik (Purnomo &
Dwiningsih, 2014)
2) Lamanya penyakit diabetes melitus
Semakin lama seseorang menderita DM menyebabkan
hiperglikemia yang semakin menginisiasi terjadinya hiperglisolia yang
merupakan keadaan sel kelebihan glukosa. Hiperglisolia kronik
mampu mengubah homeostasis biokimiawi yang kemudian berpotensi
terjadinya perubahan dasar komplikasi kronik DM(Roza, 2015)
3) Neuropati
Neuropati dapat mengakibatkan gangguan syaraf motorik, otonom
dan sensorik. Gangguan motorik mengakibatkan terjadinya atrofi otot,
deformitas kaki, perubahan biomekanika kaki dan distribusi tekanan

6
pada bagian kaki mengalami gangguan sehingga ulkus akan
meningkat. Gangguan sensorik dirasakan ketika pasien mulai
mengeluhkan kakinya merasa kehilangan sensasi rasa atau kebas.
Gangguan otonom mengakibatkan kaki mengalami penurunan
ekskresi keringat sehingga menjadi kering dan terbentuk adanya 12
fisura. Saat terjadi mikrotrauma keadaan kaki yang rentan retak akan
meningkatkan terjadinya ulkus diabetikum(Rozza, 2015)
4) Pola Makan atau kepatuhan Diet
Kepatuhan terhadap diet diabetes sangat mempengaruhi dalam
mengontrol kadar glukosa darah, kolestrol dan trigliserida mendekati
normal sehingga dapat mencegah adanya komplikasi kronik seperti
ulkus kaki diabetik. Hal yang terpenting bagi penderita diabetes
melitus yaitu pengendalian dalam gula darah. Pengendalian gula darah
ini berhubungan dengan diet atau perencanaan makan karena gizi
memiliki hubungan dengan diabetes. Hal ini dikarenakan diabetes
merupakan gangguan kronis metabolisme zat gizi makro seperti
karbohidrat, protein dan lemak dengan memiliki ciri terlalu tingginya
konsentrasi gula dalam darah walupun kondisi perut dalam keadaan
kosong, serta tingginya resiko terhadap arteriosklerosis atau penebalan
pada dinding pembuluh nadi karena terjad timbunan lemak dan
penurunan fungsi syaraf(Aryana, 2014)
Penurunan fungsi syaraf pada bagian ekstermitas bawah dapat
menimbulkan nyeri, kesemutan dan hilangnya indera perasa yang
memungkinkan terjadi luka, menyebabkan terjadinya infeksi yang
serius atau bahkan amputasi. Kontrol makanan dapat menjadi upaya
kontrol terhadap luka karena kontrol makanan merupakan bagian dari
kontrol metabolik dalam pendekatan multidisplin dalam
penatalaksanaan luka diabetik. Untuk glukosa darah harus selalu
dalam keadaan normal karena dapat mempengaruhi terakit terjadinya
hiperglikemia dan menghambat proses penyembuhan(Washilah, 2014)

7
5) Penyakit arteri perifer
Penyakit arteri perifer merupakan penyumbatan pada bagian arteri
ekstermitas bawah yang disebabkan karena artherosklerosis. Gejala
yang sering ditemukan pada pasien penderita arteri perifer yaitu
klaudikasio intermitten yang dikarenakan iskemia otot dam iskemia 13
yang menimbulkan rasa nyeri saat beristirahat. Iskemia berat akan
mencapai puncak sebagai ulserasi dan gangrene(Rozza, 2015)
6) Kontrol glikemik buruk
Kadar glukosa darah yang sangat tidak terkontrol (GDP lebih dari
100 mg/dl dan GD2JPP lebih dari 144 mg/dl) dapat mengakibatkan
terjadinya komplikasi kronik untuk jangka panjang baik
makrovaskuler atau mikrovaskluer salah satunya adalah ulkus
diabetika (Hastuti, 2008)
7) Perawatan kaki
Pada orang yang mengalami diabetes melitus harus rutin menjaga
kebersihan area kaki. Jika tidak di bersihkan maka akan mengalami
gangguan peredaran darah dan syaraf mengalami kerusakan yang
mengakibatkan sensitivitas terhadap rasa nyeri sehingga akan sangat
mudah mengalami cidera tanpa di sadari.
Masalah yang sering timbul pada area kaki yaitu kapalan, mata
ikan, cantengan (kuku masuk ke dalam), kulit kaki mengalami retak
atau pecah-pecah, luka karena kutu air dan kutil pada telapak
kaki(Hidayat, 2014) Pedoman dasar perawatan kaki oleh National
Institutes of Health dan American Diabetes association agar mencegah
terjadi cidera mengatakan apabila untuk pemotongan kuku harus
posisinya tetap lurus agar tidak terjadi lesi pada kuku.
Apabila kesulitan untuk melihat bagian kaki, sulit untuk mencapai
jari-jari, kuku kaki yang menebal harus dibantu dengan orang lain atau
perawat kesehatan untuk membantu memotong kuku kaki (Diani,
2013). Memotong dan merawat kuku secara teratur pada saat mandi
hindari terjadinya luka kembali pada jaringan disekitar kuku, rendam

8
dengan menggunakan air hangat kurang lebih 5 menit apabila kuku
keras dan sulit untuk di potong (Hidayat, 2014)
8) Penggunaan alas kaki yang tidak tepat
Seseorang yang menderita atau mengalami diabetes atau ulkus
diabetikum harus menggunakan alas kaki, sepatu sesuai dengan
ukuran dan nyaman saat digunakan, lalu untuk ruang di dalam 14
sepatu yang cukup untuk jari-jari.
Bagi penderita diabetes atau ulkus diabetikum tidak boleh berjalan
tanpa menggunakan alas kaki karena akan memperburuk kondisi luka
dan mempermudah sekali untuk terjadinya trauma terutama apabila
terjadi neuropati yang membuat sensasi rasa berkurang atau hilang,
jangan menggunakan sepatu atau alas kaki yang berukuran kecil
karena sangat beresiko melukai kaki (Hidayat, 2014) Seseorang yang
menderita atau mengalami diabetes atau ulkus diabetikum tidak
disarankan berjalan tanpa menggunakan alas kaki karena akan
memperburuk kondisi luka dan mempermudah terjadinya trauma pada
ulkus diabetika terutama apbila terjadi neuropati yang membuat
sensasi rasa berkurang atau hilang(Hastuti, 2008)
C. Komplikasi ulkus kaki diabetik (UKD)
1) Komplikasi makrovaskuler
Pada komplikasi makrovaskuler yang biasanya umum berkembang
yaitu trombosit otak atau dibagian otak mengalami pembekuan darah
sebagian, gagal jantung kongestif, penyakit jantung koroner dan
mengalami stroke
2) Komplikasi mikrovaskuler
Komplikasi ini terjadi pada pasien diabetes dengan tipe 1 yaitu
nefropati, diabetik retinopati atau pasien mengalami kebutaan,
neuropati dan amputasi akibat luka diabetes yang sudah tidak
mengalami perawatan dengan baik lalu mengalami infeksi yang sangat
parah

9
D. Patofisiologis ulkus luka diabetik (UKD)
ulkus kaki diabetik meliputi komponen neuropatik, vaskular, dan
sistem imun, yang semuanya berhubungan dengan keadaan
hiperglikemik diabetes. Hiperglikemia menghasilkan stres oksidatif
pada sel-sel saraf dan mengarah pada neuropati. Disfungsi saraf tambahan
terjadi dari glikosilasi protein sel saraf, menyebabkan iskemia
lebih lanjut. Perubahan seluler ini bermanifestasi pada komponen
motorik, otonom, dan sensorik ulkuskaki neuropatik. Kerusakan neuron
motorik otot kaki dapat menyebabkan ketidakseimbangan fleksor dan
ekstensor, kelainan anatomi, dan akhirnya ulserasi kulit.
Kerusakan saraf otonom merusak fungsi kelenjar keringat, dan
kaki dapat mengalami penurunan kemampuan untukmelembabkan kulit,
yang menyebabkan retak epidermis dan kerusakan kulit. Terakhir, pasien
mungkin tidak melihat luka kaki karena penurunan sensasi perifer.
Karena pasokan darah yang diperlukan untuk menyembuhkan tukak
kaki diabetik lebih besar daripada yang dibutuhkan untuk menjaga
kulit tetap utuh, bisul kronis dapat berkembang.
Perubahan vaskular yang mengarah pada ulkus kaki diabetik
berkorelasi dengan perubahan yang diinduksi hiperglikemia pada arteri
perifer kaki dan mulai pada tingkat sel. Disfungsi selendotel menyebabkan
penurunan vasodilator; juga, kadar tromboksan A2 plasma menjadi
meningkat. Hasilnya adalah vasokonstriksi dan hiperkoagulasi plasma
dalam arteri periferyang menyebabkan iskemia dan peningkatan risiko
ulserasi. Perubahan kekebalan tubuh termasuk berkurangnya respons
penyembuhan pada ulkus kaki diabetik. Peningkatan apoptosis limfosit T,
yang menghambat penyembuhan, telah diamati pada pasien dengan ulkus
kaki diabetik.

10
E. Pencegahan ulkus kaki diabetik (UKD)
1) Pencegahan Primer
Penyuluhan mengenai terjadinya Ulkus kaki diabetik sangat
diperlukan dan penting agar mampu untuk mempertahankan kondisi
kaki yang dalam kondisi baik sebelum menuju ke kondisi yang lebih
buruk. Penyuluhan ini dilakukan mengenai kontrol glukosa darah
untuk penderita diabetes melitus seperti olahrga, gaya hidup. Edukasi
pada penderita dan praktek secara mandiri seperti menjaga kebersihan
area kaki, mempertahankan kelembababan kulit kaki dengan
menggunakan pelembab dan perawatan kuku alangkah baiknya
dilakukan pada kegiatan penyuluhan(Decroli, 2019) Tingkat
pengetahuan seseorang sangat mempengaruhi pengalaman dalam
melakukan perawatan luka diabetik.
Menurut (Saparwati, 2012) bahwasnya setiap orang memiliki
pengalaman yang beda walaupun melihat sesuatu hal atau objek yang
mungkin memliki kesamaan hal ini dipenagruhi oleh tingkat
pengetahuan dan pendidikan orang tersebut, pendidikan merupakan
dasar yang paling utama dalam melakukan 15 pengobatan terutama
pada hal keberhasilan melakukan pengobatan ulkus diabetik dilakukan
untuk mencegah terjadinya ulkus yang disesuaikan dengan resiko
kaki. Faktor pengetahuan menjadi pengaruh utama bagi seseorang
dalam berperilaku.
Pengetahuan merupakan pemahaman manusia mengenai
bagaiamana kehidupan dan isinya, yang dapat dilihat dari hasil tau
dari faktor pendidikan serta pengalaman baik secara formal ataupun
informal. Bagi penderita diabetes tingkat pengetahuan merupakan hal
yang sangat penting dan berpengaruh terhadap penerapan manajemen
penyakit dan komplikasinya. Keluarga juga mempunyai peran dalam
melakukan manajemen tersebut(Gultom, 2012)

11
2) Pencegahan Sekunder
Berbagai hal yang harus dilakukan dengan tepat agar memperoleh
hasil pengelolaan yang maksimal, diantaranya :
a. Metabolic control (Kontrol Metabolik)
Yaitu mengendalikan kadar glukosa darah, lipid dan
sebagainya. Kontrol mekanik meliputi mengistirahatkan kaki,
sebisa mungkin harus menghindari adanya tekanan pada daerah
yang mengalami luka, menggunakan bantal di bawah kaki saat
beristiraht bertujuan untuk menghindari lecet pada luka.
Intervensi pada faktor-faktor resiko juga harus dilakukan seperti
penggunaan alas kaki, manajemen kalus dan perawatan
kuku(Tanto, 2014)
b. Vaskular control (Kontrol Vaskular)
Yaitu memperbaiki supali vaskular dengan tindakan operasi
atau angioplasti biasanya diperlukan pada kondisi ulkus iskemik.
Apabila keadaan vaskular memburuk maka akan memperlambat
proses penyembuhan
c. Infection Control-Microbiological Control
Yaitu pengobatan infeksi , jika ada tanda-tanda klinis
infeksi. Data yang berhubungan dengan pola kuman perlu
diperbaiki secara berkala untuk setiap daerah yang berbeda-beda.
Antibiotik yang digunakan harus sesuai dengan hasil biakan
kuman serta resistensinya.Pemberian antibiotik harus diberikan
antibiotik dengan spectrum luas mencakup kuman gram positif,
negatif misalnya golongan sefalosporin di gabungkan dengan obat
yang memiliki manfaat terhadap kuman anaerob misalnya
metronidazol (Waspadji, 2009)
d. Wound Control
Yaitu tindakan membuang jaringan yang mengalami infeksi
dan nekrosis secara teratur. Perawatan pertama kali sejak pasien
datang periksa harus dilakukan dengan teliti dan baik.

12
Debridement yang tepat serta adekuat dapat mengurangi jaringan
nekrotik dengan demikian akan mengurangi adanya pus atau
cairan dari ulkus atau gangren.
Debridement dilakukan dengan membuang bagian dasar
luka yang abnormal dan jaringan tepi luka seperti epidermis
hiperkeratosis (kalus), jaringan dermal nekrotik, debris dan
elemen bakteri yang menhambat terjadinya proses penyembuhan
luka. Dari beberapa penelitian di dapatkan bahwasnya
debridement berguna dalam membantu proses penyembuhan luka
dengan memproduksi jaringan granulasi.
Luka yang tidak mengeluarkan cairan atau luka kering
maka dibersihkan dengan teknik swabbing dengan ditekan dan di
gosok secara perlahan dengan kassa steril atau kassa bersih yang
dibasahi dengan cairan NacL 0.9%. Nacl 0,9% adalah cairan yang
termasuk aman untuk merawat luka karena cairan ini memiliki
sifat fisiologis, non toksis serta tidak mahal untuk harganya.
Setiap liternya 17 mengandung natrium klorida 0,9 gram sehingga
aman untuk di pakai untuk membersihkan luka (Hermin, 2012)
e. Educational Control
Dalam hal ini edukasi sangat penting untuk
penatalaksanaan kaki diabetes. Dengan adanya penyuluhan yang
baik maka diharapkan penderita diabetes, ulkus atau gangren
diabetik dan anggota keluarganya mampu membantu, mendukung
berbagai tindakan yang diperlukan untuk terjadinya penyembuhan
luka secara optima
3) Pencegahan Tersier
Penderita diabetes melitus yang terdapat luka dan ada tanda-tanda
seperti inflamasi berupa adanya edema, panas, merah pada kulit serta
juga ada ulkus yang sangat berbau sehingga di curigai terinfeksi maka
segera untuk di lakukan evaluasi dan di diagnosis secara klinis sesuai
dengan tanda dan gejala inflamasi lokal. Oleh karena itu sangat

13
diperlukan bantuan petugas kesehatan untuk melakukan perawatan
luka diabetik. Penatalaksanaan luka diabetik memiliki tujuan untuk
proses penyembuhan luka lengkap dengan gold standard untuk terapi
luka (Wesnawa, 2014).
Penatalaksanaan pada luka diabetik ditentukan berdasarkan derajat
keparahan luka, vaskularisasi dan adanya infeksi (Hariani, 2012)
Rehabilitasi merupakan hal yang sangat penting yang harus dilakukan
untuk penatalaksanaan kaki diabetik. Sejak pertama pencegahan
terjadinya ulkus diabetik dan setelah perawatan, keterlibatan ahli
rehabilitasi medis sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya
kecacatan yang lebih lanjut. Keterlibatan ahli rehabilitasi medis
berlangsung sampai sesudah tindakan 18 amputasi untuk memberikan
bantuan bagi mereka menghindari timbulnya ulkus yang baru.
Pemakaian alas kaki atau sepatu khusus dapat mengurangi terjadinya
tekanan pada plantar karena ulkus yang terjadi selanjutnya akan
memberikan prognosis yang jauh lebih parah dari pada ulkus yang
baru awal terjadi (Waspadji, 2009)
F. Menejemen penatalaksanaan Ulkus Kaki Diabetik (UKD)
Menurut (Maryunani, 2015) untuk penatalaksanaan ulkus
diabetikum dapat dilakukan dengan berbagai usaha seperti rehabilitasi saat
melakukan perawatan kemudian rehabilitasi untuk mencegah timbulnya
ulkus yang baru. pengelolaan UKD yaitu untuk mengakses proses kearah
penyembuhan luka secepat mungkin karena perbaikan dari ulkus kaki
dapat menurunkan kemungkinan terjadinya amputasi dan kematian pasien
diabetes.
Tujuan manajemen utama untuk ulkus kaki diabetik adalah untuk
mendapatkan penutupan luka secepat mungkin. Manajemen ulkus kaki
diabetik harus segera dilakukan dengan tim multidisiplin yang terdiri dari
dokter umum, perawat, pendidik, spesialis ortotik, ahli penyakit kaki, dan
konsultasi dengan spesialis lain seperti ahli bedah vaskular,
spesialis penyakit menular, dokter kulit, ahli endokrin, ahli diet, dan

14
spesialis ortopedi. Pasien berisiko rendah tanpa kelainan anatomi kaki
harus menerima edukasi pasien tentang perawatan kaki, rekomendasi alas
kaki yang tepat untuk mengurangi titik-titik tekanan, dan penilaian kontrol
glikemik yang cermat.

1) Menejemen perawatan
Mencegah kambuhnya ulkus Pencegahan dianggap sebagai elemen
kunci dalam menghindari amputasi kaki. Pasien diajarkan untuk
memperhatikan kebersihan kaki, memeriksa kaki setiap hari,
menggunakan alas kaki yang tepat, mengobati segera jika terdapat
luka, pemeriksaan rutin ke podiatri, termasuk debridemen pada
kapalan dan kuku kaki yang tumbuh ke dalam. Sepatu dengan sol
yang mengurangi tekanan kaki dan kotak yang melindungi kaki
berisiko tinggi merupakan elemen penting dari program pencegahan
a. Menjaga kebersihan kaki setiap hari dengan cara sebagai
berikut :
1. Melakukan pemeriksaan kaki diabetes dengan cara inspeksi
dengan menggunakan cermin untuk memeriksa seluruh bagian
kaki yang sulit dijangkau
2. Periksa bagian dari kuku jari, lihat ada tidaknya kuku yang
tumbuh dibawah kulit (ingrown nail), retakan atau robekan
pada kuku
3. Periksa bagian kulit di bagian sela-sela jari (dari ujung sampai
pangkal jari), amati apakah ada bagian kulit yang retak, luka,
melempuh atau terjadi pendarahan
4. Periksa pada bagian telapak kaki apakah ada luka, kalus
(kapalan), plantar warts atau kulit telapak kaki yang retak
(fisura)
5. Periksa adanya bentuk kelainan tulang pada area kaki seperti
terdapat edema ibu jari, ibu jari bengkok

15
6. Periksa kelembapan kulit dan cek kemungkinan kulit berkerak
atau kering akibat adanya luka
7. Periksa kemungkinan adanya bau pada area kaki 8) Bersihkan
dan cuci kaki setiap hari dengan menggunakan air hangat
8. Bersihkan menggunakan sabun dengan lembut sampai ke
bagian sela-sela jari kaki
9. Keringkan kaki dengan menggunakan kain yang bersih, lembut
sampai ke bagian sela-sela jari
10. Gunakan pelembab atau krim pada area permukaan kulit kaki
untuk menghindari kulit kering dan pecah
11. Jangan menggunakan pelembab atau krim di sela-sela jari kaki
karena akan meningkatkan terjadinya kelembapan dan menjadi
tempat berkembangnya mikroorganisme (fungi)
b. Perawatan Kuku Kaki
1. Gunting kuku kaki lurus mengikuti bentuk normal jari, tidak
terlalu pendek, dekat dengan kulit kemudian mengikir kuku agar
tidak tajam untuk menghindari hangnails
2. Hindari terjadinya luka pada jaringan disekitar kuku. Apabila
kuku keras sulit untuk dipotong rendam kaki dengan air hangat
± 5 menit
3. Memotong kaki sebaiknya dilakukan minimal seminggu 1 kali
4. Kuku kaki yang menusuk daging dan terdapat kalus sebaiknya
di obati oleh dokter
c. Pemilihan alas kaki yang tepat
1. Memakai alas kaki sepatu atau sandal untuk melindungi
kemungkinan resiko terjadinya luka tidak terkecuali di dalam
rumah
2. Pilih sepatu dengan ukuran yang sesuai, pastikan bagian terlebar
dari kaki terpasang pada sepatu dengan aman, nyaman (sepatu
yang agak 20 lebar) jangan menggunakan model sepatu yang

16
tinggi atau lancip khususnya wanita karean untuk menghindari
adanya resiko cidera
3. Memeriksa bagian dalam sepatu sebelum pemakaian : tumit
sepatu, telapak kaki, bagian atas dan again dalam dasar (alas)
dan tepi
4. Selalu periksa sepatu dan kaos kaki dari benda asing atau tajam
5. Jangan menggunakan kaos kaki yang ketat, sebaiknya
menggunakan kaos kaki yang terbuat dari kapas, wol atau
campuran dari keduannya
6. Lepas sepatu setiap4-6 jam serta menggerakan pergelangan, jari-
jari kaki agar sirkulasi darah tetap optimal
d. Konsultasi dengan dokter
Konsultasikan dengan dokter apabila terjadi luka yang
membengkak dan bernanah. Tidak adanya pemulihan setelah
melakukan perawatan sendiri selama 3 hari terjadinya perubahan
warna misalnya menjadi hitam dan kaki bengkak
e. Hal-hal yang perlu dihindari dalam perawatan kaki diabetes
1. Jangan berjalan tanpa menggunakan alas kaki
2. Hindari menggunakan plester pada kulit
3. Usahakan kaki tidak kontak dengan air panas (jangan
menggunakan botol panas atau peralatan listrik dirumah untuk
memansakan kaki ketika merasakan nyeri)
4. Jangan menggunakan batu, silet atau peralatan tajam lainnya
untuk mengurangi kallus atau kapalan
5. Jangan biarkan luka sekecil apapun pada kaki langsung pergi
konsultasikan dengan dokte
f. Senam Kaki Diabetik
Menurut (Taylor, 2010) senam kaki merupakan gerakan
yang dapat dilakukan oleh penderita diabetes mellitus untuk
mencegah terjadinya luka, membantu memperlancar aliran darah
bagian kaki, meningkatkan kekuatan otot betis dan paha, mencegah

17
terjadinya kelainan bentuk dan mengatasi keterbatasan pergerakan
sendi
g. Manfaat senam kaki diabetik
1. Mengontrol kadar gula darah
2. Menghambat dan memperbaiki resiko penyakit kardiovaskuler
yang terjadi pada penderita diabetes mellitus yaitu
penyakitpenyakit vaskuler yang sangat berbahaya seperti
penyakit jantung koroner, stroke, penyakit pembuluh darah
perifer
3. Mengurangi pemakaian obat oral serta insulin

h. Persiapan Senam Kaki


1. Persiapan alat : Kertas Koran 2 lembar dan kursi
2. Persiapan lingkungan : Ciptakan lingkungan yang nyaman dan
menjaga privasi
3. Jika dilakukan dengan posisi duduk maka pasien duduk tegak
diatas bangku dengan menyentuh lantai
i. Langkah-langkah Senam Kaki
1. Posisi tumit di lantai kedua jari kaki diluruskan menghadap ke
ataa, di bengokkan kembali ke arah bawah
2. Pada kaki yang lainnya, jari-jari kaki diletakkan dilantai
dengan posisi tumit kaki diangkat ke atas. Lakukan hal ini
secara bersamaan pada kaki kiri dan kanan dengan bergantian,
ulangi sebanyak 10 kali
3. Angkat kaki sejajar, gerakan telapak kaki ke depan dan
belakang juga. Pada kaki kanan dan kiri lakukan secara
bergantian , lakukan sebanyak 10 kali
4. Lalu angkat kaki sejajar, gerakan telapak kaki ke depan.
Lakukan cara seperti ini secara bersamaan lalu ulangi sebanyak
10 kali

18
5. Angkat salah satu bagian kaki, tulis angka nol secara
bergantian.
6. Bentuk kertas menyerupai bola kemudian buka kembali kertas-
nya lalu robek dengan menjadikan-nya dua bagian, salah satu
robekannya di robek lagi sampai menjadi bagian kecil-kecil
lalu kumpulkan dan bentuk bola

2) Debridement
terapi ulkus kaki diabetik meliputi debridement luka, Debridemen
merupakan upaya untuk membersihkan semua jaringan nekrotik,
karena luka tidak akan sembuh bila masih terdapat jaringan nonviable,
debris dan fistula. Tindakan debridemen juga dapat menghilangkan
koloni bakteri pada luka. Saat ini terdapat beberapa jenis debridemen
yaitu, autolitik, enzimatik, mekanik, biologik dan tajam.
Debridemen dilakukan terhadap semua jaringan lunak dan tulang
yang nonviable. Tujuan debridemen yaitu untuk mengevakuasi
jaringan yang terkontaminasi bakteri, mengangkat jaringan nekrotik
sehingga dapat mempercepat penyembuhan, menghilangkan jaringan
kalusserta mengurangi risiko infeksi lokal. Debridemen yang teratur
dan dilakukan secara terjadwal akan memelihara ulkus tetap bersih
dan merangsang terbentuknya jaringan granulasi sehat sehingga dapat
mempercepat proses penyembuhan ulkus. Debridement hanya boleh
dilakukan menggunakan pisau bedah, metode seperti ini justru
dianggap lebih cepat dan efektif untuk menghilangkan hiperkeratosis,
jaringan mati (Alexiadou, 2012)
a. Klasifikasi jenis-jenis debridement yaitu :
1. Pembedahan tajam dengan menggunakan pisau bedah, yaitu
untuk persiapan luka, menghilangkan bagian jaringan yang
sudah menghitam atau mati (nekrotik) serta mikroorganisme
2. Mekanis dengan menggunakan dressing basah sampai kering,
irigasi luka dan dekstranomer

19
3. Enzimatik dengan menggunakan enzim kimia seperti
kolagenase, papain atau tripsin seperti krim, salep
4. Debridement autolitik dengan menggunakan enzim in vivo
yang mampu mencerna sendiri bagian jaringan yang
menyimpang seperti hydrogel atau hidrokoli

3) Pemeliharaan luka/dresing
Prinsip perawatan luka yaitu menciptakan lingkungan moist wound
healing atau menjaga agar luka senantiasa dalam keadaan lembab.
Bila ulkus memroduksi sekret banyak maka untuk pembalut (dressing)
digunakan yang bersifat absorben. Sebaliknya bila ulkus kering maka
digunakan pembalut yang mampu melembabkan ulkus. Bila ulkus
cukup lembab, maka dipilih pembalut ulkus yang dapat
mempertahankan kelembaban. Disamping bertujuan untuk menjaga
kelembaban, penggunaan pembalut juga selayaknya
mempertimbangkan ukuran, kedalaman dan lokasi ulkus. Untuk
pembalut ulkus dapat digunakan pembalut konvensional yaitu kasa
steril yang dilembabkan dengan NaCl 0,9% maupun pembalut modern
yang tersedia saat ini. Beberapa jenis pembalut modern yang sering
dipakai dalam perawatan luka, seperti: hydrocolloid, hydrogel,
calcium alginate, foam dan sebagainya. Pemilihan pembalut yang
akan digunakan hendaknya senantiasa mempertimbangkan cost
effective dan kemampuan ekonomi pasien.
Menurut(Braund, 2013) dressing dipergunakan untuk mempercepat
adanya penyembuhan luka. Dressing bukanlah pengganti dari
debridement. Dressing lebih melibatkan pemeliharaan sekitar luka
seimbang yaitu tidak terlalu lembab maupun kering. Tenaga kesehatan
harus mempergunakan pembalut luka yang sesuai dengan kondisi luka
pada kaki diabetik. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan
meliputi lokasi luka, luas atau ukuran, kedalaman luka, jumah dan

20
jenis eksudat, kondisi kulit kusut,jenis jaringan utama pada bagian
permukaan luka, kompatibilitas dengan menggunakan terapi lain, dan
kualitas hidup serta kesejahteraan pada diri pasien.
4) Penanganan beda/Amputasi
Jenis tindakan bedah tergantung dari berat ringannya UKD.
Tindakan elektif ditujukan untuk menghilangkan nyeri akibat
deformitas seperti pada kelainan spur tulang, hammertoes atau
bunions. Tindakan bedah profilaktif diindikasikan untuk mencegah
terjadinya ulkus atau ulkus berulang pada pasien yang mengalami
neuropati dengan melakukan koreksi deformitas sendi, tulang atau
tendon. Bedah kuratif diindikasikan bila ulkus tidak sembuh dengan
perawatan konservatif, misalnya angioplasti atau bedah vaskular.
Osteomielitis kronis merupakan indikasi bedah kuratif.10 Bedah
emergensi adalah tindakan yang paling sering dilakukan, dan
diindikasikan untuk menghambat atau menghentikan proses in feksi,
misalnya ulkus dengan daerah infeksi yang luas atau adanya gangren
gas. Tindakan bedah emergensi dapat berupa amputasi atau
debridemen jaringan nekrotik
Dalam pedoman International Diabetic Foot, tindakan amputasi
tidak boleh dilakukan kecuali memang telah dilakukan assessment
vaskular yang terinci. Amputasi dilakukan ketika dalam kondisi
Iskemi yang tidak bisa ditangani dengan analgesis atau
revaskularisasi, infeksi kaki yang kondisinya sudah mengancam jiwa
yang tidak bisa diperbaiki dengan dilakukan tindakan lain, ulkus kaki
tanpa adanya proses penyembuhan disertai dengan beban penyakit
lebih tinggi dari pada akibat amputasi. Pada beberapa kasus yang
terjadi, komplikasi pada ulkus kaki diabetikum menyebabkan tidak
berguna secara fungsional dan tindakan amputasi merupakan alternatif
terbaik (Braund, 2013)
5) Pengelolaan infeksi

21
Pada ulkus kaki diabetikum apabila terdapat infeksi gabungan dari
bakteri anaerob atau aerob, antibiotik yang disarankan harus sesuai
dengan hasil kultur serta resistensi terhadap antibiotik. Karena itu
untuk melakukan pemilihan antibiotik yang pertama harus diberikan
antibiotik golongan spektrum supaya infeksinya tidak bertambah
parah. Pemberian entibiotik harus melihat tingkat keparahan
infeksinya karena hal ini berguna untuk mencegah terjadinya
resistensi selama menjalan terapi(Lipsky, 2012)
Infeksi pada UKD merupakan faktor pemberat yang turut
menentukan derajat agresifitas tindakan yang diperlukan dalam
pengelolaan UKD. Dilain pihak infeksi pada UKD mempunyai
permasalahan sendiri dengan adanya berbagai risiko seperti status
lokalis maupun sistemik yang imunocompromised pada pasien DM,
resistensi mikroba terhadap antibiotik, dan jenis mikroba yang
adakalanya memerlukan antibiotik spesifik yang mahal dan
berkepanjangan. Dasar utama pemilihan antibiotik dalam
penatalaksanaa UKD yaitu berdasarkan hasil kultur sekret dan
sensitivitas sel. Cara pengambilan dan penanganan sampel
berpengaruh besar terhadap ketepatan hasil kultur kuman. Telah
dilaporkan bahwa terdapat perbedaan jenis kuman yang didapat pada
bahan sekret yang diambil superfisial dengan yang deep swab.
Sambil menunggu hasil kultur, pada UKD yang terinfeksi
penggunaan antibiotik dapat dipilih secara empirik. Terdapat berbagai
klasifikasi pengelolaan kaki diabetes mulai dari yang sederhana
sampai kompleks yang mencantumkan tuntunan penggunaan
antibiotika. Beberapa klasifikasi tersebut yaitu klasifikasi Wagner,
The University of Texas classification, klasifikasi PEDIS oleh
International Consensus on the Diabetic Foot, dan klasifikasi
berdasarkan derajat keparahan oleh Infectious Disease Society of
America (IDSA)

22
Secara klinis, infeksi yang tidak mengancam tungkai biasanya
terlihat sebagai ulserasi yang dangkal, tanpa iskemia yang nyata, tidak
mengenai tulang atau sendi, dan area selulitis tidak lebih dari 2 cm
dari pusat ulkus. Pasien tampak stabil serta tidak memperlihatkan
tanda dan gejala infeksisistemik. Pengelolaan pasien dilakukan
sebagai pasien rawat jalan. Perawatan di rumah sakit hanya bila tidak
ada perbaikan setelah 48-72 jam atau kondisi memburuk. Antibiotik
langsung diberikan disertai pembersihan dan debridemen ulkus.
Penanganan ulkus ini selanjutnya seperti yang diuraikan sebelumnya,
koreksi hiperglikemia dan kontrol komorbid lainnya. Respon terhadap
pengobatan dievaluasi setelah 48- 72 jam untuk menilai tindakan yang
mungkin perlu dilakukan. Aspek pencegahan, pendidikan pasien,
perawatan dan penanganan ortotik juga dilakukan secara terpadu.
Infeksi disebut mengancam bila UKD berupa ulkus yang dalam
sampai mengenai tulang dengan selulitis yang lebih dari 2 cm dan/atau
disertai gambaran klinis infeksi sistemik berupa demam, edema,
limfangitis, hiperglikemia, leukositosis dan iskemia. Perlu
diperhatikan, tidak semua pasien diabetes dengan infeksi yang relatif
berat akan menunjukkan tanda dan gejala sistemik seperti tersebut
diatas. Jika ulkus mencapai tulang atau sendi, kemungkinan besar
akan terjadi osteomielitis.
Pasien dengan infeksi yang mengancam ekstremitas harus dirawat
di ru kit untuk manajemen yang tepat. Debridemen dilakukan sejak
awal dengan tetap memperhitungkan ada/tidaknya kompetensi
vaskular tungkai. Jaringan yang diambil dari luka dikirim untuk
kultur. Tindakan ini mungkin perlu dilakukan berulang untuk
mengendalikan infeksi.
6) Terapi Lain
Terapi ajuvan yang sering digunakan dalam pengelolaan UKD
ialah terapi oksigen hiperbarik (TOH). TOH merupakan pemberian
oksigen untuk pasien dengan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan

23
atmosfer normal. Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi
oksigen dalam darah dan peningkatan kapasitas difusi jaringan.
Tekanan parsial oksigen dalam jaringan yang meningkat akan
merangsang neovaskularisasi dan replikasi fibroblas serta
meningkatkan fagositosis dan leucocyte-mediated killing dari bakteri.
Indikasi pemberian TOH yaitu UKD yang memenuhi kriteria luka
derajat 3 dalam klasifikasi Wagner dan luka yang gagal sembuh
setelah 30 hari pengobatan standar, dan terutama ditujukan pada ulkus
kronis dengan iskemia.
Penggunaan granulocyte colony stimulating factors (GCSF)
merupakan terapi alternatif yang masih dalam penelitian. GSCF
diketahui dapat meningkatkan aktivitas neutrofil pada pasien DM.
Pemberian suntikan GSCF subkutan selama satu minggu pada UKD
yang disertai infeksi terbukti mempercepat eradikasi kuman,
memperpendek waktu pemberian antibiotik serta menurunkan angka
amputasi. Terapi ajuvan lain dalam pengelolaan UKD yang masih
dalam tahap penelitan yaitu penggunaan faktor pertumbuhan (growth
factor therapy) dan bioengineered tissue.
Platelet-derived growth factor becaplermin (PDGF-b, becaplermin)
digunakan untuk merangsang penyembuhan luka dan dianjurkan pada
neuropati kaki diabetes. Pemakaian bahan ini secara topikal dikatakan
efektif dan aman, namun belum terdapat data yang memadai. Produk
bioengineered tissue seperti bioengineered skin (Apligraf) dan human
dermis (Dermagraf) merupakan implan biologik aktif untuk
mempercepat penyembuhan ulkus kronik. Produk bioengineered ini
bekerja pada sistem penghantaran growth factor dan komponen
matriks dermal melalui aktifitas fibroblas yang merangsang
pertumbuhan jaringan dan penutupan luka.

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka didefinisikan sebagai terputusnya kontinuitas jaringan tubuh
oleh sebab-sebab fisik, mekanik, kimia dan termal. Luka, baik luka
terbuka atau luka tertutup, , merupakan salah satu permasalahan yang
paling banyak terjadi di praktek sehari-hari ataupun di ruang gawat
darurat. Penanganan luka merupakan salah satu keterampilan yang harus
dikuasai oleh dokter umum Tujuan utama manajemen luka adalah
mendapatkan penyembuhan yang cepat dengan fungsi dan hasil estetik
yang optimal.Tujuan ini dicapai dengan pencegahan infeksi dan trauma
lebih lanjut serta memberikan lingkungan yang optimal bagi penyembuhan
luka.
Penatalaksanaan pada luka diabetik ditentukan berdasarkan derajat
keparahan luka, vaskularisasi dan adanya infeksi (Hariani, 2012)
Rehabilitasi merupakan hal yang sangat penting yang harus dilakukan
untuk penatalaksanaan kaki diabetik. Sejak pertama pencegahan terjadinya
ulkus diabetik dan setelah perawatan, keterlibatan ahli rehabilitasi medis
sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya kecacatan yang lebih lanjut.
Keterlibatan ahli rehabilitasi medis berlangsung sampai sesudah tindakan
amputasi untuk memberikan bantuan bagi mereka menghindari timbulnya
ulkus yang baru. Pemakaian alas kaki atau sepatu khusus dapat
mengurangi terjadinya tekanan pada plantar karena ulkus yang terjadi
selanjutnya akan memberikan prognosis yang jauh lebih parah dari pada
ulkus yang baru awal terjadi (Waspadji, 2009)
B. Saran
Ulkus kaki diabetes (UKD) merupakan salah satu komplikasi
kronik diabetes melitus yang sering dijumpai pada dasarnya diabetes
disebabkan oleh produksi insulin yang tidak normal beserta penyebab
lainnya berupa pola diet yang kurang baik nah saran penulis untuk

25
menghindari kekambuhan ulkus kaki diabetik yakni dengan menerapkan
menejemen perawatan luka ulkus dibetik seperti yang penulis sudah
terankan diatas. Untuk pembaca ataupun bagi profesi perawat dapat
mengaplikasikan proses menejemen perawatn ulkus kaki diabetik dengan
memperhatikan proses perawatannya.

26
DAFTAR PUSTAKA

ADA. (2012). Faktor risiko mempengaruhi kejadian Diabetes mellitus tipe


dua. Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan Aisyiyah Isnaini, Nur
Ratnasari, Ratnasari, 14(1), 59–68. https://doi.org/10.31101/jkk.550

Ananta. (2018). Pola Perawatan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Kaki.


Achmad Djamil, Nur Sefa Arief Hermawan, Priscilia Dea, 6.

Azzida Dzaher. (2016). Peran perawat pada manajemen kaki penderita


diabetes. Retrieved from https://today.mims.com/peran-perawat-
pada-manajemenkaki-penderita-diabetes

dr. Wahjoepramono. (2010). Ulkus Diabetikum (pp. 7–37). pp. 7–37.


Retrieved from

https://www.alomedika.com/penyakit/endokrinologi/ulkusdiabetikum/patofisi
ologi

dr.Firdaus. (2017). Penanganan Amputasi. Retrieved from


https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/diabetes-kencing-
manis/lukadiabetes-diamputasi/

Cooper, P, Russell, F, Stringfellow, S, A Review of Different Wound Types


and Their Principles of Management in : Applied Wound
Management Supplement, Wounds, 2004 : 22 – 30. Available
athttp://www.enquiries@wounds-uk.com atau http://www.wounds-
uk.co

Hettiaratchy, S., Papini, R., ABC of Burns : Initial Management of a Major


Burn: I— Overview, BMJ, 2004; BMJ, 2004; 328: 1555 – 7

Papini, R., ABC of Burns : Management of

27

Anda mungkin juga menyukai