DI RSUD GAMBIRAN
DISUSUN OLEH:
KORI’ATUN NI’MAH
(2012B2018)
KOTA KEDIRI
2021
1. DEFINISI FRAKTUR
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Kapita Selekta Kedokteran, 2000 : 36). Fraktur dapat dibagi
menjadi :
1. Fraktur tertutup (closed) adalah hilangnya atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dimana tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Atau bila jaringan kulit yang berada
diatasnya/ sekitar patah tulang masih utuh.
2. Fraktur berbuka (open / compound) adalah hilangnya atau terputusnya jaringan tulang dimana
fragmen-fragmen tulang pernah / sedang berhubungan dengan dunia luar.
2. ETIOLOGI
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara spontan.
Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit di atasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh
dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
2. Fraktur Patologik Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma
minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
a. Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif.
b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah
satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi
semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena
asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
3. Secara Spontan Disesbabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan
orang yang bertugas dikemiliteran.
3. PATOFISIOLOGI
Tulang paha / femur terdiri dari ujung atas, corpus dan ujung bawah, ujung atas terdiri dari
a. Kaput adalah masa yang membuat dan mengarah ke dalam dan ke atas tulang tersebut
halus dan dilapisi dengan kartilago kembali fovea, lubang kecil tempat melekatnya ligamen
pendek yang menghubungkan kaput ke area yang besar pada asetabulum os coxal.
b. Trochanten mayor sebelah lateral dan trochanter minor sebelah medial, merupakan
melekatnya otot-otot.
Carpus adalah tulang panjang agak mendatar ke arah medial, sebagian besar
permukaannya halus dan tempat melekatnya otot-otot. Pada bagian posterior linea aspera
adalah tulang yang berbentuk hubungan ganda, membentang ke bawah dari trochanter atas
dan melebar keluar bawah untuk menutup area yang halus. Ujung bawah terdiri dari kondik
medial dan lateral yang besar dan suatu area tulang diantaranya kondile mempunyai
permukaan artikulur untuk fibia dibawah dan patela di depan.
Fraktur collum dan kaput merupakan fraktur femur yang umum, fraktur tersebut lebih
mudah terjadi pada orang tua sebagai akibat karena jatuh. Fraktur tidak dapat segera
sembuh karena pada fraktur tersebut memotong banyak suplay darah ke kaput femoris.
Untuk membantu menyembuhkan dan memudahkan pergerakan pasien secepat mungkin.
Fraktur ini biasanya ditangani dengan memasang pembaja melalui trochanter mayor ke
dalam kaput femuris. Dengan demikian pasien mampu untuk turun dari tempat tidur dan
mulai untuk berjalan (John Gibson, 1995 : 44).
4. PATWAY
5. MANIFESTASI KLINIS
1. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya
perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
a. Rotasi pemendekan tulang.
b. Penekanan tulang.
2. Bengkak : Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan
yang berdekatan dengan fraktur.
5. Tenderness / keempukan.
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur didaerah yang berdekatan.
8. Pergerakan abnormal.
10. Krepitasi
6. KLASIFIKASI
1. Derajat 1
- Luka < 1 cm.
- Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk.
- Fraktur sederhana, transversal, oblik atau kominutif ringan.
- Kontaminasi mininal.
2. Derajat 2
- Laserasi > 1 cm.
- Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap / arulsi.
- Fraktur kominutif sedang.
- Kontaminasi sedang.
3. Derajat 3 Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luar meliputi struktur kulit, otot dan neuro
vaskuler serta keutamaan derajat tinggi secara otomatis, Gustilo membagi lagi menjadi 3
bagian :
1. Derajat III A Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi
luas / flap / avulsi / fraktur segmental / sangat kuminatif yang disebabkan oleh trauma
berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.
2. Derajat III B Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau kontaminasi.
3. Derajat III C Luka pada pembuluh arteri / saraf perifer yang harus dan perbaiki tanpa melihat
keruskaan jaringan lunak.
(Kapita Selekta Kedokteran, 2000 : 347)
7. PENATA LAKSANAAN
1. Harus ditegakkan dan ditangani dahulu akibat trauma yang membahayakan jiwa airway,
breathing, circulation.
2. Semua patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat yang memerlukan penanganan segera
yang meliputi pembidaian, menghentikan perdarahan dengan perban tekan, menghentikan
perdarahan besar dengan klem.
3. Pemberian antibiotika.
5. Stabilisasi.
6. Penutub luka.
7. Rehabilitasi.
1. Life Saving
Semua penderita patah tulang terbuka harus di ingat sebagai penderita dengan
kemungkinan besar mengalami cidera ditempat lain yang serius. Hal ini perlu ditekankan
mengingat bahwa untuk terjadinya patah tulang diperlukan suatu gaya yang cukup kuat yang
sering kali tidak hanya berakibat total, tetapi berakibat multi organ. Untuk life saving prinsip
dasar yaitu : airway, breath and circulation.
2. Semua patah tulang terbuka dalam kasus gawat darurat
Dengan terbukanya barier jaringan lunak maka patah tulang tersebut terancam untuk
terjadinya infeksi seperti kita ketahui bahwa periode 6 jam sejak patah tulang tebuka luka yang
terjadi masih dalam stadium kontaminsi (golden periode) dan setelah waktu tersebut luka
berubah menjadi luka infeksi. Oleh karena itu penanganan patuah tulang terbuka harus
dilakukan sebelum golden periode terlampaui agar sasaran akhir penanganan patah tulang
terbuka, tercapai walaupun ditinjau dari segi prioritas penanganannya. Tulang secara primer
menempati urutan prioritas ke 6. Sasaran akhir di maksud adalah mencegah sepsis,
penyembuhan tulang, pulihnya fungsi.
3. Pemberian antibiotika
Mikroba yang ada dalam luka patah tulang terbuka sangat bervariasi tergantung dimana
patah tulang ini terjadi. Pemberian antibiotika yang tepat sukar untuk ditentukan hany saja
sebagai pemikiran dasar. Sebaliklnya antibiotika dengan spektrum luas untuk kuman gram
positif maupun negatif.
4. Debridemen dan irigasi
Debridemen untuk membuang semua jaringan mati pada darah patah terbuka baik
berupa benda asing maupun jaringan lokal yang mati. Irigasi untuk mengurangi kepadatan
kuman dengan cara mencuci luka dengan larutan fisiologis dalam jumlah banyak baik dengan
tekanan maupun tanpa tekanan. “Di Intion is solution for polution” untuk mengetahui kualitas
dari otot hendaknya selalu di ingat 4 C : Contractibility, color, consistency, capacity to bleed.
Kedua tindakan ini harus dilakukan sesempurna mungkin sebelum penanganan definitif.
5. Stabilisasi.
Untuk penyembuhan luka dan tulang sangat diperlukan stabilisasi fragmen tulang, cara
stabilisasi tulang tergantung pada derajat patah tulang terbukanya dan fasilitas yang ada. Pada
derajat 1 dan 2 dapat dipertimbangkan pemasangan fiksasi dalam secara primer. Untuk derajat
3 dianjurkan pemasangan fiksasi luar. Stabilisasi ini harus sempurna agar dapat segera dilakukan
langkah awal dari rahabilitasi penderita.
6. Penutup luka
Penutup luka primer dapat dipertimbangkan pada patah tulang derajat 1 dan 2 tidak
dianjurkan penutupan luka primer. Hanya saja kalau memungkinkan tulang yang nampak
diusahakan ditutup dengan jaringan lunak (otot) untuk memperkuat hidupnya.
7. Rehabilitasi Dini
Perlu dilaksanakan sebab dengan demikian maka keadaan umum penderita akan jadi
sangat baik dan fungsi anggota gerak di harapkan kembali secara normal.
(Pedoman diagnosis dan terapi, UPF, 1994: 133)
a. Manipulasi secara tertutup untuk mereposisi terbatas hanya pada patah tulang tertentu.
- Imobilisasi
- Reposisi secara terbuka Melakukan reposisi dengan operasi kemudian melakukan imobilisasi
dengan menggunakan fiksasi interna yang dapat berupa plat, pen dan kawat.
- Latihan otot.
- Latihan berjalan
8. PEMERIKSAAN PENUNANG
- 2 waktu yang berbeda (saat setelah trauma dari 10 hari setelah trauma).
- 2 sendi : sendi proksimal dan distal dari fraktur harus terlihat pada film.
- 2 ekstremitas : sebagai pembanding, bila garis fraktur meragukan terutama pada anak-anak.
9. KOMPLIKASI
Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok yang berakibat fatal dalam beberapa jam
setelah cedera, emboli lemak, yang dapat terjadi dalam 48 jam atau lebih, dan sindrom
kompartemen, yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas permanent jika tidak ditangani
segera.komplikasi lainnya adalah infeksi, tromboemboli yang dapat menyebabkan kematian
beberapa minggu setelah cedera dan koagulopati intravaskuler diseminata (KID).
Syok hipovolemik atau traumatik, akibat pendarahan (baik kehilangan dara eksterna
maupun tak kelihatan ) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak dapat terjadi
pada fraktur ekstremitas, toraks, pelvis,dan vertebra karena tulang merupakan organ yang
sangat vaskuler, maka dapaler terjadi kehilangan darah dalam jumlah yang besar sebagai akibat
trauma,khususnya pada fraktur femur pelvis.
Sindrom Emboli Lemak. Setelah terjadi fraktur panjang atau pelvis,fraktur multiple,atau
cidera remuk dapat terjadi emboli lemak, khususnya pada dewasa muda 20-30th pria pada saat
terjadi fraktur globula lemat dapat termasuk ke dalam darah karma tekanan sumsum tulang
lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karma katekolamin yang di lepaskan oleh reaksi setres
pasien akan memobilitasi asam lemak dan memudahkan terjadiya globula lemak dalam aliran
darah. Globula lemak akan bergabung dengan trombosit membentuk emboli, yang kemudian
menyumbat pembuluh darah kecil yang memasok otak, paru, ginjal dan organ lain awitan dan
gejalanya, yang sangat cepat, dapat terjadi dari beberapa jam sampai satu minggu setelah cidera
gambaran khansya berupa hipoksia, takipnea, takikardia, dan pireksia.
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA
INDONESIA
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
ALAMAT : JL. Manila No. 37 Sumberece Kediri Telp. (0354) 7009713 Fax. (0354) 695130
NIM : 2012B2018
I. PENGKAJIAN
Umur : 62 Umur :
Pendidikan :- Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan:
Status : Status :
Alamat : Alamat :
Penghasilan : penghasilan :
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. KELUHAN UTAMA :
Pasien mengatakan nyeri pada kaki sebela kiri (R), karena pasien tertabrak. Pasien
tampak gelisah pasien juga mengatakan nyeri yang dirasakan seperti ditusuk- tusuk (Q).
nyeri datang hilang timbul (T). Pasien Nampak menahan nyeri . pasien mengatakan
aktivitas dibantu keluarga, dan Nampak disiben oleh keluarga.skala nyeri yang dirasakan
pasien 7 (S)
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
c. Pernah Operasi
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
d. Riwayat alergi
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
5. GENOGRAM ( 3 GENERASI)
6. RIWAYAT PSIKOSOSIAL :
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
Mandi v
Toileting v
Berpakaian v
Mobilitas di tempat v
tidur
Berpindah v
Ambulasi (ROM) v
Interpretasi Hasil :
0 : mandiri
1 : alat Bantu
3 : tergantung total
8. PEMERIKSAAN FISIK :
Kesadaran :
................................................................................................................. GCS : ...........
- Nadi : 85 x/mnt
- Suhu : 36,5 ° C
- skala nyeri :7
………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………….
a) Inspeksi thoraks
a. Bentuk thoraks :
....................................................................................................
b. Pernafasan : ........................ Frekuensi : ................ Irama : ....................................
c. Tanda dan gejala kesulitan bernafas : .....................................................................
b) Pemeriksaan paru
a. Palpasi getaran suara :
.........................................................................
b. Perkusi :
.........................................................................
c. Auskultasi
- Suara nafas :
.........................................................................
- Suara ucapan :
.........................................................................
c) Pemeriksaan jantung
a. Inspeksi :
.........................................................................
b. Palapasi :
.........................................................................
- Pulsasi :
.........................................................................
- Ictus Cordis :
.........................................................................
c. Perkusi
- Batas jantung :
.........................................................................
d. Auskultasi
- Bunyi jantung I :
.........................................................................
- Bunyi jantung II :
.........................................................................
- Bunyi jantung tambahan :
.........................................................................
- Murmur :
.........................................................................
- Frekuensi : .........................................................................
g. Pemeriksaan Abdomen :
a) Inspeksi
a. Bentuk abdomen : .........................................................................
b. Benjolan / massa : .........................................................................
c. Bayangan pembuluh darah :
.........................................................................
b) Auskultasi
a. Peristaltik usus :
.........................................................................
c) Palpasi
a. Tanda nyeri tekan : .........................................................................
b. Benjolan / massa : .........................................................................
c. Tanda ascites :
.........................................................................
d. Hepar :
.........................................................................
e. Lien :
.........................................................................
f. Titik Mc Burney :
.........................................................................
d) Perkusi
a. Suara abdomen :
.........................................................................
b. Pemeriksaan ascites :
.........................................................................
………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………….
j. Pemeriksaan Integumen :
a. Kebersihan :
.........................................................................
b. Kehangatan :
.........................................................................
c. Warna :
.........................................................................
d. Turgor :
.........................................................................
e. Kelembapan :
.........................................................................
f. Kelainan pada kulit :
.........................................................................
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..
l. Pemeriksaan Genetalia
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..
9. SPIRITUAL :
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
….…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
Nama Pasien : tn. p No. Register :
ANALISIS DATA
Q : sepeti tertusuk-tusuk
S:7
T : Hilang timbul
DO : TTV :
- TD : 150/80 mmHg
- N : 85 x/i
- RR : 20 x/i
BERDASARKAN PRIORITAS
RENCANA KEPERAWATAN
Intervensi pendukung:
Observasi
- Pemantauan neurologis
Terapiutik
- Pembidaian
Edukasi
Kolaborasi
CATATAN PERKEMBANGAN
TTV :
- TD : 150/80 mmHg
- N : 85 x/i
- RR : 20 x/i
P : Lanjutkan intervensi
BUKTI MENGIKUTI KULIAH PEMBAHASAN LP ASKEP KASUS 1