Anda di halaman 1dari 12

STOCKING RATE

PAPER

OLEH:
CHRISTIAN ALEXANDRO TARIGAN
170301271

MATA KULIAH INTEGRAS ITERNAK


P R O G RA M S T U D I A G R O T E K N O L O G I
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari paper ini adalah “Stocking Rate” yang merupakan salah satu
syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di mata kuliah Integrasi Ternak
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu
selaku dosen penanggung jawab matakuliah integrasi ternak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan paper ini.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penulisan
dimasa yang akan datang, semoga paper ini bermanfaat bagi yang membutuhkan. Akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga paper ini dapat bermanfaaat bagi kita
semua.

Medan, November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................. 1
Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
Kegunaan Penulisan .......................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA.. ............................................................................ 6

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Stocking rate merupakan jumlah ternak atau unit ternak yang digembalakan
dalam suatu padang penggembalaan selama waktu tertentu. Satu unit ternak terdiri dari
1 sapi atau kerbau dewasa. Besarnya stocking rate menggambarkan besarnya imbangan
antara jumlah ternak dengan persediaan hijauan. Jumlah ternak yang dapat
digembalakan tergantung dari beberapa aspek diantaranya produksi hijauan, luas
padang penggembalaan dan kapasitas lahan tersebut. Semakin luas lahan pastura, maka
akan semakin banyak juga daya tampung ternak. (Parakkasi, 1999)
Luas pastura mempengaruhi kapasitas tampung ternak, hal ini disebabkan
karena hewan akan lebih banyak bergerak (misalnya berjalan) di pastura yang lebih luas
sehingga mempengaruhi tingkat konsumsi. Stocking rate menggambarkan besarnya
tekanan penggembalaan pada padang penggembalaan. Tekanan penggembalaan yang
optimal menyebabkan persediaan hijauan yang digunakan lebih efisien sehingga
kebutuhan ternak dapat tercukupi.
Menurut Reksohadiprodjo (1985) kapasitas tampung merupakan kemampuan
suatu padang penggembalaan untuk dapat menampung sejumlah ternak, sehingga
kebutuhan hijauan rumput dalam 1 tahun dapat tercukupi. Kapasitas tampung padang
penggembalaan erat berhubungan dengan jenis ternak, produksi hijauan rumput,
musim, dan luas padang penggembalaan, Oleh karena itu, kapasitas tampung bisa
bermacam-macam dan tergantung pada pengukuran produksi hijauan rumput. Stocking
rate setiap ternak bervariasi, semakin besar ternak maka jumlah ternak dalam padang
penggembalaan semakin sedikit setiap hektarnya. Sebagai contoh, jika area ladang
rumput seluas 100 meter hanya dapat menampung 4 kambing, maka jika ada lebih dari
4 kambing, tentu akan terjadi over capacity, atau ladang tersebut tidak dapat memenuhi
kebutuhan kambing secara berkelanjutan.
Pemanfaatan padang penggembalaan yang optimal dapat dilakukan dengan
mengatur imbangan yang serasi antara kuantitas hijauan yang tersedia dengan jumlah
ternak yang digembalakan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan suatu
pengetahuan untuk memperkirakan produksi suatu padangan, sehingga secara tepat
dapat memperkirakan jumlah ternak yang dapat dimasukkan ke dalam padang
penggembalaan.
Kemampuan masing-masing pastura` dalam menampung ternak berbeda-beda
karena adanya perbedaan-perbedaan dalam hal-hal produktivitas tanah, curah hujan dan
penyebarannya, topografi dan hal-hal lain. Oleh karena itu setiap pastura sebaiknya
digembalai menurut kemampuan masing-masing. Taksiran daya tampung menurut
Halls et al. (1964) dapat didekati dengan jumlah hijauan tersedia di pastura tersebut.
Namun demikian untuk mengamati setiap bagian dari pastura tersebut sangat sulit dan
bahkan tidak mungkin dapat dikerjakan, sehingga cara pengambilan cuplikan sebagai
contoh (sample) memegang peranan penting dalam pengukuran produksi hijauan.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui stocking rate yang
ada di suatu padang penggembalaan selama waktu tertentu
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi komponen penilaian di mata kuliah integrasi ternak program studi
agroteknologi fakultas pertanian universitas sumatera utara.
TINJAUAN PUSTAKA
Kapasitas Tampung atau Carrying Capacity (CC) adalah kemampuan untuk
menampung ternak per unit per satuan luas sehingga memberikan hasil yang optimum
atau daya tampung padang penggembalaan untuk mencukupi kebutuhan pakan hijauan
yang dihitung dalam animal unit (AU). Kepadatan ternak yang tidak memperhatikan
Carring Capacity akan menghambat pertumbuhan hijauan yang disukai, sehingga
populasi hijauan yang berproduksi baik akan menurun kemampuan produksinya, karena
tidak mendapat kesempatan untuk tumbuh (Winarto, 2010).
Kapasitas tampung (carrying capacity) = tekanan penggembalaan (stocking rate)
optimal. Kapasitas tampung identik dengan tekanan penggembalaan (stocking rate)
yaitu jumlah ternak atau unit ternak per satuan luas padang penggembalaan. Tekanan
penggembalaan optimum merupakan pencerminan dari kapasitas tampung yang
sebenarnya dari padang penggembalaan, karena baik pertumbuhan ternak maupun
hijauan dalam keadaan atau merupakan pencerminan keseimbangan antara padang
rumput dengan jumlah unit ternak yang digembalakan (Anonim, 2009).
Kapasitas tampung dipengaruhi oleh jumlah dan jenis keragaman tanaman di
suatu lahan padang penggembalaan. Produksi biomas suatu lahan digunakan
mengetahui produksi rumput pada suatu lahan dalam waktu satu tahun. Produksi
hijauan setiap lahan penggembalaan berbeda-beda. Perbedaan produksi hijauan ini.
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu manajemen, iklim, spesies tanaman dan kondisi
lingkungan. Manu (2013) melaporkan bahwa pengukuran produksi hijauan di lahan
penggembalaan sangat penting dilakukan dalam menentukan peluang pengembangan
ternak yang diusahakan.
Menurut Susetyo (1981), penentuan kapasitas tampung secara cuplikan
memiliki peranan penting dalam pengukuran produksi hijauan. Penentuan pengambilan
petak-petak cuplikan dapat dilakukan dengan beberapa metode sebagai berikut : 1)
Metode pengacakan merupakan penentuan secara acak suatu lahan hijauan seluas 1 m2
atau dalam bentuk lingkaran dengan garis tengah 1m. Petakan cuplikan kedua diambil
pada jarak lurus 10 langkah kekanan dari petak cuplikan pertama dengan luas yang
sama. 2) Metode sistematik merupakan pengambilan cuplikan dimulai dari titik yang
telah ditentukan. Cuplikan berikutnya diambil pada suatu titik dari cuplikan pertama
sehingga membentuk garis terpanjang dari lahan sumber hijauan. 3) Metode stratifikasi
merupakan pengambilan sampel cuplikan pada lahan sumber pakan hijauan dari setiap
lahan sumber hijauan yang ada. Perhitungan mengenai kapasitas tampung (Carrying
Capacity) suatu lahan terhadap jumlah ternak yang dipelihara adalah berdasarkan pada
produksi hijauan makanan ternak yang tersedia. Dalam perhitungan ini digunakan
norma Satuan Ternak (ST) yaitu ukuran yang digunakan untuk menghubungkan bobot
tubuh ternak dengan jumlah makanan ternak yang dikonsumsi. Ternak dewasa (1 ST)
memerlukan pakan hijauan sebanyak 35 kg/ekor/hari. Ternak muda (0,50 ST)
memerlukan pakan hijauan sebanyak 15 – 17,5 kg/ekor/hari. Anak ternak (0,25 ST)
memerlukan pakan hijauan sebanyak 7,5 – 9 kg/ekor/hari
Satuan Ternak (ST) adalah ukuran yang digunakan untuk menghubungkan berat
badan ternak dengan jumlah makanan ternak yang dimakan. Dirjen Peternakan (1986)
menyatakan bahwa satuan ternak adalah ukuran yang digunakan untuk menghubungkan
berat badan ternak dengan jumlah makanan yang dihabiskan. Satuan ternak yaitu satu
ekor ternak sapi dewasa menghabiskan rumput sekitar 35 kg dalam waktu sehari Faktor
tersebut yaitu lingkungan, jenis ternak, jenis tanaman, tipe iklim, dan keadaan musim.
Penggolongan nilai PUF untuk padang penggembalaan adalah a) ringan : 25-30 %; b)
sedang : 40-45 %; c) berat : 60-70 %. Pada umumnya kelas tanah yang dialokasikan
untuk peternakan termasuk golongan sedang dan ringan (Susetyo Menurut Susetyo
(1981),
1. . BEBAN PENGGEMBALAAN OPTIMAL
Semua kegiatan pengelolaan padang penggembalaan bertujuan untuk menyediakan
hijauan yang optimal , sehingga hasil dari pemeliharaan ternak memberikan keuntungan
yang maksimal. Hal ini berarti bahwa penyediaan hijauan tidak harus berlebihan, tetapi
juga tidak boleh sangat kurang. Bila persediaan berlebihan maka hasil ternak menjadi
lebih kecil dalam perbandingan terhadap hijauan yang disediakan. Bila persediaan
hijauan secukupnya maka hasil ternak akan lebih kecil lagi bila dibandingkan terhadap
persediaan hanya sampai optimal. Bila persediaan terlalu kurang tentu akan
mengganggu pertumbuhan dan tingkat toleransi ternak terhadap gejolak lingkungan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan “Stocking Rate” optimal
Pemilihan besarnya Stocking Rate memang tidak bisa ditentukan dan tidak ada
formulasi yang dapat dijadikan pegangan. Pengalaman-pengalaman harus dikumpulkan
melalui percobaan dan pengamatan - pengamatan dalam jangka waktu yang panjang
dan dalam berbagai perubahan kondisi lingkungan. Jadi secara umum beberapa
pertimbangan yang perlu dipikirkan dalam memilih SR optimal adalah sebagai berikut :
1. Intensifikasi Padang Penggembalaan
2. Keefektifan Penggunaan Padang Penggembalaan
3. Keperluan Dari Penggembalaan Selektif
4. Keperluan Mempertahankan Komposisi Botani
5. Mudahnya Terjadi Erosi
6. Curah Hujan Yang Umum Terjadi
7. Pemilihan Sumber Pakan Yang Lain
8. Komposisi Ternak dan Tujuan
9. Bentuk Hasil Yang Dapat Dijual
10.Harga Relatif Dari Tanah dan Ternak

1. Intensifikasi Padang Penggembalaan


Intensifikasi padang pengembalaan dapat dilakukan melalui : pemupukan,
perbaikan dan penggantian jenis tanaman yang ditanam, pengaturan pengairan,
pengolahan tanah, pemberantasan gulma serta hama dan penyakit, dan usahausaha
lainnya yang bertujuan meningkatkan hasil dan nilai persatuan luas padang
penggembalaan. Dengan intensifikasi maka jumlah ternak yang dapat dipelihara akan
meningkat dari sebelum dilakukan intensifikasi, begitu juga SR optimal akan
meningkat. Contoh : Percobaan dengan perlakuan pemupukan Nitrogen dan berbagai
SR. Perbandingan Pengaruhnya dilihat pada rata-rata besarnya tambahan berat badan
per ekor per hari. Pemilihan SR dipilih berdasarkan pengujian sebelumnya yang
didasarkan pada beberapa persedian hijauan (%)
2. Keefektifan Penggunaan Padang Gembalaan
Dalam pengembalaan yang ekstensif, bahwa keefektifan penggunaan lahan
dipengaruhi oleh : kemerataan penyebaran mutu hijauan dan tempattempat air minum
diseluruh wilayah padang gembalaan. Bila mutu hijauan tidak merata penyebarannya,
maka ada kemungkinan ternak mencari makan diwilayah yang mutunya baik saja.
Kejadian demikian menyebabakan terjadinya penggembalaan yang berat pada bagian-
bagian yang lebih disukai ternak, sedangkan penggembalaan ringan dibagian yang
mutunya kurang disenangi ternak. Keadaan demikian menyebabkan perhitungan SR
yang didadasarkan luas lahan keseluruhan menjadi kurang tepat
3. Keperluan Dari Penggembalaan Selektif
Berhubungan dengan faktor ke 2 diatas , bahwa untuk meningkatkan mutu pakan yang
dimakan ternak, salah satu cara yang dilakukan ternak adalah melakukan seleksi. Seleksi
dapat dilaksanakan dengan memilih jenis-jenis dan bagian-bagian tanaman yang lebih
bermutu dan akan dimakannya terlebih dulu melalui kemampuan daya seleksinya. Bila
makannya belum cukup, barulah ternak akan memilih yang lebih rendah. Bila padang
gembalaan bermutu rendah sebaiknya SR yang dipilih yang rendah. Contoh: Biri-biri
memerlukan pakan yang kadar N 1,3%, maka dengan kemampuan seleksinya ia akan
mengabaikan pakan yang kadarnya lebih rendah.
4. Keperluan Mempertahankan Komposisi Botani tertentu
Penggembalaan yang berat dapat menghilangkan jenis tanaman yang lebih
berguna, selanjutnya memunculkan gulma. Apabila gulma itu bermutu rendah atau
berancun akan menurunkan hasil ternak. Padang gembalaan yang terdiri dari Buffel
(Cenchrus ciliaris) tahan terhadap penggembalaan yang berat dan tidak mudah
dikalahkan oleh gulma. Panicum maximum cv, lebih mudah rusak dari pada Buffel.
Jadi daya tahan dan mutu padang gembalaan berbedabeda menurut komposisi
botaninya. Oleh karenanya mempertahankan jenis-jenis yang baik dari suatu padang
gembalaan ada kaitannya dengan usaha mempertahankan besarnya hasil ternak dan
kelanggengan usaha peternakan, dan memilih SR yang tepat adalah perlu.
KESIMPULAN
1. Stocking rate merupakan jumlah ternak atau unit ternak yang digembalakan
dalam suatu padang penggembalaan selama waktu tertentu.
2. Pemanfaatan padang penggembalaan yang optimal dapat dilakukan dengan
mengatur imbangan yang serasi antara kuantitas hijauan yang tersedia dengan
jumlah ternak yang digembalakan
3. Satuan Ternak (ST) adalah ukuran yang digunakan untuk menghubungkan berat
badan ternak dengan jumlah makanan ternak yang dimakan
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan “Stocking Rate” optimal
Intensifikasi Padang Penggembalaan, Keefektifan Penggunaan Padanng
Penggembalaan, Keperluan Dari Penggembalaan Selektif
5. Intensifikasi padang pengembalaan dapat dilakukan melalui : pemupukan,
perbaikan dan penggantian jenis tanaman yang ditanam, pengaturan pengairan,
pengolahan tanah, pemberantasan gulma serta hama dan penyakit, dan
usahausaha lainnya yang bertujuan meningkatkan hasil dan nilai persatuan luas
padang penggembalaan
DAFTAR PUSTAKA

AAK. (1983). Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Yayasan Kanisius
Yogjakarta

Budiasa, I. K. M. 2005. Ketersediaan hijauan sumber pakan sapi bali berdasarkan


Pemanfaatan lahan dan topografi berbeda di Kabupaten Jembrana Provinsi Bali.
Tesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Cook, B.G. 2005.Pasture Autralia. A collaboration between AWI, GRDC, MLA,


RIRDC and Dairy Australia. Tropical Forages database (SoFT) – Setaria NSW
Deprtment of Primary Industries -Setaria Agnote DPI-293.

Dirjen Peternakan. 1986. Usaha Peternakan Analisi dan Pengelolaannya. Direktorat


Bina Usaha Petani Peternak dan Pegolahan Hasil Peternakan. Departemen
Pertanian, Jakartaa

Diwyanto, K. Dan E. Handiwirawan. 2004. Peran Litbang Dalam Mendukung usaha


agribisnis pola integrasi tanaman ternak.Prosiding Sistem Integrasi Tanaman
dan Ternak.Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.Bekerjasama
dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali dan Crop-Animal Systems
Research Network (CASREN), Bali.

Ensminger, M.E. 1961. Swine Science. (Animal Agriculturel Series). Srd. edition. The
Interstate Printers and Publishers Inc. Danville. Illinois.

Hadi, S.P. 2000. Manusia dan Lingkungan. Badan Penerbit Universitas diponegoro.
Semarang.

Halls, L.K., R.H. Hughs, R.L. Runmel and B.L. Southwel. 1964. Forage and Cattle
Management in Longleaf Slaash Pine Forest. Farmer’s Bulletin, 2199, USA,
Washington.

Hasan, S., Rusdy, M., Nompo, S., Nohong, B. 2015. Bahan Praktikum Ilmu Tanaman
Pakan. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Mc Illroy, R.J. (1977). Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradnya Paramita.
Jakarta.

Misra,K.C. (1980). Manual of plant Ecology 2nd Ed. Oxford 8 IBH Publ. Co. New
Delhi-Bombay-Calcutta.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Angkasa, Bandung
Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropis. Edisi
Kedua. BPFE. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Rismunandar (1986). Mendayagunakan Tanaman Rumput. Sinar Baru Bandung.

Whiteman,P.C., Humphreys, L.R., Monteith,N.H., oult, E.H., Bryant,P.M. and


Slater,J.E. (1974). A Course Manual in Tropical Pasture Science. A.A.V.C.S.

Anda mungkin juga menyukai