Anda di halaman 1dari 16

ASKEP BENIGNA PROSTAT

HIPERPLASIA

Disusun Oleh :
IVON LILIANTRI IDA (711440120047)
Tingkat 2A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO


DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2021
TINJAUAN BPH
(BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)

A. PENGERTIAN
Benigna Prostatic hyperplasia adalah suatu kondisi yang sering terjadi sebagai hasil dari
pertumbuhan dan pengendalian hormon prostat. (Yuliana elin, 2011). Hiperplasia prostat
jinak (BPH) adalah pembesaran kelenjar prostat nonkanker, (Corwin, 2009). Hiperplasia
prostat jinak (BPH) adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan. (Price&Wilson, 2005).
Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah pembesanan prostat yang jinak bervariasi berupa
hiperplasia kelenjar atauhiperplasia fibromuskular. Namun orang sering menyebutnya dengan
hipertropi prostat namun secara histologi yang dominan adalah hyperplasia (Sabiston, David
C, 2005)
BPH (Hiperplasia prostat benigna) adalah suatu keadaan di mana kelenjar prostat mengalami
pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan
menutup orifisium uretra. BPH merupakan kondisi patologis yang paling umum pada pria.
(Smeltzer dan Bare, 2002)
Dapat disimpulkan bahwa BPH (Benigna Prostatic hyperplasia) merupakan Pembesaran pada
kelenjar prostat yang dapat menyumbat aliran urin yang sering terjadi umumnya pada pria.

B. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun yang
pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat
kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan. Ada beberapa factor kemungkinan penyebab
antara lain (Roger Kirby, 1994:229)
1.Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari
kelenjar prostat mengalami hiperplasi .
2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testoteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan
testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
3. Interaksi stroma – epitel
Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan
transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.
4. Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari
kelenjar prostat
5. Teori sel stem
Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit(Basuki B Purnomo,2008)

C. TANDA DAN GEJALA

Menurut Arora P.Et al 2006

1.Gejala iritatif meliputi :


a.Peningkatan frekuensi berkemih
b.Nokturia (terbangun pada malam hari untuk miksi)
c.Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak/tidak dapat ditunda (urgensi)
d.Nyeri pada saat miksi (disuria)

2. Gejala obstruktif meliputi :


a.Pancaran urin melemah
b.Rasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik
c. Kalau mau miksi harus menunggu lama
d.Volume urin menurun dan harus mengedan saat berkemih
e. Aliran urin tidak lancar/terputus-putus
f.Urin terus menetes setelah berkemih
g. Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan inkontinensia karena
penumpukan berlebih.
h. Pada gejala yang sudah lanjut, dapat terjadi Azotemia (akumulasi produk sampah nitrogen)
dan gagal ginjal dengan retensi urin kronis dan volume residu yang besar.

3. Gejala generalisata seperti seperti keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan rasa tidak
nyaman pada epigastrik.
Berdasarkan keluhan dapat dibagi menjadi (Sjamsuhidajat dan De jong, 2005)
a. Derajat I : penderita merasakan lemahnya pancaran berkemih, kencing tak puas, frekuensi
kencing bertambah terutama pada malam hari
b. Derajat II : adanya retensi urin maka timbulah infeksi. Penderita akan mengeluh waktu
miksi terasa panas (disuria) dan kencing malam bertambah hebat.
D. PATOFISIOLOGI
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan
mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologi,anatomi yang ada pada pria
usia 50 tahunan. Perubahan hormonal menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga stromal
dan elemen glandular pada prostat
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran
kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat,
resistensi urin pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot detrusor menebal
dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut
fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya
mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi
urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.
(Basuki B Purnomo,2008) Adapun patofisiologi dari masing-masing gejala yaitu :
1.Penurunan kekuatan dan aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah gambaran awal dan
menetap dari BPH. Retensi akut disebabkan oleh edema yang terjadi pada prostat yang
membesar.
2.Hesitancy (kalau mau miksi harus menunggu lama), terjadi karena detrusor membutuhkan
waktu yang lama untuk dapat melawan resistensi uretra.
3.Intermittency (kencing terputus-putus), terjadi karena detrusor tidak dapat mengatasi
resistensi uretra sampai akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa belum puas sehabis miksi
terjadi karena jumlah residu urin yang banyak dalam buli-buli.
4.Nocturia miksi pada malam hari) dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak
lengkap pada tiap miksi sehingga interval antar miksi lebih pendek.
5.Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan normal dari korteks
berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur.
6.Urgensi (perasaan ingin miksi sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi) jarang
terjadi. Jika ada disebabkan oleh ketidak stabilan detrusor sehingga terjadi kontraksi
involunter,
7.Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya penyakit urin
keluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli mencapai complience
maksimum, tekanan dalam buli-buli akan cepat naik melebihi tekanan spingter.
8.Hematuri biasanya disebabkan oleh oleh pecahnya pembuluh darah submukosa pada prostat
yang membesar.
9.Lobus yang mengalami hipertropi dapat menyumbat kolum vesikal atau uretra prostatik,
sehingga menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau retensi urin. Akibatnya terjadi
dilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara bertahap, serta gagal ginjal.
10.Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, di mana sebagian urin tetap berada
dalam saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk organisme infektif. Karena selalu
terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan dalam buli-buli, Batu ini dapat menambah
keluhan iritasi dan menimbulkan hematuri. Batu tersebut dapat pula menimbulkan sistiitis
dan bila terjadi refluks dapat terjadi pielonefritis.

E. Komplikasi
Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan penderita
harusmengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen yang akan
menimbulkan herniadan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan membentuk batu
endapan yang menambah keluhan iritasidan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam vesika
urinaria menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme,yang dapat menyebabkan sistitis
dan bila terjadi refluks menyebabkan pyelonefritis (Sjamsuhidajat, 2005).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a.Urinalisa
Analisis urin dan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya sel leukosit, sedimen,
eritrosit, bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuri harus diperhitungkan adanya etiologi lain
seperti keganasan pada saluran kemih, batu, infeksi saluran kemih, walaupun BPH sendiri
dapat menyebabkan hematuri.
Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari fungsi ginjal dan
status metabolik. Pemeriksaan prostate spesific antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar
penentuan perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai PSA < 4 ng/ml
tidak perlu biopsi. Sedangkan bila nilai PSA 4-10 ng/ml, dihitung Prostate specific antigen
density (PSAD) yaitu PSA serum dibagi dengan volume prostat. Bila PSAD > 0,15,
sebaiknya dilakukan biopsi prostat, demikian pula bila nilai PSA > 10 ng/ml
b.Pemeriksaan darah lengkap
Karena perdarahan merupakan komplikasi utama pasca operatif maka semua defek
pembekuan harus diatasi. Komplikasi jantung dan pernafasan biasanya menyertai penderita
BPH karena usianya yang sudah tinggi maka fungsi jantung dan pernafasan harus dikaji.
Pemeriksaan darah mencakup Hb, leukosit, eritrosit, hitung jenis leukosit, CT, BT, golongan
darah, Hmt, trombosit, BUN, kreatinin serum.
c.Pemeriksaan radiologis
Biasanya dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, USG, dan sitoskopi. Tujuan
pencitraan untuk memperkirakan volume BPH, derajatdisfungsi buli, dan volume residu urin
Dari foto polos dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-
buli. Dapat juga dilihat lesi osteoblastik sebagai tanda metastase dari keganasan prostat serta
osteoporosis akibat kegagalan ginjal. Dari Pielografi intravena dapat dilihat supresi komplit
dari fungsi renal, hidronefrosis dan hidroureter, gambaran ureter berbelok-belok di vesika
urinaria, residu urin. Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat, memeriksa massa ginjal,
mendeteksi residu urin dan batu ginjal.
BNO /IVP untuk menilai apakah ada pembesaran dari ginjal apakah terlihat bayangan
radioopak daerah traktus urinarius. IVP untuk melihat /mengetahui fungsi ginjal apakah ada
hidronefrosis. Dengan IVP buli-buli dapat dilihat sebelum, sementara dan sesudah isinya
dikencingkan. Sebelum kencing adalah untuk melihat adanya tumor, divertikel. Selagi
kencing (viding cystografi) adalah untuk melihat adanya refluks urin. Sesudah kencing adalah
untuk menilai residual urin.

G. Pathway

Growth Faktor Sel Prostat Prolokerasi


umur panjang Abnormal
Estrogen dan Sel Stroma Sel strem
Testoteron Pertumbuhan
tidak seimbang Berpacu Sel yang Produksi sel
Mati kurang stroma dan epitel
berlebih

Prostat membesar

Penyempitan lumen posterior TURP (Trans Uretral Reseksi Prostat)

Obstruksi Iritasi mukosa Pemasangan DC Kurangnya informasi

Kandung kencing terhadap tindakan

pembedahan
Retensi urin
Resiko infeksi

Cemas
Nyeri akut
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN IDENTITAS PASIEN


Nama : Tn.NS
Umur : 71 Tahun
Tempat tanggal lahir :12 september 1950
Alamat : Malalayang
Agama : Hindu
Pekerjaan :Wiraswasta
Pendidikan terakhir : SMA
Status pernikahan : KAWIN
Jenis kelamin : Laki--laki

PENGKAJIAN PENANGGUNG JAWAB


Nama : Tn.GA
Umur : 30 Tahun
Tempat tanggal lahir :3 oktober 1991
Alamat : Malalayang
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien : Anak

RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
- Pasien mengeluh sulit kencing dan kencing sedikit-sedikit

2. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti ginjal, hipertensi,
kanker, DM, jantung. Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah menjalani
operasi
3. Riwayat Penyakit Sekarang
. Pasien mengatakan sejak januari 2021 sudah mengalami kesulitan dalam
kencing, kencing sedikit-sedikit dan sulit memulai kencing. Pasien juga
mengatakan nyeri pada perut bagian bawah saat BAK, kemudian bulan April 2011
pasien berobat ke poli bedah RSUD Wangaya dan didiagnosa BPH dan dianjurkan
untuk menjalani operasi. Pada tanggal 1 Mei 2008 menjalani rawat inap di ruang
Flaminggo. Di Ruang F dilakukan persiapan operasi seperti persiapan informed
consent dan pencukuran area operasi, kemudian tanggal 2 Mei 2021 pasien
menjalani operasi

4. Riwayat Kesehatan keluarga


keluarga klien tidak memiliki penyakit yang sama
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
a. Kesadaran : Compos mentis
b. Postur tubuh : Tegak
c. Bangun tubuh : Sedang
d. Keadaan kulit : Turgor kulit kurang elastis, sianosis tidak ada, edema tidak ada
Gejala cardinal
e. Suhu : 36,4ºC
f. Respirasi : 20 x/menit
g. Nadi : 70x/menit
h. Tekanan darah : 110/80 mmhg

Pemeriksaan Fisik (Head to toe)

i. Kepala : Benjolan tidak ada, nyeri tekan tidak ada, kulit kepala bersih,
penyebaran rambut merata
j. Mata : Konjungtiva merah muda, pupil isokhor, gerakan bola mata
terkoordinasi, nyeri tekan tidak ada
k. Hidung : Nyeri tekan tidak ada, secret tidak ada, pembesaran polip tidak ada
l. Telinga : Nyeri tekan tidak ada, serumen tidak ada, pendengaran baik
m. Mulut : Mukosa bibir kering, lidah bersih, stomatitis tidak ada, gigi
bersih,pembesaran tonsil tidak ada
n. Leher : Nyeri tekan tidak ada,tidak ada pembesaran vena jugularis, kelenjar
tiroid dan limfe
o. Thorax : Retraksi otot dada tidak ada, dada simetris
p. Abdomen : Asites tidak ada, distensi abdomen tidak ada, peristaltik usus
8x/menit, terdapat nyeri tekan di bawah suprapubis
q. Ekstremitas
i. Atas : pergerakan terkoordinasi, edema tidak ada, sianosis tidak ada,
terpasang infus IVFD RL 20 tetes/menit
ii. Bawah : Pergerakan terkoordinasi, terdapat reflek patella, edema tidak
ada, sianosis tidak ada
r. Genetalia : Terpasang kateter, keadaan kulit disekitar orificium bersih, tidak
terdapat lesi
s. Anus : Tidak diobservasi

AKTIVITAS SEHARI-HARI

1. Pola Persepsi dan Manajamen Kesehatan

klien mengatakan jika klien atau anggota keluarga klien ada yang sakit, klien

dan keluarga selalu memeriksakan ke dokter atau ke fasilitas kesehatan terdekat.


2. Pola Nutrisi Metabolik

Sebelum sakit : Klien makan 3-4x/hari, makanan satu porsi selalu dihabiskan,

makanan klien dalam 1 porsi berisi nasi, ikan, sayur.

Saat Sakit : Tidak ada perunahan pola makan

3. Pola Eliminasi

Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan klien buang air besar dan buang

kecil normal setiap hari

Saat Sakit : Klien hanya BAB dan BAK di popok

4. Pola Aktivitas

Sebelum sakit : klien mengatakan klien melakukan aktivitas sendiri tanpa

dibantu

Saat Sakit : Klien dibantu keluarga dalam ADL

5. Pola Istirahat dan Tidur

Sebelum sakit : klien mengatakan klien setiap hari tidur dengan jam tidur yang

cukup 7-8 jam sehari.

Saat Sakit : klien mengatakan klien tidur 4 jam pada malam hari

6. Pola Kognitif Perseptual

klien mengatakan bahwa klien yakin akan cepat sembuh dan bisa pulang dan

berkumpul bersama keluarga dan dapat kembali bekerja.

7. Pola Konsep Diri

Sebelum sakit : klien mengatakan klien sehari-hari bekerja

Saat sakit : klien hanya berbaring di tempat tidur bahkan untuk bergerak

harus dibantu keluarga.

8. Pola Peran-Hubungan
Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan klien sangat aktif dalam

lingkungan rumahnya, klien juga sering bersosialisasi denga

tentangganya dan akrab dengan teman-teman

Saat Sakit : Klien hanya terbaring di tempat tidur bahkan untuk bergerak

harus dibantu.

9. Pola Seksualitas-Reproduksi

Klien berjenis kelamin laki-laki dan tidak memilki masalah reproduksi.

10. Pola Koping-Toleransi Stress

Klien mengatakan apabila klien mengalami suatu masalah klien biasanya hanya

berdiam diri dan menyimpannya sendiri tanpa harus mengatakannya pada orang lain.

hhhhhhhshwdhhhddd
Analisis Data
No Tanggal Data Masalah Masalah Etiologi
1, 12/05/21 DS: Nyeri Akut Agen pencidera
- Klien mengatakan fisiologis
mengeluh nyeri saat
berkemih
DO:
- Wajah klien meringis
- Skala nyeri 6 (0-10)
2. 12/05/21 DS: Ansietas Kurang
- Klien mengatakan terpapar
merasa cemas karena informasi
akan di lakukan tindakan
operasi
- klien mengatakan
merasakan khawatir
untuk berkemih karena
akan merasakan nyeri
pada saat akan buang air
kecil.
DO:
- Wajah tampak tegang
- Muka tampak pucat
3. 12/05/21 DS: Konstipasi Ketidak
- Klien mengatakan buang cukupan
air besar lama dan sulit asupan serat
- Klien mengatakan harus
mengejan saat buang air
besar
DO:
- Feses keras
- Bising usus 4x/menit

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri akut (D.0077) b.d agen pencidera fisiologis d.d klien mengatakan mengeluh nyeri
saat berkemih, wajah klien meringis, skala nyeri 6 (0-10).

b. Ansietas (D.0080) b.d kurang terpapar informasi d.d klien mengatakan merasa cemas
karena akan di lakukan tindakan operasi, merasakan khawatir untuk berkemih karena akan
merasakan nyeri pada saat akan buang air kecil, wajah tampak
tegang, muka tampak pucat

c. Konstipasi (D.0049) b.d ketidakcukupan asupan serat


d.d klien mengatakan buang air besar lama dan sulit,
harus mengejan saat buang air besar, feses keras, bising usus
4x/menit.

C.INTERVENSI

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


a. Nyeri akut Tingkat Nyeri L.08066 Manajemen nyeri I.08238
(D.0077) b.d agen Ekspetasi:Meningkat Observasi
pencidera Kriteria Hasil: lokasi, karakteristik, durasi,
fisiologis d.d  Keluhan nyeri menurun 5 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
klien mengatakan  Meringis menurun 5 Identifikasi skala nyeri,
mengeluh nyeri  Gelisah menurun 5 Identifikasi respon nyeri non
saat berkemih, verbal,Identifikasi faktor yang
wajah klien memperberat dan memperingan
meringis, skala nyeri,
nyeri 6 (0-10). Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri,
Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri,
Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup,Monitor
keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan, Monitor
efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

b. Ansietas Tingkat ansietas L.09093 Reduksi Ansietas I.09314


(D.0080) b.d Ekspektasi:Menurun Observasi
kurang terpapar Kriteria Hasil: Identifikasi saat tingkat anxietas
informasi d.d  Verbalisasi Kebingungan berubah (mis. Kondisi, waktu,
klien mengatakan menurun 5 stressor)
merasa cemas  Verbalisasi khawatir Identifikasi kemampuan
karena akan di menurun 5 mengambil keputusan
lakukan tindakan  Perilaku gelisah menurun 5 Monitor tanda anxietas (verbal
operasi, dan non verbal)
merasakan Terapeutik
khawatir untuk Ciptakan suasana terapeutik
berkemih karena untuk menumbuhkan kepercayaan
akan Temani pasien untuk mengurangi
merasakan nyeri kecemasan , jika memungkinkan
pada saat akan Pahami situasi yang membuat
buang air kecil, anxietas
wajah tampak Dengarkan dengan penuh
tegang, muka perhatian
tampak pucat Gunakan pedekatan yang tenang
dan meyakinkan
Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan
datang
Edukasi
Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
Informasikan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis.
Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan.
Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi.
Latih kegiatan pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan.
Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat.
Latih teknik relaksasi.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat anti
anxietas, jika perlu.
c. Konstipasi Eliminasi Fekal L.04033 Manajemen eliminasi fekal
(D.0049) b.d Ekspetasi: Membaik I.04151
ketidakcukupan Kriteria Hasil: Observasi
asupan serat  Keluhan defekasi lama dan Identifikasi masalah usus dan
d.d klien sulit menurun 5 penggunaan obat pencahar.
mengatakan  Mengejan saat defekasi Identifikasi pengobatan yang
buang air besar menurun 5 berefek pada kondisi
lama dan sulit, gastrointestinal buang air besar
harus mengejan (mis. Warna. frekuensi,
saat buang air konsistensi, volume).
besar, feses keras, Monitor tanda dan gejala diare,
bising usus konstipasi, atau impaksi
4x/menit Terapeutik
Berikan air hangat setelah makan
Jadwalkan waktu defekasi
bersama pasien, Sediakan
makanan tinggi serat Edukasi
Jelaskan jenis makanan yang
membantu meningkatkan
keteraturan peristaltik usus.
Anjurkan mencatat warna,
frekuensi, konsistensi, volume
feses.
Anjurkan meningkatkan aktifitas
fisik, sesuai toleransi .
Anjurkan pengurangan asupan
makanan yang meningkatkan
pembentukan gas.
Anjurkan mengkonsumsi
makanan yang mengandung tinggi
serat.
Anjurkan meningkatkan asupan
cairan, jika tidak ada
kontraindikasi.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
supositoria anal, jika perlu..

D.IMPLENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No Diagnosa Hari/Tgl Implementasi Evaluasi


1. a. Nyeri akut Selasa,7 september 2021 Manajemen nyeri I.08238 S:
(D.0077) b.d agen - Klien
pencidera fisiologis 09.00-09.30 -Mengidentifikasi lokasi, mengatakan
d.d klien karakteristik, durasi, mengeluh nyeri
mengatakan frekuensi, kualitas, saat berkemih
mengeluh nyeri saat intensitas nyeri.
berkemih, wajah
klien meringis, skala -Mengidentifikasi skala O:
nyeri 6 (0-10). nyeri, - Wajah klien
meringis
-Mengidentifikasi respon - Skala nyeri 6 (0-
nyeri non verbal, 10

-Mengidentifikasi faktor A:Masalah belum


yang memperberat dan teratasi
memperingan nyeri.
P:Inteverensi
dilanjutkan
2. b. Ansietas (D.0080) Selasa,7 september 2021 Reduksi Ansietas I.09314 S:
b.d kurang terpapar - Klien
informasi d.d klien -Mengidentifikasi saat mengatakan
mengatakan merasa tingkat anxietas berubah merasa cemas
cemas karena akan (mis. Kondisi, waktu, karena
di lakukan tindakan stressor) akan di lakukan
operasi, merasakan tindakan
khawatir untuk -Mengidentifikasi operasi
berkemih karena kemampuan mengambil - klien mengatakan
akan keputusan merasakan
merasakan nyeri khawatir
pada saat akan -Memonitor tanda untuk berkemih
buang air kecil, anxietas (verbal dan non karena akan
wajah tampak verbal) merasakan nyeri
tegang, muka pada saat akan
tampak pucat buang air kecil.

O:
- Wajah tampak
tegang
- Muka tampak
pucat.

A:Masalah teratasi

P:-

3. c. Konstipasi Selasa,7 september 2021 Manajemen eliminasi S:


(D.0049) b.d fekal I.04151 - Klien
ketidakcukupan mengatakan buang
asupan serat -Mengidentifikasi air besar lama dan
d.d klien masalah usus dan sulit
mengatakan buang penggunaan obat - Klien
air besar lama dan pencahar. mengatakan harus
sulit, mengejan saat
harus mengejan saat -Mengidentifikasi buang air besar.
buang air besar, pengobatan yang berefek
feses keras, bising pada kondisi O:
usus gastrointestinal buang air - Feses keras
4x/menit besar (mis. Warna. - Bising usus
frekuensi, konsistensi, 4x/menit
volume).
A:Masalah belum
-Memonitor tanda dan teratasi
gejala diare, konstipasi,
atau impaksi. P:
Interverensi
dilanjutkan.

KESIMPULAN
Dari tindakan yang sudah dilakukan didapatkan hasil telah dilakukan asuhan keperawatan
pada TN.NS benigna prostat hiperplasia, pemberian asuhan keperawatan meliputi pengkajian
keperawatan, analisa keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan dilakukan. Secara runtut sesuai
permasalahan TN.NS penyakit benigna prostat hiperplasia. Pengkajian pada pasien yang di
dapatkan adalah dengan keluhan sulit kencing dan kencing sedikit-sedikit. Diagnosa
keperawatan Nyeri akut (D.0077) b.d agen pencidera fisiologis d.d klien mengatakan
mengeluh nyeri saat berkemih, wajah klien meringis, skala nyeri 6 (0-10),Ansietas (D.0080)
b.d kurang terpapar informasi d.d klien mengatakan merasa cemas karena akan di lakukan
tindakan operasi, merasakan khawatir untuk berkemih karena akan merasakan nyeri pada saat
akan buang air kecil, wajah tampak tegang, muka tampak pucat,Konstipasi (D.0049) b.d
ketidakcukupan asupan serat d.d klien mengatakan buang air besar lama dan sulit,harus
mengejan saat buang air besar, feses keras, bising usus 4x/menit. perencanaan keperawatan
dilakukan penulis pada pasien meliput, melakukan pengkajian, tindakan mandiri, pendidikan
kesehatan, dan kolaborasi untuk tindakan lain, dan penulis tidak menemukan masalah yang
berarti dalam mentukan perencanaan keperawatan. Implementasi keperawatan dilakukan
sesuai dengan tindakan dalam perencanaan dan penulis tidak menemukan adanya perbedaan
antara intervensi yang dibuat dengan implementasi yang dilakukan.

Saran
Bagi Pasien dan keluarga pasien semoga mampu mengenali masalah yang di hadapi oleh
pasien. Bagi penulis hasil ini dapat dijadikan data dasar untuk melakukan studi kasus
selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai