Anda di halaman 1dari 48

Manageable dan Unmanageable Environments

1. Manageable

1.1. pH tanah dan kesuburan tanah


1.3. Kebasahan tanah (soil moisture/kelembaban)
1.4. Spesies tanaman (rerumputan atau pasture)
1.5. Defisiensi nutrisi
1.6. Parasit dan penyakit
1.7. Tipe dan umur ternak
1.8. Grazing dan feeding systems (cara pepberian pakan)
2. Unmanageable
2.1. Iklim atau cuaca
2.2. Topografi dan tipe tanah
Kontrol Kondisi Lingkungan Baik

Pada Peternakan dengan Intensif Manajemen

PAKAN DAN AIR CUKUP


RANSUM SEIMBANG
PROGRAM KESEHATAN YANG TERKENDALI
SUHU KANDANG DAN HUMIDITAS
DIKENDALIKAN BAIK
LINGKUNGAN DIUBAH SESUAI KONDISI TERNAK
(Misal : Poultry, Piggery, Dairy Farms)
Keseimbangan Panas Tubuh

• Pada kondisi lingkungan ideal atau thermoneutral zone (TNZ), (Panas yang
diproduksi + Panas lingkungan) = Panas yang hilang.

• Byran (1999) memformulasi SIT dengan rumus berikut : SIT = (Panas yang
diproduksi + Panas lingkungan)>Panas yang hilang (heat loss).
• Keputusan manajemen oleh peternak dan peternakan (farm animals)
berperan penting menentukan bagaimana ternak berinteraksi dengan
lingkungannya
Lingkungan Kurang Terkontrol

Pada Peternakan dengan Manajemen Ekstensif

(1) Biasanya pada ruminansia


(2) Ternak diekspose pada lingkungan iklim yang berubah
(Merumput di lapangan terbuka)
(3) Ternak yang dapat berproduksi dan survive memiliki mekanisme
adaptasi
(4) Ternak diseleksi agar adaptable pada lingkungan
(to fit the environment)
Bagaimana respon Ternak Terhadap Lingkungan

TERGANTUNG PADA :

Umur, tipe breed, tingkat laktasi, bulu dan wool, derajat aklimasi, kondisi
nutrisi, ransum, frekwensi
pemberian pakan, kondisi tubuh, tingkat
insulasi, perkandangan, praktek
manajemen, tingkah laku
(individual atau kelompok)
Pengaruh lingkungan bersifat ekonomi berbeda-beda
Bagaimana respon Ternak Terhadap Lingkungan

Perubahan pada :
(1) Tingkah laku makan (ingestive behavior)
Minum lebih banyak
Penurunan konsumsi pakan (forage)
Kebutuhan mineral dan elektrolit meningkat

2. Perubahan Efisiensi Reproduksi


b
Aktivitas dan intensitas seksual menurun
Kualitas sperma dan ovum menurun
Lingkungan uterus berubah
Perubahan siklus birahi
Fertilisasi dan Embryonic survival
Bagaimana respon Ternak Terhadap Lingkungan

3. Biologis
Suhu tubuh meningkat
Nafas lebih cepat
Perubahan denyut jantung pulsus
Aliran darah lebih cepat
Perubahan hormonal (level atau kadarnya)
Komposisi darah berubah dan perubahan sekresi urinasi
Perubahan motilitas cerna dan fermentasi
Meningkat kepekaan susceptibility/rentan terhadap penyakit
(Kenapa ?)
Bagaimana respon Ternak Terhadap Lingkungan

(4)
Perubahan Karakter Produksi
Produksi air susu, telur, kuantitas dan kualitas turun
Pertumbuhan (growth) dan kondisi tubuh buruk
Penurunan kuantitas dan kualitas wool
(5)
Perubahan Behavior
Ternak menjadi agresif atau sebaliknya (aversiness)
Pola makan (feeding pattern)
Social order atau displacement
Insolasi atau crowding dan vokalisasi
(6)
Bagaimana mengatasi pengaruh buruk tersebut ?
Heat gains (Peningkatan panas tubuh)

Produksi panas tubuh


Dasar (Basal heat)

Produksi panas cerna


(Digestive heat)

Produksi panas otot


(Muscular heat)

Produksi panas
Proses reproduksi
Heat losses (Panas tubuh hilang)

Non
evaporatif
Evaporatif

Radiasi
Dari traktus
Dari kulit
Respirasi
Konveksi

Konduksi
a. DISIPASI PANAS MELALUI KONDUKSI

Hilangnya panas dari tubuh melalui jalan konduksi,


yaitu Kontak fisik ternak dengan benda atau
permukaan sekeliling.

Beberapa faktor yg mempengaruhi :


• Temperatur ternak dan temperatur benda
• Luas permukaan yang berkontak
• Sapi dan babi disipasi panas (konduksi) : tidur di
lantai yang dingin.
b. DISIPASI PANAS MELALUI KONVEKSI
Pergantian udara panas pada sekitar permukaan
tubuh ternak dengan udara lingkungan yg dingin
perpindahan panas secara konveksi.

Faktor-faktor yg mempengaruhi disipasi panas


melalui konveksi :
• Luas permukaan tubuh
• Temperatur permukaan ternak
• Temperatur udara sekitar
• Kecepatan aliran udara
• konveksi dipertinggi oleh angin
mendinginkan atau memanaskan ternak, tgt
apakah temperatur udara lebih dingin atau
panas drpd temperatur permukaan tubuh
ternak.
c. EVAPORASI
• Sarana yang paling penting untuk disipasi
panas : evaporasi dari kulit ternak. Beberapa
hal yg mempengaruhi :
• Temperatur dan uap lembab (moisture) kulit.
• Penutup kulit (rambut, wol, bulu)
• Humiditas, kecepatan dan temperature udara
sekitar.
• Laju dan volume respirasi/pernapasan.
• Ketersediaan air untuk dievaporasikan
• Luas permukaan tubuh ternak.

 Bulu, rambut yg tebal mengurangi disipasi panas


melalui evaporasi (penguapan) :
• Mengurangi gerakan udara pada kulit
• Menahan lapisan uap air yg menyelimuti perm.
Tbh ternak ↓ efisiensi disipasi panas scr
evaporasi.
Keseimbangan Panas Tubuh

Semua ternak (livestock) bersifat homeotherm

Stres lingkungan Stres nutrisi Stres lingkungan


(Manajemen buruk) (Kualitas pakan (Panas atau dingin)
buruk)

Penyakit Immunitas Tertekan Toxin


(Depressed immunity)

Penurunan aktivitas makrofag


Penurunan aktivitas sel plasma
Reduksi produksi antibodi
Temperatur dan Humiditas

• Temperatur sekitar 38oC dan humiditas 20% merupakan awal


terjadinya kondisi stres. Langkah untuk mengurangi kondisi stres
harus mulai dilakukan.

• Temperatur 38oC dan humiditas 50%, sapi memasuki ancaman yang


membahayakan. Bila kondisi tersebut bertahan dapat menyebabkan
kematian

• Temperatur 38 oC dan humiditas 80% merupakan batas letal untuk


sapi perah.
Adaptasi dan Aklimatisasi

Carpenter (1998) :
1. Bahwa ternak yang menderita stres kronis atau selama beberapa generasi
akan mengalami adaptasi, yaitu perubahan untuk menyesuaikan diri pada
lingkungan yang baru atau lingkungan khusus.
2. Hal ini ditandai dengan perubahan perilaku individual atau kelompok.
3. Sebaliknya ternak yang hanya mengalami perubahan atau penyesuaian
fisiologik terhadap iklim, khususnya terhadap perubahan temperatur, disebut
mengalami aklimatisasi.
• ZONA TERMONETRAL PADA BERBAGAI TERNAK

JENIS TERNAK ZONA TERMONETRAL


(oC)
SAPI
ANAK 13 -25
INDUK 0 – 16
SHORTHORN -1,11 – 15,6
BRAHMAN 10 – 26,7
SANTA GERTUDIS ANTARA BRAHMAN
& SANTA GERTUDIS
DOMBA
ANAK BARU LAHIR 29 – 30
DEWASA -2 – 20
BABI
ANAK 32 – 33
INDUK 0 – 15
KAMBING
DEWASA, PADANG PASIR 20 – 30
DEWASA, DELTA NIL 10 – 25
KELEDAI 26 – 32
UMUR 3 – 6 BL 20 – 36
DEWASA 22 - 35
SUHU KRITIS :
• 2 - 20oC pengaturan keseimbangan panas
ditujukan untuk merubah produksi panas melalui
proses kimia.
• 20 – 34oC pengaturan keseimbangn panas
tergantung proses penguapan (evaporasi)
• > 34oC yg diikuti kelembaban tinggi kesulitan
buang panas fatal

Pembuangan panas daerah tropis tdk efektif


Hanya 50% total panas yg harus dibuang
Heat Increment (HI) adalah energi yang digunakan untuk dan proses pencernaan
pakan. Disebut pula panas reaksi atau energi thermis

HEAT INCREMENT (HI) HASIL PENCERNAAN MAKANAN DAN METABOLISME


MENGGANGGU METABOLISME AKTIF ↓ KONSUMSI PAKAN
DEFISIENSI PAKAN

↑ KONSUMSI PAKAN TERNAK DI LINGKUNGAN PANAS DILAKUKAN DG CARA :


↓ HEAT INCREMENT DARI MAKANAN

HI (SPECIFIC DYNAMIC EFFECT) DARI LEMAK PALING RENDAH ↑ EM DALAM


RANSUM LEMAK TDK ↓ KONSUMSI PAKAN

↓ PRODUKSI AYAM PETELUR DAERAH TROPIS : ↓ KONSUMSI PROTEIN &


MINERAL. ASAM AMINO ( MET, LYS, TRYP ) DAN KALSIUM

KEBUTUHAN THYAMIN DAERAH TROPIS : 3X LIPAT DAERAH SUBTROPIS


Mekanisme stres

Hipothalamus

Pengaruh feed back kortisol terhadap


Hipothalamus menghambat pembebasan
CRF (corticotrophin releasing factor)
Pituitari anterior
ACTH
(Adreno cortico tropic hormone ) Kortisol meningkatkan :

Gula darah
Asam amino
Tekanan darah

Kortek
Adrenalis
Hormon
Kortisol

Gambar 2.3. Pengaruh stresor terhadap pembebasan kortisol melalui axis


H-P-K Sumber : (Quakenbush, 1999., Byran, 1999)

Anda mungkin juga menyukai