Anda di halaman 1dari 29

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN

KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA


WILAYAH SELATAN

PROPOSAL

BHERYANI MEITHIN
P17321195016

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D IV ALIH JENJANG KEBIDANAN KEDIRI
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu
Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini didukung oleh program sektoral
lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia
Sejahtera. Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama Pembangunan Kesehatan
yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor
HK.02.02/Menkes/ 52/2015. Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat
kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan (Kemenkes
RI, 2016).
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama, yaitu: (1)
penerapan paradigma sehat, (2) penguatan pelayanan kesehatan, dan (3) pelaksanaan jaminan
kesehatan nasional (JKN). Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi
pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif, serta
pemberdayaan masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi
peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan peningkatan mutu
menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan. Sedangkan
pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat (benefit), serta kendali
mutu dan biaya. Kesemuanya itu ditujukan kepada tercapainya keluarga-keluarga sehat
(Kemenkes RI, 2016).
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu, bayi, dan balita. Oleh sebab itu, untuk mendukung
pembinaan Posyandu diperlukan langkah-langkah edukasi kepada masyarakat antara lain dengan
upaya peningkatan kapasitas kader melalui pelatihan kader Posyandu. (Kemenkes RI, 2012).
Posyandu merupakan wadah untuk mendapatkan pelayanan dasar terutama dalam bidang
kesehatan dan keluarga berencana yang dikelola oleh masyarakat, penyelenggaraanya
dilaksanakan oleh kader yang telah dilatih dibidang kesehatan dan KB, dimana anggotanya
berasal dari PKK, tokoh masyarakat dan pemudi. Kader kesehatan merupakan perwujutan peran
serta aktif masyarakat dalam pelayanan terpadu, dengan adanya kader yang dipilih oleh
masyarakat, kegiatan diperioritaskan pada lima program dan mendapat bantuan dari petugas
kesehatan terutama pada kegiatan yang mereka tidak kompeten memberikannya (Kemenkes RI,
2012).
Menurut data profil kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2017, Jumlah posyandu dilaporkan
sebanyak 46.710 posyandu, dengan posyandu aktif 35.858 (76,77%), sementara dari data profil
kota kediri mencatat Jumlah posyandu di tahun 2016 adalah sebanyak 339 posyandu dengan rasio
posyandu per 100 balita adalah sebesar 1, dengan posyandu aktif sebesar 310 (91,45%) posyandu.
Kader Posyandu adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh masyarakat, mau dan
mampu bekerja bersama dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan secara sukarela. Salah satu
permasalahan yang berkaitan dengan kader secara nasional adalah masih adanya angka drop out
kader. Presentase kader aktif secara nasional adalah 69,2%, berarti angka drop out kader sekitar
30,8%. Kader drop out adalah mekanisme yang alamiah karena pekerjaan yang didasari sukarela
tentu saja secara kesisteman tidak memiliki ikatan yang kuat (Adisasmito, 2007). Kehadiran atau
keaktifan kader ke posyandu merupakan sebuah perilaku atau 2 tindakan yang diinginkan.
Keaktifan tersebut dapat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan terhadap kader (Nilawati,
2008).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Puskesmas Kota Wilayah Selatan, terdapat 4
posyandu dengan jumlah kader sebanyak 60 orang dan dengan tingkat keaktifan kader sebanyak
89%, sementara untuk kader yang dropout dan tidak aktif adalah sebesar 11%, dengan alasan
ketika posyandu dilaksanakan, kader memiliki kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan,
terkadang lupa dengan hari dan tanggal pelaksanaan posyandu, dan alasan capek atau lelah karena
pekerjaan tertentu sehingga tidak sempat hadir di kegiatan posyandu.
Sebagai salah satu sarana UKBM, posyandu sangat membantu dalam meningkatkan derajat
kesehatan di Indonesia, namun tentunya semua itu tidak terlepas dari peranan kader-kader yang
ada di setiap masing-masing wilayah kerja. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin
meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan kader posyandu di wilayah
kerja Puskesmas Kota Wilayah Selatan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana gambaran keaktifan kader posyandu di wilayah kerja Posyandu Kota Wilayah
Selatan ?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keaktifan kader posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Kota Wilayah Selatan?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan kader posyandu di
wilayah kerja Puskesmas Kota Wilayah Selatan.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui gambaran keaktifan kader posyandu Puskesmas Kota Wilayah
Selatan
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan kader posyandu
Puskesmas Kota Wilayah Selatan

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan maupun pemahaman gambaran dan faktor apa saja yang
berhubungan dengan keaktifan kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kota Wilayah
Selatan.
2. Bagi Masyarakat
Sumber informasi dan masukan bagi masyarakat maupun kader posyandu dalam rangka
terciptanya posyandu yang optimal.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Sebagai bahan pembanding sekaligus dapat memberikan informasi dalam pengembangan
metode yang digunakan untuk meningkatkan pelayanan yang optimal di posyandu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Posyandu


Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu, bayi, dan balita.
Upaya peningkatan peran dan fungsi Posyandu bukan semata-mata tanggungjawab
pemerintah saja, namun semua komponen yang ada di masyarakat, termasuk kader. Posyandu
yang terintegrasi adalah kegiatan sosial dasar keluarga dalam aspek pemantauan tumbuh kembang
anak. Dalam pelaksanaannya, di lakukan secara koordinatif dan integratif serta saling
memperkuat antar kegiatan dan program untuk kelangsungan pelayanan di Posyandu sesuai
dengan situasi/kebutuhan lokal yang dalam kegiatannya tetap memperhatikan aspek
pemberdayaan masyarakat (Kemenkes RI, 2012).
Pengintegrasian layanan sosial dasar di Posyandu adalah suatu upaya mensinergikan berbagai
layanan yang dibutuhkan masyarakat meliputi perbaikan kesehatan dan gizi, pendidikan dan
perkembangan anak, peningkatan ekonomi keluarga, ketahanan pangan keluarga dan
kesejahteraan social (Permendagri, 2011).
UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan
masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas
Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya. Pemberdayaan masyarakat adalah segala
upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
masyarakat, agar mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki,
merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat.
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah proses pemberian informasi kepada
individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti
perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu
menjadi tahu atau sadar (aspek pengetahuan atau knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek sikap
atau attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek
tindakan atau practice).
2.1.1 Pengelola Posyandu

Pengelola Posyandu adalah unsur masyarakat, lembaga kemasyarakatan, organisasi


kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, lembaga mitra pemerintah, dan dunia
usaha yang dipilih, bersedia, mampu, dan memiliki waktu dan kepedulian terhadap
pelayanan sosial dasar masyarakat di Posyandu. Pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh
masyarakat pada saat musyawarah pembentukan Posyandu. Kriteria pengelola Posyandu
antara lain sebagai berikut:

1. Diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat setempat.


2. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi
masyarakat.
3. Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.

2.1.2 Jenis Posyandu


1. Posyandu Ibu hamil dan Balita
2. Posyandu Remaja
3. Posyandu Lansia
4. Posbindu ( Pos Pembinaan Terpadu)

2.1.2.1 Posyandu Ibu Hamil dan Balita


Menurut Kemenkes (2012) Pelayanan kesehatan dasar di Posyandu adalah
pelayanan kesehatan yang mencakup sekurang-kurangnya 5 (lima) kegiatan, yakni
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
2. Keluarga Berencana (KB)
3. Imunisasi
4. Gizi
5. Penanggulangan diare

a. Sasaran menurut Kemenkes RI dalam buku pedoman posyandu (2011) :


1. Bayi dan anak balita
2. Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui
3. Pasangan usia subur
4. Pengasuh anak
b. Fungsi Posyandu :
1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama
masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu
dan bayi.
2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama
berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

c. Manfaat Posyandu :
1. Masyarakat
a) Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak balita.
b) Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi
kurang atau gizi buruk.
c) Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul Vitamin A.
d) Bayi memperoleh imunisasi lengkap.
e) Ibu hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet
tambah darah (Fe) serta imunisasi Tetanus Toksoid (TT).
f) Ibu nifas memperoleh kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah (Fe).
g) Memperoleh penyuluhan kesehatan terkait tentang kesehatan ibu dan
anak.
h) Apabila terdapat kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas
dan ibu menyusui dapat segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas.
i) Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu,
bayi, dan anak balita.

2. Bagi Kader
a) Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih
lengkap.
b) Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang
anak balita dan kesehatan ibu.
c) Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang
terpercaya dalam bidang kesehatan.
d) Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan
kesehatan ibu.
2.1.2.2 Posyandu Remaja Menurut Kemenkes RI (2018)
1. Definisi Posyandu Remaja
Posyandu remaja yang diselenggarakan dari oleh untuk, dan bersama
masyarakat termasuk remaja untuk memperoleh kemudahan dalam pelayanan
kesehatan bagi remaja, yang meliputi upaya promotive dan preventif. Dalam
upaya tersebut, yang termasuk promotive dan preventif yaitu Pendidikan
Keterampilan Hidup Sehat (PHKS), penyalahgunaan NAPZA, Gizi,
Pencegahan Penyakit Menular, Aktifitas fisik, dan mencegah kekerasan pada
remaja.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mendekatkan akses dan meningkatkan cakupan layanan kesehatan bagi
remaja

b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan peran remaja dalam perencanaa, pelaksanaan, dan
evaluasi posyandu remaja.
2) Meningkatkan PKHS
3) Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
4) Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan jiwa dan mencegah
penyalahgunaan NAPZA
5) Mendeteksi dini dan mencegah terjadinya Penyakit Tidak Menular
6) Mempercepat upaya perbaikan gizi
7) Meningkatkan kesadaran remaja dalam pencegahan kekerasan

3. Sasaran
Remaja usia 10-18 tahun, termasuk wanita dan pria dengan tidak
memandang status disabilitas, status perkawinan, dan Pendidikan serta
maksimal beranggotakan 50 orang.
4. Fungsi dan Manfaat
a. Sebagai wadah untuk meningkatkan derajat dan keterampilan hidup sehat
b. Sebagai wadah dalam upaya pencegahan, dan promotif tentang
pencegahan penyalahgunaan NAPZA, PKHS, Kesehatan reproduksi, Gizi,
kekerasan pada remaja, pencegahan PTM, dan melakukan aktifitas fisik
c. Remaja memperoleh pengetahuan tentang upaya preventif dan promotif
seputar kesehatan pada remaja
d. Aktualisasi diri dalam meningkatkan derajat kesehatan.
5. Kader Posyandu remaja
a. Remaja usia 10 – 18 tahun
b. Kreatif, inovatif, dan berkomitmen.
c. Sukarela menjadi kader
d. Berdomisili di daerah wilayah posyandu remaja berada.
e. Tidak lagi berusia remaja

2.1.2.3 Posyandu Lansia


Menurut Dinkes Surakarta (2006) Posyandu lansia adalah pos pelayanan
terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah
disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan
pelayanan kesehatan (Wahono, 2010). Menurut Sunaryo, dkk (2015) Posyandu
lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat yang
penyelenggaraannya melalui program puskesmas dengan melibatkan peran serta
para lansia, keluarga, tokoh masyarakat, dan organisasi sosial dalam
penyelenggaraannya (Novianti, 2018).
1. Tujuan Posyandu Lansia
Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar menurut Depkes
(2006) :
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat,
sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
lansia.
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan
swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi
antara masyarakat usia lanjut.
2. Sasaran Posyandu Lansia menurut Sunaryo, dkk (2015)
a. Sasaran langsung
1) Kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun)
2) Kelompok usia lanjut (60 tahun keatas)
3) Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun keatas)
b. Sasaran tidak langsung.
1) Keluarga dimana usia lanjut berada.
2) Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut.
3) Masyarakat luas
3. Kegiatan Posyandu Lansia
a. Promotif, preventif, rehabilitative dan kuratif
b. Pelayanan kesehatan yang meliputi pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-
hari, pemeriksaan status mental, pemeriksaan status gizi dengan
penimbangan dan pengukuran IMT, pengukuran tekanan darah,
pemeriksaan laboratorium sederhana, pelaksanaan rujukan ke puskesmas
bila ada keluhan.
c. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
d. Penyuluhan kesehatan
e. Kegiatan fisik seperti olahraga ringan

2.1.2.4 Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) PTM


1. Definisi Posbindu menurut Kemenkes RI (2012)
Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan
kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang
dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Faktor risiko penyakit tidak
menular (PTM) meliputi merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola
makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stres, hipertensi,
hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindak lanjuti secara dini faktor risiko
yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan dasar. Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus
(DM), kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak
kekerasan.

2. Tujuan Posbindu
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini
faktor risiko PTM.

3. Sasaran Kegiatan

Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang


PTM berusia 15 tahun ke atas.

4. Kegiatan Posbindu
a. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara sederhana
tentang riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta, aktifitas fisik,
merokok, kurang makan sayur dan buah, potensi terjadinya cedera dan
kekerasan dalam rumah tangga, serta informasi lainnya yang dibutuhkan
untuk identifikasi masalah kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM.
b. Mengukur berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar
perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan darah.
c. Pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1 tahun sekali bagi
yang sehat, sementara yang berisiko 3 bulan sekali dan penderita
gangguan paru-paru dianjurkan 1 bulan sekali.
d. Pemeriksaan Kadar gula, Kolesterol dan Asam urat
e. Pemeriksaan IVA test minimal 5 tahun sekali
f. Kegiatan konseling
g. Kegiatan fisik dengan olahraga fisik secara bersama-sama

5. Pelaku Kegiatan

Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan yang telah


ada atau beberapa orang dari masing-masing
kelompok/organisasi/lembaga/tempat kerja yang bersedia menyelenggarakan
posbindu PTM, yang dilatih secara khusus, dibina atau difasilitasi untuk
melakukan pemantauan faktor risiko PTM di masing-masing kelompok atau
organisasinya. Kriteria Kader Posbindu PTM antara lain berpendidikan
minimal SLTA, mau dan mampu melakukan kegiatan berkaitan dengan
Posbindu PTM (Kemenkes RI, 2012).

2.2 Kader Posyandu


2.2.1 Definisi Kader
Menurut WHO (1998), kader kesehatan adalah laki-laki atau wanita yang dipilih
oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perorangan
maupun yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan
(Wahono, 2010).Menurut kemenkes RI (2011) Kader Posyandu yang selanjutnya disebut
kader adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk
menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara sukarela.

2.2.2 Tujuan pembentukan kader


Menurut Santoso Karo-Karo, kader yang dinamis dengan pendidikan rata-rata
tingkat desa teryata mampu melaksanakan beberapa hal yang sederhana, akan tetapi
berguna bagi masyarakat sekelompoknya meliputi:
1. Pengobatan/ringan sederhana, pemberian obat cacing pengobatanterhadap diare dan
pemberian larutan gula garam, obat-obatan sederhan dan lain-lain.
2. Penimbangan dan penyuluhan gizi
3. Pemberantasan penyakit menular, pencarian kasus, pelaporan vaksinasi, pemberian
distribusi obat/alat kontrasepsi KB penyuluhan dalam upaya menanamkan NKKBS
4. Peyediaan dan distribusi obat/alat kontasepsi KB penyuluhan dalam upaya
menamakan NKKBS.
5. Penyuluhan kesehatan dan bimbingan upaya keberhasilan lingkungan, pembuatan
jamban keluarga da sarana air sederhana
6. Penyelenggaraan dana sehat dan pos kesehatan desa lainnya.

2.2.3 Tugas kegiatan kader

Menurut Zulkifli (2003) Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa
pada umumnya kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam
pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik
menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan. Adapun kegiatan pokok yang perlu
diketahui oleh dokter kader dan semua pihak dalam rangka melaksanakan kegiatan-
kegiatan baik yang menyangkut didalam maupun diluar Posyandu antara lain:
1. Melaksanan pendaftaran.
2. Melaksanakan penimbangan bayi dan balita.
3. Melaksanakan penimbangan remaja, lansia dan pada posbindu
4. Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan dan kegiatan posyandu maupun
kegiatan diluar posyandu
5. Memberikan penyuluhan.
6. Memberi dan membantu pelayanan.
7. Merujuk.
8. Melakukan komunikasi, informasi dan motivasi wawan muka (kunjungan), alat
peraga dan percontohan.
9. Menggerakan masyarakat
10. Membagi obat, membantu mengumpulkan bahan pemeriksaan, mengawasi
pendatang didesanya dan melapor.
11. Memberikan pertolongan pemantauan penyakit
12. Melakukan kunjungan rumah kepada masyarakat terutama keluarga binaan.
13. Melakukan pertemuan kelompok.

2.2.4 Persyaratan menjadi Kader menurut Dr. Ida Bagus dalam jurnal Zulkifli (2003) :
1. Berasal dari masyarakat setempat.
2. Tinggal di desa tersebut.
3. Tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu yang lama.
4. Diterima oleh masyarakat setempat.
5. Masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat disamping mencari nafkah lain.
6. Sebaiknya yang bisa baca tulis (Zulkifli, 2003)

2.2.5 Tinjauan Umum Tentang Keaktifan Kader

Keaktifan kader dalam kegiatan posyandu akan meningkatkan keterampilan karena


dengan selalu hadir dalam kegiatan, kader akan mendapat tambahan keterampilan dari
pembinaan petugas maupun belajar dari teman sekerjanya. Berikut ini beberapa faktor
yang mempengaruhi keaktifan kader posyandu:

1. Umur
Umur mempunyai kaitan erat dengan tingkat kedewasaan seseorang yang berarti
kedewasaan teknis dalam arti keterampilan melaksanakan tugas maupun kedewasaan
psikologis. Dikaitkan dengan tingkat kedewasaan teknis, anggapan yang berlaku
ialah bahwa makin lama seseorang bekerja, kedewasaan teknisnya pun mestinya
meningkat. Pengalaman seseorang melaksanakan tugas tertentu secara terus menerus
untuk waktu yang lama meningkatkan kedewasaan teknisnya (Sondang, 2004).
Berkaitan dengan peran serta kader maka dengan umur yang semakin bertambah,
produktivitas dan peran serta kader akan cenderung meningkat. Dengan asumsi
bahwa tingkat kedewasaan teknis dan psikologis seseorang dapat dilihat bahwa
semakin tua umur seseorang akan semakin terampil dalam melaksanakan tugas,
semakin kecil tingkat kesalahannya dalam melaksanakan pekerjaannya Hal itu
terjadi karena salah satu faktor kelebihan manusia dari makhluk lainnya adalah
kemampuan belajar dari pengalaman, terutama pengalaman yang berakhir pada
kesalahan (Effendi, 2008).

2. Pendidikan
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan. Untuk mempengaruhi orang
lain, baik individu atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan. Tingkat pendidikan yang cukup merupakan
dasar pengembangan wawasan serta sarana untuk memudahkan seseorang untuk
menerima pengetahuan, sikap, dan perilaku baru. Tingkat pendidikan formal yang
diperoleh seseorang akan meningkatkan daya nalarnya (Notoatmodjo, S. 1993).
Ditinjau dari segi cara mendapatkannya, pendidikan dibagi dalam :
a. Pendidikan formal (formal education) adalah pendidikan yang didapatkan
melalui proses belajar yang diatur dan sadar dilakukan secara tingkat rendah
sampai tingkat lebih tinggi.
b. Pendidikan informal (informal education) adalah pendidikan yang diperoleh
seseorang dengan pengalaman sehari – hari dengan sadar atau tidak sadar sejak
lahir sampai mati, dalam keluarga, pekerjaan, atau pengalaman.
c. Pendidikan non formal (non formal education) adalah pendidikan yang teratur,
dengan sadar dilakukan, tetapi tidak mengikuti peraturan yang tepat dan ketat
(Setyadi, 2016)t.

3. Insentif
Dengan mengabdikan tenaga, waktu, pengetahun dan keterampilannya,
seseorang mengharapkan berbagai jenis imbalan. Imbalan yang diterimanya dapat
digolongkan pada dua jenis utama, yaitu imbalan yang bersifat finansial dan non
finansial. Imbalan finansial yaitu imbalan yang diterima oleh seseorang bagi yang
diberikannya kepada organisasi dapat mengambil berbagai bentuk seperti upah atau
gaji, bonus, premi, tunjangan istri, tunjangan anak, biaya pengobatan, biaya
pendidikan anak, pembayaran dana asuransi, liburan yang dibayar oleh organisasi
dan bentuk-bentuk lainnya. Imbalan non finansial ditinjau dari berbagai teori
motivasi bahwa kebutuhan manusia terbatas hanya pada kebutuhan yang bersifat
kebendaan, meskipun harus diakui bahwa kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan
dasar atau primer. Kebutuhan yang bersifat non materil juga sangat nyata terutama
dikaitkan dengan harkat, martabat, dan harga diri seseorang. Karena merupakan
kebutuhan yang sangat nyata, setiap pekerjaan akan berusaha memuaskan
berbarengan dengan pemuasan kebutuhan yang bersifat kebendaan (Siagian, 2004).
Ada beberapa jenis-jenis insentif yang dapat diberikan oleh administrator yaitu
a. Material seperti uang, barang yang dinilai dengan uang, atau barangbarang
lainnya.
b. Non-material seperti pujian, penempatan yang sesuai dengan keahlian,
kesempatan promosi, rasa berpartisipasi, kondisi kerja yang menyenangkan,
kesehatan, keamanan, perumahan, rekreasi, dan lain-lain.
c. Semi material seperti piagam penghargaan, diundang pada pertemuan khusus,
karena keistimewaannya, dengan diberi transpor seperlunya, pemberian tanda
kenang-kenangan.
Hubungan antara kuantitas dan kualitas barang-barang yang dipakai dan status
konsumen dilukiskan secara grafis oleh Thorstein Verben dalam risalahnya yang
terkenal, The Theory Of The Leire Clas. Verben menulis : “Penggunaan barang-
barang yang baik sekali merupakan suatu bukti kekayaan, menjadikan gelar
kehormatan, sebaliknya kegagalan menggunakan kuantitas dan kualitas menjadikan
suatu perasaan rendah diri dari kekurangan” (Moekijat, 2002). Menurut Kopelman
bahwa imbalan akan berpengaruh untuk meningkatkan motivasi kerja yang pada
akhirnya secara langsung akan meningkatkan kerja individu. Imbalan yang baik
adalah sistem yang mampu menjamin kepuasan para anggota, memelihara dan
mempekerjakan orang dengan berbagai sikap perilaku positif dan produktif bagi
kepentingan organisasi misalnya pergerakan, kemampuan, pengetahuan,
keterampilan, dan waktu tenaga para pekerja (Nurfitriani, 2010).

4. Status Perkawinan
Penelitian Sri Hartati tentang pendekatan KB-Kesehatan (1990) menyebutkan
bahwa kader yang sudah menikah atau nikah cenderung pindah 10 23 23 tempat
tinggal atau mengikuti suaminya dan kadangkala mereka sangat sibuk mengurusi
keluarga dan anak-anaknya, sehingga mereka kadangkala tidak punya waktu luang
untuk ikut berpartisipasi dan menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan
posyandu atau masyarakat disekitarnya.

5. Pelatihan
Pelatihan merupakan suatu upaya sistematis untuk mengembangkan sumber
daya manusia baik perorangan, kelompok, dan juga kemampuan keorganisasian
yang diperlukan untuk mengurus tugas dan keadaan sekarang, juga untuk memasuki
masa depan. Dengan pelatihan kader posyandu akan menambah pengetahuan dan
keterampilan yang lebih meningkat dan dapat lebih aktif dalam melakukan
pendeteksian terhadap ibu hamil resiko tinggi dan mengenal lebih awal tanda-tanda
balita kurang gizi serta dapat memahami cara pengisian buku KIA, KMS dan
pembuatan grafik SKDN sehingga dapat lebih aktif memberikan penyuluhan kepada
ibu-ibu balita yang mempunyai masalah kesehatan dan berfokus pada upaya
meningkatkan kapasitas kader posyandu dalam hal memberikan penyuluhan tentang
perilaku hidup bersih dan sehat kepada masyarakat, serta penyakit-penyakit yang
sering terjadi di masyarakat (Ulfah, M. 2005).
Tenaga pelatih kader biasanya berasal dari lintas sektor dan lintas program.
Penentuan materi pelatihan melalui rapat koordinasi lintas program yang ada dalam
kegiatan posyandu. Materi pelatihan berisi tugas-tugas kader dalam kegiatan
posyandu, seperti cara mengisi buku register yang berjumlah 13 buku dan membuat
grafik kunjungan posyandu. Materi pelatihan biasanya juga berupa cara
penimbangan bayi dan balita, pembuatan grafik SKDN, serta cara untuk mencari
sasaran, yakni ibu dan anak yang tidak hadir saat kegiatan posyandu dibuka.
Pelatihan para kader posyandu diadakan dua kali dalam setahun. Namun tidak semua
kader posyandu memiliki kesempatan untuk mengikuti pelatihan. Satu posyandu
hanya mengirimkan satu kader untuk disertakan mengikuti pelatihan. Tidak
menutupi kemungkinan ada lima kader posyandu dari posyandu yang sama untuk
diikutkan dalam pelatihan. Berdasarkan kebijakan pemerintah, tidak dijumpai
kriteria khusus untuk dapat mengikuti pelatihan. Oleh sebab itu, terdapat kader
posyandu yang telah mengikuti pelatihan lebih dari lima kali (Syafei, M. 2008).

6. Pengetahuan
Menurut Poerwodarminto (2002) pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui
berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses pembelajaran ini dipengaruhi
berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi
yang tersedia serta keadaan social budaya. Menurut Soekidjo Notoatmojo (2007)
pengetahuan dibagi menjadi 6 (enam) tingkat, yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh beban yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara kasar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpresentasikan materi tersebut
secara benar.
c. Aplikasi
Aplikasi di antara sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis
Analisis adalah suatau kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi,
dan masih ada kaitanya satu sama lain.
e. Sintesis
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-
bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan masalah kemampuan untuk melakukan terhadap
suatu materi objek berdasarkan criteria yang ditentukan sendiri atau criteria yang
telah ditentukan atau telah ada.

Berdasarkan uraian di atas pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari


tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu. Dalam proses mencari tahu ini
mencakup berbagai metode dan konsep-konsep baik melalui proses pendidikan
maupun pengalaman(Setyadi, 2016).

Menurut Ngatimin (1987) Pengetahuan sangat penting dalam memberikan


pengaruh terhadap sikap dan tingkah laku kader terhadap pemeliharaan kesehatan
masyarakat, terutama bagi pelayanan kesehatan bayi dan balita. Oleh karena itu,
pengetahuan tentang posyandu sangat diperlukan Nurfitiani (2010).

2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen

Pendidikan

Pengetahuan

Status Perkawinan Variabel Dependen

Keaktifan Kader Posyandu di


Puskesmas
Umur

Pelatihan

Insentif

Keterangan :

: Variabel yang diteliti


: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep diatas variabel bebas terdiri dari Pendidikan, pengetahuan, usia
dan pekerjaan, sedangkan variabel terikatnya adalah keaktifan kader di posyandu. Dari kerangka
konsep tersebut, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan
kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kota Wilayah Selatan.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah : “Terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan dan
pengetahuan kader posyandu terhadap keaktifan kader di wilayah kerja Puskesmas Kota Wilayah
Selatan”.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik, dengan cara observasional yaitu
suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan

3.2 Kerangka operasional


Penelitian ini akan membahas tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan
kader di posyandu wilayah kerja puskesmas Kota Wilayah Selatan. penelitian ini berguna untuk
mengetahui, bagaimana hubungan tingkat Pendidikan dan pengetahuan kader dalam keaktifannya
di posyandu. Dimana posyandu menjadi salah satu UKBM guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Berdasarkan kerangka pemikiran analisis terdapat beberapa faktor yang berkaitan dengan
keaktifan kader yaitu pendidikan, pengetahuan, pelatihan, status perkawinan, dan insentif.
penelitian ini ingin meneliti hubungan dari faktor-faktor tersebut khususnya faktor Pendidikan
dan pengetahuan. Apakah kedua faktor tersebut berpengaruh dalam keaktifan kader di posyandu.
Setelah hasil Pendidikan dan pengetahuan kader diperoleh, selanjutnya hal yang dianalisis adalah
keterkaitan antara variabel-variabel seperti Pendidikan dan pengetahuan yang ditetapkan sebagai
variabel dependen dan keaktifan kader di posyandu ditetapkan sebagai variabel independen. Pada
akhirnya hasil yang diperoleh akan dapat menjelaskan hasil keterkaitan dan bisa menjadi sebuah
dasar kebijakan yang dapat diambil atau dilakukan selanjutnya.
AKI dan AKB di Indonesia yang
masih tinggi

Dibentuknya UKBM dalam bentuk


Posyandu

Masyarakat mendapatkan pelayanan


dasar

Keaktifan kader di posyandu

Hubungan Pendidikan, pengetahuan,


usia, dan pekerjaan ibu terhadap
keaktifan kader posyandu

Faktor-faktor yang berhubungan


dengan keaktifan kader posyandu
Pendidikan Pengetahuan Pelatihan Usia Insentif
Status
perkawinan

Gambar 3.1 Kerangka operasional

3.3 Populasi, Sampel dan Sampling


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader posyandu yang terdaftar diwilayah
penelitian yang berjumlah 60 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah kader posyandu yang
aktif yang ada di wilayah penelitian dengan teknik pengambilan sampel secara purposive
sampling yaitu penarikan sampel yang didasarkan pada kriteria peneliti.

3.4 Kriteria Sampel


3.4.1 Inklusi :
1. Kader yang aktif di posyandu
2. Kader khusus posyandu balita dan ibu hamil beserta posyandu lansia
3. Kader yang setuju dan bersedia menjadi responden
4. Kader yang berada diwilayah kerja puskesmas Kota Wilayah Selatan
5. Kader yang hadir saat penelitian
3.4.2 Ekslusi :
1. Kader posyandu remaja dan posbindu
2. Kader yang berada diluar wilayah kerja Puskesmas Kota Wilayah Selatan
3. Kader yang tidak aktif
4. Kader yang tidak hadir saat penelitian

3.5 Variabel Penelitian


3.5.1 Variabel Dependen : Keaktifan Kader Posyandu
3.5.2.Variabel independent : Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Kader posyandu

3.6 Definisi Operasional


Definisi Operasional Kriteria Objektif Skala
1.Keaktifan Kader Aktif = jika ≥ 8 kali
Posyandu dalam 1 tahun mengikuti posyandu dalam 1
terakhir tahun
Nominal
Tidak Aktif = jika < 8 kali
dalam 1 tahun
2. Pendidikan Kader Baik = SMA s/d PT
Kurang = SD s/d SMP Nominal

3. Pengetahuan Kader Baik = total nilai dari


rentang 8 - 10 Nominal
Kurang = total nilai < 8
3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi : Wilayah kerja Puskesmas Kota Wilayah Selatan
Waktu : Januari-Februari 2020

3.8 Alat pengumpul Data


Penelitian ini menggunakan Kuesioner sebagai instrument yang berisikan pertanyaan tertutup
dan pernyataan yang akan dijawab oleh responden.

3.9 Metode Pengumpul Data


Metode pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan secara cross sectional yaitu objek
penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan),
(Notoatmodjo, 2010).

3.10 Metode Analisis Data


1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan bantuan alat elektronik berupa komputer dengan
menggunakan program SPSS. Tahap-tahap pengolahan data sebagai berikut :
a. Penyunting data (Editing)
Setelah data terkumpul peneliti akan memeriksa ulang data atau mengecek jumlah
dan mengedit kelengkapan pengisian kuesioner.
b. Pengkodean (Koding) Setelah data masuk, setiap jawaban dikonversi ke dalam
angka-angka (simbol) sehingga memudahkan dalam pengolahan selanjutnya.
c. Tabulasi Data Dilakukan untuk memudahkan pengolahan data kedalam suatu tabel.
Setelah dilakukan pengolahan data, dianalisa dengan menggunakan uji statistik yaitu
mengetahui proporsi, standar validasi, mean dan median, kemudian disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi, penggambaran masing-masing variabel penelitian
disertai dengan
2. Analisa Data
Setelah dilakukan tabulasi data, kemudian diolah dengan menggunakan metode uji
statistik.
a. Analisa Univariat
Dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dengan cara mendeskripsikan tiap
variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu melihat distribusi frekuensinya.
b. Analisa Bivariat Analisa
Data ditunjukkan untuk menjawab tujuan penelitian dan menguji hipotesis penelitian.
Untuk hal tersebut, uji statistik yang akan digunakan adalah uji Chi-Square dengan
tingkat kemaknaan (α) : 0,05.

3.11 Penyajian Hasil


Penyajian hasil akan dilakukan dalam bentuk table untuk melihat variabel yang diteliti,
baik itu univariat maupun secara bivariat.

3.12 Etika Penelitian


Saya menyatakan keaslian tulisan ini bahwa saya sendiri yang membuat tanpa adanya ikut
campur atau bantuan dari siapapun.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. (2012). Buku Pegangan Kader Posyandu. Retrieved from

http://www.depkes.go.id/resources/download/promosi-kesehatan/buku-saku-posyandu.pdf

Kemenkes RI. (2012). Kurikulum dan Modul Pelatihan Kader Posyandu. Retrieved from

http://promkes.kemkes.go.id/download/jri/files43996Kurmod_Kader_Posyandu.pdf

Kemenkes RI. (2012). Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular

(POSBINDU PTM). Retrieved from http://www.p2ptm.kemkes.go.id/dokumen-ptm/petunjuk-

teknis-pos-pembinaan-terpadu-penyakit-tidak-menular-posbindu-ptm
Kemenkes RI. (2016). Pedoman umum program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga.

Retrieved from http://www.depkes.go.id/resources/download/lain/Buku%20Program

%20Indonesia%20Sehat%20dengan%20Pendekatan%20Keluarga.pdf

Notoatmodjo, S. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Novianti, J. T. (2018). Faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi lansia pada posyandu

lansia di wilayah kerja Puskesmas Kassi-kassi Kota Makassar. Retrieved from

http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/NTFkZGFlNjZiYzlmY

WNkNDg5MjVkODYwODg0YzNmMjk1MTdkM2MzNg==.pdf

Permendagri. (2011). PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS

PELAYANAN TERPADU. Retrieved from

https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfiles/batang/Permendagri_19_2011.pdf

Setyadi, N. G. (2016). SKRIPSI Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas V di Sekolah Dasar Negeri Ngeleri

1 Gunungkidul Tentang Peraturan Permainan Futsal. Retrieved from

http://eprints.uny.ac.id/44812/1/SKRIPSI.pdf

Wahono, H. (2010). Skripsi Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan posyandu lansia

di Gantungan Makamhaji. Retrieved from http://eprints.ums.ac.id/9520/1/J210080010.pdf

Zulkifli. (2003). POSYANDU DAN KADER KESEHATAN. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.


DAFTAR LAMPIRAN

Lembar Kuesioner
“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI
PUSKESMAS X”
Nomor :
Hari / Tanggal :
A. IDENTITAS UMUM RESPONDEN
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status : Kawin / belum kawin
Alamat :
B. WAWANCARA RESPONDEN
a. Keaktifan Kader
1. Dalam 1 tahun terakhir ini, berapa kali saudara melakukan kegiatan di Posyandu ?
a. 5 kali
b. 6 kali
c. 7 kali
d. ≥ 8 kali

b. Pengetahuan
1. Apa itu Posyandu ?
a. Wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat serta
di bimbing petugas terkait.
b. Lembaga swadaya kesehatan untuk menunjang Keluarga Berencana.
c. Merupakan bagian dari Pusat Kesehatan Masyarakat untuk melayani Bumil dan
Balita d. Lembaga pemberdayaan kader posyandu

2. Apa kepanjangan Posyandu ?


a. Pusat pelayanan terpadu.
b. Pusat layanan dua orang
c. Pelatihan masyarakat terpadu.
d. Puskesmas pembantu

3. Berapa jenis Posyandu yang anda ketahui ?


a. 4
b. 3
c. 2
d. 1

4. Posyandu dikenal dengan sistem apa ?


a. 5 meja
b. 4 meja
c. 3 meja
d. 2 meja

5. Yang tidak termasuk kegiatan Posyandu di bawah ini, adalah


a. Sunat
b. Perbaikan gizi
c. Imunisasi, KB dan KIA
d. Penanggulangan Diare

6. Kegiatan apa yang dilakukan dimeja I ?


a. Pengisian KMS
b. Pendaftaran.
c. Penimbangan
d. Penyuluhan perorangan

7. Kegiatan apa yang dilakukan dimeja II ?


a. Pengisian KMS
b. Penimbangan balita
c. Pendaftaran
d. Penyuluhan perorangan

8. Kegiatan apa yang dilakukan dimeja III ?


a. Pengisian KMS
b. Pendaftaran
c. Penimbangan balita
d. Penyuluhan perorangan

9. Kegiatan apa yang dilakukan dimeja IV ?


a. Pengisian KMS
b. Pendaftaran
c. Penimbangan balita
d. Penyuluhan perorangan

10. Sebutkan jenis-jenis Imunisasi yang diberikan di posyandu ibu hamil dan balita !
a. Imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak, Tetanus toxoid, Hepatitis
b. Imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B
c. Imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak
d. Imunisasi BCG, DPT, Polio, Tetanus, Tetanus toxoid

11. Menurut anda apa yang dimaksud dengan pelayanan KIA ?


a. Pelayanan kesehatan ibu dan anak
b. Pelayanan keluarga ibu dan anak
c. Pelayanan kesehatan anak
d. Pelayanan kesehatan ibu

12. Menurut anda apakah posbindu itu ?


a. Pelayanan lansia
b. Pelayanan anak dan remaja
c. Pengobatan primer
d. Tempat pelayanan, pemantauan serta deteksi dini Penyakit Tidak Menular (PTM)

13. Menurut anda dari umur berapakah yang bisa mengikuti posyandu lansia ?
a. 42 tahun
b. 43 tahun
c. 44 tahun
d. 45 tahun

14. Berapakah anggota maksimal pada posyandu remaja ?


a. 46
b. 48
c. 49
d. 50

15. Apa manfaat posyandu remaja ?


a. Sebagai wadah untuk ajang berkumpul dan bercerita
b. Memberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
c. Untuk mencegah Campak
d. Untuk mencegah penyakit

Anda mungkin juga menyukai