Anda di halaman 1dari 15

JEMMME, Vol.1, No.

4, April 2018
ISSN 2541-6332
e-ISSN 2548-4281

Rancang Bangun Mesin Fatigue Rotary Bending dengan


Pengujian Spesimen Tipe ASTM E - 466

Radik Purnomo Nugrohoa, Suwarsonob, Budionoc


a,b,c
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang 65144
Telp. (0341) 464318-128 Fax. (0341) 460782
Email: radikpurnomo@yahoo.co.id ,

Abstrak

Dewasa ini untuk merancang sebuah mesin dibutuhkan pengetahuan yang baik mengenai
material atau bahan yang akan digunakan agar mesin yang dibuat dapat berguna dan dapat
dimanfaatkan secara maksimal. Peneliti juga merancang dan membuat Mesin Uji Fatigue
Rotary Bending, dimana Fatigue merupakan suatu kondisi yang memiliki tanda kerusakan
yang dimiliki sebuah material untuk bekerja dan mengurangi efisiensi prestasi, dan biasanya
hal ini disertai dengan perasaan letih dan lemah. Kelelahan dapat akut dan datang tiba-tiba
atau kronis dan bertahan. Pada rancang bangun ini Mesin Uji Fatigue Rotary Bending, dimana
pada perancangan diperlukan pemilihan komponen yang sesuai dengan mesin yang
dirancang. Pada riset ini peneliti menguji spesimen st 42 sebagai bahan uji coba dengan
standar uji ASTM E - 466).Hasil riset pada penelitian ini daya yang dibutuhkan untuk
menggerakkan poros sebesar 0,4 kW dengan putaran mesin 1400 rpm. Serta hasil dari
pengujian spesimen yang di dapat dari hasil ketahanan spesimen, dimana tingkat ketahanan
rendah adalah 1 jam 20 menit 46 detik dengan jumlah beban 22 kg, dengan siklus ( n ) putaran
11760 dan tencion (σ) 179,53 kg/mm2 . Serta hasil ketahanan tertinggi adalah 1 hari 15 jam
52 menit 46 detik dengan jumlah beban 14 kg, dan tencion (σ) 114,25 kg/mm2.

Kata kunci : ST 42; ASTM E - 466; fatigue; rancang bangun

1. PENDAHULUAN
Dewasa ini untuk merancang sebuah mesin dibutuhkan pengetahuan yang baik mengenai
material atau bahan yang akan digunakan agar mesin yang dibuat dapat berguna dan dapat
dimanfaatkan secara maksimal .Dalam pembuatan sebuah poros di butuhkan pembuatan mesin uji
fatik rotary bending supaya dapat menganalisis material tersebut dan mengetahui umur nya.
"Lelah/fatigue" akibat fluktuasi kontinu dari perubahan tegangan secara berulang-ulang pada
komponen struktur patut diperhitungkan karena akan berkaitan langsung dengan apa yang, disebut
sebagai "masa guna yang diharapkan" (expected service life). Di butuhkan pemilihan bahan yang
mampu bertahan dari kelelahan material.
Patah lelah disebabkan oleh pembebanan secara berulang dalam waktu atau siklus tertentu.
Kelelahan muncul ketika suatu benda mengalami kegagalan (kerusakan) setelah menerima suatu
beban terus-menerus secara berulang- ulang. Suatu benda yang mengalami kegagalan kelelahan
biasanya dimulai dengan adanya pecahan bahan pada permukaan objek itu. Seiring berjalannya
waktu, pecahan itu membentuk retakan yang semakin besar, sampai pada suatu saat retakan itu
telah cukup besar untuk menyebabkan suatu kerusakan pada objek tersebut (patah).
Tegangan berulang pada poros menyebabkan poros dapat mengalami patah lelah (fatigue
failure) pada periode kerja tertentu. Kegagalan yang disebabkan oleh kelelahan lebih berbahaya
daripada kegagalan statis dikarenakan kegagalan tersebut terjadi tanpa peringatan terlebih dahulu,
secara tiba-tiba dan menyeluruh. Lebih dari 90% penyebab kegagalan mekanik disebabkan oleh
kegagalan lelah.

JEMMME | Journal of Energy, Mechanical, Material, and Manufacturing Engineering 1


JEMMME, Vol.1, No. 4, April 2018
ISSN 2541-6332
e-ISSN 2548-4281

2. METODOLOGI
Pada riset ini peneliti blok fungsi ini dapat dideskripsikan sebagai aliraan energi, aliran material
dan aliran informasi, yang digambarkan sebagai blok fungsi dengan aliran masuk dan aliran keluar.
Jenis energi dapat berupa energi mekanik, listrik atau termal. Ketika energi tersebut dapat dialirkan
maka dapat disimpan, ditransformasi, dialihkan dan lain-lain.

Spesime
n Siklus ( n )
Rancang Bangun Mesin
Counter
Fatigue Rotary Bending
Energi Dengan Pengujian Spesimen
Tipe ASTM E - 466 Waktu
Massa

Gambar 2.1 Diagram Blok Fungsi

2.1 Diagram Alir Mesin Alat Uji Fatigue Rotary Bending


Diagram alir perancangan merupakan suatu proses kelanjutan dari diagram alir konsep
diatas.Diagram alir perancangan ini menyangkut proses perancangan part hingga gambar detail
akhir.

2.1.1Komponen Mesin Alat Uji Fatigue Rotary Bending


Dalam perancangan ini nantinya akan ditentukan dimensi dari berbagai part yang nantinya
dijadikan satu (assembly). Adapun part-part tersebut adalah :
1. Chuck adalah jenis penjepit khusus. Hal ini digunakan untuk menahan benda dengan simetri
radial, terutama silinder. Dalam latihan dan penggilingan ia memegang alat berputar sedangkan
pada mesin bubut, benda itu memegang benda kerja yang berputar.
2. Poros
Poros merupakan tempat dimana beban yang diterima dari tabung saat berbutar, sehingga
perhitungan poros ditentukan memiliki kemampuan dalam mengatasi ketahanan terhadap
kelelahan ( fatique ).
3. Motor
Perhitungan motor ini untuk menentukan kecepatan putaran Mesin Alat Uji Fatigue Rotary
Bending, dimana dalam pemilihan motor memiliki peranan penting untuk menentukan kinerja dari
Mesin Alat Uji Fatigue Rotary Bending
4. Bearing
Pemilihan bearing haruslah sesuai dengan kekuatan, ketahanan dan dimensi yang sama seperti
perhitungan poros. Dimana bearing haruslah mampu menompang dan menahan poros saat
berputar.
5. Transmisi
Sistem transmisi pada mesin menggunakan kopling menghubungkan antara motor listrik dengan
poros . Fungsi kopling yaitu mentransfer putaran dari poros motor langsung ke poros Mesin Alat Uji
Fatigue Rotary Bending
6. Frame
Pembuatan frame ini berguna sebagai dudukan, dan part-part lainnya. Dalam penentuan
dimensinya, frame dipengaruhi oleh putaran, getaran, dan beban yang akan di topangnya

JEMMME | Journal of Energy, Mechanical, Material, and Manufacturing Engineering 2


JEMMME, Vol.1, No. 4, April 2018
ISSN 2541-6332
e-ISSN 2548-4281

2.2 Prinsip Solusi


Langkah selajutnya adalah pencarian prinsip solusi untuk sub-fungsi metode yang digunakan
adalah metode kombinasi yaitu dengan mengkombinasiakan semua solusi yang ada dalam bentuk
matriks. Adapun prinsip solusi sebagaimana terlihat pada tabel 2.1

Bustami Ibrahim, Hary Sukma Pradinata (2015).


No. Prinsip Solusi dan
Sub Fungsi 1 2 3

A. Energi Penggerak

B. Bentuk - Bentuk
Frame

Tabel 2.1. Matrik Solusi

2.3 Mengkombinasikan Dan Menetapkan Prinsip Kerja Yang Cocok


Penentuan kombinasi ditujunjukan dengan tabel pemilihan variasi struktur fungsi untuk Mesin
Alat Uji Fatigue Rotary Bending, pada tabel dibawah ini terdapat pemilihan dari sub – fungsi sehingga
menjadi prinsip solusi secara keseluruhan yang memungkinkan untuk diwujudkan dengan memilih
kriteria pemilihan dengan benar. Dari tabel dibawah, didapatkan alternative solusi perancangan
mesin pencetak kertas mulsa sebagai berikut :
KONSEP 1 = A1 + B2
KONSEP 2 = A1 + B3
2.3.1 Pengembangan konsep produk pertama
Skets dari konsep Mesin Alat Uji Fatigue Rotary Bending tipe bebanan satu posisi dapat
dilihat dari gambar berikut :

Gambar 2.2 Skets konsep produk pertama

JEMMME | Journal of Energy, Mechanical, Material, and Manufacturing Engineering 3


JEMMME, Vol.1, No. 4, April 2018
ISSN 2541-6332
e-ISSN 2548-4281

Keterangan :
Konsep ini mempunyai sistem transmisi berupa kopleng penghubung antara poros
motor dan mesin. Bila motor listrik dihidupkan, maka akan berputar kemudian gerak putar
dari motor ditransmisikan ke kopling. Tapi pada desain ini memiliki keksulitan pada
penyeimbangan dibeban semimbang / beban nol. Antara sini kiri dan kanan beban
terhubung.

2.3.2 Pengembangan konsep produk kedua


Skets dari konsep Mesin Alat Uji Fatigue Rotary Bending dapat bebanan 2 posisi
dilihat dari gambar berikut :

Gambar 2.4. Skets konsep produk kedua


Keterangan :
Konsep ini mempunyai sistem transmisi berupa kopleng penghubung antara poros
motor dan mesin. Bila motor listrik dihidupkan, maka akan berputar kemudian gerak putar
dari motor ditransmisikan ke kopling. Tapi pada desain ini hanya saya rubah menjadi 2
posisi beban untuk mempermudah menye imbangkan sisi bagian kiri dan kanan.

2.4 Pemilihan Model Rancangan Mesin


Pemilihan model ini bertujuan untuk mendapatkan desain rancangan yang sesuai untuk
kebutuhan yang diperlukan. Dengan memilih model desain ini dapat menentukan efesiensi dari kerja
mesin, sehingga mesin dapat bekerja dengan baik. Penilaian ini untuk menunjukkan kelebihan dan
kekurangan desain sebelumnya, sudah di tentukan bahwa desain varian kedua lah yang sesuai
dengan kriteria.

Kriteria-kriteria pemilihan yang perlu diperhatikan adalah:


 Maintenance, dimaksudkan mesin dapat dibongkar-pasang dengan lebih mudah, baik saat
penggantian bagian mesin yang rusak ataupun penyetelan pada bagian mesin. Efesiensi waktu
dapat lebih baik karena bongkar-pasang dapat dilakukan lebih singkat.
 Ekonomis, nilai jual mesin dapat ditekan dengan tidak mengurangi kempauan mesin dan
mesin masih dapat beroperasi dengan baik.

JEMMME | Journal of Energy, Mechanical, Material, and Manufacturing Engineering 4


JEMMME, Vol.1, No. 4, April 2018
ISSN 2541-6332
e-ISSN 2548-4281

Mekanisme Alat
Kriteria Bobot Rangka Transmisi

Rank Rank
Modifikasi 30% 3 Baik 3 Baik
Maintenance 35% 3 Baik 3 Baik
Ekonomis 35% 2 Sedang 3 Baik
Total 100%

Tabel 3.2 Pemilihan Desain Mesin

Keterangan penilaian keseluruhan mesin :


 Baik = 3
 Sedang = 2
 Buruk = 1
Dari keterangan diatas maka di pilihlah konsep desain nomor 2 sesuai kebutuhan
dan mempermudah pembuatan.

2.5 Spesifikasi Perancangan Mesin Alat Uji Fatigue Rotary Bending


Proses perancangan merupakan urutan langkah pengerjaan dari perencanaan sampai
menjadi desain yang dikehendaki sesuai dengan ukuran yang telah direncanakan. Di dalam
perancangan harus memperhatikan efesiensi waktu, kemudahan pengerjaan dan faktor perakitan,
proses pengerjaan ini berfungsi sebagai petunjuk bagi operator membuat suatu komponen.
1. Rangka
Pembuatan frame ini berguna sebagai dudukan / penyangga dan part-part lainnya. Dalam
penentuan dimensinya, frame dipengaruhi oleh getaran, dan beban yang akan di tompangnya.

Jumlah : 1
Bahan : Baja Siku L (JIS G 3101)
Ukuran : 40 mm x 40 mm x 3 mm
2. Poros
Poros merupakan tempat dimana beban yang diterima dari roll saat berputar, sehingga
perhitungan poros ditentukan memiliki kemampuan dalam mengatasi ketahanan terhadap
kelelahan (fatique).
Jumlah : 3
Bahan : S45C
Ukuran : Panjang 290 mm,  20 mm ( 2 )
Panjang 250 mm,  20 mm

JEMMME | Journal of Energy, Mechanical, Material, and Manufacturing Engineering 5


JEMMME, Vol.1, No. 4, April 2018
ISSN 2541-6332
e-ISSN 2548-4281

3. Bearing
Pemilihan bearing haruslah sesuai dengan kekuatan, ketahanan dan dimensi yang sama
seperti perhitungan poros. Dimana bearing haruslah mampu menompang dan menahan poros saat
berputar.

Gambar 2.4 Mesin Alat Uji Fatigue Rotary Bending

2.6 Mekanisme Kerja Mesin Alat Uji Fatigue Rotary Bending


Mesin Alat Uji Fatigue Rotary Bending ini mempunyai sistem transmisi kopling. Bila motor
Listrik dihidupkan, maka akan berputar kemudian gerak putar dari motor ditransmisikan ke poros
mesin. Putaran yang dihasilkan oleh tidak reducer kemudian secara langsung.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam perancangan mesin perlu diperhitungkan dalam penentuan komponen yang akan
dipergunakan dalam perancangan mesin.

3.1 Moment gaya


Momen terjadi apabila sebuah gaya bekerja mempunyai jarak tertentu dari titik yang akan
menahan momen tersebut dan besarnya momen tersebut adalah besarnya yang dikalikan dengan
jaraknya.
M=w.s
Dimana :
M = moment gaya
W = massa
S = Jarak
ΣM = 0
Fa + Fb - ΣM = 0
Ma = 11 kg x 45 mm
Ma = 495 kg mm
Mb = 11 kg x 160 mm
Mb = 1760 kg mm
ΣM = 1760 + 495 Gambar : 3.1 momen gaya
ΣM = 2255 kg mm = 2,255kg m = 22.55Nm

JEMMME | Journal of Energy, Mechanical, Material, and Manufacturing Engineering 6


JEMMME, Vol.1, No. 4, April 2018
ISSN 2541-6332
e-ISSN 2548-4281

3.1.2 Tegangan normal


Gaya internal yang bekerja pada sebuah potongan dengan luasan yang sangat kecil akan
bervariasi baik besarnya maupun arahnya. Pada umumnya gaya-gaya.

tersebut berubah-ubah dari suatu titik ke titik yang lain.


𝑀𝑐
σ= 1
𝐼

σ = tencion

M = momen

I = jarak dari sumbu

𝜋 𝑑3
I=
32

3,14 𝑥 83
I=
32

I = 50,24

𝑀𝑐1
σ max =
𝑠

2255 . 4
σ max =
50,24

σ max = 179,53 kg / mm2

3.2.3 Perhitungan Daya


Berdasarkan perhitungan moment gaya yang telah diketahui, maka selanjutnya
memperhitungkan daya motor yang dibutuhkan untuk Mesin Uji Fatigue Rotary Bending. Untuk
menghitung daya (P) yang dibutuhkan, terlebih dahulu menghitung torsi (T) yang dihasil
Momen yang terjadi pada poros , yaitu :
- Torsi :

Ta = F.L
= 110 N x 0,185 m
= 20,35 Nm

Tb = F.L
= 110 N x 0,16m
= 17,6 Nm Gambar : 3.2 torsi

ΣT = Ta - Tb
ΣT = 20,35 - 17,6
ΣT = 2,75 Nm

Kecepatan sudut putar :


2.π.n
=
60
2.3,14.1400
=
60

 = 146,53 rad/s

JEMMME | Journal of Energy, Mechanical, Material, and Manufacturing Engineering 7


JEMMME, Vol.1, No. 4, April 2018
ISSN 2541-6332
e-ISSN 2548-4281

Maka didapat daya motor (P) yang dibutuhkan pada mesin , yaitu :
P=Tx
P = 2,75 Nm x 146,53 rad/s
P = 402,95 Watt
P = 0,40295 kW
Jadi daya motor yang dibutuhkan untuk memutar spesimen minimal sebesar 0,54 HP. Karena
didapatkan hasil perhitungan daya motor penggerak total yang digunakan yaitu sebesar 0,54 HP.
Namun dalam rancang bangun “Mesin Uji Fatigue Rotary Bending” ini kami menggunakan motor
listrik dengan daya 0,5 Hp dengan output maksimum 1400 rpm. Karena untuk menekan harga
produksi saya memilih montor ini yang paling mendekati perhitungan karena bila memilih daya di
atas nya harga montor akang semakin mahal.

3.2 Perhitungan Poros


Poros merupakan salah satu bagian dari sistem transmisi Mesin Uji Fatigue Rotary Bending.
Putaran dari motor listrik diteruskan oleh kopling sebagai penghubung ke poros. Poros ditopang oleh
dua buah bearing dari tiap ujungnya. Bahan poros pada mesin ini menggunakan S55C-D dengan
kekuatan tarik (σ) = 179,53 kg/mm². Poros disini menerima beban gabungan yaitu beban lentur dan
puntir maka bahan yang dipakai harus kuat untuk menerima kedua beban tersebut. Untuk faktor
keamanan 𝑆𝑓1 pada bahan S-C dan baja paduan adalah 6,0 dan untuk faktor keamanan 𝑆𝑓2 pada
kedua pengaruh tersebut sebesar 1,3-3,0 dan diambil 3. Perhitungan-perhitungan diantaranya :

1. Daya rencana (Pd)


Faktor koreksi daya (𝑓𝑐 ) diambil 1,2
Dimana Faktor koreksi (𝑓𝑐 ) untuk daya rata-rata 1,2 – 2,0
𝑃𝑑 = 𝑃. 𝑓𝑐 (Sularso, 2004: 7)
𝑃𝑑 = 0,54 𝐻𝑝 𝑥 1,2
𝑃𝑑 = 0.4 𝑘𝑊 𝑥 1,2
𝑃𝑑 = 0,48 𝑘𝑊
2. Momen puntir rencana (T)
𝑃𝑑
𝑇 = 9,74 𝑥 105
𝑛
0,48
𝑇 = 9,74 𝑥 105
1400
𝑇 = 333,94 𝑘𝑔. 𝑚𝑚

3. Tegangan geser yang diijinkan (𝜏𝑎 )


𝜎𝐵
𝜏𝑎 =
(𝑆𝑓1 𝑥 𝑆𝑓2 )
179,53
𝜏𝑎 =
(6 𝑥 3)
𝜏𝑎 = 9,97 𝑘𝑔/𝑚𝑚²

4. Diameter poros
5,1 1/3
𝑑𝑠 ≥ [( ) 𝐾𝑡 . 𝐶𝑏 . 𝑇]
𝜏𝑎
Dimana :

𝐾𝑡 = Faktor koreksi karena puntiran dan tumbukan, 1,0 -1,5,

diambil 1,0 karena terjadi sedikit kejutan

𝐶𝑏 = Faktor pemakaian antara 1,2 – 2,3, diambil 2,0

diperkirakan terjadi pembebanan lentur

JEMMME | Journal of Energy, Mechanical, Material, and Manufacturing Engineering 8


JEMMME, Vol.1, No. 4, April 2018
ISSN 2541-6332
e-ISSN 2548-4281

5,1 1/3
𝑑𝑠 ≥ [( ) 1,5 . 2,3 .333,94 𝑘𝑔. 𝑚𝑚]
9,97
𝑑𝑠 ≥ 8,3 𝑚𝑚
Kebutuhan diameter minimal poros ≥ 8,3mm yang aman digunakan.

5. Tegangan geser yang timbul


16 .𝑇
𝜏= 3
𝜋 . 𝑑𝑠
16 .333,94
𝜏=
𝜋 . 9,973
𝜏 = 1,7𝑘𝑔/𝑚𝑚²

6. Defleksi puntiran (𝜃)


𝑇. 𝐿
𝜃 = 584 . 4
𝐺 . 𝑑𝑠

Dimana : G = 8,3 x 10³ kg/mm² (untuk baja S55C-D)


333,94 . 290
𝜃 = 584 . 4
8,3 . 10³ . 9,97

96842,6
𝜃 = 584 .
82008473,042
𝜃 = 0,68°

3.3 Perhitungan bantalan poros


Bantalan yang digunakan untuk mendukung poros adalah bola radial beralur dalan baris
tunggal (single row deep groove radial ball bearing), sebanyak dua buah, masing – masing pada
kedua ujung poros. Sketsa bantalan pendukung poros ini beserta komponen – komponen lain yang

Gambar 3.3 bantalan pendukung poros

Analisa gaya diagram benda bebas untuk gaya – gaya yang terjadi pada poros dan kedua
bantalan pendukungnya dapat dilihat pada gambar 3.4

Gambar 3.4 diagram analisa gaya

JEMMME | Journal of Energy, Mechanical, Material, and Manufacturing Engineering 9


JEMMME, Vol.1, No. 4, April 2018
ISSN 2541-6332
e-ISSN 2548-4281

Keterangan:
Ws = massa bandul L2 = 145 mm
Wp = massa poros
RA = reaksi pada bantalan A
RB = reaksi pada bantalan B
L1 = 145 mm
 W P = berat poros
WP  P  VP
Dimana :
P = massa jenis bahan poros, untuk bahan baja S55C-D besarnya adalah 7,810-6 N/mm3
VP = volume poros, yaitu
 2
VP   dP  LP
4
Untuk : dP = diameter poros = 20 mm
LP = panjang poros = 290 mm
Maka :
𝜋
Vp = 202 𝑥 290
4
Vp = 91060 mm3
Maka berat poros adalah
Wp = 7,8 . 10-6 x 91060
Wp = 0,75 N

 W S = Berat bandul yaitu :


𝑇
WS =
𝐿

Dimana :
Ws = berat bandul
T = torsi
L = panjang lengan
12.4 𝑁𝑚
Ws =
0,185 𝑚

Ws = 67,027 N

 RA = gaya reaksi pada bantalan A


 RB = gaya reaksi pada bantalan B
 L1 = 750 mm
 L2 = 750 mm
Dari keseimbangan statik diperoleh:
Σ MA = 0
RB.(L1 + L2) – (W S + W P).(L1 + L2) = 0
RB.(145+145) – (67,027 + 0,75).( 145+145) = 0
RB(290) – 19655,33 = 0
RB = 67,77 N

JEMMME | Journal of Energy, Mechanical, Material, and Manufacturing Engineering 10


JEMMME, Vol.1, No. 4, April 2018
ISSN 2541-6332
e-ISSN 2548-4281

Σ Fy = 0
RA + RB – (W P + W S) = 0
RA + 67,77 – (0,75 + 67,027) = 0
RA + 67,77 – 67,77 = 0
RA = 0 N
Dari kedua gaya reaksi RA dan RB diambil harga terbesar sebagai resultan gaya radial F r, yaitu : Fr
= RB = 67,77 N sedangkan resultan gaya aksialnya adalah Fa = 0
Fr  RA
 5,6866 k

3.3.2 Penentuan beban ekivalen statik dan dinamik


Beban ekivalen statik diperoleh dari
P0 = X0.Fr + Y0.Fa
di mana:
P0 = beban ekivalen statik (N)
X0 = faktor radial, untuk bantalan bola radial beralur dalam baris tunggal besarnya adalah 0,6
Fr = gaya radial, yaitu sebesar 67,77 N
Y0 = faktor aksial, untuk bantalan bola radial beralur dalam baris tunggal besarnya adalah 0,5
Fa = gaya aksial, untuk bantalan pendukung poros ini besarnya adalah nol
Maka:
P0 = 0,6 . 67,77 + 0,5 . 0
P0 = 40,662 N
Maka, diambil P0 = 40,662 N
Untuk beban ekivalen dinamik diperoleh dari :
P  X V Fr  Y Fa
dimana:
P = beban ekivalen dinamik ( N )
X = faktor radial, untuk bantalan bola radial beralur dalam baris tunggal, besarnya
adalah 1,0
V = faktor putaran, untuk kondisi cincin dalam berputar besarnya 1,0
Fr = gaya radial, yaitu sebesar 67,77 N
Y = faktor aksial, untuk bantalan bola radial beralur dalam baris tungal besarnya adalah
nol
Fa = gaya aksial, untuk bantalan pendukung poros ini besarnya adalah nol
Maka : Beban ekivalen dinamik adalah ;
P = 1,0 x 1,0 x 67,77 N + 0 x 0
= 67,77 N = 0,06777 KN

Setelah diketahui beban yang bekerja yang terjadi pada bantalan, maka selanjutnya adalah
melakukan perhitungan teoritis umur pakai bantalan. Untuk menghitung umur pakai bantalan ini (
spherical roller bearing ) maka digunakan persamaan sebagai berikut :
10
23,4 3
L10 = ( )
0,06777

3
= √(345,285)10

= 288798260,180 Juta Putaran

Perhitungan di atas merupakan perhitungan umur pakai bantalan


berdasarkan jumlah putaran dalam juta putaran. Sedangkan perhitungan umur pakai bantalan
berdasarkan jam operasinya, menggunakan persamaan sebagai berikut :

JEMMME | Journal of Energy, Mechanical, Material, and Manufacturing Engineering 11


JEMMME, Vol.1, No. 4, April 2018
ISSN 2541-6332
e-ISSN 2548-4281

106
Lh = . 288798260,180
60 . 1400

= 3438074525,958 Jam Operasi

3438074525,958 𝑗𝑎𝑚
Jam Operasi Aktual =
24 𝑗𝑎𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖
143253105,248 ℎ𝑎𝑟𝑖
=
30
4775103,508 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
=
12
= 397925,292 tahun

3.4 Desain Eksperimen

Gambar 3.4 Gambar specimen

Pada riset ini peneliti menganalisa hasil specimen dimana mesin alat uji fatigue menggunakan
material ST 42. Pada riset ini peneliti menggunakan standart ASTM E – 466 dengan ukuran
specimen sebagai berikut :
Dimensi spesimen
Spesimen Uji
Do Lo Dg R Lg
8 32 12 15 25
Astm E - 466
Jumlah = 5 spesimen

Tabel 3.1 ukuran spesimen

Pada analisa uji fatigue berupa siklus (n) yang terjadi pada spesimen.

Pada riset ini menggunakan standart ASTM E - 466 dan pada masing-masing specimen di
beberi beban yang berbeda

JEMMME | Journal of Energy, Mechanical, Material, and Manufacturing Engineering 12


JEMMME, Vol.1, No. 4, April 2018
ISSN 2541-6332
e-ISSN 2548-4281

3.4.1 Data Hasil Pengujian Fatigue


Pengujian Fatigue pada spesimen dilakukan menggunakan Mesin Uji Fatigue Rotary
Bending yang. Dengan variable beban yang ber fariasi berikut adalah tabel Hasil Pengujian Fatigue

Uji fatigue Rotary Bending ST 42


Waktu Tencion
No Do (mm) Beban (kg ) Siklus (kg / mm2)
Hari Jam Menit Detik
1 8,1 14 3483879 1 15 52 46 114.25
2 8 16 433135 6 57 29 130.57
3 8 18 223423 2 33 27 147.13
4 7,9 20 192122 2 2 57 163.21
5 7,9 22 117608 1 20 46 179.53

Tabel 4.2 Data pengujian

Tencion (σ)
200
Tencion (σ) kg/mm2

100
Tencion (σ)
0
0 2000000 4000000
Siklus (n)

Gambar 3.5 Grafik Hubungan Tencion – Siklus .

Pada grafik diatas dapat disimpulkan bawah semakin tinggi nilai dari Tencion maka semakin
rendah siklus atau jumlah putaran yang terjadi pada spesimen , oleh karena itu jika kita ingin memilih
material kekutan yang memiliki ketahanan fatigue yang tinggi kita harus mengetahui kekuatan
tencion dari material tersebet

JEMMME | Journal of Energy, Mechanical, Material, and Manufacturing Engineering 13


JEMMME, Vol.1, No. 4, April 2018
ISSN 2541-6332
e-ISSN 2548-4281

4. KESIMPULAN
Desain Mesin Alat Uji Fatigue Rotary Bending dapat dilihat dari gambar 4. 1

Gambar 4.1 Desain Mesin Alat Uji Fatigue Rotary Bending

Gambar 4.2 di bawah merupakan bentuk Mesin Alat Uji Fatigue Rotary Bending setalah di
lakukan pemproduksian desain

Gambar 4.2 Bentuk Mesin Alat Uji Fatigue Rotary Bending

Hasil rancang bangun Mesin Alat Uji Fatigue Rotary Bending ini, didapatkan putaran motor
1400 rpm dan langsung di hubungkan ke poro dengan kopleng serta daya yang dibutuhkan 0.5
HP. Pada pengujian ini menggunakan motor listrik single phase ac motor dengan daya 0,5 HP
dengan output minimal 1400 rpm.
Hasil dari pengujian spesimen yang di dapat dari hasil ketahanan spesimen, dimana tingkat
ketahanan rendah adalah 1 jam 20 menit 46 detik dengan jumlah beban 22 kg, dengan siklus (
n ) putaran 11760 dan tencion (σ) 179,53 kg/mm2 . Serta hasil ketahanan tertinggi adalah 1 hari
15 jam 52 menit 46 detik dengan jumlah beban 14 kg, dan tencion (σ) 114,25 kg/mm2.Dari hasil
dapat diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi ketahanan specimen terhadap lelah ( fatigue)
adalah jumlah beban yang di berikan dan tegangan / tencion(σ) yang terjadi pada spesimen..

JEMMME | Journal of Energy, Mechanical, Material, and Manufacturing Engineering 14


JEMMME, Vol.1, No. 4, April 2018
ISSN 2541-6332
e-ISSN 2548-4281

DAFTAR PUSTAKA
[1] Jatmiko Sukamto dan Jokosiswoyo. 2016.Analisa Kekuatan Puntir dan Kekuatan Lentur
Putaran Poros Baja ST 60 Sebagai Aplikasi Perncangan Bahan Poros Baling – Baling Kapal.
Program Studi Teknik Perkapalan Fakultas Teknik UNDIP. Semarang.
[2] Chauhan J. Santosh, Misal Aarrti, Jadhav Akanksha, Jadhav Rahul, Bhalavi Abhir,dan Jagdale
Rohit.2016. Design and Fabrication of Rotating Bending Fatigue Testing Machine A Laboratory
Development Project. India .
[3] Sularso dan Suga, Kiyokatsu. 2002. Dasar Perancangan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta
: Pranya Paramita.
[4] Mott, Robert L. 2009. Elemen – Elemen Mesin Dalam Perancangan Mekanis ( Perancnagan
Elemen Mesin Terpadu ) 1. Yogyakarta : Penerbit Andi.
[5] Mott, Robert L. 2009. Elemen – Elemen Mesin Dalam Perancangan Mekanis ( Perancnagan
Elemen Mesin Terpadu ) 2. Yogyakarta : Penerbit Andi.
[6] Benny Clementinus Benny Agung Pambayu, Purna Agustinus Purna Irawan, dan Widya Didi
Widya Utama. Perancangan Ulang Alat Uji Fatigue Rotary Bending. Program Studi Teknik
Mesin Universitas Tarumanagara. Jakarta

JEMMME | Journal of Energy, Mechanical, Material, and Manufacturing Engineering 15

Anda mungkin juga menyukai