Jurnal jemmeRADIKk Revisi
Jurnal jemmeRADIKk Revisi
4, April 2018
ISSN 2541-6332
e-ISSN 2548-4281
Abstrak
Dewasa ini untuk merancang sebuah mesin dibutuhkan pengetahuan yang baik mengenai
material atau bahan yang akan digunakan agar mesin yang dibuat dapat berguna dan dapat
dimanfaatkan secara maksimal. Peneliti juga merancang dan membuat Mesin Uji Fatigue
Rotary Bending, dimana Fatigue merupakan suatu kondisi yang memiliki tanda kerusakan
yang dimiliki sebuah material untuk bekerja dan mengurangi efisiensi prestasi, dan biasanya
hal ini disertai dengan perasaan letih dan lemah. Kelelahan dapat akut dan datang tiba-tiba
atau kronis dan bertahan. Pada rancang bangun ini Mesin Uji Fatigue Rotary Bending, dimana
pada perancangan diperlukan pemilihan komponen yang sesuai dengan mesin yang
dirancang. Pada riset ini peneliti menguji spesimen st 42 sebagai bahan uji coba dengan
standar uji ASTM E - 466).Hasil riset pada penelitian ini daya yang dibutuhkan untuk
menggerakkan poros sebesar 0,4 kW dengan putaran mesin 1400 rpm. Serta hasil dari
pengujian spesimen yang di dapat dari hasil ketahanan spesimen, dimana tingkat ketahanan
rendah adalah 1 jam 20 menit 46 detik dengan jumlah beban 22 kg, dengan siklus ( n ) putaran
11760 dan tencion (σ) 179,53 kg/mm2 . Serta hasil ketahanan tertinggi adalah 1 hari 15 jam
52 menit 46 detik dengan jumlah beban 14 kg, dan tencion (σ) 114,25 kg/mm2.
1. PENDAHULUAN
Dewasa ini untuk merancang sebuah mesin dibutuhkan pengetahuan yang baik mengenai
material atau bahan yang akan digunakan agar mesin yang dibuat dapat berguna dan dapat
dimanfaatkan secara maksimal .Dalam pembuatan sebuah poros di butuhkan pembuatan mesin uji
fatik rotary bending supaya dapat menganalisis material tersebut dan mengetahui umur nya.
"Lelah/fatigue" akibat fluktuasi kontinu dari perubahan tegangan secara berulang-ulang pada
komponen struktur patut diperhitungkan karena akan berkaitan langsung dengan apa yang, disebut
sebagai "masa guna yang diharapkan" (expected service life). Di butuhkan pemilihan bahan yang
mampu bertahan dari kelelahan material.
Patah lelah disebabkan oleh pembebanan secara berulang dalam waktu atau siklus tertentu.
Kelelahan muncul ketika suatu benda mengalami kegagalan (kerusakan) setelah menerima suatu
beban terus-menerus secara berulang- ulang. Suatu benda yang mengalami kegagalan kelelahan
biasanya dimulai dengan adanya pecahan bahan pada permukaan objek itu. Seiring berjalannya
waktu, pecahan itu membentuk retakan yang semakin besar, sampai pada suatu saat retakan itu
telah cukup besar untuk menyebabkan suatu kerusakan pada objek tersebut (patah).
Tegangan berulang pada poros menyebabkan poros dapat mengalami patah lelah (fatigue
failure) pada periode kerja tertentu. Kegagalan yang disebabkan oleh kelelahan lebih berbahaya
daripada kegagalan statis dikarenakan kegagalan tersebut terjadi tanpa peringatan terlebih dahulu,
secara tiba-tiba dan menyeluruh. Lebih dari 90% penyebab kegagalan mekanik disebabkan oleh
kegagalan lelah.
2. METODOLOGI
Pada riset ini peneliti blok fungsi ini dapat dideskripsikan sebagai aliraan energi, aliran material
dan aliran informasi, yang digambarkan sebagai blok fungsi dengan aliran masuk dan aliran keluar.
Jenis energi dapat berupa energi mekanik, listrik atau termal. Ketika energi tersebut dapat dialirkan
maka dapat disimpan, ditransformasi, dialihkan dan lain-lain.
Spesime
n Siklus ( n )
Rancang Bangun Mesin
Counter
Fatigue Rotary Bending
Energi Dengan Pengujian Spesimen
Tipe ASTM E - 466 Waktu
Massa
A. Energi Penggerak
B. Bentuk - Bentuk
Frame
Keterangan :
Konsep ini mempunyai sistem transmisi berupa kopleng penghubung antara poros
motor dan mesin. Bila motor listrik dihidupkan, maka akan berputar kemudian gerak putar
dari motor ditransmisikan ke kopling. Tapi pada desain ini memiliki keksulitan pada
penyeimbangan dibeban semimbang / beban nol. Antara sini kiri dan kanan beban
terhubung.
Mekanisme Alat
Kriteria Bobot Rangka Transmisi
Rank Rank
Modifikasi 30% 3 Baik 3 Baik
Maintenance 35% 3 Baik 3 Baik
Ekonomis 35% 2 Sedang 3 Baik
Total 100%
Jumlah : 1
Bahan : Baja Siku L (JIS G 3101)
Ukuran : 40 mm x 40 mm x 3 mm
2. Poros
Poros merupakan tempat dimana beban yang diterima dari roll saat berputar, sehingga
perhitungan poros ditentukan memiliki kemampuan dalam mengatasi ketahanan terhadap
kelelahan (fatique).
Jumlah : 3
Bahan : S45C
Ukuran : Panjang 290 mm, 20 mm ( 2 )
Panjang 250 mm, 20 mm
3. Bearing
Pemilihan bearing haruslah sesuai dengan kekuatan, ketahanan dan dimensi yang sama
seperti perhitungan poros. Dimana bearing haruslah mampu menompang dan menahan poros saat
berputar.
σ = tencion
M = momen
𝜋 𝑑3
I=
32
3,14 𝑥 83
I=
32
I = 50,24
𝑀𝑐1
σ max =
𝑠
2255 . 4
σ max =
50,24
Ta = F.L
= 110 N x 0,185 m
= 20,35 Nm
Tb = F.L
= 110 N x 0,16m
= 17,6 Nm Gambar : 3.2 torsi
ΣT = Ta - Tb
ΣT = 20,35 - 17,6
ΣT = 2,75 Nm
= 146,53 rad/s
Maka didapat daya motor (P) yang dibutuhkan pada mesin , yaitu :
P=Tx
P = 2,75 Nm x 146,53 rad/s
P = 402,95 Watt
P = 0,40295 kW
Jadi daya motor yang dibutuhkan untuk memutar spesimen minimal sebesar 0,54 HP. Karena
didapatkan hasil perhitungan daya motor penggerak total yang digunakan yaitu sebesar 0,54 HP.
Namun dalam rancang bangun “Mesin Uji Fatigue Rotary Bending” ini kami menggunakan motor
listrik dengan daya 0,5 Hp dengan output maksimum 1400 rpm. Karena untuk menekan harga
produksi saya memilih montor ini yang paling mendekati perhitungan karena bila memilih daya di
atas nya harga montor akang semakin mahal.
4. Diameter poros
5,1 1/3
𝑑𝑠 ≥ [( ) 𝐾𝑡 . 𝐶𝑏 . 𝑇]
𝜏𝑎
Dimana :
5,1 1/3
𝑑𝑠 ≥ [( ) 1,5 . 2,3 .333,94 𝑘𝑔. 𝑚𝑚]
9,97
𝑑𝑠 ≥ 8,3 𝑚𝑚
Kebutuhan diameter minimal poros ≥ 8,3mm yang aman digunakan.
96842,6
𝜃 = 584 .
82008473,042
𝜃 = 0,68°
Analisa gaya diagram benda bebas untuk gaya – gaya yang terjadi pada poros dan kedua
bantalan pendukungnya dapat dilihat pada gambar 3.4
Keterangan:
Ws = massa bandul L2 = 145 mm
Wp = massa poros
RA = reaksi pada bantalan A
RB = reaksi pada bantalan B
L1 = 145 mm
W P = berat poros
WP P VP
Dimana :
P = massa jenis bahan poros, untuk bahan baja S55C-D besarnya adalah 7,810-6 N/mm3
VP = volume poros, yaitu
2
VP dP LP
4
Untuk : dP = diameter poros = 20 mm
LP = panjang poros = 290 mm
Maka :
𝜋
Vp = 202 𝑥 290
4
Vp = 91060 mm3
Maka berat poros adalah
Wp = 7,8 . 10-6 x 91060
Wp = 0,75 N
Dimana :
Ws = berat bandul
T = torsi
L = panjang lengan
12.4 𝑁𝑚
Ws =
0,185 𝑚
Ws = 67,027 N
Σ Fy = 0
RA + RB – (W P + W S) = 0
RA + 67,77 – (0,75 + 67,027) = 0
RA + 67,77 – 67,77 = 0
RA = 0 N
Dari kedua gaya reaksi RA dan RB diambil harga terbesar sebagai resultan gaya radial F r, yaitu : Fr
= RB = 67,77 N sedangkan resultan gaya aksialnya adalah Fa = 0
Fr RA
5,6866 k
Setelah diketahui beban yang bekerja yang terjadi pada bantalan, maka selanjutnya adalah
melakukan perhitungan teoritis umur pakai bantalan. Untuk menghitung umur pakai bantalan ini (
spherical roller bearing ) maka digunakan persamaan sebagai berikut :
10
23,4 3
L10 = ( )
0,06777
3
= √(345,285)10
106
Lh = . 288798260,180
60 . 1400
3438074525,958 𝑗𝑎𝑚
Jam Operasi Aktual =
24 𝑗𝑎𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖
143253105,248 ℎ𝑎𝑟𝑖
=
30
4775103,508 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
=
12
= 397925,292 tahun
Pada riset ini peneliti menganalisa hasil specimen dimana mesin alat uji fatigue menggunakan
material ST 42. Pada riset ini peneliti menggunakan standart ASTM E – 466 dengan ukuran
specimen sebagai berikut :
Dimensi spesimen
Spesimen Uji
Do Lo Dg R Lg
8 32 12 15 25
Astm E - 466
Jumlah = 5 spesimen
Pada analisa uji fatigue berupa siklus (n) yang terjadi pada spesimen.
Pada riset ini menggunakan standart ASTM E - 466 dan pada masing-masing specimen di
beberi beban yang berbeda
Tencion (σ)
200
Tencion (σ) kg/mm2
100
Tencion (σ)
0
0 2000000 4000000
Siklus (n)
Pada grafik diatas dapat disimpulkan bawah semakin tinggi nilai dari Tencion maka semakin
rendah siklus atau jumlah putaran yang terjadi pada spesimen , oleh karena itu jika kita ingin memilih
material kekutan yang memiliki ketahanan fatigue yang tinggi kita harus mengetahui kekuatan
tencion dari material tersebet
4. KESIMPULAN
Desain Mesin Alat Uji Fatigue Rotary Bending dapat dilihat dari gambar 4. 1
Gambar 4.2 di bawah merupakan bentuk Mesin Alat Uji Fatigue Rotary Bending setalah di
lakukan pemproduksian desain
Hasil rancang bangun Mesin Alat Uji Fatigue Rotary Bending ini, didapatkan putaran motor
1400 rpm dan langsung di hubungkan ke poro dengan kopleng serta daya yang dibutuhkan 0.5
HP. Pada pengujian ini menggunakan motor listrik single phase ac motor dengan daya 0,5 HP
dengan output minimal 1400 rpm.
Hasil dari pengujian spesimen yang di dapat dari hasil ketahanan spesimen, dimana tingkat
ketahanan rendah adalah 1 jam 20 menit 46 detik dengan jumlah beban 22 kg, dengan siklus (
n ) putaran 11760 dan tencion (σ) 179,53 kg/mm2 . Serta hasil ketahanan tertinggi adalah 1 hari
15 jam 52 menit 46 detik dengan jumlah beban 14 kg, dan tencion (σ) 114,25 kg/mm2.Dari hasil
dapat diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi ketahanan specimen terhadap lelah ( fatigue)
adalah jumlah beban yang di berikan dan tegangan / tencion(σ) yang terjadi pada spesimen..
DAFTAR PUSTAKA
[1] Jatmiko Sukamto dan Jokosiswoyo. 2016.Analisa Kekuatan Puntir dan Kekuatan Lentur
Putaran Poros Baja ST 60 Sebagai Aplikasi Perncangan Bahan Poros Baling – Baling Kapal.
Program Studi Teknik Perkapalan Fakultas Teknik UNDIP. Semarang.
[2] Chauhan J. Santosh, Misal Aarrti, Jadhav Akanksha, Jadhav Rahul, Bhalavi Abhir,dan Jagdale
Rohit.2016. Design and Fabrication of Rotating Bending Fatigue Testing Machine A Laboratory
Development Project. India .
[3] Sularso dan Suga, Kiyokatsu. 2002. Dasar Perancangan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta
: Pranya Paramita.
[4] Mott, Robert L. 2009. Elemen – Elemen Mesin Dalam Perancangan Mekanis ( Perancnagan
Elemen Mesin Terpadu ) 1. Yogyakarta : Penerbit Andi.
[5] Mott, Robert L. 2009. Elemen – Elemen Mesin Dalam Perancangan Mekanis ( Perancnagan
Elemen Mesin Terpadu ) 2. Yogyakarta : Penerbit Andi.
[6] Benny Clementinus Benny Agung Pambayu, Purna Agustinus Purna Irawan, dan Widya Didi
Widya Utama. Perancangan Ulang Alat Uji Fatigue Rotary Bending. Program Studi Teknik
Mesin Universitas Tarumanagara. Jakarta