Oleh Kelompok 5
1. Kholili
2. Septiya Maya Faramisti
3. Yasmin Tara Dasai Lakmita
4. Muhammad Robithul Ahlam
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas ke hadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ”Ekonomi Moneter” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi bagi kami dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................................3
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
BAB III....................................................................................................................................22
PENUTUP...............................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Hasil kajian Bank lndonesia dan Bond (1994) tersebut merupakan pertimbangan bagi
Bank lndonesia sebagai otoritas moneter di lndonesia untuk meninggalkan atau
mengganti pengendalian monetemya dari pendekatan kuantitas (quantitiy-base approach)
menjadi pendekatan harga (price-base approach) sejak bulan Juli 2005.
Implementasi pendekatan harga merupakan bagian integral dari upaya Bank
Indonesia untuk menarapkan full-fledge nflation targeting framework pada bulan Juli
2004 sesuai amanat UU No.3/2004 tentang Bank Indonesia.
2.4 Instrumen Kebijakan Moneter
Instrumen kebijakan moneter merupakan alat-alat atau media pengendallan
operasi moneter yang dimiliki dan dapat digunakan oleh bank sentral untuk
mempengaruhi sasaran operasional dan sasaran akfi'r yeng telah ditetapkan oleh bank
sentral atau pemerintah (Wa#lyo, 2005:14) dan (Solikin dan Suseno, 2002: 26). Instrumen
kebijakan moneter terangkum pada Tabel 5.1.
∆M = mM x ∆MB
Keterangan:
mM adalah pengganda uang (money multiplier)
∆M adalah pertumbuhan kuantitas uang
∆MB adalah pertumbuhan money base
Pengganda (multilier) untuk janis uang dalam arti sempit (M 1) dapat dituliskan
sebagai berikut:
mM (c +1)/(rro +e +c) Keterangan:
c adalah hasrat masyarakat untuk memegang uang (currency) relatif tehadap
transaksi deposit
rro adalah rasio required reserve terhadap transaksi deposit
e adalah excess reserva terhadap transaksi depoasit yang di pegang oleh bank
komersial
Jika kita ingin memahami bagaimana GWM dapat mempengaruhi kuantitas uang
dan kredit, maka dapat dilihat pada besaran angka pengganda uang dan kredit, yaitu:
rnM = (c +1}/(rro +e +c) dan mTC = (1-rro- e)/(e+rro + e). Penurunan rasio reserves
requirement (rro) akan meningkatkan nilai kedua jenss angka pengganda
(multiplier). Karena jika reserves requirement rendah, maka bank-bank komersial
akan maningkatkan kemampuannya untuk menyalurkan kredit/pinjamannya kepada
masyarakat sehingga akan tarjadi eskpansi kredit dan selanjutnya berpengaruh
terhadap peningkatan jumlah uang beredar. demikian juga sebaliknya.
2.4.4 Himbauan Moral
Himbauan moral merupakan Instrumen kebijakan moneter bersifat tidak
langsung dan bersifat kualitatif karena hanya berupa himbauan yang sifatnya
mengarahkan atau memberikan informasi makro untuk dijadikan masukan/input
oleh perbankan dalam manajemen aset dan kewajibannya (Rose and Marquis,
2006:384). Misalnya, BI menghimbau perbankan agar berhati-hati dalam
menyalurkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beradar dan menghimbau agar
bank meminjam uang ke bank sentral untuk meningkatkan jumlah uang beredar
(likuiditas) dalam perekonomian.
Pada tataran teknis, Koordinasi antara Pamerintah dan BI telah diwujudkan dengan
membentuk Tim Koordinasi Penetapan Sasaran, Pemantauan dan Pengendalian Inflasi
(TPI) di tingkat pusat sejak tahun 2005. Anggota TPI, terdiri dari BI dan departemen
teknis terkait di Pemerintah seperti Departemen Keuangan, Kantor Menko Bidang
Perekonomian, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Perdagangan,
Departemen Partanian. Departemen Perhubungan, dan Dapartemen Tenaga Keja dan
Transmigrasi. Manyadari pentingnya koordinasi tersebut, sejak tahun 2008 pembentukan
TPI diperluas hingga ke level daerah. Ke depan, koordinasi antara Pemerintah dan BI
diharapkan akan semakin efektif dengan dukungan forum TPI baik pusat maupun daerah
sehingga dapat terwujud Inflasi yang rendah dan stabil, yang bermuara pada pertumbuhan
ekonomi yang berkesinambungan dan berkelanjutan (http://www.bi.go.id).
2.6 Operasi Kebijakan Moneter Bank Indonesia
Untuk mewujudkan sasaran akhir kebijakan monetemya yaitu Inflasi yang rendah
dan stabil, maka BI menarapkan kerangka kebijakan moneter melalui pengendalian suku
bunga (target suku bunga). Suku bunga kebijakan yang dikenal dengan istilah BI Rate
ditetapkan melalui Rapat Dewan Gubamur (RDG) BI. Dalam tataran operasional, BI rate
tarcermin dari pergerakan suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) overnight O/N.
PUAB adalah kegiatan pinjam meminjam dana antara satu Bank dengan Bank
Lainnya. Suku bunga PUAB merupakan harga yang terbentuk dari kesepakatan pihak
yang meminjam dan meminjamkan dana. Kegiatan di PUAB dilakukan melalui
mekanisme over the counter (OTC) yaitu terciptanya kasepakatan antara peminjam dan
pemilik dana yang dilakukan tidak melalui lantai bursa. Jangka waktu PUAB yaitu antara
satu hari kerja (overnight) sampai dengan tujuh hari.
Agar pergerakan suku bunga PUAB O/N tidak terlalu melebar dari anchor-nya (BI
rate), BI selalu berusaha untuk menjaga dan memenuhi kebutuhan likuiditas perbankan
secara seirnbang sehingga terbentuk suku bunga yang wajar dan stabil. Kebutuhan
likuiditas perbankan diestimasi dangan mempertimbangkan faktor-faktor autonomus
seperti operasi pemerintah, jatuh tempo instrumen OPT dan Standing Facilities serta
mutasi dari uang kartal. Faktor-faktor tersebut dapat berdampak ekspansi maupun
kontraksi likuditas di pasar uang
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan
untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal
( keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya ekonomi makro.
2. Bank sentral di Indonesia dalam operasi kebijakan moneternya bisa
menggunakan pendekatan kuantitas atau pendekatan suku bunga/harga.
3. Bagi aliran klasiok bahwa kebijakan moneter harus dilaksanakan secara ketat
mengikuti aturan (rule)yang secara konsisten diikuti. Sedangkan bagi aliran
Keynesians kebijakan moneter seharusnya diarahkan untuk menjamin
keseimbangan antara sisi dilakukan secara bijaksana sesuai dengan
perkembangan yang ada.
4. Kerjasama dan koordinasi antara pemerintah dan BI melalui kebijakan
makroekonomi yang terintegrasi sangatlah diperlukan.
5. OPT adalah kegiatan bank sentral melakukan jual beli surat-surat berharga
jangka pendek dalam rangka mengendalikan jumlah uang beradar (JUB) atau
suku bunga jangka pendek. Jika bank sentral bertujuan untuk mengurangi
JUB. bank sentral akan menjual surat-surat berharga kepada bank-bank
komersial/umum agar cadangan (reserve) bank-bank berkurang sehingga
kemampuan bank-bank memberikan pinjaman menurun, tindakan tersebut
yang dinamakan sebagai kebijakan moneter yang kontraktif (kontraksi
moneter).
DAFTAR PUSTAKA
Barro, Robert J. 2008. Macroaconomlcs: A IUodem Approach. International Student Edition. Unltad
Kingdom:Thomson, South Western
Majardi, Fajar., 2002. Dampak Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Laju Inflasi Di
Indonesia. Direktorat Riset Ekonomi dan Kebjakan Moneter Bank Indonesia.
ManMw, N.G., 2003. Macroeconomic. SP Edition. New York: Worth Publisher Inc.
Marshall and Swanson,1980. The Uone(ary Process: Essential of Money and Banking. Boston:
Hougton Mlfflin Company.