Anda di halaman 1dari 5

Nama : Christian Hadinata Simbolon

NIM : 5192411003
Prodi : PTB - UNIMED
Matkul : Eko Teknologi

1. Konsep Berkelanjutan
Keberlanjutan mempunyai 3 aspek, diantaranya adalah :
a) Ekonomi
Komunitas manusia di seluruh dunia mampu mempertahankan kemandirian dan memiliki
akses ke sumber daya untuk memenuhi kebutuhan mereka.
b) Lingkungan
Integritas ekologi dipertahankan, sumber daya alam dikonsumsi tetapi pada tingkat yang
dapat mereka isi sendiri.
c) Sosial
Hak asasi manusia dan kebutuhan dasar universal dapat dicapai oleh semua orang.

Pembangunan Berkelanjutan :
Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini
tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Pembangunan berkelanjutan tujuan ekonomi, sosial, dan lingkungan pada setiap tingkat
pengembangan kebijakan dan pengambilan keputusan. Panggilan penting untuk adalah
transparansi serta negara-negara kooperatif yang bersedia bekerja sama untuk kemajuan kata.

Pembangunan berkelanjutan untuk bisnis dan industri :

Tidak hanya eko efesiensi tetapi juga eko efektifitas.

a. Tentang pemasaran dan brending


Mengidentifikasi kebutuhan Pasar berdasarkan properti jangka panjang dan membaca
suku pelanggan yang berkelanjutan.
b. Tentang Penghijauan
Bisnis dan masyarakat bergantung pada yang sehat dan ekosistem produktif.

2. Bangunan Hijau (Green Building)

Green Building juga dikenal sebagai konstruksi hijau atau Bangunan Berkelanjutan
mengacu pada struktur dan penggunaan proses yang bertanggung jawab secara mental rendah
dan Hemat Sumber Daya sepanjang siklus hidup bangunan dari pengaturan hingga desain
konstruksi, operasi pemeliharaan, renovasi dan pembongkaran.
Konsep Bangunan Hijau (Green Building)

Green Building mungkin ketika kita mengartikan dalam bahasa indonesia yang berupa
bangunan hijau. Arti yang sebenarnya green building tersebut yaitu sebuah konsep tentang
merencanakan suatu bangunan yang ramah terhadap lingkungan. Konsep serupa adalah natural
building, yang biasanya pada skala yang lebih kecil dan cenderung untuk berfokus pada
penggunaan material-material yang digunakan yaitu material-material yang tersedia secara lokal.
Konsep ini ada untuk dapat memenuhi kebutuhan generasi-generasi berikutnya mulai dari
sekarang.

Konsep green building ini berupa pemaksimalan fungsi bangunan dalam beberapa aspek,
yaitu:

a. Life cycle assessment (Uji AMDAL)


Dalam melakukan suatu perencanaan bangunan seharusnya melakukan kajian AMDAL
apakah dalam pengadaan bangunan tersebut dapat mempengaruhi lingkungan sekitar baik
itu segi sosial, ekonomi ataupun alam sekitar. Karena jika itu memberikan pengaruh yang
cukup besar maka bangunan tersebut sudah menyalahi konsep dasar dari green building.
b. Efisiensi Desain Struktur
Dasar dalam setiap proyek konstruksi bermula pada tahap konsep dan desain. dalam
Tahap konsep, pada kenyataannya ini merupakan salah satu langkah utama dalam proyek
yang memiliki dampak terbesar pada biaya dan kinerja proyek. Tujuan utama adalah
merencanakan bangungan yang memiliki konsep green building adalah untuk
meminimalkan dampak yang akan disebabkan dalam bangunan tersebut baik itu selama
pelaksanaan dan selama penggunaan. Perencanaan bangunan gedung yang tidak efisien
dalam struktur juga memberikan efek buruk terhadap lingkungan, yaitu pemakaian bahan
bangunan yang sangat banyak sehingga terjadi pemborosan.
c. Efisiensi Energi
Green Building sering mencakup langkah-langkah untuk mengurangi konsumsi energi –
baik energi yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari, seperti kondisi bangunan yang
segi mudahnya angin dan sinar matahari yang mudah masuk kedalam bangunan.
d. Efisiensi Air
Konsep green building juga memperhatikan mengenai penggunaan air. Sekarang, banyak
konsep desain rumah yang mengabaikan tentang penggunaan air. Mostly, rumah-rumah
mengandalkan penggunaan air tanah yang berasal dari sumur dangkal ataupun dalam
tanpa memberikan maasukan tambahan air kepada tanah yang berakibat turunnya
permukaan air tanah dan turunnya permukaan tanah permukaan.
e. Efisiensi Material
Hal ini ada hubungannya dengan efisiensi dari desain struktur. Selain struktur, segi
arsitektural juga diperhatikan seperti penggunaan dinding yang terlalu tebal, penggunaan
material yang berat yang memberikan efek pada kekuatan struktur yang lebih dll.
Sehingga semakin banyak material yang digunakan maka akan memberikan efek kepada
pengeluaran dana, impact terhadap lingkungan, pengeluaran energi dalam konstruksi, dll.

3. Perubahan Iklim

a. Atmosfer : menjaga fluktuasi tahan lama


b. Lautan : Menyimpan panas dalam jumlah besar yang diserap dari Matahari
c. Kepingan es : serapan refleksi balik dari atmosfir
d. Organisme : mengatur siklus karbon
e. Gas rumah hijau
f. Perubahan iklim sedang terjadi
g. Zaman es
h. Periode kapur
i. Perubahan iklim sedang terjadi
j. Manusia datang
k. Revolusi Industri
l. Pembakaran bahan bakar fosil
m. Pengembangan ternak
n. Pengembangan pertanian
o. Gas Rumah hijau konsentrasi meningkat.
Solusi : kurangi berkendara, gunakan transportasi umum kurangi penggunaan kembali daur ulang
Menanam pohon menggunakan lebih sedikit listrik Makan lebih sedikit daging beralih ke energi
terbarukan.

4. Energy Efficiency And Conservation

EEC adalah singkatan dari Energy Efficiency and Conservation atau Efisiensi dan
Konservasi Energi. EEC lahir dan menjadi penting karena kebutuhan penggunaan energi pada
bangunan baru berbeda-beda sejak tahap konstruksi dimulai sampai operasional dan
pemeliharaan.
Untuk meningkatkan efisiensi konsumsi energi dalam melawan perubahan iklim, perlu
diterapkan praktik-praktik baru sejak tahap desain sampai operasional gedung. Pendekatan
praktik-praktik baru ini diharapkan akan mereduksi jejak karbon, potensi pemanasan global,
serta potensi penipisan lapisan ozon.
Misalnya, pada tahap desain, perencanaan dipusatkan pada penggunaan teknologi dengan
efisiensi energi yang tinggi. Maksudnya adalah kita bisa memilih prasarana, sarana, peralatan,
bahan dan proses yang secara langsung atau tidak langsung tidak membuang terlalu banyak
energi saat merancang pembangunan sebuah gedung. Sedangkan pada tahapan pengoperasian
gedung, suatu bangunan diharapkan menggunakan pengoperasian fasilitas dalam gedung secara
efisien, contohnya menghemat penggunaan AC dengan cara mengurangi intensitas
penggunaannya jika tidak diperlukan.
EEC ini tidak hanya fokus kepada pengalihan penggunaan teknologi, namun juga
sebagai sarana sosialisasi untuk pemasangan beberapa fasilitas pendukung prosedur pemantauan
dan pencatatan konsumsi listrik seperti submeter untuk kebutuhan usaha penghematan listrik.
Dengan fakta bahwa sistem penyediaan dan pemanfaatan energi nasional di Indonesia masih
didominasi oleh energi fosil, maka kriteria ini juga memberikan apresiasi terhadap bangunan
yang menerapkan penggunaan energi terbarukan.

Anda mungkin juga menyukai