Kesejahteraan Di Aceh ": Respon Paper
Kesejahteraan Di Aceh ": Respon Paper
Nim : 1110103010036
Jurusan : Ilmu Politik
Mata Kuliah : Politik Lokal dan Otonomi Daerah
Tema : Politik Lokal dan Otonomi Daerah di Aceh
Judul : “ Efeksifitas Dana Otonomi Khusus Terhadap Pembangunan dan
Kesejahteraan di Aceh “
Pendahuluan
Aceh, Indonesia maupun dunia, baik jika dilihat dari rangkaian sejarah dan
kemanusiaan maupun jika di pertimbangkan dari aspek budaya dan tindakan para
actor dari pihak-pihak yang terlibat di dalam upaya pencapaian kesepakatan politik
damai RI-GAM. Dalam persepektif sosiologi, perundingan itu bukan hanya saja
merupakan sebuah arena kompetisi untuk menciptakan sebuah tatanan baru yang
telah dialami sepanjang masa perang. Berikut kronik perundingan hingga tercapainya
pembicaraan ketiga.
pembicaraan keempat.
pembicaraan kelima, dan kedua belah pihak sepakat akan Nota Kesepahaman
GAM ini dan legalnya UU No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, seluruh
untuk meningkatkan percepatan pembangunan di Aceh seperti sedia kala, dan bahkan
jauh lebih baik. Salah satu upaya kongkret dari pemerintah pusat untuk mempercepat
Khusus dianggap sebagai salah satu bagian dari resolusi konflik yang
rehabilitasi, rekonstruksi dan rekonsiliasi Aceh pasca perang dan bencana tsunami
Secara logis, dana otonomi khusus yang diberikan sebesar 2 % dari DAU
Nasional selama 15 tahun dan 1 % DAU Nasional untuk 5 tahun berikutnya dalam
jangka waktu 20 tahun sebagaimana tersebut dalam Pasal 183 UU No. 11 Tahun
pembiayaan terbesar di Aceh dalam struktur anggaran pendapatan dan belanja daerah
meningkat tiap tahunnya semenjak tahun 2008. Bahkan, realisasi dana otsus pada
setiap kegiatan prioritas pembangunan justru menuai beragam masalah mulai tahap
keberhasilan otonomi daerah di Aceh melihat dari kaca mata model pembangunan
dana otonomi khusus tidak dimanfaatkan secara maksimal serta diperparah oleh
daerah tertinggal, sehingga untuk mengejar ketertinggalan akibat konflik politik dan
bencana tersebut diperlukan daya dorong dalam bentuk modal dan infrastruktur.
dan nilai modern dipandang sebagai perangkat yang dapat berdampingan dan saling
yang seksama pada kasus-kasus nyata sehingga menghindari pandangan yang abstrak
dan tipologif.
dengan baik, seperti faktor-faktor konflik, dominasi ideologi dan peranan agama.
Melalui empat paradigma tersebut, maka setidaknya dapat disimpulkan bahwa
ketergantungan negara dunia ketiga tidak dipandang sebagai sesuatu yang negatif .
Pada tataran lokal, saya berpendapat bahwa teori Modernisasi Baru telah
merupakan suatu bentuk ketergantungan Aceh terhadap alokasi dana otonomi khusus
disintegrasi bangsa dan bencana tsunami. Hal tersebut dapat dilihat melalui beberapa
berdampingan satu sama lain. Walaupun Aceh merupakan daerah yang identik
dengan tradisionalisme yang menguat dari budaya berdasarkan syariat Islam, namun
khusus dan unik yang menginspiransi negara serta Aceh untuk merancang
pembangunan yang sinergis antara mantan kombatan GAM, korban konflik, korban
kehendak masyarakat. Walaupun ini bukan suatu hal yang baru, namun arah
mensinergikan faktor ekspansi ekonomi baik dari pemerintah pusat maupun negara-
negara luar terhadap sumberdaya alam dan kualitas manusia Aceh dari berbagai
komponen.
Adapun satu hal penting yang diperhitungkan oleh teori Modernisasi Baru
pemerintahan yang baik dan benar-benar menunjukkan birokrasi. Oleh karena itu,
Kembali kepada beberapa permasalahan hari ini, APBA dan APBK termasuk
siswa pada tahun 2008 mencapai 92,16 %, sedangkan pada tahun 2010 menurun
daerah.
Walaupun program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) dari dana otsus yang
memberikan pelayanan kesehatan secara gratis bagi seluruh warga Aceh terus
berlanjut hingga sekarang, namun muncul kabar buruk bagi perkembangan dunia
kesehatan Aceh. Sesuai data BPS 2010, angka kematian bayi di Aceh mencapai
21,94 bayi dalam seribu kelahiran dan lebih tinggi dari angka kematian bayi di
Indonesia sebesar 26,89 bayi dalam seribu kelahiran. Pada tahun 2011, kondisi
terjadi peningkatan kasus kumulatif HIV/AIDS sebesar 112 kasus, lebih tinggi
dibandingkan tahun 2010 yang mencapai 71 kasus dan tahun 2009 yang mencapai 46
kasus.
kemiskinan Aceh pada Maret 2012 adalah 19,46% di atas rata-rata kemiskinan
861.000 jiwa pada tahun 2010 menjadi 900.000 jiwa pada tahun 2011. BPS juga
mengungkapkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Aceh pada tahun 2010 yang
mencapai angka 8,60 %, lebih tinggi dari angka pengangguran Indonesia sebesar
7,41 % dan bahkan Papua (4,08 %) dan Papua Barat (7,77 %). Alhasil, pertumbuhan
ekonomi Aceh pada tahun 2012 pun mengalami penurunan. Berdasarkan data BPS
Aceh, pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tanpa migas turun menjadi 1,53
sejak tahun 2008 hingga saat ini dapat disimpulkan bahwa model pembangunan yang
diterapkan oleh Pemerintah Aceh menunjukkan peningkatan yang sangat kecil dan
melalui kebutuhan nyata masyarakat di seluruh wilayah Aceh, serta kinerja birokrasi
yang kurang tepat oleh pemerintah, sehingga percepatan pembangunan tidak berjalan
dengan baik bahkan cenderung tidak tepat sasaran; dan sebagian besar birokrasi
Ketika alokasi dana otsus selama 20 tahun tersebut berakhir, baik berhasil atau
tidak Aceh sudah menjadi sebuah wilayah dengan pola pembangunan yang di
terhadap dana otonomi khusus ini seharusnya di harapkan mampu memberikan nilai
lainnya, yaitu kesiapan Aceh menyongsong kemandirian apabila dana otsus tersebut
pendapatan daerah sebelum dan saat menerima dana otsus cenderung fluktuatif.
Dengan mendominasinya dana otsus dalam struktur APBA dan APBK di Aceh,
seharusnya arah pembangunan prioritas otonomi khusus juga diarahkan pada wilayah
pembangunan ekonomi. Namun, faktanya realisasi dana otsus lebih ditujukan untuk
Oleh karena itu, menurut saya ketergantungan terhadap dana otsus saat ini
sebaiknya juga dimanfaatkan untuk pembangunan yang lebih luas kedepan, yaitu
retribusi daerah dan zakat; dan membuka kesempatan bagi swasta untuk terlibat
dalam bisnis dan investasi yang sesuai dengan nilai-nilai syariat Islam di Aceh
tentunya.
Daftar Pustaka
http://kabisat1988.blogspot.com/2012/12/modernisasi-baru-pembangunan-
otonomi.html