Anda di halaman 1dari 4

BERITA SENGEKTA LAHAN DIDAERAH

BANJARMASIN
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengadaan Lahan)

Disusun oleh:
Rizqi Umi Rahmawati (21110115120020)

DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS DIPONEGORO
Jl. Prof. Sudarto SH, Tembalang Semarang Telp.(024) 76480785, 76480788
e-mail : jurusan@geodesi.ft.undip.ac.id
2018
Selasa, 23 Januari 2018 14:23

Duh, Bertahun-tahun Warga Dua Desa


Rebutan Lahan dengan TNI
Sama-sama Miliki Data Kuat, Ingin Selesai Tahun 2018

AJAK MUFAKAT: Kepala Seksi Logistik Korem 101/Antasari Letkol Infanteri Taswin Arif memberi
keterangan kepada wartawan. Salah seorang warga menunjukkan koordinat tanah sengketa. Foto M
AMIN/RADAR BANJARMASIN

PROKAL.CO, Urusan tanah memang rumit. Puluhan tahun bersengketa belum tentu


selesai meski pertemuan dan mediasi digelar. Apalagi bila yang berkasus adalah alat
negara dengan masyarakat.
Muhammad Amin, Martapura
Sama-sama memiliki argumen kuat dan riwayat tanah, 759 Warga Desa Padang
Panjang dan Desa Karang Intan, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar
bersengketa dengan dengan Korem 101/Antasari.
Objek rebutan lahan di dua desa itu diakui TNI lahan miliknya, dan dipakai sebagai
fasilitas militer dan latihan. Masyarakat mengaku areal luas kurang lebih 800 hektar
tersebut adalah lahan multi fungsi untuk sektor perkebunan, permukiman, perikanan,
dan lahan usaha.
Kemarin (22/1) siang di Kecamatan Karang Intan, pertemuan kedua belah pihak
kembali dilaksanakan. Musyawarah ini difasilitasi oleh BPN Banjar dan Ombudsman
Kalsel, kedua belah akhirnya sepakat terjun ke titik masalah dan diteliti. Bila masalah
ini tak kunjung tuntas, keduanya akan sulit mendapat sertifikat.
“Saya sudah menggarap lahan seluas 2 hektar lebih 10 tahun. Tanah itu subur untuk
karet dan menanam kopi,” kata Jailani, kakek berusia 60 tahun kemarin kepada Radar
Banjarmasin.Warga Karang Intan itu mengaku telah mengajukan sertifikat namun
terkendala klaim dari TNI.

Ketua Tim Penyelesaian Sertifikat Tanah Masyarakat Kabupaten Banjar dan


Banjarbaru H Mawardi Abbas tetap yakin dengan argumentasinya. Ia bersama warga
tetap berjuang mempertahankan tanah seluas 800 hektare yang menurutnya diklaim
oleh TNI.”Kami memiliki surat resmi dan saya mengetahui riwayat tanah di dua desa
tersebut,” tegasnya.
Ia berharap BPN melaksanakan tugas dengan bukti bukti kepemilikan. Pertemuan kali
ini disebutnya adalah musyawarah terakhir karena masalah ini terlalu berlarut-larut.
Dia berharap tahun 2018 harus ada putusan akibat resmi dari BPN karena masalah itu
berlarut-larut bahkan sebelum tahun 2014.

”Kami berjuang mulai di Banjar sampai ke Jakarta. Warga tetap mengajukan


permohonan alas hak tanah tersebut sesuai prosedur dan minta secepatnya diterbitkan
sertifikat,” tegasnya.
Mawardi Abbas menerangkan, persoalan tanah dengan TNI lebih elok diselesaikan
dengan jalur prosedur dan alat bukti yang ada dari proses penerbitan sertifikat.”Warga
telah bertekad mendapat sertifikat tanah. Kan sudah 240 sertifikat yang diterbitkan
oleh BPN Banjar, artinya mereka tinggal meneruskan saja lagi pada 2018 ini,”
tegasnya.
Pihak BPN Banjar didesaknya cepat menerbitkan sertifikat prona. Dalam permohonan
masyarakat, BPN belum menerbitkan sertifikat disebabkan adanya keberatan dari
pihak TNI. Saling klaim itu ujarnya hanya bisa dibuktikan dengan kekuatan argumen
dan riwayat atas tanah yang kini ditempati oleh warga dua desa tersebut.
Kepala Seksi Logistik Korem 101/Antasari Letkol Infanteri Taswin Arif menegaskan,
duduk bersama dengan masyarakat lebih baik. Ia meyakinkan permasalaan tersebut
akan diselesaikan dengan musyawarah mufakat. Keyakinan TNI ujarnya sangat kuat
karena lahan-lahan tersebut sah milik negara dengan bukti surat-menyurat.
“Dasar kami adalah pembelian pada Tahun 1952 dan 1955, dulu wilayah masuk
kawasan pertahanan dan tempat latihan,” terang Taswin Arif.
Turun ke lapangan dan mengecek ketepatan patok dianggapnya solusi terbaik. TNI
tetap mengedepankan ketentuan hukum yang ada. TNI ujarnya enggan menyelesaikan
ke jalur hukum.“Sama-sama kita lihat kepemilikan dan legalitas lahan ini. Tanah ini
murni untuk kepentingan negara dan TNI,” ungkapnya.
Sedangkan Kepala BPN Banjar Gunung Jayalaksana belum bisa menargetkan kapan
sengketa tersebut berakhir. BPN tidak berani menerbitkan sertifikat prona sebelum
status lahan clear and clean. Sebelum tahun 2014 BPN pernah menerbitkan sertifikat,
namun pada 2014 ada sanggahan dari TNI sehingga proses penerbitan sertifikat
lanjutan tertahan.

“Kami telah menginventarisir atas klaim dari riwayat penguasaan dan pemanfaatan
lahan serta bukti-bukti kedua belah pihak. TNI punya, warga juga memiliki bukti,
nanti kita lihat di lapangan mana saja yang bisa diselesaikan. Karena TNI juga
mengajukan surat permohonan pembuatan sertifikat,” pungkasnya.(by/ran)

Anda mungkin juga menyukai