Anda di halaman 1dari 2

TUGAS 1 FILSAFAT HUKUM DAN ETIKA PROFESI (HKUM4103)

SOAL :

Jawab pertanyaan berikut ini:

Saat ini Indonesia sedang melakukan vaksinasi Covid-19. Presiden Joko Widodo atau Jokowi pun menjadi orang
yang pertama disuntik. Nantinya secara bertahap seluruh warga negara Indonesia akan melakukan vaksinasi Covid-
19. Bahkan Presiden Jokowi juga telah menggratiskannya. Yang terbaru, Jokowi memastikan bahwa pemerintah
akan memberikan kompensasi berupa santunan apabila penerima vaksin Covid-19 mengalami kecacatan atau
meninggal dunia usai disuntik vaksin. Hal ini tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 14 tahun 2021
tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulan Pandemi Covid-19.

"Dalam hal terdapat kasus kejadian ikutan pasca vaksinasi yang dipengaruhi oleh produk Vaksin Covid-19
berdasarkan hasil kajian kausalitas dan kasus tersebut menimbulkan kecacatan atau meninggal, diberikan
kompensasi oleh pemerintah," bunyi Pasal 15B ayat 1 sebagaimana dikutip Liputan6.com dari salinan Perpres,
Sabtu, 13 Februari 2021.

Tak hanya itu, Jokowi juga mengeluarkan peraturan presiden yang isinya antara lain mengatur mengenai
penerapan sanksi administratif maupun pidana bagi orang yang menolak melaksanakan vaksinasi Covid-19.

Sumber: www.liputan6.com

Pertanyaan:

1. Jelaskankah bagaimana konsep pengaturan tentang Vaksinasi Covid-19 sebagai keberlakuan hukum
terkini dalam kajian ilmu filsafat hukum!
2. Jelaskanlah analisis Anda berdasarkan ajaran Socrates dan Plato terkait kebijakan vaksinasi covid-19 yang
diatur dalam Perpres No. 14 tahun 2021?

JAWABAN :

1. Jelaskankah bagaimana konsep pengaturan tentang Vaksinasi Covid-19 sebagai keberlakuan hukum
terkini dalam kajian ilmu filsafat hukum!

Masifisitas penyebaran Covid-19 sendiri telah ditetapkan oleh Presiden Jokowi sebagai Darurat Kesehatan
Masyarakat berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020. Secara logis, kondisi darurat kesehatan
masyarakat tentunya memiliki ekses yang berbeda dengan kondisi normal.

Dalam tinjauan asas hukum lex spesialis derogat lex generali, keberlakukan hak privat dalam pemilihan pelayanan
kesehatan (vaksinasi Covid-19) dalam UU Kesehatan tidak dapat diterapkan karena ada kondisi dan ketentuan
khusus yang diatur dalam UU Kekarantinaan Kesehatan dan UU Wabah Penyakit Menular yang merupakan
implementasi lebih konkret dari pada UU kesehatan. UU Kekarantinaan Kesehatan dan UU Wabah Penyakit
Menular mengesampingkan UU Kesehatan terkait pengaturan substansi yang memiliki koherensi.

Di sisi lain, vaksinasi Covid-19 sendiri tidak lepas dari beragam diskursus. Baik yang pro maupun kontra.
Konkretnya, vaksinasi Covid-19 ini apakah sebuah hak atau kewajiban? Dalam perspektif hukum, hak dan
kewajiban mengandung implikasi yang berbeda. Hak adalah sebuah pilihan yang bisa digunakan atau tidak
digunakan, sedangkan kewajiban adalah sebuah keharusan yang mengandung sanksi jika tidak dilakukan.

Secara yuridis, penolakan terhadap vaksinasi Covid-19 yang merupakan bagian dari penyelenggaraan
kekarantinaan kesehatan dapat dikenai sanksi pidana. Berdasarkan ratio legis Pasal 15 ayat (2) jo Pasal 93 Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan memberikan konstruksi makna “Bahwa setiap
orang yang tidak mematuhi penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan (vaksinasi adalah bagian dari
kekarantinaan kesehatan) dipidana dengan pidana penjara paling lama satu tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp. 100.000.000 (Seratus juta rupiah). Berdasarkan pemaparan tersebut, vaksinasi Covid-19 pada
prinsipnya merupakan kewajiban hukum dan bukan merupakan sebuah hak.

2. Jelaskanlah analisis Anda berdasarkan ajaran Socrates dan Plato terkait kebijakan vaksinasi covid-19
yang diatur dalam Perpres No. 14 tahun 2021?

Socrates memandang hukum dari penguasa (hukum negara) harus ditaati, terlepas dari hukum itu memiliki
kebenaran objektif atau tidak. Ia tidak menginginkan terjadinya anarkisme, yakni ketidakpercayaan terhadap
hukum. Ini terbukti dari kesediaannya untuk dihukum mati sekalipun, ia meyakini bahwa hukum negara itu salah.
Dalam mempertahankan pendapatnya, Socrates menyatakan bahwa untuk dapat memahami kebenaran objektif,
orang harus memiliki pengetahuan (theoria) sama seperti pemikiran tentang covid-19 yang ada sebagian orang
masih tidak percaya dengan vaksinasi dan semacamnya.

• Plato berpendapat bahwa penguasa tidak memiliki theoria sehingga tidak dapat memahami hukum yang ideal
bagi rakyatnya, hukum hanya ditafsirkan menurut selera dan kepentingan penguasa. Oleh karena itu Plato
memberi saran agar setiap undang-undang diacantumkan dasar (landasan) folosofinya, tujuannya tidak lain agar
penguasa tidak menafsirkan hukum sesuai kepentingannya sendiri. Plato dikenal sebagai pencipta gagasan ajaran
idealism,yang berarti sama dengan sebagian oranbg yang masih menganggap PerPres No. 14 Tahun 2021 masih
tidak berlandaskan ajaran hukum apapun.

Source :

BMP HKUM4103 “FILSAFAT HUKUM DAN ETIKA PROFESI” Universitas Terbuka Oleh Khotibul Umam. Rimawati.
Suryana Yogaswara.

https://setkab.go.id/inilah-perpres-14-2021-tentang-pengadaan-vaksin-dan-pelaksanaan-vaksinasi-covid-19/

https://tirto.id/isi-perpres-vaksin-terbaru-sanksi-jika-menolak-vaksinasi-corona-gafT

Anda mungkin juga menyukai