Lap. Akhir - DIPA 2016 - Nilai Tambah Ubi Kayu1
Lap. Akhir - DIPA 2016 - Nilai Tambah Ubi Kayu1
LAPORAN AKHIR
PROGRAM PENELITIAN (PNDP)
TAHUN 2016
TIM PENGUSUL
Ketua : Mega Amelia Putri, SP, M.Si (0017118602)
Anggota : Ir. John Nefri, M.Si (0025106304)
Regia Indah Kemala Sari, SP, M.Si (0027058603)
1
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui,
Ketua Lembaga Penelitian
2
RINGKASAN
iii3
DAFTAR ISI
Hal
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vii
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4
2.1 Pembangunan Agroindustri melalui Peningkatan Nilai Tambah Produk
Pertanian ................................................................................................... 4
2.2 Nilai Tambah Ubi Kayu ............................................................................ 5
2.3 Konsep Nilai Tambah ............................................................................... 6
BAB 3. METODE PENELITIAN ............................................................... 8
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ....................................................... 8
3.2 Metode Pengambilan Sampel ................................................................... 8
3.3 Pengumpulan Data .................................................................................... 8
3.4 Metode Analisis Nilai Tambah ................................................................. 8
BAB 4. HASIL YANG DICAPAI ................................................................ 10
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 10
4.2 Karakteristik Responden ........................................................................... 11
4.3 Aspek Produksi Agroindustri Ubi Kayu ................................................... 13
4.4 Aspek Finansial ........................................................................................ 16
4.5 Analisis Nilai Tambah Agroindustri Ubi Kayu ........................................ 21
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 25
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 25
5.2 Saran ......................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 26
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 27
iv 4
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Komponen Perhitungan Nilai Tambah ..................................... 9
Tabel 2. Identitas Responden di Kota Payakumbuh, Tahun 2016 .......... 11
Tabel 3. Data Responden Berdasarkan Jenis Produk Inti yang
Diproduksi ................................................................................
13
Tabel 4. Kebutuhan Bahan untuk Kegiatan Satu Kali Produksi ............. 14
Tabel 5. Kebutuhan Alat untuk Kegiatan Produksi ................................ 15
Tabel 6. Penyusuatan Peralatan untuk produk Karak Kaliang, Tahun
2016 .......................................................................................... 17
Tabel 7. Penyusuatan Peralatan untuk Produk Kerupuk Sanjai, Tahun
2016........................................................................................... 17
Tabel 8. Biaya Produksi, Karak Kaliang dalam 1 Kali Proses Produksi,
Tahun 2016 ............................................................................... 18
Tabel 9. Biaya Produksi, Kerupuk Sanjai dalam 1 Kali Proses
Produksi, Tahun 2016 ............................................................... 19
Tabel 10. Keuntungan Agroindustri Ubi Kayu dalam Satu Kali Proses
Produksi, Tahun 2016 ............................................................... 20
Tabel 11. Efisiensi Usaha Karak Kaliang dan Kerupuk Sanjai Balado
dalam Satu Kali Proses Produksi, Tahun 2016 ......................... 21
Tabel 12. Analisis Nilai Tambah Agroindustri Ubi Kayu menjadi Karak
Kaliang dan Kerupuk Sanjai Balado, Tahun 2016 ................... 22
v5
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Tahapan Pengolahan Adonan Karak Kaliang ......................... 14
vi6
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan Produksi Karak Kaliang ................ 35
Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan Produksi Kerupuk Sanjai .............. 36
vii7
BAB 1. PENDAHULUAN
18
peningkatan nilai tambah produk ubi kayu, kota Payakumbuh lebih unggul dalam
kegiatan pengolahan dan pemasaran produk olahan ubi kayu. Hal ini disebabkan,
kota Payakumbuh terletak ditengah-tengah wilayah kabupaten ini. Sehingga,
dalam proses penyediaan bahan baku ubi kayu untuk agroindustri yang ada di kota
Payakumbuh relatif mudah dan terjangkau serta dari segi pemasaran relatif mudah
dijangkau oleh konsumen.
Selain itu, dari sisi konsumsi ubi kayu di kota Payakumbuh juga
menunjukkan peningkatan semakin tinggi. Hal ini tentu saja akan diimbangi
dengan perkembangan produksi yang terus meningkat. Selama tahun 2012 sampai
2014, rata-rata pertumbuhan produksi ubi kayu meningkat sebesar 14,29 persen
per tahun (BPS Payakumbuh, 2015). Hal ini menunjukkan bahwa kota
Payakumbuh memiliki potensi besar dalam pengembangan agroindustri ubi kayu.
Kecamatan Payakumbuh Barat merupakan pusat industri pengolahan ubi
kayu di kota Payakumbuh. Hal ini terlihat selama tahun 2014, total produksi ubi
kayu di kecamatan Payakumbuh Barat mencapai 36,65 persen dari total produksi
ubi kayu di kota Payakumbuh (14 ribu ton) (BPS Kota Payakumbuh, 2015).
Selain itu, dari total produsen produk olahan yang ada di kota Payakumbuh 89
persen terletak di kecamatan Payakumbuh Barat. Berdasarkan hasil observasi
langsung ke pabrik-pabrik pengolahan ubi kayu di daerah ini, rata-rata jumlah
tenaga kerja pada masing-masing pabrik adalah 15 orang. Artinya agroindustri ini
tergolong industri kecil dan industri rumah tangga.
29
Sejak tahun 2005 sesuai dengan SK Walikota Payakumbuh
No.521.05/1212/WK-PYK/05 tanggal 30 Desember 2005, pemerintah telah
menetapkan kawasan Sentra Agribisnis Pertanian yang bertujuan antara lain
untuk: 1) menetapkan komoditas unggulan masing-masing kecamatan yang punya
prospek pasar, 2) menciptakan daya saing produk yang kompesitif dan
komperatif, 3) memudahkan memperkenalkan produk unggulan keluar daerah, 4)
jaminan dalam pemasaran kerjasama/ kemitraan dengan pihak lain, 5)
meningkatkan nilai tambah produk pertanian, 6) memudahkan dalam pembinaan
serta menerapkan konsep agropolitan, 7) bahan bagi pemerintah daerah
menetapkan/ merevisi RUTRK dan 8) terciptanya sinergitas program dengan
instansi terkait dan Stake Holders.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan produktif pengolahan
produk pangan khususnya keripik sanjai memerlukan berbagai input produksi
seperti ubi kayu, bahan penunjang dan tenaga kerja. Kegiatan ini akan
meningkatkan daya guna dari faktor produksi sehingga meningkatkan nilai
tambah produk ubi kayu (Famelia, 2009; Sari, 2011; Ishak et al., 2012). Oleh
karena itu yang menarik untuk diketahui dalam penelitian ini adalah berapa
besarnya nilai tambah produk olahan ubi kayu di Kota Payakumbuh, sehingga
mampu mewujudkan tujuan yang diharapkan .
310
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
411
pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu proses produksi.
Dari pengertian ini definisi nilai tambah adalah selisih lebih antara nilai
produk dengan nilai biaya input, tidak termasuk upah tenaga kerja (Pusat
Kebijakan Ekonomi Makro, 2012).
Melalui peningkatan nilai tambah produk pertanian diharapkan
pemasalahan-permasalahan dalam pembangunan agroindustri dapat berkurang dan
mampu meningkatkan daya saing produk pertanian baik tingkat nasional maupun
internasional. Hal ini tentu saja memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
kajian lebih dalam terkait analisis nilai tambah komoditi pertanian salah satunya
adalah ubi kayu.
512
Selain itu, kondisi finansial perusahaan yang diperoleh melalui tingkat
keuntungan juga berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam
meningkatkan nilai tambah produknya. Menurut Kustiari (2010) tingkat
keuntungan pengolah hasil pertanian skala rumah tangga masih relatif kecil. Hal
ini terutama disebabkan karena harga bahan baku masih cukup fluktuatif. Selain
itu, harga input lain seperti minyak goreng juga masih cukup tinggi serta adanya
keterbatasan dalam penerapan teknologi. Oleh karena itu, peran pemerintah dalam
pemasaran hasil dan pengadaan alat/ mesin yang sesuai dengan kondisi ekonomi,
sosial, budaya masyarakat setempat sangat dibutuhkan. Sehingga, pada penelitian
ini akan diuraikan pula secara deskriptif sejauhmana peran pemerintah dalam
mendukung perubahan nilai tambah produk ubi kayu di kota Payakumbuh.
613
Pengolahan produk pertanian menjadi produk-produk tertentu untuk
diperdagangkan akan memberikan banyak arti ditinjau dari segi ekonomi menurut
(Soekartawi, 2001) antara lain meningkatkan nilai tambah, kualitas hasil,
pendapatan, menyediakan lapangan kerja dan memperluas jaringan distribusi.
Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar nilai
tambah yang diperoleh untuk pengolahan ubi kayu yang ada di kota Payakumbuh.
714
BAB 3. METODE PENELITIAN
815
3.4.2 Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan untuk lebih mudah menyimpulkan berbagai
tujuan penelitian dengan tingkat kepercayaan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis nilai tambah
menggunakan metode Hayami. Prosedur perhitungan nilai tambah pengolahan
dapat dilihat pada tabel 1.
916
BAB 4. HASIL YANG DICAPAI
1219
4.3 ASPEK PRODUKSI AGROINDUSTRI UBI KAYU
Aspek produksi menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan produk inti
yang dihasilkan dengan menggunakan bahan baku utama yaitu ubi kayu.
Beberapa hal yang akan dikaji seperti jenis produk, bahan dan alat yang
digunakan, sumber perolehan bahan baku serta proses produksi yang dilakukan.
Tabel 3 menunjukkan hasil survey terhadap 14 responden yang melakukan
pengolahan produk dengan bahan baku utama ubi kayu.
1320
Tabel 4. Kebutuhan Bahan untuk Kegiatan Satu Kali Produksi
Di masak dalam kuali hingga adonan kental – Dinginkan dalam wadah adonan
(Adonan Induk Karak Kaliang)
Adonan induk yang agak kalis diambil sedikit dan ditambahkan dengan tepung
ubi hingga adonan menjadi benar-benar kalis
1421
Tabel 5. Kebutuhan Alat untuk Kegiatan Produksi
1522
Bahan Bumbu lado
10 kg cabe merah, buang dulu bijinya
0,2 kg gula pasir
0,25 bawang putih
2 botol cuka makan
1623
Tabel 6. Penyusuatan Peralatan untuk produk Karak Kaliang, Tahun 2016
Harga Jlh Lama Harga Nilai
Jenis Peralatan Jlh Satuan Baru Biaya Pemakaian Lama Penyusutan
(Rp/@) (Rp) (Tahun) (Rp) (Rp/Thn)
Mesin pemarut 1 unit 250.000 250.000 2,00 150.000 50.000
Mesin pengepres 1 unit 350.000 350.000 2,00 200.000 75.000
Mesin pengaduk
1 unit 375.000 375.000 2,00 200.000 87.500
adonan
Pisau 10 buah 20.000 200.000 2,00 10.000 5.000
Nampan 5 buah 25.000 125.000 2,00 15.000 5.000
Talenan 5 buah 30.000 150.000 2,00 15.000 7.500
Wajan 4 buah 250.000 1.000.000 2,00 150.000 50.000
Kompor 5 unit 200.000 1.000.000 2,00 100.000 50.000
Peniris 5 buah 15.000 75.000 2,00 5.000 5.000
Kemasan plastik 5 pak 35.000 175.000 0,42 30.000 12.000
Sealer Listrik 1 unit 165.000 165.000 3,00 100.000 21.667
Sendok
4 buah 35.000 140.000 2,00 20.000 7.500
penggoreng
Blender 1 unit 200.000 200.000 2,00 150.000 25.000
Jumlah 4.205.000 401.167
Sumber : Data primer diolah
24
17
4.4.2 Biaya dalam Proses Produksi
Biaya dalam proses produksi terdiri atas biaya bahan baku utama, bahan
baku penolong dan biaya tenaga kerja. Secara rinci biaya produksi untuk satu kali
proses produksi pada masing-masing produk yaitu karak kaliang dan kerupuk
sanjai. Tabel 8 menunjukkan bahwa bahan baku utama dalam produksi karak
kaliang terdiri atas tepung ubi kayu, minyak goreng, garam dan ajinomoto/
masako. Rata-rata biaya bahan baku utama yang dikeluarkan untuk satu kali
proses produksi sebesar Rp 1.086.000. Sedangkan bahan baku penolong hanya Rp
2.000 yang terdiri atas kunyit dan pewarna kuning. Adapun biaya tenaga kerja
dalam 1 kali produksi, minimal memerlukan 6 orang dengan kapasitas produksi
sebesar 100 sampai 150 kg dengan rata-rata biaya sebesar Rp 225.000. Sehingga
total biaya yang dikeluarkan untuk satu kali produksi sebesar Rp 1.313.000.
Tabel 8. Biaya Produksi, Karak Kaliang dalam 1 Kali Proses Produksi, Tahun
2016
Harga
Jumlah
No. Jenis Pengeluaran Volume Satuan Satuan %
(Rp)
(Rp)
1. Bahan Baku
a. Tepung ubi kayu 100,00 Kg 7.000 700.000 53,31
b. Minyak goreng 29,00 Kg 9.000 261.000 19,88
c. Garam 14,00 Bungkus 8.000 112.000 8,53
d. Ajinomoto/ 0,50 Kg 26.000 13.000 0,99
Masako
Jumlah 1.086.000
2 Bahan Baku Penolong
a. Kunyit 0,25 Kg 4.000 1.000 0,08
b. Pewarna Kuning 1,00 Bungkus 1.000 1.000 0,08
Jumlah 2.000
3 Biaya Tenaga Kerja
a. Tenaga kerja tetap 3,00 Org/hari 40.000 120.000 9,14
b. Tenaga kerja harian 3,00 Org/hari 35.000 105.000 8,00
Jumlah 225.000
Total Biaya 1.313.000 100,00
Sumber : Data primer diolah
1825
Biaya produksi terbesar dikeluarkan untuk pembelian bahan baku utama
yaitu tepung ubi kayu sebesar 53,31 persen dari total biaya yang dikeluarkan.
Sebesar 29,55 persen dari total biaya produksi digunakan untuk pembelian
minyak goreng dan bumbu-bumbu lainnya. Sedangkan biaya tenaga kerja minimal
(6 orang) yang diperlukan untuk satu kali produksi sebesar 17,14 persen dari total
biaya yang dikeluarkan. Kemampuan perusahaan dalam mengelola bahan baku,
serta memaksimalkan kinerja tenaga kerja akan mampu meningkatkan jumlah
produksi dan berdampak pada tingkat keuntungan yang diharapkan.
Sedangkan untuk kerupuk sanjai, varian rasa yang dipilih untuk dianalisis
adalah kerupuk sanjai balado, dengan pertimbangan bahwa produk ini merupakan
produk penciri sebagai oleh-oleh khas minang. Tabel 9 menunjukkan bahwa
bahan baku utama dalam produksi kerupuk sanjai balado terdiri atas ubi kayu
segar, minyak goreng, garam dan ajinomoto/ masako. Rata-rata biaya bahan baku
utama yang dikeluarkan untuk satu kali proses produksi sebesar Rp 891.500 atau
setara dengan 63,29 persen dari total biaya yang dikeluarkan.
.
Tabel 9. Biaya Produksi, Kerupuk Sanjai dalam 1 Kali Proses Produksi, Tahun
2016
Harga
No. Jenis Pengeluaran Volume Satuan Satuan Jumlah (Rp) %
(Rp)
1.
Bahan Baku
a. Ubi kayu 200,00 Kg 2.500 500.000 35,50
b. Minyak goreng 25,00 Liter 9.000 225.000 15,97
c. Garam 20,00 Bungkus 8.000 160.000 11,36
d. Ajinomoto/
0,25 Kg 26.000 6.500 0,46
Masako
Jumlah 891.500
2. Bahan Baku Penolong
a. Lado 10,00 Kg 28.000 280.000 19,88
b. Gula pasir 0,20 Kg 10.500 2.100 0,15
c. Bawang putih 0,25 Kg 24.000 6.000 0,43
d. Cuka 2,00 Botol 2.000 4.000 0,28
Jumlah 292.100
3. Biaya Tenaga Kerja
a. Tenaga kerja tetap 3,00 Org/hari 40.000 120.000 8,52
b. Tenaga kerja
3,00 Org/hari 35.000 105.000 7,45
harian
Jumlah 225.000
Total Biaya 1.408.600 100,00
Sumber : Data primer diolah
1926
Tabel 9 menunjukkan biaya produksi kerupuk sanjai balado yang
dikeluarkan dalam satu kali proses produksi. Bahan baku penolong mencapai
20,74 persen (Rp 292.100) dari total biaya yang dikeluarkan, yang terdiri atas
lado, gula pasir, bawang putih dan cuka. Adapun biaya tenaga kerja dalam 1 kali
produksi memerlukan minimal 6 orang dengan rata-rata biaya sebesar Rp 225.000
atau setara dengan 15,97 persen dari total biaya yang dikeluarkab. Adapun total
biaya yang dikeluarkan untuk satu kali produksi mencapai Rp 1.408.600
Tabel 10. Keuntungan Agroindustri Ubi Kayu dalam Satu Kali Proses
Produksi, Tahun 2016
Harga (Rp)
No. Keterangan
Karak Kaliang Kerupuk Sanjai Balado
1. Pendapatan Agroindustri
Total Produksi (TR) 4.100.000 3.506.250
2 Biaya Agroindustri
a. Biaya bahan baku 1.086.000 891.500
b. Biaya penyusutan 401.167 251.667
c. Biaya bahan penolong 2.000 292.100
d. Biaya tenaga kerja 225.000 225.000
Total Biaya (TC) 1.714.167 1.660.267
2027
Hasil analisis tingkat keuntungan agroindustri ubi kayu untuk satu kali
produksi pada masing-masing produk yaitu karak kaliang sebesar Rp 2.385.833
dan kerupuk sanjai balado sebesar Rp 1.845.983. Nilai ini diperoleh berdasarkan
tingkat pendapatan yang diperoleh dan total biaya yang dikeluarkan. Adapun pada
perhitungan pendapatan di asumsikan dalam satu kali proses produksi, total
produksi yang dihasilkan sebanyak 150 kg dengan tingkat harga rata-rata yang
digunakan berasal dari hasil survey yang diperoleh. Harga rata-rata karak kaliang
mencapai Rp. 27.333 per kg, sedangkan harga rata-rata kerupuk sanjai balado
mencapai Rp 23.375 per kg. sehingga, diperoleh total pendapatan untuk karak
kaliang sebesar Rp 4.100.000 dan kerupuk sanjai balado sebesar Rp 3.506.250.
Tabel 11. Efisiensi Usaha Karak Kaliang dan Kerupuk Sanjai Balado
dalam Satu Kali Proses Produksi, Tahun 2016
Jumlah (Rp)
No. Keterangan
Karak Kaliang Kerupuk Sanjai Balado
1. Penerimaan ( R ) 4.100.000 3.506.250
2. Total Biaya ( C ) 1.714.167 1.660.267
Eisiensi ( R/C ) 2,39 2,11
Sumber : Data primer diolah
2128
menunjukkan analisis nilai tambah agroindustri ubi kayu menjadi karak kaliang
dan kerupuk sanjai balado.
Tabel 12. Analisis Nilai Tambah Agroindustri Ubi Kayu menjadi Karak Kaliang
dan Kerupuk Sanjai Balado, Tahun 2016
Agroindustri
Uraian Kerupuk Sanjai
Karak Kaliang
Balado
I. Output, Input dan Harga
1. Output (kg) 150,00 150,00
2. Input (kg) 100,00 200,00
3. Tenaga Kerja (HOK) 6,00 6,00
4. Faktor Konversi 1,50 0,75
5. Koefisien tenaga kerja (HOK/kg) 0,06 0,03
6. Harga output 27.333,33 23.375,00
7. Upah tenaga kerja (Rp/HOK) 37.500,00 37.500,00
II. Penerimaan dan Kuntungan
8. Harga bahan baku (Rp/kg) 7.240,00 5.943,33
9. Input lain (Rp/kg) 13,33 1.947,33
10. Nilai Output (Rp/kg) 41.000,00 17.531,25
11. a. Nilai tambah (Rp/kg) 33.746,67 9.640,58
b. Rasio nilai tambah (%) 82,31 54,99
12. a. Pendapatan tenaga kerja (Rp/kg) 2.250,00 1.125,00
b. Pangsa tenaga kerja (%) 6,67 11,67
13. a. Keuntungan (Rp/kg) 31.496,67 8.515,58
b. Tingkat keuntungan (%) 93,33 88,33
III. Imbalan Jasa Pemilik Faktor Produksi
14. Marjin (Rp/kg) 33.760,00 11.587,92
a. Pendapatan tenaga kerja 6,66 9,71
b. Sumbangan input lain 0,04 16,80
c. Keuntungan pengusaha 93,30 73,49
Sumber : Data primer diolah
30
23
tinggi (Rp 7.240,00 /Kg) dibandingkan kerupuk sanjai balado (Rp 5.943,33 /Kg).
Namun, harga input lain pada produk kerupuk sanjai balado lebih tinggi (Rp
1.947,33 /Kg) dibandingkan harga input lain pada karak kaliang yang hanya
sebesar Rp 13,33 /Kg. besarnya harga input lain pada proses produksi kerupuk
sanjai balado disebabkan pembuatan lado yang menggunakan bahan baku cabai
merah dan bawang putih. Secara umum, kedua harga bahan baku ini relatif tinggi.
Apalagi saat kondisi pasokan bahan baku yang terbatas di pasaran, menyebabkan
harga yang terbentuk cenderung berfluktuatif.
31
24
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tambah agroindustri ubi kayu
menjadi produk karak kaliang dan kerupuk sanjai balado di Kota Payakumbuh
sebesar Rp 33.746,67/Kg dan Rp 9.640,58/ Kg dengan rasio nilai tambah masing-
masing sebesar 82,31 persen atau Rp 31.496,67 / Kg untuk karak kaliang dan
54,99 persen atau Rp 8.515,58 /Kg untuk kerupuk sanjai balado.
5.2 Saran
Diharapkan dengan adanya perkembangan informasi dan inovasi yang
cukup pesat, maka perusahaan dapat meningkatkan penerapan teknologi
pengolahan ubi kayu di Kota Payakumbuh dengan teknologi yang lebih efektif
dan efisien. Sehigga perusahaan mampu meningkatkan kapasitas produksi yang
berdampak terhadap peningkatan keuntungan. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari
peran pemerintah kota, para peneliti dan praktisi untuk terus meningkatkan
kesejahteraan masayarakat terutama untuk agroindustri ubi kayu di kota
Payaumbuh.
2532
DAFTAR PUSTAKA
Apriadi, Andri. 2003. Analisis Usaha dan Nilai Tambah Pengolahan Ikan pada
Industri Kerupuk Udang atau Ikan di Indramayu. Srikpsi. Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Available online with update at:
http://digilib.IPB.ac.id/ (Verified 22th Maret 2010).
BPS Kota Payakumbuh. 2016. Statistik Daerah Kota Payumbuh 2015. Merapi.
Payakumbuh.
____________________. 2016. Statistik Daerah Kecamatan Payakumbuh Barat
2015. Merapi. Payakumbuh.
Famelia, Welly. 2009. Analisa Penggunaan Zat Warna pada Keripik Balado yang
Diproduksi di Kecamatan Payakumbuh Barat Tahun 2009 [Sripsi].
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Ishak, A. U.P Astuti, B. Honorita. 2012. Analisis Nilai Tambah, Keuntungan, dan
Titik Impas Pengolahan Hasil Rengginang Ubi Kayu (Renggining) skala
Rumah Tangga di Kota Bengkulu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Bengkulu.
Kustiari, Reni. 2010. Analisis Nilai Tambah dan Imbalan Jasa Faktor Produksi
Pengolahan Hasil Pertanian. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Bogor.
Saragih, SSC., Salmiah, Diana C. 2012. Analisis Nilai Tambah dan Strategi
Pengembangan Pengolahan Ubi Kayu menjadi Tepung Mocaf (Modified
Cassava Flour). Studi Kasus: Desa Baja Ronggi Kec. Dolok Masihul Kab.
Serdang Berdagai). Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.
33
26
Flour) di Kabupaten Trenggalek [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Universitas
Brawijaya. Malang.
Valentina, Oxy. 2009. Analisis Nilai Tambah Ubi Kayu sebagai Bahan Baku
Keripik Singkong di Kabupaten Karanganyar (Kasus pada KUB Wanita
Tani Makmur) [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
27
34
LAMPIRAN-LAMPIRAN
35
28
Gambar 5. Adonan Karak Kaliang Gambar 6. Karak Kaliang yang
sedang di Bentuk Angka telah digoreng dan
8 dikemas dalam Plastik
Besar
36
29
Gambar 9. Pengemasan dalam Gambar 10. Pengemasan Kerupuk
Plastik Besar Kerupuk Sanjai Original
yang Telah digoreng
37
30