Anda di halaman 1dari 10

Accelerat ing t he world's research.

Metode pengajaran matematika


terhadap anak penyandang disabilitas
slow learner di sekolah inklusi
Hariz Syihab

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

PEMBELAJARAN MAT EMAT IKA PADA ANAK BERKEBUT UHAN KHUSUS (ABK) T IPE SLOW LEAR…
Arifin Riadi

PROSES PEMBELAJARAN DALAM SET T ING INKLUSI DI SEKOLAH DASAR


reski julimanda

JURNAL pendidikan inklusif (HAK MEMPEROLEH PENDIDIKAN INKLUSIF T ERHADAP PENYANDANG DISA…
Nanda Noveria
Metode pengajaran matematika terhadap anak penyandang disabilitas slow learner di
sekolah inklusi
Hariz Syihab
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Harizshahab@gmail.com

Abstrak
Sekolah inklusi merupakan salah satu bentuk pemerataan dan bentuk perwujudan pendidikan tanpa
diskriminasi dimana anak berkebutuhan khusus dan anak-anak pada umumnya dapat memperoleh
pendidikan yang sama. Pendidikan inklusi merupakan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang
mensyaratkan agar semua anak berkebutuhan khusus dapat menerima pendidikan yang setara
dikelas biasa bersama teman-teman usianya. Selama ini anak – anak yang memiliki perbedaan
kemampuan (difabel) disediakan fasilitas pendidikan khusus disesuaikan dengan derajat dan jenis
difabelnya yang disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB). Matematika telah diperkenalkan secara
resmi kepada siswa dan anak berkebutuhan khusus (ABK) di awal sekolah. Tujuan penelitian
jurnal ini untuk mengetahui kesulitan anak berkebutuhan khusus (ABK) slow learner atau lamban
belajar dalam pembelajaran matematika. Kemudian guru dapat mengambil tindakan perbaikan
yang sesuai untuk proses pengajaran.

Kata kunci: pendidikan inklusi, autis, pembelajaran matematika, slow learner.

Abstrack

Inclusive schools are a form of equalization and a form of education without discrimination where
children with special needs and children, in general, can get the same education. Inclusive
education is an outstanding education service that requires all children with special needs to receive
an equal education in regular classes with their peers. So far, children with different abilities
(disabilities) are provided with outstanding educational facilities according to the degree and type
of disability, which are called Special Schools (SLB). Mathematics has been officially introduced
to students and children with special needs (ABK) at the beginning of school. This journal's
research objective is to determine the difficulties of children with special needs (ABK), slow
learners, or slow learners in learning mathematics. Then the teacher can take appropriate corrective
actions for the teaching process.

Keywords : Inclusive education, autism, mathematics learning, slow learner.

Pendahuluan
Jika membahas kualitas pendidikan di Indonesia, tidak dapat dipungkiri bahwa selama ini
pendidikan anak berkebutuhan khusus di Indonesia belum mendapat perhatian dan belum
ditangani secara optimal. Padahal, anak berkebutuhan khusus secara fisik, mental, intelektual, dan
sosial berbeda dengan anak biasa. Sebagai warga negara, anak berkebutuhan khusus ABK)
menikmati hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara, serta mendapatkan perlakuan yang
sama termasuk pendidikan. Esensi pendidikan inklusi merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) yang tidak
dapat membedakan antara anak berkebutuhan khusus dengan anak normal pada umumnya. Filsafat
dan nilai humanis menjadi pilar utama dalam penyelenggaraan pendidikan (Amka, 2017). Sejak
2009, pemerintah Indonesia telah menginstruksikan lembaga pendidikan di semua tingkatan untuk
melaksanakan pendidikan inklusif. Oleh karena itu, hasil logis yang harus diterima adalah bahwa
semua penyelenggara di lembaga pendidikan harus menerima semua siswa tanpa terkecuali,
termasuk mereka yang pernah mengalami tantangan fisik, psikologis, perilaku dan sosial di
sekolah biasa, biasanya siswa tersebut tidak dibekali kebutuhan khusus. Pelaksanaan pendidikan
inklusif sering kali mendapati kendala karena sifatnya yang kompleks (Sikap Orang Tua Terhadap
Pendidikan Inklusif, Amka, April 2019).

Pendidikan inklusif merupakan paradigma baru, tujuannya adalah untuk mewujudkan hak
asasi manusia untuk mendapatkan pendidikan tanpa diskriminasi dengan memberikan kesempatan
pendidikan yang berkualitas kepada semua anak tanpa kecuali, sehingga semua anak memiliki
kesempatan yang sama di lingkungan yang sama. Secara aktif mengembangkan potensi pribadi
mereka.
Pendidikan inklusif merupakan hasil lebih lanjut dari kebijakan pendidikan global.
Kebijakan Pendidikan untuk Semua itu sendiri merupakan upaya untuk mewujudkan hak atas
pendidikan yang dicanangkan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1949.

Sekolah inklusi juga masih dipandang setengah hati oleh para pengelola pendidikan. Masih
sedikit lembaga sekolah yang mau menerapkan program pendidikan inklusi dengan berbagai
alasan (Amka, 2017). Pendidikan inklusif mengacu pada pemenuhan kebutuhan siswa yang
beragam dengan mengurangi tingkat pendidikan terbelakang dan meningkatkan partisipasi dalam
pembelajaran, budaya dan masyarakat.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam UN yang diadakan
setiap tahun dalam ujian akhir di semua jenjang (termasuk SLB). Upaya harus dilakukan untuk
meningkatkan proses pembelajaran baik. Bahan ajar merupakan infomasi, alat dan teks yang
dibutuhkan oleh guru dalam merencanakan atau menelaah dari penerapan pembelajaran (Majid,
2008, hlm. 30).

Tantangan yang dihadapi guru dalam memberikan pembelajaran matematika kepada anak
autis membutuhkan kesabaran ekstra dan pendekatan khusus untuk lebih memahami kekuatan dan
kelemahan siswa autis tersebut. Permasalahan yang muncul kembali adalah dalam pengelolaan
kelas, guru harus membagi perhatian dan kemampuannya, karena di antara siswa sekolah inklusi
di setiap kelas, proses kegiatan pembelajaran di sekolah inklusi memerlukan rancangan kurikulum
khusus, dan perancangannya harus memperhatikan. Keterbatasan siswa kelas inklusif dan
pengembangan diri serta mata kuliah mandiri itu harus terus diasah. Pentingnya penelitian ini
adalah untuk mengungkap bagaimana siswa berkebutuhan khusus di sekolah inklusi belajar
matematika.

Salah satu kategori anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang belajar lambat.
Anak lamban belajar adalah anak yang memiliki prestasi akademik rendah (di bawah rata-rata
untuk anak pada umumnya) pada satu atau semua bidang akademik, namun tidak digolongkan
sebagai anak tunagrahita. Dalam hal ini, anak berkebutuhan khusus belajar lebih cepat dari teman
lainnya (termasuk materi matematika) dan membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami
materi tersebut. Menurut penelitian Hadi (2014), anak lamban belajar ABK akan mengalami
kesulitan saat menanamkan konsep matematika, dan dapat kehilangan minat dalam mengerjakan
tugas atau menolak untuk melanjutkan pekerjaan tugas (perubahan emosi).
Permasalahan yang dihadapi ABK anak lamban belajar dalam proses pembelajaran,
khususnya pada pembelajaran matematika, tentunya dalam konsep pendidikan inklusi perlu
mengadopsi strategi tersendiri bagi siswa berkebutuhan khusus sesuai dengan kebutuhan
pribadinya seperti yang dikatakan Kustawan & Hermawan, (2013: 133) bahwa proses
pembelajaran harus disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap peserta didik (metode,
media, dan sumber belajar).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memberikan kontribusi bagi guru matematika agar mengetahui strategi atau metode mengajar
ABK slow learner sehingga pembelajaran tersebut sukses. Dan di jurnal ini akan menejaskan cara
mengajar matematika untuk ABK slow learner di berbagai sumber jurnal.

Metodologi

Jenis penelitian ini adalah studi kasus yang dilakukan dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif yang dapat mendeskripsikan secara mendalam, jujur dan akurat latar belakang
observasi, tindakan dan dialog. Penelitian dilakukan di sekolah kejuruan di Yogyakarta. Pemilihan
subjek penelitian dilakukan melalui purposive sampling. Subjek penelitian ini adalah dua orang
guru matematika dan seorang ABK. Data utama penelitian ini adalah informasi tentang proses
pembelajaran matematika yang meliputi persiapan guru sebelum pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi dan tindak lanjut, serta faktor-faktor atau kendala yang dihadapi siswa
ABK dalam proses pembelajaran lambat. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara mendalam.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa guru perlu mempersiapkan diri
sebelum memulai pembelajaran. Persiapan terpenting bagi guru adalah menyiapkan rencana
pelajaran (RPP). Isi rencana mata kuliah sama dengan keseluruhan rencana mata kuliah, yang
meliputi identitas tujuan pembelajaran, KI, KD, IPK, materi pokok, metode pembelajaran,
langkah-langkah pembelajaran, perangkat dan sumber daya, standar evaluasi dan evaluasi. Dalam
menyusun rencana pembelajaran / satuan rencana pembelajaran, guru harus memperhatikan
beberapa hal yang menentukan keberhasilan RPP dan menentukan proses belajar mengajar.
Dalam RPP ini tidak ada keterangan khusus dalam mengajar ABK di kelas karena guru
memperlakukan anak tersebut sama seperti anak yang lain. Kesiapan lainnya yang dilakukan guru
matematika yaitu menyiapkan media dan sumber belajar. Media yang biasa digunakan yaitu
pelajaran pada ABK slow learner yaitu buku paket pelajaran, spidol, papan tulis, dan proyektor.

Dalam proses pembuatan RPP, guru pendamping tidak terlibat. Hal ini mengakibatkan guru
pendamping tidak mengetahui model pembelajaran dan materi yang diajarkan yang akan
berdampak pada miskonsepsi antara pemahaman guru mata pelajaran dan guru pendamping saat
di kelas.

Berdasarkan wawancara, metode penyampaian topik kepada siswa, guru akan menggunakan
materi ceramah, tugas, dan terkadang diskusi dan ceramah. Guru tidak menggunakan metode
khusus untuk kursus inklusif. Pada saat guru menggunakan metode pengajaran, ABK yang belajar
lambat seringkali tidak memperhatikan penjelasan guru. Ia sering melamun dan melihat
lingkungan sekitarnya karena tidak menggunakan materi yang diajarkan gurunya. Bahkan dia tidak
mengerti apa yang guru itu bicarakan. Dalam hal ini, guru pendamping harus membimbing ABK
untuk memahami penjelasan guru tersebut. Namun karena beberapa kendala, seringkali guru yang
mendampingi anak berkebutuhan khusus tidak hadir di kelas. Agar ABK slow learner belajar
memahami materi yang diajarkan, guru akan mengambil pendekatan khusus saat berhadapan
dengan soal latihan siswa lain, yaitu memberikan penjelasan tambahan dan penguatan. Selain itu,
guru terkadang meminta siswa lain untuk membantu guru bersentuhan dengan anak lamban belajar
ABK saat mempelajari materi. Guru menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulis. Guru tidak akan
menemui masalah saat menggunakan bahasa yang ada, tetapi saat mengajar, guru perlu mengulang
materi dan kata-kata agar ABK slow learner dapat memahaminya.

Penilaian ABK oleh guru untuk anak lamban belajar sama dengan siswa lainnya yaitu tes tertulis.
Tes tertulis yang digunakan sama dengan tes tertulis umum yang meliputi tes tertulis dan lembar
jawaban. Namun materi yang diberikan kepada ABK yang lamban belajar berbeda tingkatannya
dengan siswa lainnya. Nilai ABK anak lamban belajar diambil dari soal awal. Untuk KKM, guru
menetapkan besarannya sama dengan KKM siswa lainnya. Siswa yang nilainya lebih rendah dari
KKM akan menerima ujian make up. Masalah evaluasi adalah ABK yang lambat belajar tidak
dapat memahami apa yang diinginkan soal. Sehingga ia hanya menuliskan kembali soal yang
diberikan. Hal inilah yang menyulitkan guru dalam mengoreksi jawaban.
Selama ujian, ABK belajar lambat tidak perlu didampingi guru, sehingga bingung dalam
memahami masalahnya. Pada saat proses pembelajaran terjadi, anak lamban belajar ABK akan
menemui beberapa faktor atau kendala dalam proses pembelajaran matematika. Faktor
pengalaman atau kendala adalah mereka mengalami kesulitan dalam menanamkan konsep
matematika.

Menurut Griffin (dalam Younis & Batinah, 2008) menyatakan bahwa lambat belajar adalah siswa
yang belajar lebih lambat dari rekan-rekan mereka, namun tidak memiliki cacat yang memerlukan
pendidikan khusus. Oleh karena itu, dalam hal ini guru dapat menyelesaikan masalah dengan
secara bertahap memusatkan perhatian pada pembelajaran konsep dasar matematika dan
mengulanginya. Selain itu, anak lamban belajar berkebutuhan khusus juga mengalami kendala
lain, yaitu kehilangan minat terhadap pekerjaan guru matematika. Saat bosan, mereka mungkin
menolak untuk melanjutkan tugas yang diberikan oleh guru matematika). Pada awalnya mereka
diberi tugas, mereka merasa senang atau semangat, dan mereka tiba-tiba menjadi malas karena
kebosanan (mood fluktuatif).

Chauhan (2011: 282) menyatakan bahwa salah satu karakteristik ABK slow learners adalah
memori atau daya ingatnya rendah dan kurangnya konsentrasi. Untuk itu sebagai guru matematika
dan GPK harus mempunyai penyelesaian untuk kendala-kendala yang dialami ABK slow learners
agar tidak ditemukan lagi saat proses pembelajaran selanjutnya. Penyelesaian-penyelesaian
tersebut adalah dengan memberikan tambahan waktu belajar, memberikan motivasi agar mereka
menjadi semangat kembali atau dapat juga dengan pemberian reward (dalam bentuk pujian atau
hadiah).

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebelum memulai proses


pembelajaran sudah disiapkan guru matematika dan guru pendamping yaitu menyusun RPP,
silabus, media dan sumber belajar, serta media khusus ABK slow learners. Faktor atau kendala
yang dihadapi dalam pembelajaran adalah anak lamban belajar ABK mengalami kesulitan dalam
menyampaikan konsep matematika, mungkin kehilangan minat dalam tugas dan menolak untuk
melanjutkan pekerjaan rumah (perubahan emosi). Guru memecahkan kendala tersebut dengan
menanamkan konsep matematika dasar secara mendalam, memberikan waktu belajar tambahan,
memberikan motivasi dan menerapkan konsekuensi. Kedua, untuk anak berkebutuhan khusus
yang lambat belajar, jika guru mengalami kesulitan dalam menggunakan metode diskusi dan
presentasi, mereka tidak akan dapat memberikan RPP khusus yang menggambarkan pembelajaran
inklusif. Ketiga, ABK menggunakan materi yang berisi rumus dan materi abstrak untuk mengatasi
kesulitan siswa. Keempat, ABK anak lamban belajar menggunakan bahasa lisan dan tulisan dalam
pembelajaran matematika. Kelima, guru tidak menggunakan media khusus saat menjelaskan
materi ABK kepada anak lamban belajar. Alasan keenam, tingkat kesulitan soal ABK anak lamban
belajar diturunkan dari standar kelas, tetapi KKM sama dengan siswa lainnya.
Daftar Pustaka

Amka, A. (2017). Implementasi Pendidikan Karakter Inklusi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Di Sekolah Reguler, Madrosatuna: Journal of Islamic Elementary School, Vol. 1 (1). 1-
12. doi: 10.21070/madrosatuna.v1i1.1206

Amalia2, M. U. (2020). PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


(AUTISME) DI SEKOLAH INKLUSIF. JOURNAL ON TEACHER EDUCATION 1 NOMOR 2 TAHUN 2020.

Amka, A. (2019). Sikap Orang Tua Terhadap Pendidikan Inklusif. Madrosatuna: Journal of Islamic
Elementary School, Vol. 1 (1). 15-27 doi: 10.21070/madrosatuna.v3i1.2068 .

Chatarina Febriyanti 1, M. L. (2017). KESULITAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH INKLUSI. Jurnal


SAP Vol. 2 No. 2 Desember 2017.

Chatarina Febriyanti 1, M. L. (2017). KESULITAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH INKLUSI. Jurnal


SAP Vol. 2 No. 2 Desember 2017.

Chatarina Febriyanti1, A. I. (n.d.). PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA. Journal of Medives


Volume 2, No. 1, 2018, pp. 99-106.

Fida Rahmantika Hadi1, T. A. (n.d.). ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) SLOW LEARNERS DI KELAS INKLUSI (Penelitian Dilakukan di SD Al
Firdaus Surakarta). Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN: 2339-1685.

Nur Sakiinatullaila, F. D. (n.d.). Penyebab Kesulitan Belajar Matematika Anak Berkebutuhan Khusus Tipe
Slow Learner. Jurnal Pendidikan Matematika (Kudus).

Raharjo*, T. (Juni 2012). Peningkatan Kemampuan Daya Ingat Anak Slow Learner. 41.

Risti Fiyana, D. I. (Yogyakarta, 3 Desember 2011). Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak
Berkebutuhan.

Tarjiah, I. (n.d.). PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Jurnal Ilmiah VISI PPTK
PAUDNI - Vol. 10, No.2, Desember 2015.

Tomy Syafrudin1, S. (2019). Pengembangan Bahan Ajar Untuk Pembelajaran Matematika Bagi Siswa
Tunarungu. Suska Journal of Mathematics Education, Vol. 5, No. 2, 2019.

Anda mungkin juga menyukai