LANDASAN TEORI
b. Proses Komunikasi
Proses komunikasi menurut Dirman & Junarsih (2014 : 14 ) pada
hakekatnya bahwa proses komunikasi adalah proses penyampaian
pikiran atau gagasan atau perasaan oleh seseorang (komunikator)
kepada orang lain (komunikan). Pikiran bias berupa gagasan,
informasi, opini, dan lain – lain yang mucnul di benaknya. Perasaan
biasanya berupa keyakinan, kepastian, keragu- raguan, kekhawatiran,
kemarahan, keberanian, dan sebagainya. Dengan demikian proses
komunikasi dapat disimpulkan yakni proses penyampaian sesuatu dari
9
10
f. Model Komunikasi
Menurut Wina Sanjaya ( 2012 : 83) bahwa ada dua Model
komunikasi yang berpengaruh terhadap komunikasi pembeajaran,
sebagai berikut :
15
1) Model Lasswell
Lasswell mengetengahkan model komunikasi melalui pertanyaan
yang sangat popular yaitu , “ who says in which channel to whom
with what effect?’ ( mulyana dalam Sanjaya, 2012 : 83). Model
komunikasi lasswell merupakan model yang sederhana, yang
hanya memuat komponen – komponen system komunikasi.
Disamping itu model ini juga bersifat linier, artinya model yang
menggambarkan bagaimana sumber pesan menyampaikan pesan.
2) Model Schramme
Model komunikasi schramme ini bukan hanya sekedar
penyampaian pesan, namun bagaimana pesan itu diolah melalui
menyandian ( ecoder) oleh komunikan dan diterjemahkan melalui
penyandian ulang (decoder) yang dilakukan oleh penerima pesan,
dan selama proses penerjemahan itu mungkin terdapat berbagai
gangguan (noise) baik disadarri maupun tidak sehingga
kemungkinan terjadi kesalahan penerjemah oleh penerima pesan.
Inilah pentingnya umpan balik atau feedback untuk melihat apakah
pesan yang dikomunikasikan itu sesuai dengan maksud
komunikan atau tidak.
Menurut teori model komunikasi di atas, bahwa komunikasi tidak
hanya bersifat linier tentang bagaimana proses penyampaian pesan,
tetapi perlu adanya feedback atau tangggapan agar dapat dikonfirmasi
apakah pesan yang disampaikan sesuai atau tidak.
1) Kejelasan
Hal ini dijelaskan bahwa dalam komunikasi dengan peserta didik
guru harus menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara
jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh peserta didik.
2) Ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang
benar dan kebenaran informasi yang disampaikan. Dalam
komunikasi peserta dengan peserta didik, guru harus
menggunakan bahasa yang baik dan benar serta informasi yang
disampaikan juga harus benar.
3) Konteks
Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudny adalah
bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai
dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
Guru dalam berkomunikasi dengan serta didik perlu
memerhatikan keadaan dan situasi yang dihadapi.
4) Alur
Bahasa dan informasi yang disajikan oleh guru dalam
berkomunikasi dengan peserta didik harus disusun dengan atau
sistematika yang jelas, sehingga pihak penerima informasi yaitu
peserta didik cepat tanggap.
5) Budaya
Aspek ini tidak hanya menyangkut bahasa dan informasi tetapi
juga berkaitan dengan tatrakrama dan etika. Artinya dalam
berkomunikasi dengan serta didik guru harus menyesuaikan
dengan budaya serta didik, baik dalam penggunaan bahasa verbal
maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi (
Lestari, dalam Darmin & Juarsih, 2014 : 22).
Menurut teori di atas maka komunikasi yang efektif antara guru
dengan siswa yakni harus memperhatikan aspek kejelasan, ketepatan,
konteks, alur, dan budaya. Sehingga komunikasi dapat berjalan efektif
ketika lima aspek tersebut terpenuhi.
17
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar yaitu perubahan – perubahan yang terjadu pada diri
siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor (
Susanto, 2013 : 5). Sedangan hasil belajar menurut Anitah (2007 : 2.19)
bahwa hasil belajar adalah kulmulasi dari suatu proses yang telah dilakukan
dalam belajar, kumulasi akan selalu diiringi oleh tindak lanjut. Hasil belajar
harus menunjukan suatu perubahan tingkah laku atau perubahan perilaku
yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan
disadari. Menurut Snelbeker ( dalam Sikumbang, 2012 : 8 ) bahwa
perubahan tingkah laku yang diperoleh siswa setelah melakukan perbuatan
belajar adalah merupakan hasil belajar, karena belajar pada dasarnya
adalah bagaimana perilaku seseorang berubah sebagai akibat dari
pengalaman.
23
c. Sikap
Sikap menurut Sadirman ( dalam Susanto, 2014 : 11) bahwa sikap
merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara,
metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa
individu – individu maupun objek – objek tertentu.
Sehubungan dengan hasil belajar siswa, sikap ini lebih diarahkan pada
pengertian pemahaman konsep. Dalam pemahaman konsep, maka
domain yang sangat berperan adalah domain kognitif ( Susanto, 2014 :
11).
Menurut pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
didalamnya memuat macam – macam yakni : pemahama konsep yakni
mampu memahami materi yang disampaikan guru dilihat dari hasil
penelitian atau observasi ; keterampilan proses kemampuan
mengkomunikasikan, memberikan penjelasan terhadap pengamatan dan
melakukan eksperimen ; sikap kecederungan pada teknik – teknik tertentu
terhadap dunia sekitarnya baik berupa individu maupun objek tertentu.
3. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran menurut sudjana (dalam Dirman & Juarsih,, 2014 : 7
– 8) bahwa pembelajaran adalah setiap usaha yang sematik dan sengaja
untuk menciptakan kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu
antara peserta didik ( warga belajar ) dan pendidik ( sumber belajar ) yang
melakukan kegiatan membelajarkan. Sedangkan menurut damayanti
(dalam susanto, 2013 : 186 ) bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru
yang terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar
secara aktif, menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang
dibangun oleh guru untuk mrngembangkan kreativitas berfikir siswa yang
dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan
kemampuan kontruksi siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan
pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik
terhadap materi matematika. Pada proses pembelajaran matematika baik
guru maupun siswa bersama – sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan
pembelajaran ( Susanto, 2013 : 187 ).
28
guru bertanya pada siswa, dan siswa bertanya kepada guru. Karena pada
materi ini menggunakan media konkret sehingga cocok dilakukan
komunikasi dua arah.
c. Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah,
komunikasi tidak hanya terjadi antara guru dan anak didik. Anak didik
dituntut lebih aktif dari pada guru, dapat berfungsi sebagai sumber
belajar bagi anak didik lain. Menurut pendapat tersebut, maka dalam
pembelajaran mengharuskan adanya komunikasi banyak arah
“multiarah”, seperti pada pembelajaran matematika materi jarring –
jarring kubus dan balok, pada materi ini siswa dituntut berperan aktif
untuk memberikan penjelasan dan contoh di depan kelas ataupun
kelompok belajarnya. Karena pada materi ini akan baik hasilnya jika
dilakukan metode demonstrasi. Sehinga komunikasi multiarah sangat
cocok.
Proses pembelajaran matematika , berkomunikasi dengan menggunakan
komunikasi matematis ini perlu ditumbuhkan, sebab salah satu fungsi pelajaran
matematika yaitu cara mengomunikasikan gagasan secara praktis, sistematis,
dan efesien (Susanto, 2013 : 217). Komunikasi merupakan bagian terpenting
dari pendidikan matematika. Adapun menurut Sumarno ( dalam Susanto, 2013
: 215) kemampuan komunikasi siswa dapat dilihat dari kemampuan mereka
dalam hal – hal ,sebagai berikut :
1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide
matematika.
2. Menjelasakan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan dan tulisan
dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar.
3. Menyatakan peristiwa sahari – hari dalam bahasa atau simbol matematika.
4. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.
5. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tetulis.
6. Membuat konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi, dan
generalisasi.
7. Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah
dipelajari.
33
E. Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan acuan dan refrensi serta untuk menghindari
kesalahpahaman akan kesamaan hasil karya penelitian, peneliti juga mendapati
beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan dalam hal komunikasi
walikelas ( guru ) dengan orang tua , yaitu :
1. Skripsi yang di tulis oleh Luqman Haqi 2015 yang berjudul “Pengaruh
komunikasi antara guru dengan siswa terhadap motivasi belajar siswa
kelas v mi matholi’ul huda 02 troso jeparaTahun pelajaran 2015” yang
berisi tentang komunikasi antara guru dengan siswa terhadap motivasi
belajar pada siswa. Masalah yang diangkat pada skripsi tersebut apakah
komunikasi antara guru dengan siswa berpengaruh terhadap motivasi
belajar siswa pada kelas V di MI Matholi’ul Huda 02 Jepara Tahun
Pelajaran 2015. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitan lapangan
(field research) dengan pendekatan kuantitatif. Dengan hasil penelitian
bahwa ada pengaruh Positif antara komunikasi guru dengan siswa terhadap
motivasiBelajar siswa kelas v mi matholi’ul huda 02 jepara. Hal ini Dapat
34
F. Kerangka Berfikir
Komunikasi adalah bagian terpenting dalam kehidupan manusia, agar
terjadinya suatu interaksi sosial antar sesama manusia. Menurut Widjaja (2010
: 8 ) bahwa komunikasi akan dapat berhasil baik apabila sekiranya timbul saling
pengertian, yaitu jika kedua belah pihak si pengirim dan si penerima informasi
dapat memahami. Komunikasi juga termasuk kedalam ranah psikologi, karena
menyangkut interaksi dengan sesama manusia. Menurut Syam ( 2011 : 41 )
bahwa komunikasi adalah peristiwa sosial, pristiwa yang terjadi ketika manusia
berinteraksi dengan manusia lain. Peristiwa sosial secara psikologis membawa
kita pada psikologi sosial. Pendekatan psikologi sosial juga pendekatan
psikologi komunikasi. Untuk itu komunikasi yang baik akan menyampaikan
pesan dari komunikator yakni guru ke komunikan yakni siswa sehingga dapat
berpengaruh besar terhadap hasil belajar siswa. Pada dasarnya tujuan
komunikasi yakni merubah perilaku individu setelah menerima pesan , untuk
itu komunikasi antara guru dengan siswa pada proses pembelajaran amat
36
penting karena jika komunikasi berjalan dengan baik maka akan merupah
perilaku siswa sehingga akan berdampak terhadap hasil belajar siswa itu sendiri.
Menurut Oemar Hamalik ( 2007 : 28 ) bahwa didepan anak – anak , guru
adalah seorang yang memiliki otoritas, bukan saja otoritas dalam bidang
akademis, melainkan juga dalam bidang non akademis. Guru haruslah mampu
berkomunikasi baik dengan siswa, karena guru memiliki peranan penting dalam
menyampaikan materi dan bimbingan kepada siswa, agar materi dan bimbingan
tersampaikan dengan baik maka guru haruslah memiliki kemampuan
berinteraksi melalui komunikasi dengan siswa.
Seorang guru merupakan individu yang mengarahkan siswa kearah yang
lebih baik, untuk itu guru harus mempunyai kemampuan komunikasi yang baik,
yakni dalam berkomunikasi guru sebaiknya bersikap terbuka, sabar, ramah, dan
penuh pengertian kepada siswa agar siswa mau untuk mengemukakan
pendapatnya kepada guru. Dengan demikian akan terjadi hubungan interaksi
komunikasi guru dengan siswa yang baik dan semesetinya. Betapa pentingnya
kontribusi guru dalam berinteraksi berkomunikasi dikelas dengan siswa dalam
proses pembelajaran maupun diluar proses pembelajaran, untuk itu guru harus
luwes, ramah, bersikap terbuka, dan penuh pengertian dalam membangun
komunikasi dengan siswa. jika komunikasi yang terjalin baik maka akan
berpengaruh baik terhadap hasil belajar siswa. Sebaiknya komunikasi menjadi
kebutuhan guru maupun siswa dalam proses pembelajaran, demi ketercapaian
hasil belajar yang baik. Dengan melihat beberapa teori di atas dapat
disimpulkan dalam kerangka berfikir yang menunjukan dua variabel diatas
variabel independen dan variabel dependen ( sugiyono, 2010 : 66 ) yaitu
komunikasi guru dengan siswa ( varabel X ) dengan hasil belajar ( variabel Y )
37
Kerangka Pemikiran
Kondisi awal
Guru : belum Hasil
Sebelum Komunikasi
menggunakan belajar
menggunakan Guru
komunikasi komunikasi matematika
efektif Satu arah
efektif kelas IV
rendah
Siswa
Komunikasi
siswa kepada
guru
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta – fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data ( Sugiyono, 2010 : 96). Pada
penelitian guna mengetahui pengaruh komunikasi guru dengan siswa terhadap
hasil belajar matematika peneliti dapat menduga bahwa :