Anda di halaman 1dari 30

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Komunikasi Guru dengan Siswa


1. Komunikasi
a. Pengertian Komunikasi
Menurut Widjaja (2010 : 8) istilah komunikasi dalam Bahasa
inggrisnya disebut dengan kommuniation, berasal dari kata comuniatio
atau dari kata communis yang berarti sama atau sama maknanya atau
pengertian bersama, dengan maksud mengubah pikiran, sikpa,
perilaku, penerima dan melaksanakan apa yang diinginkan apa yang
diiinginkan oleh komunikator. Jadi, dalam berkomunikasi diharapkan
dapat mengubah dengan mengikuti pesan yang disampaikan oleh
penyampai pesan. Sedangkan menurut Theodore Herbert (dalam Majid
2013 : 282) mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses yang
didalamnya mewujudkan arti pengetahuan dipindahkan dari seseorang
kepada orang lain, biasanya dengan maksud menapai beberapa tujuan
khusus.
Setelah melihat pemaparan diatas, jadi secara komunikasi dapat di
definisikan sebagai usaha memindahkan pengetahuan antar manusia
dengan memiliki tujuan untuk mengubah pikiran, sikap, dan perilaku
bagi penerima pesan untuk memenuhi keinginan komunikator.

b. Proses Komunikasi
Proses komunikasi menurut Dirman & Junarsih (2014 : 14 ) pada
hakekatnya bahwa proses komunikasi adalah proses penyampaian
pikiran atau gagasan atau perasaan oleh seseorang (komunikator)
kepada orang lain (komunikan). Pikiran bias berupa gagasan,
informasi, opini, dan lain – lain yang mucnul di benaknya. Perasaan
biasanya berupa keyakinan, kepastian, keragu- raguan, kekhawatiran,
kemarahan, keberanian, dan sebagainya. Dengan demikian proses
komunikasi dapat disimpulkan yakni proses penyampaian sesuatu dari

9
10

seseorang kepada orang lain dengan menggunakan perasaan yang


muncul dalam benak seorang komunikator kepada komunikan.
Menurut Majid (2013 : 285 ) bahwa komunikasi dibedakakan atas
komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi verbal
adalah komunikasi yang menggunakan bahasa, baik Bahasa tulisan
maupun bahasa lisan. Sedangkan komunikasi non verbal adalah
komunikasi yang menggunakan isyarat, gerak – gerik, gambar,
lambing, mimik muka, dan sejenisnya.
Pada hakikatnya proses pembelajaran adalah interkasi antara guru
dengan siswa dikelas yang di dalamnya terdapat interaksi antara guru
dengan siswa dalam komunikasi. Komunikasi dalam proses
pembelajaran yakni proses menyampaian pesan antara guru
(komunikator) kepada siswa (komunikan) baik menggunakan bahasa
verbal (lisan) maupun bahasa nonverbal (isyarat) yang memiliki tujuan
agar siswa mampu memahami materi yang disampaikan guru baik
secara verbal ataupaun nonverbal. Pesan yang disampaikan oleh yakni
guru bisa berupa ilmu pengetahuan, ide, atau pengalaman.
Berdasarkan paradigm Hold Lasswel, Philip Kotler (dalam
Dirman & Juarsih 2014 : 10) proses komunikasi meliputi unsur – unsur
sebagai berikut.
1. Sender, yakni komunikator yang menyampaikan pesan kepada
seseorang atau sejumlah orang.
2. Encoding, yakni penyandaian, proses pengalihan pikiram kedalam
bentuk lambing.
3. Message, yakni pesan yang merupakan seperangkat lambing
bermakna yang disampaikan oleh komunikator.
4. Media, yakni saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari
komunikator kepada komunikan.
5. Decoding, yakni penguraian sandi, proses dimana komunikan
menetapkan makna pada lambing yang disampaikan oleh
komunikator kepadanya/
11

6. Receiver, yakni komunikan yang menerima poesan dari


komunikator.
7. Response, yakni tanggapan, separangkat reaksi dari komunikan
setelah diterpa pesan.
8. Feedback, yakni umpan balik, tanggapan komunikan yang
disampaikan kepada komunikator.
9. Noise, yakni gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses
komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan
yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator
kepadanya.

c. Fungsi dan Tujuan Komunikasi


Komunikasi adalah untuk menyampaikan pesan dari
komunikator kepada komunikan yang didalamnya memiliki tujuan dan
fungsinya, fungsi komunikasi menurut Judy C Pearson dan Paul E.
Nelson dalam Mulyana ( dalam Dirman & Junarsih ) bahwa
komunikasi mempunyai dua fungsi umum, yaitu untuk kelangsungan
hidup diri sendiri dan untuk kelangsungan hidup masyakarat. Untuk
kelangsungan hidup diri sendiri meliputi : kesamaan fisik,
meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada
orang lain dan menapcapai ambisi pribadi. Untuk kelangsungan hidup
masyarakat, yaitu tepatnya untuk memperbaiki hubungan social dan
mengembangkan keberadaan suatu masyarakat.
Menurut pendapat di atas dengan demikian yang dimaksud
dengan fungsi komunikasi adalah untuk keberlangsungan hidup baik
diri sendiri maupun hidup bermasyarakat yakni bertujuan untuk
memperbaiki hubungan social masyarakat atau antar pribadi dengan
orang lain maupun dengan masyarakat banyak.
Menurut Widjaja (2010 : 10 ) bahwa komunikasi mempunyai
beberapa tujuan antara lain :
1. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti. Sebagai pejabat
ataupun komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (
12

penerima) atau bawahan dengan sebaik – baiknya dan tuntas


sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan.
2. Memahami orang lain. Kita sebagai pejabat atau pemimpin harus
mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang
diinginkanya. Jangan mereka menginginkan arah untuk pergi
kebarat tetapi kita memberikan jalan pergi ke timur.
3. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain. Kita harus
berusaha agar gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan
pendekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak,
4. Menggerakan orang lain untuk melakukan sesuatu. Menggerakan
sesuatu itu dapat bermacam – macam, mungkin berupa kegiatan.
Kegiatan yang dimaksudkan ini adalah kegiatan yang lebih banyak
mendorong, namun yang penting harus diingat adalah bagaimana
ara yang baik untuk melakukannya.

d. Ciri – Ciri Komunikasi


Komunikasi tentunya pemindahan pesan dari komunikator
kepada komunikan dengan tujuan tertentu. Maka komunikasi memiliki
ciri tersendiri, menurut Ted J. McLaughlin dkk ( dalam moekijat, 1993
: 41 – 42 ) bahwa komunikasi memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
a) Komunikasi itu merupakan produk dari perilaku manusia
Oleh karena komunikasi adalah proses dengan mana orang – orang
mengadakan reaksi mereka terhadap faktor – factor
geografis,social, dan fator lingungan lainnya, maka ahli – ahli
perilaku masyarakat telah lama pengetahui hubungan yang erat
antara komunikasi dan perilaku manusia.
b) Komunikasi itu sifatnya dinamis
Ciri komunikasi yang kedua adalah sifatnya dinamis –
kecenderungan dan kemampuannya untuk menyesuaikan dengan
dunia yang berubah yang dilayaninya. Perubahan dunia
memperngaruhi komunikasi melalui bahasa dan kebiasaan yang
berubah dan melalui pembaharuan dalam kemudahan –
13

kemudahan yang dipergunakan untuk menyimpan, menerima,


menganalisis, dan menyimpan informasi.
c) Komunikasi itu hakikatnya tidak tepat
Manajer perusahaan yang mencari perbaikan dalam komunikasi
ditakdiran untuk menerima ketidakpuasan. Meskipun ia
memperlajari dan menggunaan praktek – praktek yang
mengakibatkan kefektifan dalam tulisan dan pembicaraannya,
tidak dapat dielakan ia harus menghadapi kenyataan bahwa
praktek – praktek demikian hanya mengurangi ( bukan
menghapuskan ) masalah – masalah komuniakasi. Komuniasi
banyak dipengaruhi oleh aneka ragam variabel perorangan,
variabel bahasa, dan sebagainya yang selalu berubah sehingga
hamper tidak mungkin memahami komunikasi dengan sempurna.
Menurut pendapat di atas maka komunikasi memiliki tiga ciri
yakni komunikasi adalah perilaku manusia di dalam lingkunganya,
komunikasi yang bersifat dinamis yakni kemampuan untuk
menyesuaikan pada perubahan informasi, komunikasi hakikatnya tidak
tepat karena dalam komunikasi selalu mencari perbaikan sehingga
tidak akan ada rasa puas dalam berkomunikasi.

e. Bentuk – bentuk komunikasi


Komunikasi merupakan proses pemindahan pesan dari pengirim
kepda penerima pesan, tentunya dalam bentuk komunikasi yang
berbeda – beda. Maka komunikasi menurut Dirman & Juarsih (2014 :
13) yakni ada empat bentuk – bentuk dalam komunikasi :
1) Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal maerupakan komunikasi dengan diri
sendiri dengan tujuan untuk berfikir, melakukan penalaran,
menganalisis, dan merenung. Menurut Devito (dalam Dirman &
Juarsih, 2014 : 13) menurut Effendy (dalam Dirman & Juarsih
2014 : 13) bahwa komunikasi intreapersonal atau komunikasi
antarpribadi merupakan komunikasi yang berlangsung dalam diri
14

seseorang dan seseorang berperan baik sebagai komunikator


maupun sebagai komunikan.
2) Komunikasi Antrarpersonal
Komunikasi antarpersonal adalah proses pengiriman dan
penerimaan pesan – pesan antara dua orang atau diantara
sekelompok kecil orang – orang dengan beberapa efek dan
beberapa umpan balik seketika (devito, dalam Dirman & Juarsih,
2014 :13)
3) Komunikasi Kelompok
a. Komunikasi dalam kelompok besar
Komunikasi dalam kelompok besar (large group,
massaatau maro group), tindaan selalu sama dengan
komunikasi dalam kelompok kecil maupun kelompok besar
meskipun setiap kelompok besar terdiri atas beberapa
kelompok kecil.
b. Komunikasi kelompok kecil
Komunikasi kelompok kecil adalah sekumpulan
perorangan yang relatif kecil yang masing – masing
dihubungkan oleh beberaoa tujuan yang sama dan mempunyai
derajat organisasi tertentu diantara mereka. Misalnya,
komunikasi antar kepala sekolah dengan dewan guru yang
dipimpinnya.
4) Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi seara
institusional dan teknologis dari sebagian besar aliran pesan yang
dimiliki bersama seara berkelanjutan dalam masyarakat industrial
(Winarso, dalam Dirman & Juarsih, 2014 : 14 )

f. Model Komunikasi
Menurut Wina Sanjaya ( 2012 : 83) bahwa ada dua Model
komunikasi yang berpengaruh terhadap komunikasi pembeajaran,
sebagai berikut :
15

1) Model Lasswell
Lasswell mengetengahkan model komunikasi melalui pertanyaan
yang sangat popular yaitu , “ who says in which channel to whom
with what effect?’ ( mulyana dalam Sanjaya, 2012 : 83). Model
komunikasi lasswell merupakan model yang sederhana, yang
hanya memuat komponen – komponen system komunikasi.
Disamping itu model ini juga bersifat linier, artinya model yang
menggambarkan bagaimana sumber pesan menyampaikan pesan.
2) Model Schramme
Model komunikasi schramme ini bukan hanya sekedar
penyampaian pesan, namun bagaimana pesan itu diolah melalui
menyandian ( ecoder) oleh komunikan dan diterjemahkan melalui
penyandian ulang (decoder) yang dilakukan oleh penerima pesan,
dan selama proses penerjemahan itu mungkin terdapat berbagai
gangguan (noise) baik disadarri maupun tidak sehingga
kemungkinan terjadi kesalahan penerjemah oleh penerima pesan.
Inilah pentingnya umpan balik atau feedback untuk melihat apakah
pesan yang dikomunikasikan itu sesuai dengan maksud
komunikan atau tidak.
Menurut teori model komunikasi di atas, bahwa komunikasi tidak
hanya bersifat linier tentang bagaimana proses penyampaian pesan,
tetapi perlu adanya feedback atau tangggapan agar dapat dikonfirmasi
apakah pesan yang disampaikan sesuai atau tidak.

g. Komunikasi Efektif dengan Siswa


Pembelajaran di dalam kelas guru memiliki upaya dalam
membangun komunikasi yang efektif dengan siswa, dalam
membangun komunikasi tentunya harus memperhatikan aspek – aspek
komunikasi yang efektif. Komunikasi efektif menurut Darmnin &
Juarsih (2014 : 21 – 22) bahwa guru perlu memahami lima aspek
dalam mencapai komunikasi yang efektif dengan siswa, yakni sebagai
berikut :
16

1) Kejelasan
Hal ini dijelaskan bahwa dalam komunikasi dengan peserta didik
guru harus menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara
jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh peserta didik.
2) Ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang
benar dan kebenaran informasi yang disampaikan. Dalam
komunikasi peserta dengan peserta didik, guru harus
menggunakan bahasa yang baik dan benar serta informasi yang
disampaikan juga harus benar.
3) Konteks
Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudny adalah
bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai
dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
Guru dalam berkomunikasi dengan serta didik perlu
memerhatikan keadaan dan situasi yang dihadapi.
4) Alur
Bahasa dan informasi yang disajikan oleh guru dalam
berkomunikasi dengan peserta didik harus disusun dengan atau
sistematika yang jelas, sehingga pihak penerima informasi yaitu
peserta didik cepat tanggap.
5) Budaya
Aspek ini tidak hanya menyangkut bahasa dan informasi tetapi
juga berkaitan dengan tatrakrama dan etika. Artinya dalam
berkomunikasi dengan serta didik guru harus menyesuaikan
dengan budaya serta didik, baik dalam penggunaan bahasa verbal
maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi (
Lestari, dalam Darmin & Juarsih, 2014 : 22).
Menurut teori di atas maka komunikasi yang efektif antara guru
dengan siswa yakni harus memperhatikan aspek kejelasan, ketepatan,
konteks, alur, dan budaya. Sehingga komunikasi dapat berjalan efektif
ketika lima aspek tersebut terpenuhi.
17

h. Hambatan – hambatan komunikasi dalam proses pembelajaran


Komunikasi dengan peserta didik dalam proses pendidikan atau
pembelajaran tidak terlepas dari adanya hambatan yang membatasi
efetivitas penyampaian pesan, menurut Dirman & Juarsih ( 2014 : 36
– 38) bahwa ada dua jenis gangguan dalam komunikasi dengan peserta
didik dalam pendidikan, yaitu gangguan sematik dan gangguan
saluran.
1. Gangguan Saluran ( Chanel Noise )
Gangguan jenis ini meliputi setiap gangguan yang memperngaruhi
kehandalan fisik penyampaian pesan. Hal ini bisa diartikan
sebagai segala hambatan yang terjadi diantara sumber dan
audiene. Misalnya : seorang guru berbicara dalam sebuah ruangan
ditengah pembicaraan lainnya, suara pintu tertutup, suara gaduh
dari ruangan kelas lain, dan gangguan lain seperti itu yang dapat
menghalangi informasi kepada pserta didik.
2. Gangguan Sematik
Gangguan jenis ini terjadi karena salah menafsiran pesan. Dalam
jenis kegiatan komunikasi sering terjadi kesengajaan atau
ketidaksesuaian antara kode yang digunakan oleh pengirim
dengan yang dipahami penerima kendati pesan yang diterima sama
seperti yang dikirim. Adapun sumber gangguan sematik dalam
berkomunikasi dengan peserta didik dapat berasal hal – hal
berikut,
a) Kata – kata guru yang terlalu sukar dipahami dan diterima oleh
peserta didik.
b) Perbedaan dalam memeberikan arti denotative pada kata – kata
yang digunakan antara guru sebagai pengirim pesan dan
peserta didik sebagai penerima pesan, yakni peserta didik
berfikir bahwa kata yang dimaksud menunjukan pada sesuatu
yang berbeda dengan yang dimaksud oleh guru.
c) Pola kalimat yang membingungkan peserta didik.
18

d) Perbedaan budaya antara guru dan serta didik, yakni intonasi,


gera mata, tangan, atau bagian badan lainnya ( Bahnan dalam
Dirman & Juarsih, 2014 : 38)
Komunikasi adalah pemindahan pesan dari pengirim kepada
penerima, tentunya dalam proses pengiriman pesan tersbut harus
terkadang terdapat gangguan. Terdapat gangguan saluran pesan yang
menghalangi pesan tersbut tersampaikan kepada penerima dan
gangguan sematik yakni ganguan dalam penerima pesan karena salah
penafsiran seperti kata – kata yang sukar dipahami oleh penerima,
sehingga terjadi salah penafsiran.

2. Komunikasi Antara Guru dengan Siswa


Proses pembelajaran tentu terjadi adanya interaksi antara guru
dengan siswa maupun siswa dengan siswa dengan berkomunikasi, untuk
itu komunikasi dalam pembelajaran sangat penting. Maka dari itu guru
harus memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik. Menurut Gordon
dan Mudjito ( 1990 : 3 ) bahwa keterampilan yang di maksudkan adalah
mengutaman kemampuan keterampilan berbicara, yang galibnya dapat
dilakukan secara mudah. Bicara dapat merusak hubungan antara manusia,
merenggangkan guru – murid, dan sebalikanya dapat lebih mendekatkan.
Jadi, komunikasi di dalamnya melibatkan keterampilan berbicara, karena
dengan berbicara dapat mendekatkan hubungan guru dengan siswa atapun
sebaliknya. Menurut pendapat tersebut komunikasi dalam pembelajaran
hal terpenting adalah kemampuan berbicara, sehingga dengan
keterampilan berbicara dapat mengakibatkan dekat atau tidaknya
hubungan antara guru dengan siswa dalam pembelajaran di kelas.
Pembelajaran di kelas tidak terdapat inetraksi antara guru dengan
siswa yang keduanya saling berkomunikasi. Menurut Syah (2013 : 237)
bahwa proses belajar mengajar adalah kesatuan kegiatan yang terjadi
interaksi resipokal yakni hubungan antara guru dengan para siswa dalam
situasi intruksional, yaitu suasana yang bersifat pengajaran. Para siswa
dalam sitiasi intruksional itu menjalani tahapan kegiatan belajar melalui
19

interaksi dengan kegiatan tahapan mengajar yang dilakukan guru. Dalam


konsep komunikasi yang disajikan pada model 12 tentang hubungan
“multiarah” yang bersifat intruksional yaitu, para siswa melakukan proses
belajar dalam suasana komunikasi dua arah, seyogyanya mereka dapat
melakukan dalam suasana komunikasi multiarah. Dalam model 12 ini
hubungan tidak hanya terjadi antara seorang guru dengan siswa dan
sebaliknya, tetapi juga antara siswa dengan siswa lainya. Jadi, bahwasanya
proses komunikasi dalam pembelajaran yakni sebuah situasi intruksional
dimana guru dengan siswa menjalanu tahapan kegiatan pengajaran melalui
inetrkasi yang dilakukan. Komunikasi yang dilakukan tidak hanya guru
kepada siswa, tetapi siswa kepada siswa dan siswa kepada guru. Jadi, pada
proses pembelajaran adalah kegiatan berkomunikasi dengan kegiatan
interkasi intruksional, dimana di dalamnya melakukan tahapan kegiata
belajar melalui interkasi tahapan belajar yang dilakukan oleh guru kepada
siswanya.
Menurut Pawit (2013 :20 ) bahwa informasi yang pendidikan yang
disampaikan tidak komunikatif, atau mungkin juga karena yang
disampaikan atau dikomunikasinya bukan informasi pendidikan. Sebab.
Bisa saja sang guru dalam menyampaikan materi pendidikan terlalu tinggi
tingkat penalarannya, mungkin juga tidak runtut penyampaiannya, salah
menggunakan metode komunikasi, dan sebagainya. Dengan demikian, Jika
dalam proses pembelajaran siswa tidak mampu dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan oleh guru, maka tidak semata – mata kesalahan siswa
saja bisa aja guru tersebut yang kurang komunikatif pada penyampaian
materinya. Dengan demikian, komunikasi pendidikan akan tidak semata –
mata kesalahan siswa, karena bisa saja ketika penyampaian materi guru
kurang runtut dan salah menggunakan metode pembelajaran sehingga
siswa sulit memahami apa yang hendak disampaikan guru.
Komunikasi dalam pendidikan merupakan kegiatan intrerkasi
intruksional yang dilakukan oleh guru kepada siswanya melalui keggiatan
tahapan belajar. Tentunya dalam interkasi edukatif tersebut memiliki ciri –
20

ciri yang menandakan bahwasanya interkasi tesebut termasuk pada


interaksi edukatif.
Menurut pendapat yang telah dipaparkan di atas, bahwasanya
komunikasi dapat dikatakan sebagai inetraksi yang edukatif yakni harus
memiliki ciri – ciri di dalamnyaa guru sebagai pemberi aksi atau
komunikasi satu arah sehingga guru yang aktif dan siswa yang pasif ;
komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah, guru sebagai
pemberi dan penerima aksi, demikian pula siswa dapat sebagai pemberi
aksi atau penerima aksi ; komunikasi sebagai transaksi atau multiarah,
sehingga di dalamnya siswa di tuntut lebih aktif sebagai pemberi aksi.
Komunikasi dapat dikatakan efektif jika memiliki tanda – Tanda
yang dapat dilihat dan dirasakan oleh pengirim dan penerima pesan.
Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (dalam Sumantri, 2015 : 353)
bahwa tanda – tanda komunikasi yang efektif ada lima hal diantaranya :
a. Pengertian
Pengertian artinya penerimaan yang cermat dan isi stimulasi seperti
dimaksudkan komunikator. Kegagalan penerimaan isi pesan secara
cermat disebut kegagalan komunikasi primer (primary breakdown in
communication ).
b. Kesenangan
Komunikasi ini lazim disebut komunikasi fatis (fhatic communication
), dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah
yang menjadikan hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan.
c. Memengaruhi sikap
Manusia dalam melakukan komunikasi berharap dapat memengarhui
sikap orang lain agar bersikap sesuai dengan yang kita harapkan.
Seperti guru ingin mengajak siswanya lebih mencintai ilmu
pengetahuan, pemasangan iklan guna merangsang konsumen untuk
membeli. Semua komunikasi ini adalah jenis komunikasi persuasive.
Komunikasi ini memerlukan pemahaman tentang factor – factor pada
diri komunikator, dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikate.
21

d. Hubungan social yang baik


Kebutuhan social adalah kebutuhan untuk menambahkan dan
pempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam
hal interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan
(control), dan cinta serta kasih saying (affection).
e. Tindakan
Persuasi sebagai komunikasi untuk memengaruhi sikap. Sikap
ditunjukan untuk melahirkan tindakan yang terjadi. Menimbulkan
tindakan nyata memang infikator efektivitas yang paling penting.
Karena menimbulkan tindakan, kita harus berhasil terlebih dahulu
menumbuhkan hubungan yang baik.
Komunikasi yang efektif dalam pembelajaran yakni antara
pengirim dan penerima pesan merasakan hal yang sama. Tanda – tanda
komunikasi yang efektif yakni penrima memahami apa yang dimaksudkan
oleh pengirim sehingga timbul rasa kesenangan diantara keduanya kerena
dapat merubah tingkah seseorang laku seseorang setelah menerima sebuah
pesan yang mengakibatkan hubungan social yang terjalin menjadi baik
dengan adanya tindakan yang mempengaruhi sikap sesorang setelah
menerima pesan. Karena pada hakikatnya komunikasi adalah proses
pemindahan informasi / pesan dengan memiliki tujuan tetentu yang
mengakibatkan perubahan setelah menerima informasi.

3. Sikap Guru – Siswa dalam Berkomunikasi


Agar terciptanya hubungan antara guru dengan siswa lebih akrab dan
menguntungkan, terutama dalam situasi akademik, maka guru dan siswa
harus mempunyai sikap sebagai berikut ( Majid, 2013 : 292 ) :
a. Keduanya harus saling mengenali. Seorang guru yang tidak mengenali
siswanya, demikian pula sebaliknya, tidak akan timbul kasih saying
paternalis – kasih sayang antara bapak/ibu dan anak, karena tidak
adanya kasih sayang inilah jarak antara keduanya akan semakin jauh.
b. Bersikap terbuka, sehingga akan menimbulkan mental keduanya untuk
menerima saran dan kritik. Selain itu dapat mengakrabkan hubungan,
22

karena hal ini menyebabkan kedua belah pihak mengakui eksistensi,


mengakui dan menyadari akan hak kewajiban masing – masing.
c. Saling percaya dan menghargai, seorang guru yang menaruh
kepercayaan terhadap kemampuan siswanya akan bersikap mau
menghargai dan mendudukan mereka sebagai partner, bukan sebagai
bawahan yang selalu harus menerima perintah.
d. Guru berkesungguhan hati mau membimbing siswa, demikian pula
halnya siswa dengan kesungguhan hati mau dibimbing.
Melihat paparan pendapat di atas bahwa Komunikasi dalam
pendidikan adalah hal penting, karena dalam proses pembelajaran tidak
akan lepas dari komunikasi antara guru dengan siswanya. Antara guru
dengan siswa harus memiliki sikap agar terciptanya komunikasi yang
efektif dalam pembelajaran. Guru dengan siswa harus saling mengenal,
bersikap terbuka, saling percaya, dan paling penting guru harus memiliki
sikap mau bersungguh – sungguh membimbing siswanya, dan siswanya
harus mau dibimbing oleh guru.

B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar yaitu perubahan – perubahan yang terjadu pada diri
siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor (
Susanto, 2013 : 5). Sedangan hasil belajar menurut Anitah (2007 : 2.19)
bahwa hasil belajar adalah kulmulasi dari suatu proses yang telah dilakukan
dalam belajar, kumulasi akan selalu diiringi oleh tindak lanjut. Hasil belajar
harus menunjukan suatu perubahan tingkah laku atau perubahan perilaku
yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan
disadari. Menurut Snelbeker ( dalam Sikumbang, 2012 : 8 ) bahwa
perubahan tingkah laku yang diperoleh siswa setelah melakukan perbuatan
belajar adalah merupakan hasil belajar, karena belajar pada dasarnya
adalah bagaimana perilaku seseorang berubah sebagai akibat dari
pengalaman.
23

Dengan demikian menurut pendapat di atas bahwasanya hasil


belajar secara sederhana yakni hasil kumulatif dari proses belajar yang
sudah dilaksanakan siswa yang mengakibatkan perubahan tidak hanya
pada aspek tingkah laku namun pada semua aspek pengatahuan yang
menyangut dengan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa dan
diiringi oleh tindak lanjut.

2. Macam – macam hasil belajar


Hasil belajar merupakan hasil setelah proses pemebelajaran yang
dilakukan oleh guru. Pada hasil belajar terdapat macam – macam hasil
belajar, menurut Susanto ( 2014 : 6) bahwa hasil belajar meliputi
pemahaman konsep (aspek kognitif ), keterampilan proses (aspek
psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif).
a. Pemahaman konsep
Pemahaman menurut Bloom (dalam susanto, 2014 : 6) diartikan
sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang
dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa
mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan
oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta
mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia
rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia
lakukan,
b. Keterampilan proses
Keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada
pembangunan kemampuan mental, fisik, dan social yang mendasar
sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu
siswa ( Usman& Setiawati dalam Susanto, 2014 : 9). Terdapat enam
aspek keterampilan proses menurut indrawati ( dalam Susanto, 2014 :
9) dibagi menjadi enam aspek, yang meliputi : observasi, klasifikasi,
pengukuran, mengkomunikasikan, memberikan penjelasan atau
intrepetasi terhadap pengamatan, dan melakukan eksperimen.
24

c. Sikap
Sikap menurut Sadirman ( dalam Susanto, 2014 : 11) bahwa sikap
merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara,
metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa
individu – individu maupun objek – objek tertentu.
Sehubungan dengan hasil belajar siswa, sikap ini lebih diarahkan pada
pengertian pemahaman konsep. Dalam pemahaman konsep, maka
domain yang sangat berperan adalah domain kognitif ( Susanto, 2014 :
11).
Menurut pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
didalamnya memuat macam – macam yakni : pemahama konsep yakni
mampu memahami materi yang disampaikan guru dilihat dari hasil
penelitian atau observasi ; keterampilan proses kemampuan
mengkomunikasikan, memberikan penjelasan terhadap pengamatan dan
melakukan eksperimen ; sikap kecederungan pada teknik – teknik tertentu
terhadap dunia sekitarnya baik berupa individu maupun objek tertentu.

3. Faktor – Faktor yang mempengaruhi hasil belajar


Peran guru, apalagi untuk siswa sekolah dasar, tak mungkin dapat
digantikan oleh perangkat lain, seperti televisi, radio, dan computer. Sebab,
siswa adalah organisme yang sedang berkembang yang memerlukan
bimbingan dan bantuan orang dewasa ( Susanto, 2014 : 13). Jadi, hasil
belajar siswa dipengaruhi oleh peran guru disamping oleh perangkat
lainnya Karena siswa yang sedang berkembang masih memerlukan
bimbingan atau bantuan orang dewasa disini yakni adalah guru.
Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa factor, menurut
Anitah (2007 : 2.7) factor – factor tersebut dapat dikelompokan menjadi
dua kelompok yaitu factor dalam diri siswa sendiri (intern) dan factor dari
luar diri siswa (ekstern).
a. Factor dari dalam diri siswa yang berpengaruh pada hasil belajar
diantaranya adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian,
kelemahan dan kesehatan, serta kebiasaan siswa.
25

b. Factor dari luar diri siswa yang memperngaruhi hasil belajar di


antaranya adalah lingkungan fisik dan non fisik ( termasuk suasana kelas
dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan), lingkungan social
budaya, lingkungan keluarga, program sekolah ( termasuk dukungan
komite sekolah), guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah.
Melihat paparan pendapat di atas, dapat disimpulkan bawasanya
faktor – faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar selain tentunya
peran seorang guru dan perangkat lain seperti media pembelajaran yakni
faktor dalam diri ssiwa seperti minat, bakat, dan motivasi serta faktor dari
luar siswa yakni seperti suasana belajar, lingkungan social budaya,
lingkungan keluarga, dan program sekolah yang tentunya beberapa hal
yang sudah disebutkan merupakan faktor berpengaruh pada hasil belajar
siswa.

4. Hasil Belajar Matematika


Matematika menurut Kline bahwa matematika merupakan bahasa
simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif,
tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. Matematika adalah
suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi
manusia; suatu cara menggunkan informasi, menggunakan pengetahuan
tentang bentuk dan ukuran, menggunaan pengetahuan tentang menghitung,
dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri
dalam melihat dan menggunakan hubungan – hubungan.
Hasil belajar adalah perubahan – perubahan yang terjadi pada diri
siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
sebagai hasil dari kegiatan belajar ( Susanto, 2013 : 5 ). Dengan demikian
hasil belajar matematika yakni suatu proses perubahan dalam diri siswa
pada aspek kognitif, afektif, dan psikomor dalam menemukan jawaban
terhadap masalah yang dihadapi manusia.
Melihat paparan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
matematika adalah hasil yang didapatkan setelah proses pembelajaran
terkait cara menggunakan informasi, pengetahuan tentang bentuk dan
26

ukuran, penghitungan sehingga dapat menyelesaikan masalah dalam


kehidupan sehari – hari.

C. Hakikat Pembelajaran Matematika


1. Pengertian Matematika
Kata matematika berasal dari bahasa latin, mathanein atau mathema
yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari,” sedang dalam bahasa
belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan
dengan penalaran ( depdiknas dalam susanto, 2013 : 184 ). Matematika
merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan
berfikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam menyelesaikan
masalah sehari – hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi ( Susanto, 2013 :
185).
Melihat pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa matematika
adalah hal yang dipelajari yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir
dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam menyelesaikan
masalahs ehari – hari, sehingga dapat mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi.

2. Mata Pelajaran Matematika


Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua
jenjang pendidikan, mulai tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi,
bahkan matematika diajarkan di taman kanak – kanak secara informal (
Susanto, 2013 : 183 ). Mata pelajaran matematika juga mengemban misi
untuk pendidikan karakter. Dalam matematika terdapat nilai konsistensi
dalam berfikir logis, pemahaman aksioma kemudian mencari penyelesaian
melalui pengenalan terhadap kemungkinan yang ada ( semua probabilitas
) lalu mengeleminasi terhadap kemungkinan tertentu dan akhirnya
menemukann suatu kemungkinan yang pasti akan membawa kepada
jawaban yang benar.
27

Melalui matematika dapat ditanamkan sikap kejujuran, siswa


diajarkan untuk tidak salah melakukan operasi hitungnya, jangan sampai
terjadi manipulasi data yang saat ini sangat marak dan menjadi tren
dinegara kita dengan mark-up dan korupsinya. Guru matematika bias
membuat contoh – contoh melalui penilaian afektif atau sikap, baik sikap
siswa dalam menghadapi dan mengikuti pelajaran yang bersangkutan
maupun sikap siswa dalam menyerap nilai – nilai yang ditanamkan pada
materi pelajaran tersebut ( Zubaedi, 2011 : 296 ).
Menurut pendapat di atas dengan demikian yang dimaksud dengan
mata pelajaran matematika adalah suatu disimplin ilmu yang di dalamnya
terdapat nilai konsistensi berfikir logis, pemahaman aksioma yang
kemudian dicari melalui pengenalan terhadap kemungkinan yang ada
hingga akhirnya menemukan suatu kemungkinan yang pasti akan
membawa pada jawaban.

3. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran menurut sudjana (dalam Dirman & Juarsih,, 2014 : 7
– 8) bahwa pembelajaran adalah setiap usaha yang sematik dan sengaja
untuk menciptakan kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu
antara peserta didik ( warga belajar ) dan pendidik ( sumber belajar ) yang
melakukan kegiatan membelajarkan. Sedangkan menurut damayanti
(dalam susanto, 2013 : 186 ) bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru
yang terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar
secara aktif, menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang
dibangun oleh guru untuk mrngembangkan kreativitas berfikir siswa yang
dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan
kemampuan kontruksi siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan
pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik
terhadap materi matematika. Pada proses pembelajaran matematika baik
guru maupun siswa bersama – sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan
pembelajaran ( Susanto, 2013 : 187 ).
28

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu


melibatkan seluruh siswa secara aktif, kualitas pembelajaran dapat dilihat
dari segi proses dan dari segi hasil. Seseorang dikatakan belajar
matematika apabila pada diri seseorang tersebut terjadi suatu kegiatan yang
dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan
matematika. Perubahan tersebut terjadi dari tidak tahu sesuatu menjadi
tahu konsep matematika, dan mampu menggunakannya dalam materi
lanjut atau dalam kehidupan sehari – hari ( Susanto, 2013 : 188 ).
Menurut pendapat dari beberapa teori maka dapat disimpulkan
bahawa pembelajaran matematika adalah suatu proses pemebelajaran yang
dibangun oleh guru untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa
dalam mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan
penguasaan yang baik terhadap materi matematika. Seseorang dapat
dikatakan belajar matematika jika setelah pembelajaran mengakibatkan
perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika.

4. Pembelajaran matematika disekolah MI/SD


Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar
menagajar yang menggandung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan,
kegiatan tersebut adalah belajar dan mengajar. Kedua aspek ini akan
berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi
interkasi antara siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa, dan antara
siswa dengan lingkungan di saat pembelajaran matematika sedang
berlangsung ( Susanto, 2013 : 187 ).
Bidang studi matematika yang diajarkan di SD mencakup tiga
cabang, yaitu aritmetika, aljabar, dan geometri. Menurut Dali S. Naga
artimetika atau berhitung adalah cabang matematika yang berkenaan
dengan sifat hubungan- hubungan bilangan nyata dengan perhitungan
mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian. Penggunaan bilangan sering diganti dengan abjad dalam
aritmetika ialah yang kemdudian disebut aljabar. sedangkan geometri
29

menurut Aleks Maryunis adalah cabang matematika yang ebrkenaan


dngan titik dan garis ( Abdurrahman, 2012 :203 ).
Anak usia SD/MI sedang mengalami perkembangan dalam tingkat
berfikirnya, ini karena tahapan berfikir mereka masih belum formal,
malahan para siswa SD/MI di kelas – kelas rendah bukan tidak mungkin
sebagian dari mereka berpikirnya masih berada pada tahapan ( pra konkret
). Selain tahap perkembangan berpikir anak – anak SD/MI belum formal
dan relative masih konkret ditambah lagi keanekaragaman intelegensinya,
serta jumlah populasi siswa SD/MI yang besar dan ditambah lagi wajib
belajar 9 tahun, maka factor – factor ini hatrus diperhatikan agar proses
pembelajaran matematika di SD/MI dapat berhasil. Matematika bagi
siswa SD/MI berguna untuk kepentingan hidup dalam lingkunganya,
untuk mengembangkan pola pikirnya, dan untuk mempelajari ilmu – ilmu
yang kemudian. ( Karso dkk, 2008 : 1.4 ).
Kesulitan belajar matematika disekolah dasar menurut Sikumbang
( 2014 : 188) oleh anak berkesulitan matematika yakni : kelemahamn
dalam menghitung, kesulitan dalam mentransfer pengetahuan,
pemahaman bahasa matematika yang kurang, dan kesulitan dalam
persepsi visual. Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar
menurut Susanto ( 2013 : 189 ) adalah agar siswa mampu dan terampil
menggunakan matematika. Selain itu juga, dengan pembelajaran
matematika dapat memebrikan tekanan penatran nalar dalam penerapan
matematika. Menurut Depdiknas ( dalam Susanto, 2013 : 189 ),
kompetensi atau kemampuan umum pembelajaran matematika di sekolah
dasar sebagai berikut :
a. Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian berserta operasi hitung campurannya, termasuk yang
melibatkan pecahan.
b. Menentukan sifat dan unsur sebagai bangun datar dan bangun ruang
sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas, dan volume.
c. Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan system koordinat.
30

d. Menentukan pengukuran: satuan, kesetaraan antarkesatuan, dan


penaksiran pengukuran.
e. Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti : ukuran
tertinggi, terendah, rata – rata, modus, mengumpulkan, dan
menyajikan.;
f. Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan
mengkomunikasikan gagasan secara matematika.
Melihat pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran matematika di SD/MI adalah proses yang didalam
pembelajaranya guru mengkontruksi pengetahuan siswa untuk
memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengkomunikasikan
gagasan secara matematika.

D. Komunikasi Guru dengan Siswa dalam Pembelajaran Matematika


Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu cara untuk
menyampaikan suatu pesan kepada penerima pesan untuk memberitahu,
pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tidak langsung
melalui media. Tentunya dalam proses pembelajaran akan selalu terjadi
peristiwa saling berhubungan atau komunikasi antara pemberi pesan (guru)
yang memiliki sejumlah unsure dan pesan yang ingin disampaikan, serta cara
penyampaian pesan kepada siswa sebagai penerima pesan ( Susanto, 2013 : 213
– 214 ).
Pembelajaran menurut Susanto ( 2013 : 185 – 186 ) adalah komunikasi
dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan
belajar dilakukan oleh peserta didik. Pembelajaran di dalamnya mengandung
makna belajar dan mengajar, atau merupakan kegiatan belajar mengajar.
Sedangkan matematika merupakan ide – ide abstrak yang berisi simbol –
simbol, makna konsep – konsep matematika harus dipahami terlebih dahulu
sebelum memanipulasi symbol – symbol itu. Guru sebagai ujung tombak dalam
pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam
proses pembelajaran.
31

Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yang


menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan)
kepada seeseorang atau sekelompok orang (penerima pesan). Pesan yang
disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang diorganisir dan disusun
dengan tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dalam proses komunikasi guru
berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai penerima pesan (
Sumantri S, 2015 : 349). Dalam konteks pembelajan matematika yang berpusat
pada siswa, pemberi pesan tidak terbatas oleh guru saja melainkan dapat
dilakukan oleh siswa maupun media lain, sedangkan unsur dan pesan yang
dimaksud adalah konsep – konsep matematika, dan cara menyampaikan pesan
dapat dilakukan baik melalui lisan maupun tulisan ( 2013 : 214 ). Karena
komunikasi dalamproses pemebelajaran merupakan kegiatan interkasi, untuk
dikatakan interkasi edukatif maka harus memiliki ciri – ciri pada kegiatan
interkasinya. menurut Djamarah (2010 : 11 – 12) interaksi edukatif memiliki
ciri –ciri sebagai berikut :
a. komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah. Menempatkan guru
sebagai pemberi aksi dan anak didik sebagai penerima aksi. Guru aktif,
dan peserta didik pasif. Mengajar dikatakan sebagai kegiatan
penyampaian bahan pengajaran. Menurut pendapat tersebut, adakalanya
pembelajaran yang harus membuat guru saja yang aktif, seperti
contohnya pada pembelajaran matematika pada materi oprasi hitung
campuran, diisitu guru harus aktif memberikan penjelasan bagaimana
cara menghitung campuran, karena dirasa sulit untuk siswa melakukan
operasi hitung campuran. Maka pada saat seperti itu sangat cocok untuk
diadakanya komunikasi satu arah.
b. Komunikasi sebagai interkasi atau komunikasi dua arah, guru perperan
sebagai pemberi aksi atau penerima aksi. Demikian pula halnya anak
didik, bisa sebagai penerima aksi, bisa pula sebagai pemberi aksi. Antara
guru dan anak akan terjadi dialog. Menurut pendapat tersebut, maka
dalam pembelajaran cocok digunakan komunikasi dua arah antara guru
dengan siswa. Seperti contoh pada pembelajaran matematika materi
oprasi pecahan, disamping guru menjelaskan mareri tetapi ada saatnya
32

guru bertanya pada siswa, dan siswa bertanya kepada guru. Karena pada
materi ini menggunakan media konkret sehingga cocok dilakukan
komunikasi dua arah.
c. Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah,
komunikasi tidak hanya terjadi antara guru dan anak didik. Anak didik
dituntut lebih aktif dari pada guru, dapat berfungsi sebagai sumber
belajar bagi anak didik lain. Menurut pendapat tersebut, maka dalam
pembelajaran mengharuskan adanya komunikasi banyak arah
“multiarah”, seperti pada pembelajaran matematika materi jarring –
jarring kubus dan balok, pada materi ini siswa dituntut berperan aktif
untuk memberikan penjelasan dan contoh di depan kelas ataupun
kelompok belajarnya. Karena pada materi ini akan baik hasilnya jika
dilakukan metode demonstrasi. Sehinga komunikasi multiarah sangat
cocok.
Proses pembelajaran matematika , berkomunikasi dengan menggunakan
komunikasi matematis ini perlu ditumbuhkan, sebab salah satu fungsi pelajaran
matematika yaitu cara mengomunikasikan gagasan secara praktis, sistematis,
dan efesien (Susanto, 2013 : 217). Komunikasi merupakan bagian terpenting
dari pendidikan matematika. Adapun menurut Sumarno ( dalam Susanto, 2013
: 215) kemampuan komunikasi siswa dapat dilihat dari kemampuan mereka
dalam hal – hal ,sebagai berikut :
1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide
matematika.
2. Menjelasakan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan dan tulisan
dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar.
3. Menyatakan peristiwa sahari – hari dalam bahasa atau simbol matematika.
4. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.
5. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tetulis.
6. Membuat konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi, dan
generalisasi.
7. Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah
dipelajari.
33

Komunikasi dengan peserta didik dalam pembelajaran adalah hubungan


atau interkasi antara guru/pendidik dengan peserta didik pada saat proses
pembelajaran, atau dengan istilah lain yaitu hubungan akif dua arah antara
pendidik dengan peserta didik ( Dirman & Juarsih, 2014 : 49 ). Agar komunikasi
matematika berjalan dan berpesan dengan baik, maka diciptakan suasana yang
kondusif dalam pembelajaran agar dapat mengoptimalkan kemampuan siswa
dalam komunikasi sistematis. Siswa sebaikanya diorganisasikan ke dalam
kelompok – kelompok kecil yang dapat dimungkinkan terjadinya komunikasi
multi arah yaitu komunikasi siswa dengan siswa dalam satu kelompok (
Susanto, 2013 : 218).
Komunikasi dalam pembelajaran matematika yakni proses penyampaian
pesan dari guru ( sumber pesan ) kepada siswa ( penerima pesan) yang berisi
ide – ide abstrak , simbol – symbol, makna konsep matematika yang harus
dipahami oleh siswa. Untuk itu guru sebaiknya mampu menciptakan suasana
kondusif agar interkasi antara guru dengan peserta didik berjalan dengan baik
dan optimal.

E. Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan acuan dan refrensi serta untuk menghindari
kesalahpahaman akan kesamaan hasil karya penelitian, peneliti juga mendapati
beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan dalam hal komunikasi
walikelas ( guru ) dengan orang tua , yaitu :
1. Skripsi yang di tulis oleh Luqman Haqi 2015 yang berjudul “Pengaruh
komunikasi antara guru dengan siswa terhadap motivasi belajar siswa
kelas v mi matholi’ul huda 02 troso jeparaTahun pelajaran 2015” yang
berisi tentang komunikasi antara guru dengan siswa terhadap motivasi
belajar pada siswa. Masalah yang diangkat pada skripsi tersebut apakah
komunikasi antara guru dengan siswa berpengaruh terhadap motivasi
belajar siswa pada kelas V di MI Matholi’ul Huda 02 Jepara Tahun
Pelajaran 2015. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitan lapangan
(field research) dengan pendekatan kuantitatif. Dengan hasil penelitian
bahwa ada pengaruh Positif antara komunikasi guru dengan siswa terhadap
motivasiBelajar siswa kelas v mi matholi’ul huda 02 jepara. Hal ini Dapat
34

diketahui dari hasil freg sebesar 19,57 dengan perbandingan 5% sebesar


4,105 hipotesis diterima jika freg ˃ ftabel, pada taraf 5% Maka
freg. Signifikan. Sedangkan besar pengaruh komunikasi Antara guru
dengan siswa terhadap motivasi belajar siswa kelas v Mi matholi’ul huda
02 jepara yaitu 34,6% Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat
Pengaruh yang positif dan signifikan antara komunikasi guru Dengan siswa
terhadap motivasi belajar siswa kelas. (Luqman Haqi, “Pengaruh
komunikasi guru dengan siswa terhadap motivasi belajar siswa kelas v di
MI Mathol’ul Huda 02 Jepara Tahun Pelajaran 2015” Skripsi ( Semarang:
UIN Walisongo, 2015).
2. Skripsi yang ditulis oleh Halimatu Khariun Nisa 2016 yang berjudul “
komunikasi dalam interaksi guru dengan siswa pada pembelajaran tematik
1B MIN Tempel Yogyakarta” yang berisi tentang komunikasi dalam
interkasi guru dengan siswa pada pembelajaran tematik 1B MIN Tempel
Yogyakarta, masalah yang diangkat pada skripsi tersebut adalah
bagaimana komunikasi pembelajaran guru dengan siswa yang terjadi
dikelas 1B MIN Tempel Yogyakarta yang memiliki tujuan untuk
mengungkapkan bagaimana komunikasi pembelajaran pada proses
pembelajaran tematik yang terjadi di MIN Tempel Yogyakarta. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan ( field Research)
dengan menggunakan metode observasi serta teknik pengumpulan data
yang menggunakan wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Pada
hasil penelitian ini menyatakan bahwa bentuk komunikasi pembelajaran
guru dengan siswa meliputi bentuk komunikasi publik, komunikasi
kelompok, komunikasi interpersonal dan komunikasi media. Adapun
bentuk komunikasi yang lebih dominan sekitar 70 % terjadi pada proses
pembelajaran di kelas 1B MIN Tempel Yogyakarta. ( Halimatu Khairun
Nisa,”Komunikasi dalam Interkasi Guru dengan Siswa Pada
Pembelajaran Tematik 1B MIN Tempel Yogyakarta” Skripsi ( Yogyakarta
: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016).
3. Skripsi yang ditulis oleh Nur Azizah 2015 yang berjudul “ Pengaruh
Komunikasi antara Guru dengan Siswa Terhadap Perkembangan Motivasi
35

Belajar Siswa kelas VI MI Tarbiyatul Ulum Bulungan 2 Jepara Tahun


pelajaran 2014/2015” yang berisi tentang pengaruh komunikasi anatar guru
dengan siswa terhadap perkembangan motivasi belajar siswa masalah yang
diangkat pada skripsi tersebut adalah adakah pengaruh komunikasi guru
dengan siswa terhadap perkembangan belajar siswa kelas IV MI Tarbiyatul
Ulum Bulungan 2 Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini pada
skripsi menggunakan jenis penelitian lapangan (Field Research) dengan
metode penelitian kuantitatif. Pada skripsi tersebut hasil penelitian
menyataka bahwa adanya pengaruh komunikasi antara guru dengan siswa
MI Tarbiyatul Ulum Bulungan 2 Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 dapat
diterima dengan 39,41 % variasi perkembangan motivasi belajar (Y) dapat
dijelaskan oleh komunikasi guru dengan siswa. ( Nur Azizah, “ Pengaruh
Komunikasi antara Guru dengan Siswa Terhadap Perkembangan Motivasi
Belajar Siswa Kelas VI MI Tarbiyatul Ulum Bulungan 2 Jepara Tahun
Pelajaran 2014/2015I” Skripsi ( Jepara : UIN Nahdatul Ulama Jepara,
2015).

F. Kerangka Berfikir
Komunikasi adalah bagian terpenting dalam kehidupan manusia, agar
terjadinya suatu interaksi sosial antar sesama manusia. Menurut Widjaja (2010
: 8 ) bahwa komunikasi akan dapat berhasil baik apabila sekiranya timbul saling
pengertian, yaitu jika kedua belah pihak si pengirim dan si penerima informasi
dapat memahami. Komunikasi juga termasuk kedalam ranah psikologi, karena
menyangkut interaksi dengan sesama manusia. Menurut Syam ( 2011 : 41 )
bahwa komunikasi adalah peristiwa sosial, pristiwa yang terjadi ketika manusia
berinteraksi dengan manusia lain. Peristiwa sosial secara psikologis membawa
kita pada psikologi sosial. Pendekatan psikologi sosial juga pendekatan
psikologi komunikasi. Untuk itu komunikasi yang baik akan menyampaikan
pesan dari komunikator yakni guru ke komunikan yakni siswa sehingga dapat
berpengaruh besar terhadap hasil belajar siswa. Pada dasarnya tujuan
komunikasi yakni merubah perilaku individu setelah menerima pesan , untuk
itu komunikasi antara guru dengan siswa pada proses pembelajaran amat
36

penting karena jika komunikasi berjalan dengan baik maka akan merupah
perilaku siswa sehingga akan berdampak terhadap hasil belajar siswa itu sendiri.
Menurut Oemar Hamalik ( 2007 : 28 ) bahwa didepan anak – anak , guru
adalah seorang yang memiliki otoritas, bukan saja otoritas dalam bidang
akademis, melainkan juga dalam bidang non akademis. Guru haruslah mampu
berkomunikasi baik dengan siswa, karena guru memiliki peranan penting dalam
menyampaikan materi dan bimbingan kepada siswa, agar materi dan bimbingan
tersampaikan dengan baik maka guru haruslah memiliki kemampuan
berinteraksi melalui komunikasi dengan siswa.
Seorang guru merupakan individu yang mengarahkan siswa kearah yang
lebih baik, untuk itu guru harus mempunyai kemampuan komunikasi yang baik,
yakni dalam berkomunikasi guru sebaiknya bersikap terbuka, sabar, ramah, dan
penuh pengertian kepada siswa agar siswa mau untuk mengemukakan
pendapatnya kepada guru. Dengan demikian akan terjadi hubungan interaksi
komunikasi guru dengan siswa yang baik dan semesetinya. Betapa pentingnya
kontribusi guru dalam berinteraksi berkomunikasi dikelas dengan siswa dalam
proses pembelajaran maupun diluar proses pembelajaran, untuk itu guru harus
luwes, ramah, bersikap terbuka, dan penuh pengertian dalam membangun
komunikasi dengan siswa. jika komunikasi yang terjalin baik maka akan
berpengaruh baik terhadap hasil belajar siswa. Sebaiknya komunikasi menjadi
kebutuhan guru maupun siswa dalam proses pembelajaran, demi ketercapaian
hasil belajar yang baik. Dengan melihat beberapa teori di atas dapat
disimpulkan dalam kerangka berfikir yang menunjukan dua variabel diatas
variabel independen dan variabel dependen ( sugiyono, 2010 : 66 ) yaitu
komunikasi guru dengan siswa ( varabel X ) dengan hasil belajar ( variabel Y )
37

Kerangka Pemikiran

Kondisi awal
Guru : belum Hasil
Sebelum Komunikasi
menggunakan belajar
menggunakan Guru
komunikasi komunikasi matematika
efektif Satu arah
efektif kelas IV
rendah

Siswa

Sudah Guru : sudah


menggunakan menggunakan Komunikasi
komunikasi komunikasi guru efektif
efektif Hasil belajar
efektif
matematika
kelas IV
Meningkat

Komunikasi
siswa kepada
guru

Diduga melalui “X” dapat


Kondiri Akhir mempengaruhi “Y” Pada mata
pelajaran matematika di kelas IV
SDN 1 Silih Asih
38

G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta – fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data ( Sugiyono, 2010 : 96). Pada
penelitian guna mengetahui pengaruh komunikasi guru dengan siswa terhadap
hasil belajar matematika peneliti dapat menduga bahwa :

Ha : Terdapat adanya pengaruh komunikasi guru dengan siswa


terhadap hasil belajar pada mata pelajaran matematika di kelas IV
SDN 1 Silih Asih

H0 : Tidak terdapat adanya pengaruh komunikasi guru dengan siswa


terhadap hasil belajar pada mata pelajaran matematika di kelas IV
SDN 1 Silih Asih

Anda mungkin juga menyukai