Anda di halaman 1dari 39

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

GEOFISIKA EKSPLORASI
METODE GEOFISIKA

TUGAS

OLEH :
TURIBIUS WAHYU
D061191060

GOWA
2021
BAB I

GEOFISIKA EKSPLORASI

Geofisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari fenomena alam,

pengukuran dan karakterisasi serta penggunaannya untuk pencarian suberdaya

alam, khususnya ditinjau dari aspek-aspek fisika, geologi dan matematika. Dobrin

(1988) dalam bukunya yang berjudul Introduction to Geophysical Prospecting,

menyatakan bahwa pelacakan geofisika meruoakan suatu seni tentang pencarian

deposit-deposit tersembunyi. Pengertian Geofisika Ekplorasi menurut Serrif

(1973) merupakan penggunaan metode gravitasi, seismik, kemagnetan, kelistrikan

dan elektromagnetik untuk pencarian sumber daya geologi.

Perbedaan umum antara geologi dan geofisika terletak pada jenis data dan

metode pengukurannya. Geologi melakukan pengamatan atau penelitian di

permukaan bumi dengan cara langsung di lapangan pada batuan secara langsung

baik dari singkapan batuan yang ditemui di lokasi maupun dari hasil data

pengeboran serta menganalisis struktur, komposisi bahkan sejarah batuan atau

gejala geologi itu terjadi di masa lampau. Sedangkan geofisika mempelajari bumi

melalui sifat-sifat fisikanya di bawah permukaan bumi yang tidak dapat terlihat

langsung dengan melakukan pengukuran menggunakan instrumen tertentu di atas

permukaan bumi. Data hasil pengukuran kemudian diinterpretasi menjadi sebuah

model geologi untuk mendapatkan informasi tentang struktur dan komposisi

lapisan di bawah permukaan bumi.


BAB II
METODE GEOFISIKA

A. GEOLISTRIK

Geolistrik adalah salah satu metode eksplorasi geofisika untuk menyelidiki


keadaan bawah permukaan dengan menggunakan sifat-sifat kelistrikan batuan. Sifat-sifat
kelistrikan tersebut adalah tahanan jenis (specific resistivity, conductivity, dielectrical
constant, kemampuan menimbulkan self potential dan medan induksi serta sifat
menyimpan potensial dan lain-lain.

 Sejarah
Perkembangan eksplorasi geolistrik menorehkan sejarah yang paling unik
diantara seluruh eksplorasi geofisika, keunikannya terletak pada perkembangan
dari metode-metodenya yakni metodenya terbagi-bagi dalam beberapa mazhab
(school) namun sumber dasar teori yang dimilikinya sama. Perbedaannya hanya
terletak pada tata cara kerja (konfigurasi elektroda, interpretasi), alat yang
digunakan (namun sebenarnya tiap alat dapat digunakan untuk mazhab apapun
tetapi elektroda yang digunakan mempengaruhi daya penetrasi alat yang
disebabkan oleh perbedaan konfigurasinya) dan data prossessing.
Pelopor yang mula-mula memakai cara geofisika maksud eksplorasi adalah :
Gray dan Wheeler tahun 1720, Watson tahun 1746, Robert W. Fox tahun 1789-
1877, dan Conrad Schlumberger dan R.C. Well.
Sedangkan perkembangan peralatannya dimuali dari peralatan geolistrik yang
berada dalam truk sampai pada alat geolistrik yang memiliki ukuran sebesar tas
kecantikan. Pada abad ke 20 pengolahan data untuk tahanan jenis juga
berkembang yaitu Orellan E. dan Mooney H.M., (1996), Bhattachary P.K. dan
Patra H.P., (1968), Rijkkswaterstaat, Netherlan (1975) dan Zohdy, A.A.R (1975)
membuat kurva baku dan kurva tambahan. Perkembangan dalam penafsiran
lengkungan tahanan jenis dengan pembuatan perangkat lunak dilakukan mulai
dari Matching Curve sampai perangkat lunak VESPC, RESINT 53, GRIVEL,
RESIX dan IP2Win.
 Jenis Alat
1) Resistivitas
2) induksi polarisasi
3) potesial diri,
4) elektromagnetik, dan
5) radar.
 Kelebihan dan kekurangan
Kelebihan metode geolistrik antara lain :
• Relatif lebih murah
• Bersifat non dekstruktif
• Instrumen yang ideal, gravimeter kecil dan portable
Kekurangan metode geolistrik yaitu :
Kelemahan dari metode ini adalah tidak bisa mendeteksi homogenitas
batuan di dekat permukaan yang bisa berpengaruh terhadap hasil
perhitungan. selain itu, metode ini membutuhkan biaya yang lebih mahal
jika dibandingkan dengan konfigurasi yang lain karena setiap berpindah,
maka kabel harus diganti dengan yang lebih panjang.
 Tahapan pengambilan data
Konfigurasi
Pengukuran geolistrik berhubungan dengan geometri susunan elektroda
arus dan potensial yang digunakan saat akuisisi. Metode geolistrik terdiri
dari beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4 buah elektrodanya terletak
dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda AB dan MN yang simetris
terhadap titik pusat pada kedua sisi yaitu konfigurasi Wenner dan
Schlumberger. Setiap konfigurasi mempunyai metoda perhitungan
tersendiri untuk mengetahui nilai ketebalan dan tahanan jenis batuan di
bawah permukaan.
Konfigurasi Wenner
Pengukuran ini dilakukan dengan cara meletakkan titik titik elektroda
dengan beda jarak satu sama lain yang sama. Elektroda yang bersebelahan
akan berjarak sama (AM = MN = NB = a). Konfigurasi ini memiliki
kelebihan dalam ketelitian pembacaan karena memiliki nilai eksentrisitas
yang tidak terlalu besar atau bernilai sebesar 1/3.
Konfigurasi Schlumberger
konfigurasi schlumberger biasanya digunakan untuk sounding, yaitu
pengambilan data yang difokuskan secara vertikal. Kelebihan dari
konfigurasi ini adalah dapat mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan
batuan pada permukaan dengan cara membandingkan nilai resistivitas
semu ketika shifting. Sedangkan kelemahannya adalah pembacaan pada
elektroda MN kecil ketika AB berada sangat jauh, hampir melewati batas
eksentrisitasnya.
Konfigurasi Dipole-Dipole
Pengukuran ini dilakukan dengan cara yang sangat berbeda dengan dua
konfigurasi diatas. Elektroda potensial diletakkan berjauhan dengan jarak
na dari elektroda arus.
 Software yang digunakan
1. IP2Win
IP2Win adalah program untuk mengolah dan menginterpretasi data
geolistrik 1 dimensi (1-D). Jenis konfigurasi yang digunakan dapat
berupa Schlumberger, Wenner-α, Wenner-β, Dipole-Dipole, Pole-Pole,
dsb.
2. SEISMIK REFAKSI
Seismik refraksi adalah salah satu metode geofisika eksplorasi yang
menggunakan sifat pembiasan gelombang seismik untuk mempelajari keadaan
bawah permukaan. Asumsi dasar yang digunakan menggunakan pendekatan
bahwa batas – batas perlapisan batuan merupakan bidang datar dan miring,
terdiri dari satu lapis atau banyak lapis, serta kecepatan seismik bersifat seragam
pada setiap lapisan.
 Sejarah
Sejarah Eksperimen seismik aktif pertama kali dilakukan pada tahun 1845
oleh Robert Mallet yang oleh kebanyakan orang dikenal sebagai bapak
seismologi instrumentasi. Mallet mengukur waktu transmisi gelombang
seismik, yang dikenal sebagai gelombang permukaan, yang dibangkitkan
oleh sebuah ledakan. Mallet meletakkan sebuah wadah kecil berisi merkuri
pada beberapa jarak dari sumber ledakan dan mencatat waktu yang
diperlukan oleh merkuri untuk beriak. Pada tahun 1909, Andrija
Mohorovicic menggunakan waktu jalar dari sumber gempa bumi untuk
eksperimennya dan menemukan bidang batas antara mantel dan kerak bumi
yang sekarang disebut sebagai Moho. Pemakaian awal observasi seismik
untuk eksplorasi minyak dan mineral dimulai pada tahun 1920an. Teknik
seismik refraksi digunakan di Iran untuk membatasi struktur yang
mengandung minyak. Sekarang seismik refleksi merupakan metode terbaik
yang digunakan dalam eksplorasi minyak bumi.
 Jenis Alat
Pengukuran Seismik Refraksi biasanya menggunakan dinamit, weigth drop
dan palu godam sebagai sumber getarannya. Sumber getaran dihubungkan
dengan trigger yang tersambung dengan alat perekam sinyal (recorder). Alat
perekam sinyal 9recorder) dihubungkan juga dengan geophone, yaitu alat
yang peka terhadap getaran. Banyaknya geophone yang akan terpasang
tergantung dengan jenis alat perekam refraksinya terdiri dari satu channel, tiga
channel atau 24 channel.
Alat-alat yang biasa digunakan untuk pengukuran seismik refraksi adalah :

1. Sumber Getaran (Palu, Weight Drop atau Dinamit)


2. Trigger (Penghubung sumber getaran dan pencatat getaran)
3. Perekam dan Display
4. Geophone
5. Alat Ukur satuan Panjang
6. Peta Lapangan
7. Peralatan Komunikasi
8. Kompas
9. Lembar Data Lapangan
 Kelebihan dan kekurangan
Adapun kelebihan dari metode seismik refraksi adalah:
 Pengamatan refraksi membutuhkan lokasi sumber dan penerima yang
kecil, sehingga relatif murah dalam pengambilan datanya.
 Prosesing refraksi relatif simpel dilakukan kecuali proses filtering untuk 3.
memperkuat sinyal first berak yang dibaca.
 Pengembangan model untuk interpretasi tidak terlalu sulit dilakukan
seperti metode geofisika lainnya karena pengambilan data dan lokasi yang
cukup kecil.
Adapun kekurangan dari metode seismik refaksi adalah:
 Dalam pengukuran yang regional, seismik refraksi membutuhkan offset
yang lebih lebar.
 Dalam pengukuran yang regional, seismik refraksi membutuhkan offset
yang lebih lebar
 Seismik bias biasanya diinterpretasikan dalam bentuk lapisan-lapisan.
Masing-masing lapisan memiliki dip dan topografi.
 Seismik bias hanya menggunakan waktu tiba sebagai fungsi jarak (offset).
 Model yang dibuat didesain untuk menghasilkan waktu jalar teramati.
 Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran seismik refraksi adalah berupa
data waktu penjalaran gelombang yang terekam oleh geophone. Kemudian
data tersebut dipadukan dengan data offset geophone sehingga menghasilkan
data kecepatan penjalaran gelombang seismik tiap lapisan dan data ketebalan
lapisan. Untuk mengetahui berapa lapisan yang ada di bawah permukaan,
menggunakan grafik hubungan antara offset geophone dan waktu penjalaran
gelombang. Namun di bawah permukaan bumi ini tidak seluruhnya lapisan
berbentuk horizontal melainkan ada pula yang miring atau bahkan
berundulasi. Untuk lapisan miring dan berundulasi pada pengukuran seismik
refraksi dapat digunakan beberapa metode untuk memudahkan dalam
interpretasi data, di antaranya sebagai berikut.
1. Metode Intercept Time
2. Metode Plus/Minus
3. Metode Hagiwara

3. SEISMIK REFLEKSI

Metode seismik  refleksi mengukur waktu yang diperlukan


suatu impuls suara untuk melaju dari sumber suara, terpantul oleh batas-
batas formasi geologi, dan kembali ke permukaan tanah pada suatu geophone.
Analisis yang dipergunakan dapat disamakan dengan echo sounding pada
teknologi bawah air, kapal, dan sisitem radar. Informasi tentang medium juga
dapat diekstrak dari benuk dan amplitudo gelombang pantul yang direkam.
Metode seismik refleksi banyak dimanfaatkan untuk keperluan Explorasi
perminyakan, penetuan sumber gempa ataupun mendeteksi struktur lapisan tanah.
Metode seismik refleksi merupakan metode geofisika aktif yang
memanfaatkan sumber seismik buatan (dapat berupa ledakan, pukulan, dll).
Setelah gelombang buatan tersebut diberikan, maka gelombang tersebut akan
merambat melalui medium tanah/batuan di bawah permukaan, dimana perambatan
gelombang tersebut akan memenuhi hukum-hukum elastisitas ke segala arah dan
mengalami pemantulan maupun pembiasan sebagai akibat dari adanya perbedaan
kecepatan ketika melalui pelapisan medium yang berbeda. Pada jarak tertentu di
permukaan, gerakan partikel tersebut direkam sebagai fungsi waktu. Berdasarkan
data rekaman tersebut selanjutnya dapat diperkirakan bentuk lapisan/struktur
bawah permukaan.
Bumi sebagai medium rambat gelombang seismik tersusun dari perlapisan
batuan yang memiliki sifat fisis yang berbeda-beda, terutama sifat fisis densitas
batuan (ρ) dan cepat rambat gelombang (v). Sifat fisis tersebut adalah sifat fisis
yang mempengaruhi refleksivitas seismik. Dengan berdasar konsep tersebut
sehingga dapat dilakukan perkiraan bentuk lapisan/struktur bawah permukaan.
Penerapan konsepnya kemudian disebut sebagai Impedansi Akustik, dimana
sebagai karekteristik akustik suatu batuan dan merupakan perkalian antara
densitas dan cepat rambat gelombang pada medium, yang dinyatakan sebagai :

Apabila terdapat dua lapisan batuan yang saling berbatasan


dan memiliki perbedaan nilai impedansi akustik, maka refleksi gelombang
seismik dapat terjadi pada bidang batas antara kedua lapisan tersebut. Besar nilai

refleksi yang terjadi kemudian dinyatakan sebagai Koefisien Refleksi :


Gambar 1.3 Skema pemantulan gelombang seismik pada batas dua medium
berbeda nilai AI-nya.

Koefisien refleksi menunjukkan perbandingan amplitudo (energi)


gelombang pantul dan gelombang datang, dimana semakin besar amplitudo
seismik yang terekam maka semakin besar koefisien refleksinya.

Gambar 1.4 Ilustrasi survey metode seismik.

Gambar 1.5 Seismik refleksi

a) Kelebihan dan Kekurangan Seismik Refleksi

Adapun kelebihannya yaitu:

 Pengukuran seismik pantul menggunakan offset yang lebih kecil


 Seismik pantul dapat bekerja bagaimanapun perubahan kecepatan sebagai
fungsi kedalaman
 Seismik pantul lebih mampu melihat struktur yang lebih kompleks
 Seismik pantul merekan dan menggunakan semua medan gelombang yang
terekam.

Adapun kelemahannya yaitu:

 Karena lokasi sumber dan penerima yang cukup lebar untuk memberikan
citra bawah permukaan yang lebih baik, maka biaya akuisisi menjadi lebih
mahal.
 Prosesing seismik refleksi memerlukan komputer yang lebih mahal, dan
sistem data base yang jauh lebih handal.
 Karena banyaknya data yang direkam, pengetahuan terhadap database
harus kuat, diperlukan juga beberapa asumsi tentang model yang kompleks
dan interpretasi membutuhkan personal yang cukup ahli.

b) Pengukuran Metode Seismik Refleksi

Kegiatan survey seismik (eksplorasi) dapat dikelompokkan dalam tiga


serangkaian kegiatan/tahapan utama, yaitu :

1. Akuisisi Data Seismik


Akuisisi data seismik, tidak lain adalah tahapan pengukuran guna
mendapatkan data seismik berkualitas baik di lapangan. Data seismik yang
diperoleh dari tahapan ini akan menentukan kualitas hasil tahapan berikutnya.
Sehingga, dengan data yang baik akan membawa hasil pengolahan yang baik pula,
dan pada akhirnya, dapat dilakukan interpretasi yang akurat, yang
menggambarkan kondisi bawah permukaan sebagaimana mestinya. Untuk
memperoleh data berkualitas baik perlu diperhatikan pemilihan desain survey dan
beberapa faktor terkait. Dalam eksplorasi minyak dan gas bumi pada khususnya,
ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan yang akan mempengaruhi
kegiatan survey, termasuk juga kualitas data, yaitu : a. Kedalaman jebakan
hidrokarbon yang menjadi target b. Resolusi vertikal c. Kualitas refleksi pada
batuan d. Sumber gangguan/noise yang dominan Ciri-ciri jebakan hidrokarbon a.
Kemiringan target paling curam b. Kemungkinan adanya proses lain yang perlu
dilakukan Medan pengukuran seismik mencakup pengukuran di darat, di laut, dan
di lingkungan transisi. Selain itu, survey seismik juga dapat dilakukan secara 2
dimensi maupun 3 dimensi. Masing-masing kondisi tersebut akan memerlukan
desain survey dan teknologi yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan
tujuannya.

2. Pengolahan Data Seismik


Pengolahan data seismik, pada dasarnya dimaksudkan untuk mengubah
data seismik lapangan yang terekam menjadi suatu penampang seismik yang
kemudian dapat dilakukan interpretasi darinya. Sedangkan tujuan pengolahan data
seismik adalah untuk menghasilkan penampang seismik dengan kualitas signal to
noise ratio (S/N) yang baik tanpa mengubah bentuk kenampakan-kenampakan
refleksi/pelapisan batuan bawah permukaan, sehingga dapat dilakukan interpretasi
keadaan dan bentuk dari struktur pelapisan bawah permukaan bumi seperti
kenyataannya. Atau dapat dikatakan bahwa pengolahan data seismik didefinisikan
sebagai suatu tahapan untuk meredam noise dan memperkuat sinyal.

3. Interpretasi Data Seismik


Dari pengolahan data seismik, hasilnya yang berupa penampang seismik
kemudian diinterpretasikan/ditafsirkan. Tujuan interpretasi seismik adalah
menggali dan mengolah berbagai informasi-informasi geologi bawah permukaan
dari penampang seismik. Pada eksplorasi minyak dan gas bumi, interpretasi
ditujukan untuk mengetahui lokasi reservoar hidrokarbon di bawah permukaan.
Pada umumnya, penampang seismik ditampilkan sebagai penampang waktu (time
section), namun dapat juga ditampilkan sebagai penampang kedalaman (depth
section) setelah melalui beberapa tahapan perhitungan tertentu.

4. METODE GRAVITY

Metode gravitasi adalah suatu metode eksplorasi yang mengukur medan


gravitasi pada kelompok-kelompok titik lokasi yang berbeda dalam area tertentu.
Metode gravitasi digunakan untuk mengetahui keadaan bawah permukaan
berdasarkan perbedaan rapat massa cebakan mineral dari daerah sekeliling.
Metode ini sensitif terhadap perubahan rapat massa secara lateral, sehingga
metode ini sering digunakan untuk mempelajari kontak intrusi, batuan dasar,
struktur geologi, endapan sungai purba, lubang di dalam masa batuan, shaff
terpendam dan lain-lain.
Tujuan utama dari studi mendetail data gravitasi adalah untuk memberikan
suatu pemahaman yang lebih baik mengenai lapisan bawah geologi. Metode
gravitasi ini relatif lebih murah, tidak mencemari dan tidak merusak (uji tidak
merusak) dan termasuk dalam metode jarak jauh yang sudah pula digunakan
untuk mengamati permukaan bulan. Metode ini tergolong pasif, dalam arti tidak
perlu ada energi yang dimasukkan ke dalam tanah untuk mendapatkan data
sebagaimana umumnya pengukuran. Pengukuran percepatan gravitasi
memberikan informasi  mengenai  densitas  batuan bawah tanah. Terdapat
rentang densitas yang amat lebar di antara berbagai jenis batuan bawah tanah,
oleh karena itu seorang  ahli geologi dapat melakukan inferensi atau deduksi
mengenai  strata atau lapisan-lapisan batuan berdasarkan data yang diperoleh. 
Patahan  yang umumnya memicu lompatan pada penyebaran densitas batuan,
dapat teramati dengan metode ini.

Gambar 1.6 Metode gravity

a) Sejarah Metode Gravity

Metode gravity merupakan salah satu metode eksplorasi geofisika yang


digunakan untuk mengukur variasi medan gravity bumi akibat adanya perbedaan
densitas antar batuan. Dalam prakteknya, metode ini mempelajari perbedaan
medan gavitasi dari satu titik terhadap titik observasi lainnya. Sehingga sumber
yang merupakan suatu zona massa dibawah permukaan bumi akan menyebabkan
suatu gangguan pada medan gravity. Gangguan medan gravitasi ini-lah yang
disebut sebagai anomali gravity.
Metode gravity digunakan karena kemampuannya dalam membedakan
densitas dari suatu sumber anomali terhadap densitas lingkungan sekitarnya. Dari
variasi densitas tersebut dapat diketahui bentuk struktur bawah permukaan suatu
daerah. Dalam suatu eksplorasi, baik dalam mencari minyak bumi maupun
mineral, metode gravity ini banyak digunakan pada tahap penelitian pendahuluan.

5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Gravity

Adapun kelebihan dari metode gravitasi adalah:


 Relatif lebih murah
 Bersifat non deduktrif
 Instrumen yang ideal (gravimeter kecil dan portable)

Adapun kekurangan dari metode gravitasi adalah:


 Metode dengan tingkat ambiguitas yang tinggi
 Perlu adanya pemahaman geologi yang mendalam dengan metode lainnya
 Pengolahan data gravitasi yang lebih rumit dan memakan waktu yang
cukup lama daripada metode lainnya

c) Cara Pengambilan dan Pengukuran di Lapangan

Dalam proses Pengambilan data, dibagi menjadi beberapa tahap yang


harus dilakukan. Mulai dari mengatahui informasi dari daerah yang akan diukur
dan persiapan alatnya. Beberapa diantara alat itu adalah :
1. Seperangkat Gravitimeter
2. GPS
3. Peta Geologi dan peta Topografi
4. Penunjuk Waktu
5. Alat tulis
6. Kamera
7. Pelindung Gravitimeter
8. Dan beberapa alat pendukung lainnya.

Setelah peralatan telah tersedia, langkah awal untuk pengukuran adalah


menggunakan peta geologi dan peta topografi, hal ini bertujuan untuk menentukan
lintasan pengukuran dan base station yang telah diketahui harga percepatan
gravitynya. Akan tetapi ada beberapa parameter lain yang dibutuhkan juga dalam
penentuan base station, lintasan pengukuran dan titik ikat. Antara lain adalah : 1.
Letak titik pengukuran harus jelas dan mudah dikenal. 2. Lokasi titik pengukuran
harus dapat dibaca dalam peta. 3. Lokasi titik pengukuran harus mudah dijangkau
serta bebas dari gangguan kendaraan bermotor, mesin, dll. 4. Lokasi titik
pengukuran harus terbuka sehingga GPS mampu menerima sinyal dari satelit
dengan baik tanpa ada penghalang. Sehingga dapat disimpulkan lokasi titik acuan
harus berupa titik/tempat yang stabil dan mudah dijangkau.
Penentuan titik acuan sangat penting, karena pengambilan data lapangan
harus dilakukan secara looping, yaitu dimulai pada suatu titik yang telah
ditentukan, dan berakhir pada titik tersebut. Titik acuan tersebut perlu diikatkan
terlebih dahulu pada titik ikat yang sudah terukur sebelumnya. Dalam alur
pengambilan data dilakukan dengan proses looping. Tujuan dari sistem looping
tersebut adalah agar dapat diperoleh nilai koreksi apungan alat (drift) yang
disebabkan oleh adanya perubahan pembacaan akibat gangguan berupa
guncangan alat selama perjalanan. Dalam pengukuran gayaberat terdapat beberapa
data yang perlu dicatat meliputi waktu pembacaan (hari, jam, dan tanggal), nilai
pembacaan gravimeter, posisi koordinat stasiun pengukuran (lintang dan bujur)
dan ketinggian titik ukur.
Pengambilan data dilakukan di titik-titik yang telah direncanakan pada
peta topografi dengan interval jarak pengukuran tertentu. Hal penting yang perlu
diperhatikan adalah melakukan kalibrasi alat dan menentukan titik acuan (base
station) sebelum melakukan pengambilan data gayaberat di titik-titik ukur lainnya.
Mencari besarnya harga medan gravity suatu base station (titik ikat) pengukuran
dapat dilakukan dengan persamaan :

5. METODE MAGNETIK

a. Sejarah

Sejarah perkembangan, metode magnetik telah dikenal sekitar 400 tahun

yang lalu. Orang yang pertama kali melakukan penelitian magnetisasi bumi secara

ilmiah adalah Sir William Gilbert (1540–1603). Gilbert adalah orang yang

pertama kali melihat bahwa medan magnet bumi ekivalen dengan arah utara–

selatan sumbu rotasi bumi. Penemuan Gilbert kemudian diperdalam oleh Van

Wrede (1843) untuk melokalisir endapan bijih besi dengan mengukur variasi

magnet di permukaan bumi. Hasil penelitiannya kemudian dibukukan oleh Thalen

(1879) dengan judul: “The Examination Of Iron Ore Deposite By Magnetic

Measurement” yang kemudian menjadi pionir bagi pengukuran magnetisasi bumi

(geomagnet).

b. Pengertian

Metode magnetik merupakan salah satu metode geofisika yang didasarkan

pada pengukuran variasi intensitas medan magnet dipermukaan bumi. Metode

magnetik umumnya digunakan untuk mengetahui sifat magnetik batuan, serta

untuk mengetahui struktur geologi bawah permukaan berdasarkan anomali medan


magnetik. Metode magnetik dan metode gaya berat memiliki banyak kesamaan,

namun metode magnetik secara general lebih kompleks.

Perbedaan antara metode magnetik dan metode gravity antara lain medan

magnetik bersifat dipole sedangkan medan gravity bersifat monopole. Perbedaan

lainnya disebakan oleh arah variabel dari medan magnetik dimana medan gravity

selalu pada arah vertikal, dan juga disebabkan oleh metode magnetik memiliki

sifat ketergantungan pada waktu dimana medan gravity tidak memiliki

ketergantungan pada waktu (dengan mengabaikan variasi tidal yang relatif kecil).

Metode magnetik adalah salah satu metode geofisika yang digunakan untuk

menyelidiki kondisi permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat kemagnetan

batuan yang diidentifikasikan oleh kerentanan magnet batuan. Metode ini

didasarkan pada pengukuran variasi intensitas magnetik di permukaan bumi yang

disebabkan adanya variasi distribusi (anomali) benda termagnetisasi di bawah

permukaan bumi. Variasi intensitas medan magnetik yang terukur kemudian

ditafsirkan dalam bentuk distribusi bahan magnetik dibawah permukaan,

kemudian dijadikan dasar bagi pendugaan keadaan geologi yang mungkin

teramati. Pengukuran intensitas medan magnetik dapat dilakukan di darat, laut

maupun udara.

Susceptibilitas magnet batuan adalah harga magnet suatu batuan terhadap

pengaruh magnet, yang pada umumnya erat kaitannya dengan kandungan mineral

dan oksida besi. Semakin besar kandungan mineral magnetit di dalam batuan,

akan semakin besar harga susceptibilitasnya. Metoda ini sangat cocok untuk

pendugaan struktur geologi bawah permukaan dengan tidak mengabaikan


faktor kontrol adanya kenampakan geologi di permukaan dan kegiatan gunungapi.

Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi minyak bumi, panas bumi,

dan batuan mineral serta bisa diterapkan pada pencarian prospeksi benda-benda

arkeologi.

Anomali magnet terjadi karena adanya variasi medan magnet kearah spasial

secara regional. Pola anomali ini dicirikan oleh pergantian antara anomali positif-

negatif dan sejajar dengan sumbu pemekarannya. Pola ini dikenal dengan sebutan

“zone of striped magnetic anomalies”. Hasil inverse anomali ini, dengan dibantu

oleh data radiometri, umur lantai samudra yang bertambah terhadap jarak dari

sumbu pemekaran dan kecepatan rata-rata pemekarannya dapat diturunkan.

Intensitas medan magnet dipermukaan bumi diukur menggunakan magnetometer.

Hasil pengukuran dari magnetometer ini berupa penjumlahan dari medan magnet

bumi utama, variasi medan magnet bumi yang berhubungan dengan variasi

kerentanan magnet batuan, medan magnet remanen dan variasi harian akibat

aktivitas di matahari.

Variasi medan magnet bumi yang berhubungan dengan variasi kerentanan

magnet batuan sangat berhubungan dengan variasi k. Harga anomali pada suatu

titik amat digunakan dengan cara menghilangkan medan pertama, ketiga, dan

keempat pada harga megnet pengukuran. Anomali magnetik dapat diturunkan

dengan menggunakan hubungan Poisson’s dari persamaan yang berhubungan

dengan anomali gaya berat (gravitasi).

c. Cara Kerja
Metoda magnetik merupakan metoda pengolahan data potensial untuk

memperoleh gambaran bawah permukaan bumi atau berdasarkan karakteristik

magnetiknya. Metode ini didasarkan pada pengukuran intensitas medan magnet

pada batuan yang timbul karena pengaruh dari medan magnet bumi saat batuan itu

terbentuk. Kemampuan suatu batuan untuk dapat termagnetisasi sangat

dipengaruhi oleh faktor susceptibilitas batuan. Objek pengamatan dari metode ini

adalah benda yang bersifat magnetik, dapat berupa gejala struktur bawah

permukaan ataupun batuan tertentu. Metode ini dapat, dipakai sebagai

preliminary survey untuk menentukan bentuk geometri dari bentuk basement,

intrusi, dan patahan.

Susceptibilitas merupakan derajat termagnetisasinya suatu benda karena pengaruh

medan magnetic, k dalam satuan SI dan semu dinyatakan sebagai: k = 4n k'.

Dengan: k' adalah susceptibilitas magnetik dalam satuan semu dan k adalah

susceptibilitas magnetik dalam satuan SI. Nilai susceptibilitas ini sangat berperan

penting dalam ekplorasi anomali, karena sifatnya yang khas untuk setiap jenis

mineral atau mineral logam.

Suatu benda magnetik yang ditempatkan pada suatu medan magnet dengan

kuat medan H. Adanya medan magnetik regional yang berasai dari bumi dapat

menyebabkan terjadinya induksi magnetik pada batuan yang mempunyai

susceptibilitas baik. Total medan magnetik yang dihasilkan pada batuan ini

dinyatakan sebagai induksi magnetik. Medan magnet bumi dapat diasumsikan

sebagai medan magnet akibat adanya batang magnet raksasa yang terletak di

dalam inti bumi, namun tidak berimpit dengan pusat bumi. Medan magnet ini
dinyatakan sebagai vector yang mempunyai besaran dan arah. Arahnya dinyatakan

sebagai deklinasi (besar sudut penyimpangan terhadap arah utara-selatan.

Medan magnet bumi dapat diasumsikan sebagai medan magnet akibat

adanya batang magnet raksasa yang terletak di dalam inti bumi, namun tidak

berimpit dengan pusat bumi. Medan magnet ini dinyatakan sebagai vector yang

mempunyai besaran dan arah. Arahnya dinyatakan sebagai deklinasi (besar sudut

penyimpangan terhadap arah utara–selatan geografis) dan inklinasi (besar sudut

penyimpangan terhadap arah horisontal). Kuat medan magnet bumi sebagian

besar berasal dari dalam bumi sendiri (94%) atau internal field, sedangkan sisanya

(6%.) ditimbulkan oleh arus listrik di permukaan dan pada atmosfir (external

field).

Setiap jenis batuan yang terdapat di bumi, yang mempunyai suatu medan

magnet, akan mempunyai sifat dan karakteristik yang spesifik. Dan dengan

mempelajari karakter spesifik tersebut, maka kita akan lebih mudah dalam

mencari dan menemukan bahan batuan tersebut. Berikut ini pengelompokan

batuan atau mineral berdasarkan sifat magnetik yang ditunjukan oleh kerentanan

magnetiknya:

 Diamagnetik: Mempunyai kerentanan magnetik (k) negatif dan

sangat kecil artinya ialah memiliki sitat magnetik yang lemah

Contohnya: graphite, marble, quarts, dan salt.

 Paramagnetik: Mempunyai harga kerentanan magnetik (k) positif

dengan nilai yang kecil. Contohnya: kapur.

 Ferromagnetik: Mempunyai harga kerentanan magnetik (k) positif


dan besar yaitu sekitar 106 kali dari diamagnetic atau paramagnetik.

Sifat kemagnetan substansi ini dipengaruhi oleh keadaan suhu, yaitu

pada suhu diatas suhu Curie, sifat kemagnetannya hilang.

Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut

juga elemen medan magnet bumi, yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan

intensitas kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi:

 Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen

horizontal yang dihitung dari utara menuju timur.

 Inklinasi (I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan

bidang horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju bidang

vertikal ke bawah.

 Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada

bidang horizontal.

 Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik total.

Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk

menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar

nilai yang disebut International Geomagnetics Reference Field (IGRF)

yang diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai IGRF tersebut

diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1

juta km2 yang dilakukan dalam waktu satu tahun.

 Medan magnet utama (main field). Medan magnet utama dapat

didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil pengukuran dalam jangka

waktu yang cukup lama mencakup daerah dengan luas lebih dari 106
km2.

 Medan magnet luar (external field). Pengaruh medan magnet luar

berasal dari pengaruh luar bumi yang merupakan hasil ionisasi di

atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Karena

sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik yang mengalir

dalam lapisan terionisasi di atmosfer, maka perubahan medan ini

terhadap waktu jauh lebih cepat.

 Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal (crustal

field). Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang mengandung

mineral bermagnet seperti magnetite, titanomagnetite, dan lain-lain yang

berada di kerak bumi.

Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari

pengukuranadalah variasi medan magnetik yang terukur di permukaan (anomali

magnetik). Secara garis besar anomali medan magnetik disebabkan oleh medan

magnetik remanen dan medan magnetik induksi. Medan magnet remanen

mempunyai peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu pada besar

dan arah medan magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa kemagnetan

sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari

survei merupakan hasil gabungan medan magnetik remanen dan induksi, bila

arah medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka

anomalinya bertambah besar.

Demikian pula sebaliknya, dalam survei magnetik efek medan remanen

akan diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang dari 25% medan
magnet utama bumi. Ada beberapa hal penting yang harus kita ketahui

mengenai metode magnetik, antara lain:

1. Pengukuran Medan Magnetik

Medan magnet yang terukur oleh alat magnetometer adalah gabungan dari

medan magnetik utama bumi (dari inti luar bumi). Medan magnetik eksternal

(medan magnetik dari luar bumi seperti matahari dan bulan) dan medan magnetik

kerak bumi (mineral magnetik di kerak bumi).

2. Magnetometer

Magnetometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur intensitas medan

magnetik. Magnetometer pada mulanya diletakkan di pesawat terbang untuk

mendeteksi kapal selam. Dalam perkembangannya telah diciptakan magnetometer

portable yang mudah dibawa-bawa dan juga magnetometer yang digunakan untuk

dimasukkan ke dalam lubang bor.

d. Kelebihan dan Kekurangan

Adapun kelebihan dari metode geomagnetik adalah:

 Metode ini sensitif terhadap perubahan vertikal, umumnya digunakan untuk

mempelajari tubuh intrusi, batuan dasar, urat hydrothermal yang kaya akan

mineral ferromagnetic, struktur geologi. Umumnya tubuh intrusi, urat

hydrothermal kaya akan mineral ferromagnetic (Fe3O4, Fe2O3) yang

memberi kontras pada batuan sekelilingnya.

 Mineral-mineral ferromagnetic akan kehilangan sifat kemagnetannya bila

dipanasi mendekati temperatur Curie oleh karena itu efektif digunakan

untuk mempelajari daerah yang dicurigai mempunyai potansi geothermal.


 Data acquitsition dan data proceding dilakukan tidak serumit metoda gaya

berat. Penggunaan filter matematis umum dilakukan untuk memisahkan

anomaly berdasarkan panjang gelombang maupun kedalaman sumber

anomaly magnetic yang ingin diselidiki.

Adapun kekurangan dari metode geomagnetik adalah:

 Setiap jenis batuan di bumi walaupun dalam pengklasifikasian atau

penamaannya sama, dapat saja mempunyai sifat dan karakteristik yang

spesifik akibat peristiwa geologi yang dialaminya. Sehingga bisa

memberikan data yang didapat bisa berbeda dengan kenyataan yang

sebenarnya di bawah permukaan.

6. Metode GPR (Ground Penetration Radar)

a. Sejarah

Paten pertama untuk sistem yang dirancang untuk menggunakan radar

gelombang kontinu atau berlanjut untuk menemukan objek yang terkubur

diajukan oleh Gotthelf Leimbach dan Heinrich Löwy pada tahun 1910, enam

tahun setelah paten pertama untuk radar itu sendiri (paten DE 237 944). Paten

untuk sistem yang menggunakan pulsa radar daripada gelombang kontinu

diajukan pada tahun 1926 oleh Dr. Hülsenbeck (DE 489 434), yang mengarah

pada resolusi kedalaman yang lebih baik. Kedalaman gletser dapat diukur dengan

menggunakan radar penembus tanah pada tahun 1929 oleh W. Stern.


Perkembangan lebih lanjut di bidang ini agak terhambat sampai tahun 1970-

an, ketika aplikasi militer mulai mendorong penelitian. Aplikasi komersia

mengikuti dan peralatan konsumen pertama yang terjangkau dijual pada tahun

1975. Lalu, pada tahun 1972 misi Apollo 17 membawa radar penembus darat

yang disebut ALSE (Apollo Lunar Sounder Experiment) di orbit sekitar Bulan. Ia

mampu merekam informasi kedalaman hingga 1,3 km dan merekam hasilnya pada

film karena kurangnya kapasitas penyimpanan komputer yang sesuai pada saat itu.

b. Pengertian

GPR merupakan teknik geofisika yang menggunakan gelombang

elektromagnetik, bersifat non destruktif dan mempunyai resolusi tinggi terhadap

kontras dielektrik material bumi dan mampu melakuakan pendeteksian formasi

geologi yang relatif dangkal dangan resolusi tinggi. Teknik penggunaan metode

GPR adalah sistem Refrection Profiling, yaitu dengan cara memnfaatkan

pengambilan gelombang elektromagnet yang dipancarkan melalui permukaan

tanah dengan perantaraan antenna. Analisis struktur bawah permukaan terkait

dengan prosedur radar stratigrafi didasarkan pada pengidentifikasian sekuen

(perbedaan reflektor) dan fasies (gambaran kondisi lingkungan suatu endapan

sedimen), yang dikelompokan kedalam unit radar berdasarkan pola konfigurasi

refleksi daerah penelitian.

Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan suatu alat yang digunakan

untuk proses deteksi benda–benda yang terkubur di bawah tanah dengan tingkat

kedalaman tertentu, dengan menggunakan gelombang radio, biasanya dalam range

10 MHz sampai 1GHz. Seperti pada sistem radar pada umumnya, sistem GPR
terdiri atas pengirim (trasmiter), yaitu antena yang terhubung ke sumber pulsa,

dan bagian penerima (receiver), yaitu antena yang terhubung ke unit pengolahan

sinyal dan citra. Adapun dalam menentukan tipe antena yang digunakan, sinyal

yang ditransmisikan dan metode pengolahan sinyal tergantung pada beberapa hal,

yaitu:

1. Jenis objek yang akan dideteksi

2. Kedalaman objek

3. Karakteristik elektrik medium tanah

Ground Penetrating Radar atau GPR juga memiliki cara kerja yang sama

dengan radar konvensional. GPR mengirim pulsa energi antara 10 sampai 1000

MHz ke dalam tanah dari suatu antena, dan kemudian merekam pemantulannya

dalam waktu yang sangat singkat. Jika suatu pulsa GPR mengenai suatu lapisan

atau objek dengan suatu konstanta dielektrik berbeda, pulsa akan dipantulkan

kembali, diterima oleh antena receiver, waktu dan besar pulsa direkam.

c. Cara Kerja

Teknik penggunaan metode Ground Penetrating Radar adalah sistem

Electromagnetic Subsurface Profiling (ESP), dengan cara memanfaatkan

pengembalian gelombang elektromagnetik yang dipancarkan melalui permukaan

tanah dengan perantara antena. Pemancaran dan pengembalian gelombang

elektromagnet berlangsung cepat sekali yaitu dalam satuan waktu nanosecond

Pengukuran dengan menggunakan GPR ini merupakan metode yang sangat tepat

untuk mendeteksi bawah permukaan dengan kedalaman 0-10 meter, metoda ini

dapat menghasilkan resolusi yang tinggi atau konstanta dielektriknya rendah.


Karena itu metoda GPR sering digunakan oleh para peneliti untuk

mengaplikasian arkeologi, teknik sipil, pengindikasian, dan instalasi bawah

permukaan. Adapun tipe dan jenis GPR, antara lain:

1. Impluse GPR

Mayoritas sistem GPR menggunakan impuls sinyal elektromagnetik dan

disebut radar impuls. Untuk tipe radar ini, pulsa digunakan pada antena pemancar

yang menggunakan bentuk Gaussian dengan durasi pendek. Setiap pulsa yang

identik diterapkan pada interval waktu yang sama dengan tingkat pengulangan

yang bervariasi dari satu mikrodetik untuk beberapa ratus mikrodetik. Sinyal

output ditangkap oleh penerima diproses oleh konverter analog-digital atau

berurutan penerima sampling. Prosedur ini memiliki efek pemetaan sinyal RF di

nanodetik wilayah waktu untuk versi setara di kedua wilayah kalinya mikro atau

milidetik. Teknik modulasi yang digunakan pada radar impuls didasarkan pada

modulasi amplitudo.

2. Frequency Modulated Continous Wave (FMCW) Radar

Sistem FMCW GPR didasari oleh prinsip yang sudah biasa digunakan pada

radar konvensional untuk pertahanan udara. Radar FMCW didasari oleh transmisi

sinyal dengan frekuensi pembawa yang terus berubah karena dipengaruhi efek

dari voltage controlled oscillator (VCO). Frekuensi pembawa berubah dengan

bervariasi secara berulang-ulang. Sebuah mixer digunakan untuk mencampur

sinyal yang diterima dengan sampel dari gelombang yang ditransmisikan.

Kemudian, mixer menghasilkan frekuensi berbeda yang juga disebut

"Intermediate Frequency (IF)". IF terkait dengan jarak terhadap target.


3. Stepped Frequency Radar

Radar stepped frequency juga disebut radar pulsa sintesis. Radar ini

mentransmisikan serangkaian frekuensi individu yang berurutan dimana

amplitudo dan fasenya telah diketahui. Dalam time domain, ini sama dengan

mentransmisikan gelombang impulsif secara berulang-ulang. Amplitudo dan fasa

dari sinyal yang diterima kemudian diubah dan disimpan. Beberapa pengolahan

pasca melibatkan inverse kompleks Fast Fourier Transform (FFT) dilakukan

untuk memperoleh sinyal pantulan dalam domain waktu.

4. Single Frequency Radar

Radar single frequency merekam amplitudo dan fasa dari sinyal yang diterima

kemudian membentuk gambaran dari sumber radiasi. Metode hologram dapat

digunakan untuk membentuk gambar tersebut.

Adapun alat-alat GPR terdiri atas:

1. Transmitter (pemancar) terdiri dari 2 bagian yaitu:

a. High voltage supply sebagai pencatu daya untuk mengaktifkan generator

pulsa.

b. Dalam desain radar GPR, penting untuk mengembangkan generator pulsa

UWB yang dapat menghasilkan pulsa tinggi dengan amplitudo besar, level

ringing rendah dan PRF yang lebar. Generator pulsa terdiri dari tiga unit

fungsional: (1) converter sinyal amplitudo, (2) generator pulsa Gaussian,

dan filter pulsa pembentuk. Memasukkan attenuator listrik meredakan

nonlinier SRD disebabkan oleh pencocokan impedansi. Sirkuit pulsa-

membentuk ini memainkan dua peran. Di satu sisi, ia bertindak sebagai


filter high-pass untuk menghilangkan riak frekuensi rendah; di sisi lain,

bertindak sebagai pembeda untuk menghasilkan pulsa monocycle dari input

pulsa Gaussian. Pembeda menyebabkan amplitudo pulsa monocycle menjadi

proporsional dengan kemiringan pulsa Gaussian. Karena Gaussian pulsa

sangat sempit dan memiliki tajam transisi tepi, sehingga amplitudo pulsa

monocycle tinggi.

2. Receiver (penerima) terdiri dari 2 bagian:

a. Low Noise Amplifier (LNA) berfungsi sebagai penguat sinyal yang diterima

oleh antena Rx.

b. A/D Conversion berfungsi untuk mengkonversi (merubah) sinyal analog

menjadi digital dengan tehnik sampling yang dikontrol oleh timing circuit

c. Antena:

- Antena Tx berfungsi sebagai media pemancar dari sinyal ke dalam tanah.

- Antena Rx berfungsi sebagai media penerima sinyal hasil pantulan dari

dalam tanah.

3. Timing circuit merupakan kontroler pada sistem. Timing circuit bertanggung

jawab terhadap 2 fungsi: Sebagai trigger untuk generator sinyal dan

menghasilkan sinyal waktu yang diperlukan A/D Converter dalam melakukan

sampling.

4. Data Processing berfungsi untuk memproses dan menyimpan data hasil

konversi berupa sinyal digital untuk nantinya dapat ditampilkan pada display.

5. Display berfungsi sebagai komponen untuk menampilkan image hasil

pencitraan GPR, baik berupa 2D maupun 3D.


d. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan Ground Penetrating Radar dibandingkan metode geofisika

lainnya adalah biaya operasionalnya yang lebih murah, resolusi yang sangat tinggi

karena menggunakan frekuensi tinggi (broadband atau wideband), pengoperasian

yang cukup mudah dan merupakan metode nondestructive karena menggunakan

sumber gelombang elektromagnetik, sehingga aman digunakan.

Sedangkan kekurangan Ground Penetrating Radar adalah tidak bisa

melakukan penetrasi atau deteksi sedalam gelombang bunyi (kedalaman

maksimum 100 meter), antena Ground Penetrating Radar umum hanya untuk

durasi pulsa tertentu.

7. METODE LOGGING

a. Pengertian

Logging merupakan metode pengukuran besaran-besaran fisik batuan

reservoir terhadap kedalaman lubang bor. Sesuai dengan tujuan logging yaitu

menentukan besaran- besaran fisik batuan reservoir (porositas, saturasi air

formasi, ketebalan formasi produktif, lithologi batuan) maka dasar dari logging

itu sendiri adalah sifat-sifat fisik atau petrofisik dari batuan reservoir itu sendiri,

yaitu sifat listrik, sifat radioaktif, dan sifat rambat suara (gelombang) elastis dari

batuan reservoir.

b. Jenis-Jenis
Berdasarkan kemampuan, kegunaan, dan prinsip kerja maka jenis logging

ini dibagi menjadi log listrik, log radioaktif, log sonic, dan log caliper.

1. Log Listrik

Log listrik merupakan suatu plot antara sifat-sifat listrik lapisan yang

ditembus lubang bor dengan kedalaman. Sifat-sifat ini diukur dengan berbagai

variasi konfigurasi elektrode yang diturunkan ke dalam lubang bor. Untuk batuan

yang pori-porinya terisi mineral-mineral air asin atau clay maka akan

menghantarkan listrik dan mempunyai resistivity yang rendah dibandingkan

dengan pori-pori yang terisi minyak, gas maupun air tawar. Oleh karena itu

lumpur pemboran yang banyak mengandung garam akan bersifat konduktif dan

sebaliknya.

Pada umumnya log listrik dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu Spontaneous

Potensial Log (SP Log) dan Resistivity Log.

2. Spontaneous Potensial Log (SP Log)

Kurva spontaneous potensial (SP) merupakan hasil pencatatan alat logging

karena adanya perbedaan potensial antara elektroda yang bergerak dalam lubang

sumur dengan elektroda tetap di permukaan terhadap kedalaman lubang sumur.

Spontaneous potensial ini merupakan sirkuit sederhana yang terdiri dari dua buah

elektroda dan sebuah galvanometer. Sebuah elektroda (M) diturunkan kedalam

lubang sumur dan elektroda yang lain (N) ditanamkan di permukaan. Disamping

itu masih juga terdapat sebuah baterai dan sebuah potensi o meter untuk mengatur

potensial diantara kedua elektroda tersebut. Bentuk defleksi positif ataupun

negatif terjadi karena adanya perbedaan salinitas antara kandungan dalam batuan
dengan lumpur. Bentuk ini disebabkan oleh karena adanya hubungan antara arus

listrik dengan gaya-gaya elektromagnetik (elektrokimia dan elektrokinetik) dalam

batuan. Adapun komponen elektromagnetik dari SP tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Elektrokimia, dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

- Membran Potensial, terjadi karena adanya struktur dan muatan maka

lapisan shale bersifat permeable terhadap kation Na+ dan kedap

terhadap anion Cl-. Jika lapisan shale memisahkan dua larutan yang

mempunyai perbedaan konsentrasi NaCl, maka kation Na+ bergerak

menembus shale dari larutan yang mempunyai konsentrasi tinggi ke

larutan yang mempunyai konsentrasi rendah, sehingga terjadi suatu

potensial

- Liquid Junction Potential, terjadi karena adanya perbedaan salinitas

antara air filtrat dengan air formasi, sehingga kation Na+ dan ion Cl-

dapat saling berpindah selama ion Cl- mempunyai mobilitas yang

lebih besar dari Na+, maka terjadi aliran muatan negatif Cl- dari larutan

yang berkonsentrasi tinggi ke larutan yang berkonsentrasi rendah.

2. Elektrokinetik

Potensial elektrokinetik merupakan hasil suatu aliran elektrolit yang

melewati unsure- unsur dalam media berpori. Besarnya elektrokinetik ini

tergantung dari perbedaan tekanan yang menghasilkan aliran dan tahanan dari

elektrolit pada suatu media porous. Potensial elektrolit disini dapat diabaikan

karena pada umumnya perbadaan tekanan hidrostatik lumpur dengan tekanan


formasi tidak begitu besar dan untuk lapisan shale pengaruh filtrasi dari alir

lumpur kecil.

SP log berguna untuk mendeteksi lapisan-lapisan yang porous dan

permeabel, menentukan batas-batas lapisan, menentukan harga tahanan air

formasi (Rw) dan dapat juga untuk korelasi batuan dari beberapa sumur di

dekatnya. Defleksi kurva SP selalu dibaca dari shale base line yang mana

bentuk dan besar defleksi tersebut dapat dipengaruhi oleh ketebalan lapisan

batuan formasi, tahanan lapisan batuan, tahanan shale dalam lapisan batuan,

diameter lubang bor, dan invasi air filtrat lumpur. Satuan ukuran dalam

spontaneous potensial adalah millivolt (mv).

3. Resistivity Log (Log Tahanan Jenis)

Resistivity log adalah suatu alat yang dapat mengukur tahanan batuan

formasi beserta isinya, yang mana tahanan ini tergantung pada porositas efektif,

salinitas air formasi, dan banyaknya hidrokarbon dalam pori-pori batuan.

4. Normal Log

Skema rangkaian dasar normal log dengan menganggap bahwa

pengukurannya pada medium yang mengelilingi electrode-elektrode adalah

homogen dengan tahanan batuan sebesar R ohm-meter. Elektroda A dan B

merupakan elektroda potensial, sedangkan M dan N merupakan elektroda arus.

Setiap potensial (V) ditransmisikan mengalir melingkar keluar melalui formasi

den besarnya potensial.

5. Lateral Log

Tujuan log ini adalah untuk mengukur Rt, yaitu resistivity formasi yang
terinvasi. Alat ini terdiri dari dua elektrode arus A dan B serta dua elektrode

potensial M dan N. Jarak spasi M dan N adalah 32 inch, sedang jarak A dan O

adalah 18,8 inch. Titik O merupakan titik referensi dari pengukuran terhadap

kedalaman, sedangkan elektrode B diletakkan jauh dipermukaan. Arus listrik

yang konstan dialirkan melalui elektrode A, sedangkan perbedaan potensial

antara M dan N di tempatkan pada permukaan lingkaran yang berpusat di titik

A.

6. Induction Log

Pengukuran tahanan listrik menggunakan log resistivity memerlukan

lumpur yang konduktif sebagai penghantar arus dalam formasi. Oleh sebab itu

tidak satu pun peralatan pengukuran resistivity diatas dapat digunakan pada

kondisi lubang bor kosong, terisi minyak, gas, oil base mud dan fresh water

serta udara. Untuk mengatasi ini maka dikembangkan peralatan terfokuskan

yang dapat berfungsi dalam kondisi tersebut. Tujuan utama dari induction log

adalah menghasilkan suatu daerah investigasi yang jauh didalam lapisan-lapisan

tipis untuk menentukan harga Rt. Induction log dapat diturunkan didalam semua

jenis lumpur dengan syarat sumur belum dicasing. Hasil terbaik dari induction

log adalah dalam suatu kondisi sebagai berikut, didalam susunan shale dengan

Rt lebih kecil dari 100 ohm-m dan ketebalan lapisan lebih besar dari 20 m, Rxo

lebih besar dari Rt dan jika Rxo lebih kecil dari Rt maka induction log akan

kurang memberikan hasil yang memuaskan. Induction log tidak sensitif

terhadap perubahan Rt bila resistivitynya tinggi. Perbedaan resistivity sekitar

400-500 ohm-m tidak dapat dideteksi. Kondisi yang baik untuk operasi
induction log ini adalah menggunakan lumpur yang tidak banyak mengandung

garam (Rmf > Rw) serta pada formasi dengan Rt kurang dari 100 ohm-m tapi

akan lebih baik lagi jika kurang dari 50 ohm-m.

c. Cara Kerja

Logging geofisika pada prinsipnya merupakan pengukuran variasi

kedalaman sifat fisik batuan sekitar dengan menggunakan alat pengukuran

geofisika pada lubang bor. Prinsip kerja logging geofisika yaitu logging gamma-

ray menerima sinyal radioaktif yang secara alami terdapat pada batuan. Sinyal

gamma-ray diterima oleh detektor dan dikirim ke alat perekam di permukaan.

Logging density yang juga sering disebut logging gamma-gamma, sangat sensitif

terhadap perubahan diameter lubang bor.  Pada pengukuran logging density,

sumber radioaktif akan melepas sinyalnya (sinar gamma) ke dinding lobang bor

dan sinar gamma dari batuan tersebut dideteksi kembali oleh detektor. Detektor

terdekat dengan sumber akan mengirim sinyal short spacing density, sedangkan

detektor yang jauh dari sumber akan melaporkan long spacing density. Hasil

korelasi kedua log ini dapat mengidentifikasi keberadaan lapisan batuan termasuk

batubara.

Logging Caliper digunakan untuk mengetahui perubahan diameter lobang

bor. Prinsip kerja sederhananya adalah dengan cara probe kaliper megembang dan

menutup mengikuti diameter lubang bor. Data grafis langsung dapat

diinterpretasikan sesuai dengan sifat-sifat atau respon batuan dinding bor terhadap

pengukuran radioaktifitas (gamma-ray dan gamma-gamma) di dalam casing

seperti:
- lapisan batu lempung atau serpih (shale): gamma-ray tinggi dan density

tinggi.

- lapisan batupasir kuarsa: gamma-ray rendah dan density tinggi.

- lapisan batubara: gamma-ray rendah dan density rendah.

d. Kelebihan dan Kekurangan

Adapun kelebihan dari metode logging adalah:

1. Data yang diperoleh tersimpan lebih aman dan berupa real time information.

2. Digunakan untuk melintasi lintasan yang sulit

Adapun kekurangan dari metode logging adalah:

1. Hanya bisa ditransmisikan apabila lumpur yang digunakan melewati

drillstring.

2. Daya tahan baterai yang digunakan tergantung pada alat yang digunakan

pada string, dan mempunyai ukuran memori yang terbatas.

e. Kesimpulan

Metode geofisika dapat diaplikasikan untuk mengukur kontras fisik di

dalam bumi. Dua jenis metode yang biasa digunakan untuk mengukur kontras

fisik adalah metode aktif dan metode pasif. Metode aktif dilakukan dengan

membangkitkan suatu sumber, misalnya metode Geolistrik dan metode seismik.

Sebaliknya metode pasif dilakukan tanpa membangkitkan suatu sumber, misalnya

metode gravitasi dan metode magnetik. Jenis-jenis metode geofisika eksplorasi

digunakan sesuai kebutuhan dan keadaan sebenarnya di lapangan.


DAFTAR PUSTAKA

Achyansyah, Alif Muhammad, Dkk. 2020. Penggunaan seismik refleksi dalam

pencarian potensi endapan timah di perairan laut dangkal. Semarang:

Universitas padjajaran.

Agussalim Fanny Susanti. 2019. Seismik refraksi. Andzoc. Jakarta.


Guspriandoko, Dkk. 2015. Analisis seismik ampitudo versus offset (AVO).

Bandar lampung: Universitas lampung.

Grandis H., 2009. Pengantar Pemodelan Inversi Geofisika, HAGI, Jakarta.

https://alfhadlyblog.blogspot.com/2013/04/metode-logging- geofisika.html

https://archilantis.com/apa-itu-gpr-ground-penetrating-radar/

https://fisikabumi.wordpress.com/tag/metode-Gpr/

https://hmgf.fmipa.ugm.ac.id/geolistrik/

http://103.23.224.151/konsultanGeo/index.php/2016/08/15/metodegeolistrik/

Kearey, Philip. 2002. An Intoduction to Geophysical Exploation Third Edition.

USA: Blackwell Science Ltd.

Rosid, S., 2005. Gravity Method in Exploration Geophysics. Depok:

Universitas Indonesia.

Santoso, Djoko. 2002. Pengantar Teknik Geofisika. Bandung: Penerbit ITB.

Syukri Muhammad. 2020. Dasar dasar metode geolistrik. Aceh: Syiah Kuala

University Press.
Simpen Negah. 2015. Metode geolistrik. Bali: Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai