Anda di halaman 1dari 11

PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7

Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

P4O-06

KOMPOSISI MINERAL BERAT DALAM ENDAPAN PASIR


KUARSA DI KALIMANTAN BARAT BERDASARKAN STUDI
KASUS DI DAERAH SINGKAWANG DAN SEKITARNYA
Lucas Donny Setijadji1*, Nur Rochman Nabawi1,2, I Wayan Warmada1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika No. 2, Bulaksumur,
Yogyakarta 55281, Indonesia, *Email: lucasdonny@ugm.ac.id; lucas_donny@yahoo.com
2
P.T. Timah (Persero) Tbk., Pangkalpinang, Bangka 33121, Indonesia

Abstrak
Endapan letakan pasir kuarsa berumur Kuarter di daerah Kalimantan Barat diketahui memiliki
potensi sumberdaya logam ekonomis, seperti emas dan zirkon. Beberapa peneliti terdahulu juga
mengindikasikan kehadiran logam lainnya seperti timah. Untuk itulah perlu dilakukan kajian
tentang potensi tersebut, dan pada kesempatan ini studi diawali di sekitar kota Singkawang. Selain
untuk menginterpretasi hubungan antara komposisi mineral berat dengan tatanan geologi daerah
penelitian, hasil ini juga diharapkan dapat menunjukkan potensi logam ekonomis di dalamnya.
Sampel endapan pasir kuarsa diambil dari enam lokasi di sekitar kota Singkawang yang mewakili
lokasi yang berbeda-beda di sekitar tubuh batholith Singkawang. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa di sekitar batholit Singkawang dijumpai berbagai mineral berat dengan jenis dan kelimpahan
yang berbeda-beda. Perbedaan kandungan mineral berat antar lokasi pengambilan conto
dipengaruhi oleh batuan sumber, proses transportasi, dan lingkungan pengendapan. Satu lokasi di
selatan kota Singkawang ternyata tidak mengandung mineral berat sama sekali, yang diduga
disebabkan oleh energi pengendapan yang rendah. Di antara semua mineral berat, zirkon secara
konsisten hadir dalam jumlah yang cukup tinggi di berbagai lokasi yang diduga berasal dari hasil
erosi batuan granitik penyusun batholith Singkawang maupun batuan metamorf. Sedangkan
mineral berat lainnya dijumpai berupa rutil, topas, magnetit, hornblende, aegirin, epidot, staurolit,
hematit, pirit, molibdenit dan kalkopirit. Beberapa mineral berat lainnya yang dikenal membawa
logam ekonomis seperti kasiterit (Sn), monasit (Th, REE) dan alanit (REE) dijumpai di beberapa
tempat seperti Sambas dan Bengkayang, yang menunjukkan adanya potensi endapan logam timah,
Th dan REE.

Kata kunci: Mineral berat, Endapan letakan (placer), Pasir kuarsa, Kalimantan Barat.

Pendahuluan
Pulau Kalimantan memiliki kekayaan sumberdaya geologi yang melimpah, di mana salah
satunya adalah mineral berat dalam endapan pasir kuarsa letakan (placer) yang berumur
muda (umumnya diasumsikan Kuarter) yang tersebar hampir di keseluruhan wilayah,
termasuk di antaranya Propinsi Kalimantan Barat. Endapan letakan yang dimaksudkan di
sini adalah suatu endapan mineral-mineral berat yang terkonsentrasi bersama-sama dengan
material endapan sedimen (Robb, 2005). Mineral berat sendiri didefiniskan sebagai mineral
yang memiliki berat jenis lebih besar dari 2,89 gr/cm3 (Carver, 1971 dalam Panggabean.,
2011). Mineral berat umumnya merupakan mineral jenis silikat dan oksida yang awalnya
hadir sebagai mineral primer aksesoris dalam batuan asal kristalin (batuan beku dan
metamorf) yang resisten terhadap proses pelapukan, baik pelapukan kimia maupun abrasi
mekanik. Endapan mineral berat dalam konsentrasi tertentu, umumnya diendapkan oleh
proses sungai dan laut, dapat menghasilkan endapan mineral ekonomis karena memiliki
nilai jual yang cukup tinggi.

665
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

Menurut Suwarna dkk. (1993) daerah Singkawang dan sekitarnya di Kalimantan Barat
merupakan daerah yang memiliki potensi berbagai endapan mineral ekonomis, baik jenis
primer maupun sekunder, seperti emas, tembaga, timbal, seng, molibdenit, mangan,
sinabar, bauksit, kaolin dan kasiterit. Mineral-mineral ini terbentuk oleh banyak fase
magmatisme, metamorfisme, hidrotermal, pelapukan dan erosi yang terjadi dalam periode
geologi yang sangat panjang, mulai dari Mesozoik sampai sekarang. Khususnya untuk
mineral berat dalam endapan sekunder tipe letakan, penambangan emas alluvial dipercayai
telah dimulai di Sambas, dan kemudian menyebar kearah selatan di Mandor sekitar tahun
1775 oleh para pendatang Cina, Sedangkan pada era modern, penambangan emas aluvial
dalam skala industri dilakukan di Monterado pada periode 1989 sampai pertengahan
1990an (van Leeuwen, 1994). Selain emas, zirkon merupakan mineral berat yang dijumpai
di daerah ini dan sangat penting dalam berbagai industri, berkaitan dengan sifatnya yang
memiliki titik lebur yang sangat tinggi, yaitu lebih dari 2000oC. Dalam studinya, Herman
(2007) menyimpulkan di Kalimantan Barat terdapat indikasi keberadaan mineral zirkon.
Informasi ini didukung oleh kegiatan eksplorasi dan penambangan zirkon yang marak di
berbagai wilayah di Kalimantan barat pada periode pertengahan tahun 200an sampai awal
2014, yang dilakukan oleh penduduk secara perorangan, perusahaan kecil, sampai
perusahaan nasional setingkat P.T. Antam. Kegiatan pertambangan zirkon ini berhenti total
sejak awal tahun 2014 sejak diberlakukannya larangan ekspor bahan mentah oleh
pemerintah.
Adanya berbagai indikasi kehadiran berbagai jenis mineral berat ekonomis tersebut
mendorong tim peneliti dari Laboratorium Sumberdaya Mineral, Jurusan Teknik Geologi,
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada untuk melakukan penelitian ini. Maksud dari
penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran umum tentang jenis dan sebaran
mineral-mineral berat yang terkandung di dalam endapan pasir kuarsa di wilayah
Singkawang dan sekitarnya. Dari hasil yang diperoleh, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui potensi keterdapatan endapan mineral berat ekonomis dan pengembangan
sumberdaya mineral, untuk menginterpretasi hubungan antara kondisi geologi yang
menyusun batolit Singkawang dengan asosiasi mineral yang dijumpai dalam pasir kuarsa.

Tinjauan Geologi Regional


Daerah penelitian berada di ujung barat laut pulau Kalimantan yang berbatasan langsung
dengan Malaysia (Gambar 1). Secara fisiografis, daerah daerah Singkawang dan sekitarnya
terdiri dari zona pantai dan undak pasir putih di bagian barat, serta perbukitan
menggelombang rendah yang meningkat sampai perbukitan curam yang terisolasi di timur
(Suwarna dkk., 1993). Perbukitan bergelombang rendah umumnya berkembang pada
batuan sedimen Tersier dan batuan granitic lapuk. Perbukitan curam tersebar melintasi
daerah Singkawang, namun lebih menyolok di sebelah timur, tersusun oleh batuan
gunungapi dan batuan granitik.
Stratigrafi regional daerah Singkawang dan sekitarnya menurut Suwarna dkk. (1993)
menunjukkan bahwa batuan tertua berumur Mesozoikum, antara lain adalah Kelompok
Bengkayang yang dapat dibagi menjadi dua formasi yaitu Formasi Banan dan
Sungaibetung. Formasi Sungaibetung berumur Jura Awal ditandai dengan adanya fosil
Amonit, sedangkan Formasi Banan berumur Trias Akhir berdasarkan keterdapatan
Pelesipoda Trias Akhir yang menyisipi Batuan Gunungapi Serian (bagian dari batuan
plutonik-vulkanik Trias and Pre-Trias) di daerah Sanggau dan Sarawak (Gambar 2).
Bagian utama dari pegunungan yang disebut sebagai Singkawang Batholith (Gambar 2)
adalah batuan beku plutonik dan vulkanik berumur Kapur, seperti Batuan Gunungapi Raya
dan Granodiorit Mensibau (Suwarna dkk., 1993) yang bertipe I kalk-alkalin. Selain itu juga
dijumpai batuan terobosan dan vulkanik berumur Tersier Bawah sampai Miosen, seperti

666
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

Batuan Gunungapi Serantak, Dasit Bawang, dan Batuan Terobosan Sintang. Kegiatan
vulkanisme termuda dijumpai sebagai Batuan Gunungapi Niut berumur Pliosen. Batuan
penutup Kuarter (yang merupakan fokus penelitian) oleh Suwarna dkk. (1993) dibagi
menjadi tiga kelompok, yaitu endapan aluvium terbiku, endapan aluvial dan rawa dan
endapan litoral Resen.

Metodologi Penelitian
Tahapan penelitian terbagi menjadi empat (4) tahap yaitu, tahap persiapan, kegiatan
lapangan, analisis laboratorium, dan interpretasi data. Kegiatan lapangan dilakukan
sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan Maret 2012, Juli-Agustus 2012, dan April-Mei 2013.
Selama kegiatan lapangan tersebut telah dilakukan pengambilan conto sedimen aluvium
muda berupa endapan pasir kuarsa di berbagai lokasi. Namun dalam penelitian tahap awal
ini, baru sepuluh (10) conto sedimen yang dianalisis yang diambil dari enam (6) lokasi
yang dianggap mewakili seluruh wilayah Singkawang dan sekitarnya (Gambar 3). Pada
enam conto pasir kuarsa terpilih, dilakukan analisis laboratorium dengan urutan kerja yang
dapat dilihat dalam Gambar 4.
Tahap pertama adalah pengeringan conto sedimen dengan cara penjemuran di bawah
sinar atau pemanasan dengan menggunakan oven dengan suhu 40oC selama beberapa jam
sampai didapatkan pasir kuarsa kering. Conto sedimen yang sudah kering ditimbang dan
dilakukan splitting atau membagi menjadi empat bagian. Pada sebagian conto yang cukup
mewakili, dilakukan proses pemisahan ukuran butir atau sieving untuk mendapatkan fraksi
sedimen pada ukuran 35, 60 dan 80 mesh. Secara umum untuk analisis sedimen yang
berukuran gravel halus diperlukan conto sedimen seberat 500 gr, sedangkan sedimen
berukuran pasir kasar diperlukan conto seberat 200 gr, pasir sedang seberat 100 gr, dan
untuk pasir halus seberat 25-50 gr (Surjono dkk., 2010).
Conto sedimen ukuran mesh 35, 60 dan 80 dicuci dengan menggunakan air aquadess
dan larutan HCl 0,1 M untuk menghilangkan kandungan karbonat. Conto sedimen yang
telah dicuci kemudian dikeringkan dan ditimbang lagi. Conto sedimen kemudian dilakukan
dilakukan sieving tahap 2 pada mesh 35, 60 dan 80. Kemudian diambil conto pasir kuarsa
masing-masing sebanyak ¼ berat hasil sieving 2 pada fraksi sedimen mesh 60 dan 80
untuk dilakukan proses pendulangan secara manual. Proses pendulangan ini dilakukan
untuk mendapatkan mineral-mineral berat yang terkandung pada conto pasir kuarsa. Conto
sedimen yang sudah didulang kemudian dikeringkan dan ditimbang kembali sebelum
dilakukan pengamatan / analisis laboratorium.
Analisis laboratorium dilakukan untuk mengetahui bentukan morfologi butir pasir
kuarsa dan komposisi mineralberat. Analisis ini meliputi analisis mikroskopik dan analisis
XRD. Analisis mikroskopik terbagi menjadi tiga jenis pengamatan, yaitu pengamatan
dengan menggunakan mikroskop binokuler, mikroskop polarisasi dan mikroskop cahaya
pantul. Mikroskop binokuler digunakan untuk mengamati morfologi butir pasir kuarsa dan
untuk memisahkan butiran mineral opak dengan butiran mineral translucent. Mikroskop
polarisasi digunakan untuk mengamati sayatan tipis dari mineral translucent dan mikroskop
cahaya pantul digunakan untuk pengamatan mineral-mineral opak dalam bentuk sayatan
poles. Jika pada pengamatan conto sedimen dimungkinkan untuk dilakukan analisis XRD
(jumlah partikel mineral berat mencukupi) maka akan dilakukan penyiapan dan analisis
data mineralogi menggunakan analisis XRD.
Setelah proses analisis data diperoleh, maka semua data yang didapatkan kemudian
diolah dengan menggunakan komputer untuk mengetahui kelimpahan kandungan mineral
berat pada masing-masing conto. Pengolahan data ini menghasilkan grafik yang
menunjukkan jumlah kelimpahan partikel mineral berat. Setelah itu dilakukan tahap
interpretasi dan integrasi data, di mana pada tahapan ini dilakukan penggabungan data,

667
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

termasuk di sini data-data sekunder dari kajian pustaka, sehingga akan didapatkan
informasi yang lebih valid tentang keberadaan sebaran mineral berat di daerah penelitian.
Akhirnya, dilakukan penyusunan laporan tentang keberadaan endapan mineral berat di
daerah penelitian.

Hasil Penelitian
Data Conto Pasir Kuarsa
Penelitian ini memakai conto pasir kuarsa sebanyak sepuluh (10) buah yang diambil dari
enam (6) lokasi di sekitar kota Singkawang (Gambar 3). Berikut adalah kode keseluruhan
conto pasir kuarsa: 120310-10, 120728-10 K, 120728-10 H, 120729-06, 120729-06 HM,
120731-01B, 120731-06 SB, 120731-06 SW, 120801-03, dan 120801-03B. Conto pasir
kuarsa tersebut diambil dari lingkungan pengendapan yang berbeda, yaitu lingkungan
pengendapan pantai aktif, lingkungan pengendapan teras sungai, lingkungan pengendapan
fluvial (aktif), lingkungan pengendapan fluvial/sungai tidak pada alur aktif dan lingkungan
pengendapan teras sungai. Conto pasir kuarsa beserta lingkungan pengendapannya dapat
dilihat pada Tabel 1. Setelah conto pasir kuarsa dilakukan proses pencucian, splitting dan
sieving, maka diperoleh komposisi ukuran butir seperti yang terlihat dalam Tabel 2. Di sini
terlihat bahwa ukuran butir didominasi oleh ukuran pasir, namun dengan dominasi ukuran
yang cukup berbeda. Hal ini disebabkan oleh lingkungan pengendapan yang berbeda-beda.

Bentuk, Roundness dan Sphericity


Dari pengamatan bentuk butir, disimpulkan bahwa keempat jenis bentuk butiran dijumpai,
yaitu equant, bladed, oblate dan prolate dengan bentuk butir pasir equant adalah yang
paling dominan pada hampir seluruh conto. Mekanisme transportasi yang paling umum
terjadi pada sedimen berukuran pasir adalah saltasi. Namun dengan adanya bentukan
bladed, prolate, dan oblate, dapat terlihat bahwa ada mekanisme bedload lainnya.
Bentukan bladed dapat saja berlangsung secara traksi, sedangkan prolate secara rolling.
Sedangkan bentukan equant dan oblate sendiri dapat diperkirakan mengalami sistem
transportasi dengan mekanisme saltasi ataupun rolling. Mekanisme pengendapan endapan
conto pasir kuarsa ini secara bedload juga didukung oleh data bentuk butir kerakal yang
dominan equant dan bladed.
Data roundness butir pasir menunjukkan nilai tingkat kebundaran subrounded-rounded.
Sedangkan data roundness ukuran butir kerakal menunjukkan keseluruhan conto memiliki
tingkat kebundaran subrounded, kecuali pada conto 120729-06 dan 120729-06 HM yang
memiliki tingkat subangular. Nilai sphericity pada ukuran butir pasir dan kerakal
menunjukkan nilai yang dominan adalah very equant. Akan tetapi conto pasir kuarsa
120731-01B (Sungai Bengkayang) memiliki nilai sphericity dominannya adalah very
elongate, mungkin dikarenakan conto diambil pada alur sungai aktif yang masih
mengalami proses transportasi.

Jenis dan Kelimpahan Mineral Berat


Nilai kelimpahan (persentase) mineral berat yang didapatkan dari pengamatan thin section
dan polish section yang dikonfirmasi dengan data XRD menunjukkan berbagai jenis
mineral berat yang hadir sangat beragam dan dengan kelimpahan yang berbeda-beda pada
masing-masing lokasi penelitian (Tabel 3). Namun pasir kuarsa dari pantai Pasir Panjang
yang berfraksi kasar dan selatan Singkawang tidak mengandung mineral berat sama sekali,
alias 100% terdiri dari kuarsa. Hal ini berkaitan dengan dugaan bahwa conto-conto ini
diambil pada endapan pasir kuarsa yang terbentuk oleh proses transportasi dan

668
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

pengendapan yang hanya menghasilkan akumulasi mineral ringan kuarsa saja, khususnya
pada energi yang rendah. Dalam hal ini kita akan melihat dan mengevaluasi conto-conto
yang mengandung mineral berat.
Mineral berat yang hadir pada daerah penelitian sangat bervariasi, namun yang umum
dijumpai adalah mineral zirkon, topas, epidot, dan rutil. Zirkon seperti diduga merupakan
mineral berat yang paling dominan di antara mineral-mineral berat lain. Walaupun emas
terbukti ditambang di beberapa tempat, namun tidak satupun conto yang diketahui
mengandung butiran emas, Hal ini disebabkan oleh kadar emas yang lebih rendah daripada
mineral berat yang lain. Selain itu berat jenis emas sangat tinggi yang umumnya akan
terjebak dalam endapan konglomerat dan bukan pada pasir kuarsa yang diteliti. Fakta lain
yang menarik adalah bahwa kasiterit dijumpai di semua lokasi kecuali pada endapan pantai
Pasir Panjang, yang mengkonfirmasikan bahwa kasiterit sungguh hadir di daerah
penelitian. Diduga sumber dari kasiterit (juga monasit, ilmenit dan alanit) adalah granit tipe
S yang berumur Mesozoikum Awal di daerah utara Sanggau dan perbatasan dengan
Malaysia yang tidak banyak tersingkap karena tertutup oleh batuan beku dan sedimen
berumur Kapur dan Tersier. Sedangkan pirit, magnetit, galena, kalkopirit dan molibdenit
diduga berasal dari batuan beku Kapur dan Tersier yang bertipe I dan menghasilkan
berbagai mineralisasi emas dan logam dasar sulfide. Selain itu batuan metamorf juga turut
memberikan andil terhadap kehadiran beberapa mineral seperti topas, staurolit, rutil,
zirkon, dan epidot.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berbagai mineral berat yang hadir dalam
endapan pasir kuarsa di daerah Singkawang dan sekitarnya, Kalimantan Barat, berasal dari
berbagai jenis sumber batuan yang berbeda-beda, khususnya batuan beku granitik tipe I
(berumur Kapur dan Tersier), granit tipe S yang diduga berumur lebih tua daripada Kapur,
dan batuan metamorf baik yang terbentuk oleh proses tektonik maupun hasil kontak
metasomatisme antara batuan beku dengan batuan sedimen yang diterobosnya.
Dalam kaitannya dengan potensi endapan mineral berat ekonomis di daerah penelitian,
maka gabungan keberadaan mineral zirkon dan kasiterit di suatu tempat perlu dilihat
sebagai daerah yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai endapan mineral ekonomis,
dengan tambahan by-product seperti rutil, topas, dan ilmenit. Sedangkan mineral sulfide
seperti pirit, kalkopirit, molibdenit dan galena dapat dipakai sebagai mineral indikator
kehadiran endapan hidrotermal tipe porfiri dan epitermal yang mungkin ekonomis.

Kesimpulan
1. Mekanisme proses sedimentasi yang bekerja pada endapan pasir kuarsa di daerah
penelitian didominasi oleh transportasi secara bedload. Lingkungan pengendapan
endapan pasir kuarsa mempengaruhi distribusi ukuran butir pasir, bentuk butir dan
kelimpahan mineral berat.
2. Di sekitar tubuh batholith Singkawang dijumpai berbagai mineral berat dengan jenis
dan kelimpahan yang berbeda-beda. Perbedaan kandungan mineral berat dipengaruhi
oleh batuan sumber, proses transportasi, dan lingkungan pengendapan.
3. Batuan sumber mineral berat diinterpretasikan sebagai batuan granitik tipe I (zirkon,
magnetit, pirit, kalkopirit, galena), granit tipe S (zirkon, kasiterit, monasit, alanit) dan
batuan metamorf (topas, staurolit, rutil, zirkon, dan epidot).
4. Zirkon yang hadir dalam jumlah yang paling dominan di berbagai lokasi dapat menjadi
target mineral ekonomis yang utama, di mana nilai ekonominya dapat dibantu dengan
kehadiran mineral lainnya, seperti kasiterit (Sn), rutil, topas, ilmenit, monasit dan
alanit. Sedangkan mineral lainnya seperti pirit, kalkopirit, molibdenit, dan galena dapat
dipakai sebagai mineral indikator untuk eksplorasi endapan hidrotermal tipe porfiri
dan epitermal.

669
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

Daftar Pustaka
Herman, D.Z., 2007, Kemungkinan Sebaran Zirkon pada Endapan Placer di Pulau
Kalimantan, Jurnal Geologi Indonesia, 2, p. 87-96.
Panggabean, D.R., 2011, Analisis Komposisi Mineral Berat dalam Pasir Kuarsa yang
Berasosiasi dengan Batuan Granitik Mesozoikum di Indonesia Bagian Barat, Skripsi
Tugas Akhir Jurusan Teknik Geologi UGM, Yogyakarta, 99 p.
Robb, L., 2005, Introducing to Ore-Forming Processes; Blackwell Science Ltd, UK.
Surjono, S.S., Amijaya, D.H., dan Winardi, S., 2010, Analisis Sedimentologi, Pustaka Geo,
Yogyakarta, 120 p.
Suwarna, N., de Keyser, F., Langford, R.P dan Trail, D.S, 1993, Geologi Lembar
Singkawang, Kalimantan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, 43 p.
van Leeuwen, T.M., 1994, 25 years of mineral exploration and discovery in Indonesia.
Journal of Geochemical Exploration, 50, p. 13-90.
Wilson, M.E.J. and SJ Moss, S.J., 1999, Cenozoic palaeogeographic evolution of Sulawesi
and Borneo, Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology, 145, p. 303-337.

670
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

Tabel 1. Deskrispi conto pasir kuarsa


Berat Conto
No Kode Conto Lingkungan
Awal (Kg)

1 120310-10 11,82 Fluvial/sungai, tidak pada alur aktif

2 120728-10 H (halus) 4,80 Pantai aktif


3 120728-10 K (kasar) 5,40 Pantai aktif
4 120729-06 13,79 Teras sungai terangkat
120729-06 HM
5 2,84 Akumulasi mineral berat
(heavy minerals)
6 120731-01B 6,34 Fluvial/sungai aktif
120731-06 SW
7 13,09 Fluvial/sungai, tidak pada alur aktif
(white sand)
120731-06 SB
8 11,84 Fluvial/sungai, tidak pada alur aktif
(brown sand)
120801-03 (white,
9 11,05 Teras pantai
clean sand)
120801-03B (dark
10 11,00 Teras pantai
brown, organic-rich)

Tabel 2. Komposisi ukuran butir conto pasir kuarsa dalam %


1207 1207 1207 1207 1207
Ukuran 1203 1207 1207 1208 1208
28-10 29-06 31- 31-06 31-06
mesh 10-10 28-10H 29-06 01-03 01-03B
K HM 01B SB SW
45,6
> 18 14,3 % 2,3 % 94,3 % 20,9 % 2,3 % 23,6 % 9,6 % 5,7 % 8,2 %
%
27,4
35 - 18 30,0 % 22,6 % 5,5 % 18,5 % 9,3 % 36,3 % 32,9 % 31,7 % 33,0 %
%
21,3
60 - 35 52,2 % 65,3 % 0,1 % 43,0 % 76,0 % 31,7 % 47,6 % 40,8 % 43,7 %
%
80 - 60 2,6 % 7,5 % - 6,0 % 5,9 % 3,8 % 4,1 % 3,8 % 6,9 % 4,0 %
100 - 80 0,6 % 1,6 % - 5,0 % 3,0 % 1,1 % 1,7 % 2,0 % 4,6 % 2,8 %
< 100 0,3 % 0,7 % 0,1 % 6,6 % 3,4 % 0,9 % 2,6 4,0 10,3 8,3
Total 100 % 100 % 100 100 100 100 100 100 100 100

671
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

Tabel 3. Komposisi dan kelimpahan mineral berat dalam %


Kelimpahan Mineral (%)
Lokasi Mempa Bengka Selatan
Pasir Panjang Sambas Monterado
wah yang Singkawang

120310 120728 120728 120729 120729 120731- 120731 120731 120801 120801
No Mineral -10 -10 K -10 H -06 -06 HM 01B -06 SW -06 SB -03 -03B
1 Kuarsa 39,64 100 69,68 44,74 34,30 31,53 32,88 42,61 100 100
2 Zirkon 20,91 - 0,81 4,17 18,71 2,50 17,90 19,48 - -
3 Topas 1,78 - 7,43 10,29 14,52 1,64 2,60 3,47 - -
4 Ortoklas 3,07 - - 3,11 3,22 1,48 2,52 1,96 - -
5 Kasiterit 1,49 - - 1,71 2,04 8,77 2,71 0,31 - -
6 Epidot 0,89 - 6,92 1,16 0,49 1,33 0,41 1,87 - -
7 Aegirin 0,69 - - 3,40 0,97 0,78 - 1,69 - -
8 Rutil 8,03 - 10,07 20,48 5,85 14,83 12,37 8,63 - -
9 Alanit 0,30 - 1,63 0,49 1,56 - 0,98 - - -
10 Axinit 0,50 - - - - 2,97 - 0,98 - -
11 Staurolit 0,30 - - 1,46 1,56 0,62 3,83 1,33 - -
12 Monasit - - 2,24 1,65 - - - - - -
13 Hornblenda - - 1,32 - - 1,48 - 0,89 - -
14 Apatit - - - - 0,78 - - - - -
15 Sfen - - - - - - - 0,98 - -
16 Pirit 3,70 - - 0,62 1,56 1,66 2,18 1,09 - -
17 Magnetit 11,11 - - 5,25 4,68 5,98 5,18 0,15 - -
18 Goethit 2,46 - - - 0,88 1,87 3,37 2,19 - -
19 Hematit 5,11 - - 0,55 7,24 16,20 2,65 1,04 - -
20 Ilmenit - - - - 0,76 6,48 8,18 8,54 - -
21 Galena - - - - 0,25 - - - - -
22 Molibdenit - - - 0,52 0,51 - 0,17 - - -
23 Kalkopirit - - - 0,43 0,32 - 2,03 2,90 - -
Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

672
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

Gambar 1. Geologi regional Pulau Kalimantan (Wilson and Moss, 1999) dan wilayah daerah
penelitian di Singkawang dan sekitarnya, Kalimantan Barat (ditandai dalam lingkaran)

Gambar 2. Geologi umum daerah Singkawang dan sekitarnya, Kalimantan Barat (Suwarna dkk.,
1993 dengan modifikasi)

673
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

120729-06

120728-10
120731-01

120801-03 120731-06

120310-10

Gambar 3. Lokasi conto endapan pasir kuarsa yang dianalisis, dengan peta dasar menggambarkan
lokasi kota, sungai, dan mineralisasi emas dan logam dasar menurut Suwarna dkk. (1993)

Gambar 4. Tahapan analisis laboratorium

674
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

Gambar 5. Contoh hasil identifikasi mineral berat dalam conto pasir kuarsa berdasarkan
pengamatan sayatan tipis (thin section). Gambar sebelah kiri adalah pengamatan pada nikol sejajar,
sedangkan sebelah kanan pada nikol bersilang

Gambar 6. Contoh hasil identifikasi mineral berat dalam conto pasir kuarsa berdasarkan data XRD

675

Anda mungkin juga menyukai