Anda di halaman 1dari 6

e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.

2(May, 2020): 539-544 Jurnal Human Care

POTENTIAL GENDER DIFFERENCES IN PATHOPHYSIOLOGY


OF MIGRAINE AND TENSION TYPE HEADACHE
Restu Susanti1)
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, RSUP Dr. M.Djamil Padang, Jl.Perintis Kemerdekaan, Sawahan
Timur, Padang Timur, Kota Padang
email: restususanti@yahoo.com

Submitted: 30-03-2020, Reviewer: 30-03-2020, Accepted: 07-04-2020

Abstract
Headache is one of the most common symtomps which cause patients consult a neurologist. Primary
headache is headache without other underlying diseases. Primary headaches can be divided into
migraine headaches, tension types-headache, trigeminal autonomic cephalalgias, and other types of
headaches. Sex differences play a role in the perception of headache. Theories regarding hormonal, the
number of pain-sensitive points, subjectivity, and psychosocial factors are mostly related to the
differences of migraine and TTH pathophysiology between women and men.
Keywords: migraine, tension-type headache, women

Abstrak
Nyeri kepala merupakan salah satu keluhan yang sering menjadi alasan pasien datang berobat. Nyeri
kepala primer adalah nyeri kepala tanpa penyakit lain yang mendasarinya. Nyeri kepala primer dibedakan
menjadi migren, tension type-headache, trigeminal autonomic cephalalgias dan nyeri kepala tipe lainnya.
Perbedaan jenis kelamin berperan dalam persepsi nyeri kepala. Teori mengenai hormonal, jumlah titik
peka nyeri, subjektivitas, dan faktor psikososial banyak dikaitkan dengan patofisiologi perbedaan migren
dan TTH antara perempuan dan laki-laki.
Kata Kunci :migren, tension type headache, perempuan

PENDAHULUAN kepala dibanding laki-laki. Ada beberapa


teori terkait nyeri kepala primer dan
Nyeri kepala merupakan salah satu
hubungannya dengan jenis kelamin.
keluhan yang sering menjadi alasan pasien
Hubungan hormonal merupakan salah satu
datang berobat. Klasifikasi nyeri kepala
fokus utama beberapa penelitian yang masih
primer yang digunakan saat ini berdasarkan
terus dikembangkan saat ini. Selain itu
ICHD-3 (International Classification of
subjektivitas nyeri juga lebih tinggi pada
Headache Disorders). Nyeri kepala primer
perempuan yang diduga berhubungan juga
dibagi menjadi 4 yaitu migren, nyeri kepala
dengan psikososial[4].
tipe tegang (tension type-headache), Nyeri
Beberapa data menunjukkan migren
kepala trigeminal otonom (trigeminal merupakan salah satu nyeri kepala primer
autonomic cephalalgias) atau nyeri kepala yang paling banyak dikeluhkan perempuan
klaster dan nyeri kepala tipe lainnya[1,2] dibandingkan laki-laki. Sedangkan untuk
Secara umum, persepsi nyeri nyeri kepala kronik seperti nyeri kepala
berubah seiring pertambahan usia. Persepsi klaster lebih banyak dikeluhkan oleh laki-
nyeri kepala akan berbeda antar usia muda laki[5]. Sehingga menarik untuk membahas
dan usia lanjut[3]. Perbedaan jenis kelamin lebih lanjut tentang nyeri kepala primer
juga berperan dalam persepsi nyeri kepala. khususnya migren dan tension-type
Perempuan lebih sering mengeluhkan nyeri headache yang masing-masing kaitannya

539
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.2(May, 2020): 539-544 Jurnal Human Care

dengan perempuan sehingga menambah


pemahaman mengenai nyeri kepala primer Patofisiologi Migren dan Hubungannya
pada perempuan terutama dalam hal dengan Perempuan
patofisiologi.
Peran hormon seks lebih sering
ditemukan pada kasus nyeri kepala migren.
NYERI KEPALA MIGREN Frekuensi nyeri kepala migren pada anak
(MIGRAINE HEADACHE) usia pre-pubertas sekitar 3-10%. Memasuki
usia pubertas, akibat perubahan hormonal,
Klasifikasi Migren: frekuensi nyeri kepala semakin meningkat
a. Migren tanpa aura dengan angka kejadian lebih sering 2-3 kali
Unilateral,berdenyut, intensitas nyeri lipat pada perempuan dibanding pada laki-
sedang hingga berat, diperberat dengan laki yang membuktikan bahwa perubahan
aktivitas seperti berjalan atau menaiki status hormonal sangat berperan terhadap
tangga. Keluhan nyeri diikuti salah satu kejadian migren. Termasuk didalam
keluhan mual atau fotofobia maupun perubahan hormonal ini adalah menarche,
fonofobia. Keluhan nyeri kepala menstruasi, kehamilan, menopause, dan juga
berlangsung 4-72 jam. penggunaan kontrasepsi hormonal baik oral
b. Migren dengan aura maupun hormonal replacement theraphy [6].
Selain memenuhi kriteria migren tanpa Migren menyerang perempuan 3 kali
aura, migren dengan aura harus lebih sering dibanding laki-laki. Migren
memenuhi kriteria adanya salah satu semakin sering muncul pada 1-2 tahun
aura (visual, sensorik, biacara, motoirik, sebelum atau sesudah menarche, dimana
brain stem, retinal) yang sifatnya sebuah penelitian oleh Maleki tahun 2017
reversible. Aura tersebut berlangsung menunjukkan kecenderungan menderita
selama 5-60 menit. migren di usia menarche akan mengalami
i. Migren dengan aura tipikal. Aura migren dikemudian hari[6]. Puncak usia
yang muncul adalah aura visual, menderita migren pada perempuan setelah
sensorik dan atau bahasa. Tidak ada pubertas sekitar 30 hingga 39 tahun[7].
gejala motorik, brain stem atau Ada beberapa teori yang diajukan
retinal. dalam memahami mekanisme penyebab
ii. Migren dengan aura brainstem. Aura migren dari segi perbedaan jenis kelamin.
yang muncul pada tipe migren ini Teori yang paling sering digunakan adalah
adalah disartria, vertigo, tinnitus, perubahan hormon seksual terutama pada
hypacusis, diplopia, ataksia, perempuan sebagai pencetus migren.
penurunan kesadaran dengan GCS Hormon perempuan terutama estrogen
≤ 13. Tidak ada gejala motorik mengalami fluktuasi selama masa kehidupan
maupun retinal. perempuan sesuai dengan siklus alami
iii. Migren hemiplegik. Gejala migren hormonal, yang dapat memicu migren.
disertai dengan kelemahan anggota
gerak, gangguan visual, sensorik
dan atau berbahasa.

c. Migren kronik Dibandingkan dengan laki-laki, perempuan


Nyeri kepala berlangsung ≥ 15 hari per memang lebih sering datang ke praktek
bulan selama > 3 bulan yang memenuhi dokter dengan keluhan migren dan gejala
kriteria migren dengan atau tanpa aura yang menyertai migren seperti fotofobia,

540
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.2(May, 2020): 539-544 Jurnal Human Care

fonofobia, mual, aura visual ataupun


pandangan kabur[6].
Beberapa faktor telah teridentifikasi
meningkatkan resiko migren, dari migren
episodik menjadi migren kronik, yaitu
lingkungan, genetik dan faktor sosial.
Migren pada perempuan sangat beresiko
tinggi menjadi migren kronik karena
kejadian depresi yang tinggi, kecemasan
yang berlebihan bahkan pengalaman tidak
menyenangkan pada masa kecil[8].
Perempuan dengan obesitas juga
beresiko 2 kali lebih sering mengalami
migren episodik maupun migren kronik, hal
ini diduga berhubungan dengan produksi
estrogen yang patologis pada jaringan
Gambar 1. Ketebalan korteks pada pasien
adiposa. dengan migren, sisi kiri adalah gambaran pada laki-
Estrogen withdrawal berperan sebagai laki dan perempuan yang sehat, sisi kanan
pemicu migren dan hal ini dikonfirmasi menggambarkan laki-laki dan perempuan dengan
melalui sebuah penelitian terhadap hewan migren. Warna biru muda menunjukkan area korteks
coba yang menunjukkan hormon lebih tebal pada perempuan[10].
gonadotropin perempuan meningkatkan Pemeriksaan pencitraan baik strutural,
resiko migren melalui efek elektrofisiologi kimiawi maupun fungsional juga ditemukan
estrogen–dependent.Sebaliknya, mekanisme perbedaan pada perempuan dengan migren
testosteron pada migren masih belum
ibanding dengan laki-laki. Perbedaan ini
diketahui pasti, diduga testosteron berperan
berkaitan dengan proses nyeri, sensasi,
dalam modulasi aliran darah otak,
afektif dan fungsi otonom termasuk
serotonergic tone, dan diduga juga pada
didalamnya penebalan insula sinisitra bagian
cortical spreading depression [9].
posterior dan peningkatan aktivitas
Serotonin dianggap memiliki peranan
insula[8,12]. Peningkatan aktivasi pada proses
penting dalam patogenesis migren, dimana
emosi juga ditemukan lebih sering terjadi
serotonin sendiri produksinya ditingkatkan
pada perempuan dibanding laki-laki,
oleh peran estrogen, yang akan
menunjukkan kemungkinan mekanisme
meningkatkan ekspresi trytophan
hydroxylase dan menurunkan ekspresi seorang perempuan penderita migren
serotonin re-uptake transporter. Estrogen memiliki subjektivitas lebih tinggi dalam
juga diaktivasi oleh sistem opioid endogen menggambarkan perasaan nyeri yang
yang menghasilkan efek analgesik. dialaminya[10,8].
neurogenik dan sekresi histamin dari sel
NYERI KEPALA TIPE TEGANG
mast dengan menurunakan produksi
(TENSION-TYPE HEADACHE)
prostaglandin[8].
Sebuah penelitian tentang progesteron
Klasifikasi Tension-Type Headache
menunjukkan bahwa progesteron berperan
(TTH)1,2
dalam mengurangi nosisiptif sistem
trigemino vaskular melalui penghambatan a. TTH Infrekuen
edema. Lokasi nyeri kepala bilateral seperti
ditekan dan berat (tidak berdenyut.

541
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.2(May, 2020): 539-544 Jurnal Human Care

Serangan ringan hingga sedang. Tidak diduga merupakan peran dari saraf perifer
dipengaruhi dengan aktivitas sehari- terhadap kejadian TTH yang disebut triger
hari. Tidak ada muntah amaupun mual points (TrPs) [15].
Serangan nyeri kepala minimal 10 Triger points adalah titik hipersensitif
episode dalam 1 bulan berlangsung 30 pada hubungan antara otot yang
menit-7 hari. menimbulkan rasa nyeri menjalar, dan gejala
b. TTH Frekuen motorik saat diberikan stimulasi[16].
Deskripsi nyeri seperti TTH infrekuen Beberapa penelitian mengatakan bahwa rasa
namun frekuensi serangan 10 episode nyeri menjalar yang dicetuskan oleh TrPs
dengan rata-rata >12 hari per bulan. menghasilkan pola nyeri yang khas pada
c. TTH kronik pasien dengan TTH[17]. Penelitian oleh de-
Keluahan seperti TTH infrekuen dan las-Penas, dkk mengatakan bahwa bentuk
frekuen namun nyeri berlangsung >15 nyeri dimana TrPs pada otot yang diinervasi
hari per bulan, tiap episode serangan oleh n. trigeminal atau n. cervical bagian
berlnagsung beberapa jam hingga atas bertanggung jawab terhadap nyeri
beberapa hari atau tidak ada fase nosiseptif yang terus menerus, mesensitisasi
remisi.keluhan tanpa mual, muntah, sistem saraf pusat dan pada akhirnya
fotofobia maupun fonofobia. menyebabkan widespread sensitization pada
TTH[15]. Sensasi nyeri tersebut telah
Patofisologi Tension-Type Headache dan dikonfirmasi ulang oleh penelitian terbaru
Hubungannya dengan Perempuan yang melaporkan bahwa lebih banyak TrPs
Tension-type headache merupakan pada kepala, leher, dan otot bahu
nyeri kepala primer dengan angka kejadian berhubungan dengan hipersentivitas nyeri
42% dari seluruh jenis nyeri kepala tekan pada individu dengan TTH. Jumlah
primer[11]. Berdasarkan jenis kelamin, TTH TrpS yang aktif ini secara tidak langsung
1,5 kali lipat lebih sering terjadi pada juga berhubungan dengan tingkat kecemasan
perempuan dibanding laki-laki. Sedangkan yang juga menjadi faktor yang berperan
nyeri kepala klaster sebaliknya, lebih sering pada proses sensitisasi sentral dengan
terjadi pada laki-laki terutama usia remaja mengurangi ambang noxious input dari otot
dan paruh baya. Seiring bertambahnya usia, perikranial [18,19].
angka kejadian nyeri kepala klaster tidak Sejak adanya bukti bahwa jenis
berbeda secara signifikan antara laki-laki kelamin berperan dalam persepsi nyeri
maupun perempuan[12] terutama sensitivitas terhadap nyeri tekan,
Patogenesis mengenai TTH saat ini perkembangan struktur dan fungsi otak,
difokuskan pada peran jaringan otot dan pengalaman hidup sebelumnya, kultur
proses propioseptif terhadap nyeri. Terdapat budaya dan faktor biopsikososial yang
anggapan bahwa peran komponen otot berhubungan dengan pengalaman nyeri,
berkontribusi dalam proses sensitisasi nyeri menjadikan seorang klinisi dapat
yang berhubungan dengan perubahan TTH menentukan program terapi yang tepat
dari akut menjadi kronik[13,14].Terdapat bukti sesuai dengan jenis kelamin [20].
bahwa penderita TTH mengalami Penelitian oleh Mendez MC,dkk pada
hipersenstivitas nyeri pada nyeri yang tahun 2019 tentang TrPs, menunjukkan
sebenarnya ringan pada beberapa titik yaitu bahwa perempuan memiliki jumlah TrPs
daerah trigeminal, area servikal, area diluar aktif yang jauh lebih banyak dibanding laki-
trigeminal. Nyeri juga dirasakan menjalar laki terutama di sub-oksipital, temporal, otot
saat titik otot tertentu dirangsang yang splenius. Jumlah TrPs aktif ini diduga

542
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.2(May, 2020): 539-544 Jurnal Human Care

memang diakibatkan perbedaan struktur otot KEPUSTAKAAN


bawaan antara laki-laki dan perempuan.
1. Headache Classification Committee of
Jumlah TrPs aktif ini juga berbanding lurus
the International Headache Society
terhadap tingkat ansietas pasien dengan
(IHS). The International Classification
TTH. Penelitian sebelumnya mengatakan
of Headache Disorders, 3rd edition.
tingkat kecemasan berhubungan dengan
Cephalalgia. 2018;38:1-211.
muscular tenderness[21]. Pada kenyataannya
2. Kelompok Studi Nyeri Kepala,
stres pada umumnya merupakan salah satu
PERDOSSI. Konsensus Nasional V.
faktor resiko nyeri timbul. Terdapat bukti
Diagnostik dan Penatalaksanaan Nyeri
bahwa perempuan memiliki tingkat ansietas
Kepala. 2018. Hal 13-37
lebih tinggi diabanding laki-laki (1,8:1) [22].
3. El Tumi H, Johnson MI, Dantas PBF,
Penelitian lainnya juga menunjukkan
Maynard MJ, Tashani OA. 2017. Age
bahwa ambang batas nyeri yang rendah pada
related changes in pain sensitivity in
perempuan dibanding laki-laki sehingga
healthy humans: a systematic review
perempuan lebih sensitif terhadap rasa nyeri
with meeta-analysis. EurJ Pain.Vol
terutama pressure pain dan aktivasi
21(6): 955-64.
modulasi analgesia berkurang pada
4. Lautenbacher S, Peter JH, Heesen M,
perempuan[17].
Scheel J, Kunz M. 2017. Age changes
in pain perception: a systematic review
KESIMPULAN
and meta-analysis of age effects on
Nyeri kepala primer berupa migren pain and tolerance thresholds. Neurosci
dan TTH merupakan nyeri kepala yang Biobehav rev. Vol 75:104-13.
frekuensinya tinggi pada perempuan 5. Woldeamanuel YW, Andreou AP,
dibanding laki-laki. Nyeri kepala primer Cowan RP. 2014. Prevalence of
lainnya berdasarkan data epidemiologi lebih migraine headache and ots woght on
sering terjadi pada laki-laki, contohnya nyeri neurological burden in africa: a 43-year
kepala klaster. systematic review and meta-analysis of
Migren erat hubungannya dengan community based studies.J Neurol Sci.
kondisi hormonal. Peran hormon sangat Vol 324.pp:1-15
nyata untuk menimbulkan sensasi nyeri. 6. Lagman-Bartolome AM, Lay C.
Sedangkan pada TTH, mekanisme nyeri Migraine in Women. Neurol Clin. 2019
lebih disebabkan karena adanya titik peka Nov;37(4):835–45.
nyeri yang secara alami lebih banyak 7. Pavloic JM, Akcali D, Bolay H. 2017.
ditemukan pada perempuan dibanding laki- Sex-related influences in migraine. J
laki sehingga resiko perempuan mengalami Neurosci Res. Vol:95.p:587.
TTH jauh lebih tinggi dibanding laki-laki. 8. Schroeder RA, Brandes J, Buse DC,
Faktor lain yang turut berperan Calhoun A, Eikermann-Haerter K,
terhadap migren dan TTH antara lain faktor Golden K, et al. Sex and Gender
stres, ansietas berlebihan, yang tidak dapat Differences in Migraine-Evaluating
dipungkiri menaikkan ambang batas nyeri Knowledge Gaps. J Womens Health
sehingga perempuan menjadi lebih peka (Larchmt). 2018 Aug;27(8):965–73.
terhadap rasa nyeri dibanding laki-laki. 9. Pavloic JM, Vieira JR, Lipton RB,
Bond DS. 2017. Association between
obseity and migriane in women. Curr
Pain and Headache

543
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.2(May, 2020): 539-544 Jurnal Human Care

10. Vetvik KG, Mc Gregor EA. 2016. Sex 19. Palacious-Ceria M, Wang K, castaldo
differences in the epidemiology, clinical M. 2018.Trigger points are associated
features and pathophysiology of with widespread pressure pain
migraine. The Lancet of Neurology. sensitivity in people with tension-type
11. Mendez MC, Antona CJ, Paras PB, headache. Cephalalgia. Vol 38: 237-45.
Novo SF, Jimenez JR, De-Las Penas 20. Racine M, Tousignant-Laflamme Y,
CF. 2019. Active trigger points are Kloda LA, Dion D, Dupuis G,
associated with anxiety and widespread Choiniere M. 2012. A systematic
pressure pain sensitivity in women, but literature review of 10 years on
not men, with tension type headache. sex/gender and pain perception Part 2:
Pain Practice. Vol.19(5):522-9. do biopsychososcial alter pain
12. Dellaruelle Z, Ivanova TA, Khan S, sensitivity differenty in women and
Negro A, Omelo R, Raffaelli B, et al. men?. Pain. Vol 153:619-35.
2018. Male and female sex hormones in 21. Ingalhalikar M, Smith A, pareker D.
primary headaches. The journal of 2014. Sex differences in the structural
Headache and Pain. Vol 19:117. connecntions of the human brains.
13. Arendt-Nielsen L, Castaldo M, Mechelli PNAS. Vol 111:823-28.
F, Fernández-de-las-Peñas C. Muscle 22. Lampl C, Thomas H, Tassoreli C. 2016.
Triggers as a Possible Source of Pain in Headache, depression and anxiety:
a Subgroup of Tension-type Headache associations in the Eurolight project. J
Patients? Clin J Pain [Internet]. Headache Pain. Vol 17:59.
2016;32(8).
14. de Tommaso M, Fernandez-de-Las-
Penas C. Tension Type Headache. Curr
Rheumatol Rev. 2016;12(2):127–39
15. Fernández-De-Las-Peñas C, Fernández-
Muñoz JJ, Palacios-Ceña M, Parás-
Bravo P, Cigarán-Méndez M, Navarro-
Pardo E. Sleep disturbances in tension-
type headache and migraine. Ther Adv
Neurol Disord. 2018;11:1–6.
16. Simons DG, Travel JG, Simons. 2019.
Myofascial pain and dysfunction. The
trigger Point Manual 3rd edition.
17. Abboud J, Marchand AA, Sorra K,
Descarreaux M. 2013. Musculoskeletal
physical outcome measures in
individuals with tension-type headache:
a scoping review. Cephalalgia. Vol
33:1319-36.
18. Palacious-Ceria M, Castaldo M, Wang
K. 2017. Relationship of trigger points
with related disability and anxiety in
people with tension-type headache.
Medicine. Vol 96:6548.

544

Anda mungkin juga menyukai