Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pondasi bored pile adalah pondasi tiang dalam berbentuk tabung yang
berfungsi meneruskan beban bangunan kedalam permukaan tanah hingga pada tanah
yang keras. Pondasi Bore Pile merupakan salah satu bahan ajar pada mata kuliah di
Jurusan Teknik Sipil, yakni pada mata kuliah Rekayasa Pondasi II. Mahasiswa
diajarkan tentang Pondasi ini sebagai bekal bagi mahasiswa yang nantinya akan terjun
di dunia kerja. Namun, pembekalan bagi seorang calon sarjana teknik sipil tidak
cukup dengan pembengkalan teori di bangku kuliah saja. Ada berbagai pengetahuam
penting lain yang hanya bisa didapatkan dari pengalaman visual di lapangan secara
langsung, seperti pemahaman yang lebih mendalam mengenai proses dan tahapan
dalam kegiatan kontruksi.
Kesesuaian ilmu pengetahuan dalam bentuk teori maupun praktek sangat
diperlukan. Hingga saat ini masih terdapat kesenjangan antara dunia kerja dengan
dunia pendidikan. Hal ini dikarenakan adanya beberapa perbedaan antara ilmu yang
diperoleh mahasiswa di bangku pendidikan denan realita di dunia kerja.
Oleh karena itu, Program Studi Teknik Sipil UNG bekerja sama dengan PT.
PP (PERSERO), untuk melakukan Study Lapangan mengenai Pondasi Bore Pile pada
Proyek Konstruksi Pembangunan Bank Indonesia cabang Gorontalo yang berlokasi di
Jalan By Pass Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo.

1.2. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan melaksanakan kuliah lapangan ini
adalah untuk mengamati secara langsung kegiatan pekerjaan konstruksi di lapangan
khususnya pekerjaan pondasi bore pile.

1.3. Manfaat
Mahasiswa dapat membandingkan secara langsung antara pekerjaan di
lapangan dengan teori yang telah dipelajari di perkuliahan untuk menambah wawasan
dan pengalaman bagi mahasiswa.

1|Page
BAB II
TEORI DASAR

Pondasi Bore Pile adalah jenis pondasi dalam yang berbentuk tabung, yaitu berfungsi
meneruskan beban struktur bangunan diatasnya dari permukaan tanah sampai lapisan tanah
keras di bawahnya. Pondasi bore pile memiliki fungsi yang sama dengan pondasi tiang
pancang atau pondasi dalam lainya. Perbedaan di antara keduanya adalah pada cara
pelaksanaan pengerjaanya. Pelaksanaan pondasi bore pile diawali dari pembuatan lubang di
tanah dengan cara tanah di bor terlebih dahulu kemudian penginstalan besi tulangan ke dalam
lubang yang dilanjutkan dengan pengecoran bor pile dengan tremi.
2.1. PROSES PENGEBORAN
1. Pengeboran dengan sistem bor kering / dry drilling : Tanah di bor dengan
menggunakan mata bor spiral. Dengan cara memutar mata bor dan diangkat setiap
interval 0,5meter. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai kedalaman yang
ditentukan.
2. Pengeboran dengan sistem bor basah / wash borring : Tanah di bor dengan
menggunakan mata bor cross bit ex design sesuai kebutuhan yang memiliki
kecepatan putar 375 rpm dan tekanan +/- 200 kg. Jika tanah dalam keadaan mudah
runtuh dapat diberi chasing sementara terlebih dahulu untuk menghindari
kelongsoran dinding lubang hasil pengeboran. Pengikisan tanah dibantu dengan
tembakan air lewat lubang stang bor yang dihasilkan dari pompa NS-80. Hal ini
menyebabkan tanah yang terkikis menjadi lumpur dan terdorong keluar dari
lubang. Setelah mencapai kedalaman sesuai rencana, pengeboran dihentikan,
sementara mata bor dibiarkan berputar tetapi beban penekanan dihentikan dan air
sirkulasi tetap mengalir terus sampai serpihan tanah terdorong keluar dari lubang
seluruhnya. Selama pembersihan ini berlangsung, baja tulangan dan pipa tremi
sudah disiapkan di dekat lubang bor. Setelah cukup bersih, stang bor diangkat dari
lubang bor. Dengan bersihnya lubang pengecoran akan mendapatkan hasil yang
terbaik.

2.2. PEMBERSIHAN LUBANG BOR


Tahap kedua adalah pembersihan lubang bor pile dari lumpur pekat yang terjadi.
Pembersihan harus dilakukan dengan alat pembersih kusus dengan ukuran yang sesuai
dengan diameter lubang bor.

2|Page
2.3. PEMASANGAN BESI BETON DAN PIPA TREMI
Tahap ketiga adalah pemasangan besi beton dan pipa tremi untuk pengecoran.
Kerangka baja tulangan yang telah di instal diangkat dengan bantuan diesel dan power
winch dalam posisi tegak lurus terhadap lubang bor dan diturunkan dengan hati-hati
agar tidak terjadi banyak singgungan dengan lubang bor. Baja tulangan yang telah
dimasukan dalam lubang bor ditahan dengan potongan tulangan melintang lubang bor.
Bila kebutuhan baja tulangan lebih dari 12 meter bisa dilakukan penyambungan dengan
diikat dengan kawat beton dengan panjang overlap 50-60cm atau sesuai pada gambar
yang di sediakan.
Setelah rangka baja tulangan terpasang, maka pipa tremi harus di masukkan
kedalam lubang dengan panjang sesuai kedalaman lubang bor. Bila pada waktu
pemasangan baja tulangan terjadi singgungan dan terjadi keruntuhan di dalam lubang
bor, maka diperlukan pembersihan ulang dengan memasang head kombinasi diameter 6
"ke diameter 2". Dengan memompa air kedalam stang bor dan pipa tremi, maka
reruntuhan dan tanah yang menempel pada besi tulangan dapat dibersihkan kembali.

2.4. PENGECORAN BORE PILE


Tahap keempat adalah pekerjaan pengecoran bore pile ke dalam lubang bor.
Untuk memisahkan adukan beton dari lumpur limbah pengboran di awal pengecoran,
maka di gunakan kantong plastik yang diisi adukan beton dan diikat dengan kawat
beton kemudian digantung di bagian dalam lubang tremi satu meter kebawah dari
corong pipa tremi.

1. Setelah persiapan pengecoran selesai, beton slump 18+-2cm ditampung di dalam


corong tremi dan ditahan oleh bola plastik yang berisi adukan beton setelah cukup
penuh bola kantong plastik dilepas sehingga beton mendorong lumpur yang ada di
dalam lubang tremi. Pengecoran dilakukan secara terus-menerus untuk
menghidari kemacetan pada pipa tremi. Dengan sistem tremi ini pengecoran
dimulai dari dasar lubang dengan mendorong air / lumpur dari bawah menuju
keluar lubang.
2. Setelah pipa tremi penuh dan ujung pipa tremie tertanam beton sehingga beton
tidak dapat mengalir karena ada tekanan dari bawah. Untuk memperlancar adukan
beton didalam pipa tremi,  maka harus dilakukan hentakan-hentakan pada pipa

3|Page
tremi. Pipa tremi harus selalu tertanam di dalam adukan beton dan pengisian di
dalam corong harus dijaga terus menerus agar corong tidak kosong.
3. Pipa tremi dilepas setiap 3 meter akan tetapi ujung pipa di dalam harus dalam
keadaan tertanam di dalam beton. Pengecoran dihentikan setelah adukan beton
yang naik ke permukaan telah bersih dari lumpur.
4. Setelah pekerjaan pengecoran selesai, semua peralatan pengecoran dibersihkan
dari sisa beton dan lumpur dan disiapkan kembali untuk dipakai pada titik bor
selanjutnya.

4|Page
BAB III

HASIL PENGAMATAN

3.1. Gambaran umum proyek

Nama Proyek Proyek Gedung KPwBI Provinsi Gorontalo


NK-PPN Rp. 162.817.655.781,00
Lokasi Jl. By Pass Kecamatan Kota Timur Kota
Gorontalo
Pemilik Proyek Bank Indonesia (departemen Pengadaan
Strategis)
Konsultan Perencana PT. Titimatra Tujuhutama
Luas Bangunan Utama 9.402,9 m2 (4 Lantai+ 1 Deck)
Luas Bangunan Penunjang 504.35 m2(2 Lantai)
Masa Pelaksanaan 540 hari kalender

3.2. Jenis Tanah dan Alasan Menggunakan Bore pile


Jenis Tanah di lokasi proyek tersebut adalah jenis tanah Granuler. Hal ini bisa
dilihat dari lingkungan sekitar proyek yang berdekatan dengan sungai bone. Muka air
tanahnya pun kurang lebih 2 meter dari permukaan tanah.
Ada beberapa resiko yang akan dihadapi ketika dilakukan pengeboran pada
tanah granuler. Salah satunya yaitu terjadinya longsor ketika sedang dalam
pengeboran. Seharusnya pondasi yang dipakai adalah tiang pancang. Namun ada
alasan tertentu yang membuat dipilihnya Bore pile daripada tiang pancang. Alasan
Pondasi Bore Pile dipilih dibanding pondasi tiang pancang adalah dalam hal ini
mereka mempertimbangkan faktor biaya. Apabila tanah tersebut dipancang dan
akhirnya kedalamannya melebihi kontrak yang disepakati, maka kelebihan kedalaman
itu akan ditanggung oleh pekerja proyek. Misalnya ketika dipancang kedalamannya
mencapai 20 meter sedangkan kontraknya hanya 15 meter, maka kelebihan 5 meter
itu di tanggung oleh pekerja proyek.
Banyaknya Bor kurang lebih 344 buah dengan Jarak Antar Tiang 75.
Kedalaman tiang Pada bangunan utama dan bangunan penunjang adalah 15 meter.
Sedangkan Pada pagar 6 meter. Pada bangunan penunjang dan pagar dipakai Bore
Pile mini. Jumlah mini pile pada bangunan penunjang dan pada pagar digunakan
sebanyak empat buah. Keunggulan Bore Pile Mini antara lain : Praktis Saat
mobilisasinya, Mudah Dalam pengoperasianya, dan tidak Menimbulkan getaran

5|Page
terhadap lingkungan sekitar. Meski ukurannya mini, namun bore pile mini ini
memenuhi syarat teknik dan spesifikasi bangunan.
Pengeboran pada pasir bukanlah sesuatu hal yang mudah mengingat pasir
mudah longsor apalagi jika pengeboran melewati muka air tanah. Agar lubang tidak
longsor, di dalam lubang bor diisi dengan larutan bentonite. Jadi pengeboran
dilakukan di dalam larutan. Setelah pengeboran telah berada pada kedalaman yang di
inginkan, lubang bor dibersihkan dan tulangan dimasukan ke dalam lubang bor yang
masih berisi cairan bentonite. Tulangan pada pondasi Bore Pile itu sendiri
menggunakan tulangan ulir dengan diameter 25 mm dan pada spiral digunakan
tulangan polos dengan diameter 10 mm.

Selanjutnya adukan beton dimasukkan kedalam lubang bor dengan pipa


tremie. Larutan Bentonite akan terdesak ke atas oleh adukan beton. Hal ini
dikarenakan Berat jenis Beton lebih besar dibanding berat jenis larutan bentonite.

Untuk menguji kemampuan tanah maka dilakukan 3 tes

1. Pile Driving Analysis (PDA)


PDA test bertujuan untuk memverifikasikan kapasitas daya dukung tekan
pondasi tiang pancang terpasang. Dari hasil-hasil pengujian akan didapatkan
informasi besarnya kapasitas dukung termobilisir dengan faktor keamanan 2, dan
dipakai untuk menilai apakah beban kerja rencana dapat diterima oleh tiang terpasang.

2. Load Test
Uji pembebanan (load test) adalah merupakan suatu metode pengujian yang
bersifat setengah merusak atau merusak secara keseluruhan komponen-komponen
bangunan yang diuji. Pengujian yang dimaksud dapat dilakukan dengan beberapa
metode salah satu diantaranya adalah metode uji beban (Load Test).Tujuan load test
pada dasarnya adalah untuk membuktikan bahwa tingkat keamanan suatu struktur
atau bagian struktur sudah memenuhi persyaratan peraturan bangunan yang ada, yang
tujuannya untuk menjamin keselamatan umum.

3. Lateral Test

6|Page
Uji beban lateral (horizontal) biasanya digunakan untuk mengetahui kelakuan
defleksi tiang pada waktu beban telah bekerja. Beban lateral yang diijinkan dapat
ditentukan dari nilai beban pada defleksi tiang tertentu (misalnya 0,025 inchi) yang
dibagi dengan faktor aman (McNulty,1956). Gaya lateral yang terjadi pada tiang
bergantung pada kekakuan atau tipe tiang,macam tanah,penanaman ujung tiang ke
dalam pelat penutup kepala tiang,sifat gaya-gaya dan besar defleksi.Jika Gaya lateral
yang harus didukung tiang sangat besar,maka dapat digunakan tiang miring.

BAB IV

7|Page
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pondasi Bore Pile adalah jenis pondasi dalam yang berbentuk tabung, yaitu
berfungsi meneruskan beban struktur bangunan diatasnya dari permukaan tanah
sampai lapisan tanah keras di bawahnya. Pondasi bore pile memiliki fungsi yang
sama dengan pondasi tiang pancang atau pondasi dalam lainya. Perbedaan di antara
keduanya adalah pada cara pelaksanaan pengerjaanya. Pelaksanaan pondasi bore pile
diawali dari pembuatan lubang di tanah dengan cara tanah di bor terlebih dahulu
kemudian penginstalan besi tulangan ke dalam lubang yang dilanjutkan dengan
pengecoran bor pile dengan tremi.

Pengerjaan proyek ini menggunakan Bore Pile dengan alasan untuk


mempertimbangkan faktor biaya. Apabila tanah tersebut dipancang dan akhirnya
kedalamannya melebihi kontrak yang disepakati, maka kelebihan kedalaman itu akan
ditanggung oleh pekerja proyek. Misalnya ketika dipancang kedalamannya mencapai
20 meter sedangkan kontraknya hanya 15 meter, maka kelebihan 5 meter itu di
tanggung oleh pekerja proyek.

4.2 Saran

Waktu pelaksanaan kuliah lapangan harus sangat diperhatikan demi


efektifnya pengumpulan data. Kuliah lapangan kelompok 3 dilaksanakan bertepatan
dengan waktu istirahat para pekerja sehingga data yang dikumpulkan tidak banyak
dan tidak spesifik.

8|Page

Anda mungkin juga menyukai