Anda di halaman 1dari 13

JURNAL INTERMEDIATE TRAINING (LK II)

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG BANJARBARU 2021


TEMA D :
MACAM-MACAM GERAKAN ISLAM DI INDONESIA DAN UPAYA ISLAM
MENANGKAL RADIKALISME

RIZIEQ SHIHAB (PENDIRI FPI) & RADIKALISME ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mengikuti


Intermediate Training / Latihan Kader II Tingkat Nasional
Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Banjarbaru 2021

Oleh :
RIANI

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


CABANG (P) TANJUNG SELOR
MACAM-MACAM GERAKAN ISLAM DI INDONESIA DAN UPAYA ISLAM
MENANGKAL RADIKALISME :
Rizieq Shihab (Pendiri FPI) & Radikalisme Islam

RIANI
Himpunan Mahasiswa Islam
Cabang (P) Tanjung Selor
aniriani590@gmail.com

Abstrak :
Habib Rizieq adalah pendiri FPI dan tokoh ulama besar yang dianggap radikal,
Kemunculan radikalisme dalam Islam di Indonesia disebabkan oleh tiga faktor:
pertama, lewat proses transformasi dan indoktrinasi pendidikan. Kedua, lewat
transformasi penerjemahan buku-buku karya ulama dan intelektual Timur Tengah,
yang berhaluan radikal fundamental. Ketiga transformasi alumni perang Afganistan,
Bosnia dan daerah-daerah Islam Konflik. Salah satu profil dari gerakan radikalisme
Islam adalah Kemunculan FPI (Front Pembela Islam).

Kata Kunci : Rizieq Shihab, FPI, Radikalisme Islam

A. PENDAHULUAN
Tulisan ini sengaja diangkat karena melihat fenomena yang berkembang
belakangan ini bagaimana radikalisme justru dilakukan dan prakarsai oleh
individu maupun komunitas yang mengaku percaya kepada ajaran agama, yang
mana agama tentunya selalu memerintahkan kepada umatnya untuk berbuat baik
serta meninggalkan perbuatan negatif. Belakangan ini agama seolah-olah
dijadikan sebagai alat untuk melegitimasi berbagai macam tindakan kekerasan.
Kejadian radikalisme dalam Islam sebenarnya dipercaya sebagai ciptaan
abad ke-20 dalam Islam, terutama di Timur Tengah, sebagai hasil dari krisis
identitas yang berujung pada reaksi dan resistensi terhadap barat yang
melebarkan penjajahan dan sebuah kebijakan ke dunia Islam. Terpecahnya dunia
Islam ke dalam berbagai Negara dan proyek yang modern yang dicadangkan

1
oleh pemerintahan baru berhaluan Barat, mengakibatkan umat Islam merasakan
terkikisnya ikatan agama dan moral yang selama ini mereka pegang teguh.
Hal ini menyebabkan munculnya gerakan radikal dalam Islam. Gerakan
radikal dalam Islam melakukan perlawanan terhadap aturan yang dianggap
menyimpang dari ajaran agama, berbagai tindakan dalam bentuk demokrasi, aksi
protes hingga teroris, realitanya sebagian dilakukan kelompok umat yang
beragama Islam. Fakta tersebut menimbulkan pertanyaan dasar, mengapa
pemeluk agama Islam bisa menjadi radikal bahkan praktisi terorisme.
Islam adalah agama kedamaian dan keselamatan yang tentunya
mengajarkan hal baik yang harus diimplementasikan dalam sikap dan perilaku
sebagai umat Islam, tetapi kenyataannya bahwa sebagian umat Islam menjadi
pelaku tindakan radikalisme dan terorisme yang tidak bisa dipungkiri.
Radikalisme sering dikaitkan ketika berbicara terorisme karena dianggap
sebagai bagian dari akar persoalan terorisme. Radikalisme yang berujung pada
teroris menjadi masalah penting bagi seluruh umat Islam di Indonesia. Isu ini
menyebabkan agama Islam dianggap sebagai agama teror, terlibatnya beberapa
pihak dalam menangani masalah radikalisme dan terorisme sangat diharapkan,
tujuannya untuk mempersempit ruang gerak radikalisme dan terorisme.
B. PEMBAHASAN
a. Habib Rizieq
Habib Rizieq adalah anak kelima dari lima bersaudara 1. Ia lahir di
Jakarta, 24 Agustus 1965 dari pasangan Habib Hussein bin Muhammad
Shihab dan Syarifah Sidah Alatas2. Ayahnya Habib Hussein bin Muhammad
Shihab adalah seorang pendiri Gerakan Pandu Arab Indonesia yang didirikan
bersama teman-temannya pada tahun 19733. Habib Rizieq adalah seorang
Habib atau Sayyid dengan klan Shihab (merujuk pada Shihabuddin Aal bin

1
Media, Kompas Cyber. “Profil Singkat FPI dan Habib Rizieq-Kompas.com” KOMPAS.com (dalam bahasa
inggris). Diakses tanggal 2017-06-28
2
VIVA.co.id (2016-12-02). “Profil Habib Rizieq Shihab”.www.viva.co.id. Diakses tanggal 2017-06-28
3
Shahab, Alwi (2007-08-30). “Pandu Arab Indonesia”. Situs resmi Alwi Shahab. Diakses tanggal 2017-06-28

2
Syech) yang silsilahnya dapat ditelusuri sampai kepada Sayyidina Ali bin Abi
Thalib melalui Imam Ahmad Al-Muhajir4.
Setelah lulus sekolah dasar pada tahun 1975 di SDN 1 Petamburan,
Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada tahun 1976 Habib Rizieq melanjutkan
Sekolah ke SMP 40 Pejompongan, Jakarta Pusat. Namun karena jarak
sekolah dengan rumahnya di Petamburan terlalu jauh, ia kemudian
dipindahkan ke sekolah yang relatif lebih dekat dengan tempat tinggalnya,
yaitu SMP Kristen Bethel Petamburan dan lulus tahun 19793. Kemudian
Habib Rizieq melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 4 Jakarta di Gmabir,
namun lulus dari SMA Islamic Village Tanggerang pada tahun 1982 5. Pada
tahun 1983 Habib Rizieq mengambil kelas bahasa Arab di Lembaga Ilmu
Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA). Namun setelah satu tahun menempuh
studi, Habib Rizieq mendapatkan tawaran beasiswa dari Organisasi
Kerjasama Islam (OKI) untuk kuliah di Arab Saudi. Habib pun melanjutkan
pendidikan sarjana jurusan Studi Agama Islam (Fiqih dan Ushul Fiqh) ke
Universitas Raja Saud yang ditempuhnya selama empat tahun. Pada tahun
1990 Habib Rizieq dinyatakan lulus, lengkap dengan predikat Cumlaude6.
Pada tahun 1992 sebelum kembali ke Indonesia, Habib Rizieq bekerja
sebagai guru SMA selama sekitar satu tahun di Arab Saudi setelah
menyelesaikan studi sarjananya di Universitas Raja Saud. Selain memberikan
ceramah agama, setelah pulang ke tanah air Habib Rizieq juga menjadi kepala
sekolah Madrasah Aliyah di Jamiat Kheir sampai tahun 1996. Ketika dia
sudah tidak lagi menjadi kepala sekolah, dia masih aktif mengajar disekolah
sebagai guru Fiqih atau Ushul Fiqh5. Pengalaman organisasinya dimulai saat
ia menjadi anggota Jamiat Kheir, ia pernah menjabat sebagai anggota Dewan
di BPRS At-Taqwa, Tanggerang, ia juga sebagai ketua sejumlah Majelis
Taklim Jabotabek.
4
Gunadi, Hendri. “Biografi Ringkas Al Habib M.Rizieq bin Husein Syihab” (dalam bahasa inggris).
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-08-11. Diakses tanggal 2017-06-28.
35
jamil, Budi Prasidi (2011) “Biografi Habib Rizieq Syihab (Oleh: Budi Prasidi Jamil)” Saifull Putra. Diakses
tanggal 2017-06-28
5

66
Warinanda, Iradhatie (2017-03-01). “Wiih, Habib Rizieq Kuliah & lulus Camlaude di Kampus Top
Arab Saudi : Okezone News”, news okezone.com. Diakses tanggal 2017-06-29

3
b. Latar Belakang Berdirinya FPI
Habib Rizieq Shihab mendeklarasikan berdirinya Front Pembela Islam
pada tanggal 17 Agustus 1998 di Pondok Pesantren Al-Umm, Tanggerang.
Fron Pembela Islam adalah organisasi massa Islam yang berpusat di Jakarta.
Selain beberapa kelompok internal yang disebut sebagai sayap juang, FPI
juga memiliki kelpompok Laskar Pembela Islam, kelompok paramiliter yang
dianggap sebagai kontroversial karena melakukan rajia dibulan Ramadhan
terhadap kegiatan-kegiatan maksiat, seperti prostitusi, perjudian, dan tempat
hiburan malam, yang dapat mengganggu kekhidmatan ibadah puasa umat
muslim dan kesucian bulan Ramadhan1.
Latar belakang berdirinya FPI yaitu: pertama situasi sosial budaya
masyarakat yang jauh dari aturan dan ajaran agama Islam. Dimana banyak
perbuatan kemaksiatan (narkoba, minuman keras, perjudian, dan bebasnya
tempat-tempat maksiat berdiri dan beroperasi). Fenomena itu terjadi dengan
dalih kebebasan dan Hak Asasi Manusia (HAM). Kedua: faktor sosio-politik
yaitu menurunnya peran negara terhadap masyarakat sehingga berdampak
hilangnya tertib hukum. Menurut para aktivis FPI di era reformasi pemerintah
tidak dapat mengendalikan terjadinya tindakan kemaksiatan dimasyarakat.
Karena pemerintah tidak bersikap tegas terhadap pelaku perbuatan
kemasiatan, maka umat Islam harus berkewajiban mengambil inisiatif
membantu pemerintah untuk mengurangi kemaksiatan tersebut2. Ketiga: ada
penderitaan panjang umat Islam di Indonesia karena lemahnya kotrol sosial
penguasa sipil maupun militer akibat banyaknya pelanggaran HAM yang
dilakukan oleh oknum penguasa. Keempat: ada kemungkaran dan
kemaksiatan yang semakin merajalela diseluruh sektor kehidupan. Kelima:
adanya kewajiban untuk menjaga dan mempertahankan harkat dan martabat
Islam serta umat Islam. Mencermati latar belakang berdirinya FPI dapat
dipahami bahwa kelahiran FPI merupakan reaksi sekelompok umat Islam

11
Rosadi, Andi (2008). Hitam-Putih FPI : Mengungkap Rahasia-rahasia mencengangkan Ormas
Keagamaan Paling Kontroversial
22
Rizieq Shihab, Muhammad. Dialog FPI: Amar Ma’ruf Nahi Mungkar. Jakarta: Pustaka Ibnu Sida,
2004

4
yang tidak puas terhadap persoalan sosial-politik (sistem) yang terjadi di era
reformasi. Dan merupakan bagian dari proses pergulatan sosial-politik yang
bercorak keagamaan yang terjadi di era reformasi yang akan terus
berdinamika di masyarakat3.
c. Dampak gerakan FPI bagi “wajah” keagamaan Islam Indonesia
Gerakan Islam radikal di Indonesia merupakan perpanjangan jaringan
Ideologi dan gerakan di Timur Tengah. Bukan berasal dari gerakan
masyarakat lokal Indonesia sehingga gerakan ini juga sering disebut sebagai
gerakan “Islam transnasional”. Sangat berbeda dengan yang sebelumnya
mereka hal ini tentu berbeda dengan karakter masyarakat Indonesia karakter
damai, moderat dan akomodatif. Perbedaan karakter tersebut tentunya kalau
dipaksakan akan menjadi konflik ideologi maupun gerakan di masyarakat.
Hal itu dapat dicermati dari kemunculan FPI di mana kelahiran FPI
merupakan reaksi sekelompok umat Islam yang tidak puas dengan persoalan
sosial politik (sistem) yang terjadi di era reformasi dan merupakan bagian
dari proses pergulatan sosial politik yang bercorak keagamaan yang terjadi di
era reformasi yang akan terus diberi dinamika dimasyarakat. Reaksi
ketidakpuasan terutama terhadap distribusi politik (Minoritas Kristen
menguasai modal-modal politik) tidak hanya dirasakan FPI tapi terjadi juga di
beberapa organisasi Islam lainnya, yang kemudian mendorong mereka
melakukan radikalisme gerakan. Hal ini sebagaimana pandangan Said Al
Asymawi1, bahwa aksi kekerasan Agama dapat juga dikarenakan oleh
marjinalisasi sosial politik. Disebutkan bahwa faktor paling menonjol dari
kemunculan radikalisme Islam adalah krisis kepercayaan kepada lembaga-
lembaga negara, lembaga agama dan lembaga politik.
Radikalisme yang disebabkan faktor politik akan semakin kuat ketika
“berselingkuh” dengan identitas keagamaan. Hal ini menurut hilmat penulis
yang terjadi pada FPI, di mana mereka begitu kuat dan semangat dalam aksi-
aksi geraknya. Menurut Zastrow paham keagamaan FPI tergolong bersifat
33
Habib Rizieq, Dialog FPI Amar Maruf Nahi Mungkar, 90
11
Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam: Dari Fundamentalisme, Modernisme, hinnga Post Modernisme
(Jakarta: Paramadina, 1996),123

5
skriptualis simbolis, menjaga otentisitas sampai pada dataran simbolik, meski
hal itu terkadang dilakukan dengan melanggar substansi dari ajaran Islam.
Pemahaman mereka dalam ajaran agama tidak ada pembagian antara ajaran
ushul (pokok) dengan ajaran furu’(cabang) antara yang substantif dengan
yang timbul di antara keduanya merupakan hal penting saling terkait dan
harus dilaksanakan seperti Nabi SAW dan generasi Salaf2.
Menurut Umi Sumbulah sebuah pandangan agama yang dijadikan
sebuah ideologi, ia akan memiliki dua karakteristik: a) Ideologi diformulasi
dan ditaati oleh penganutnya untuk mencapai tujuan tertentu, b) ideologi oleh
pengikutnya untuk mencapai politik3. Dalam konteks ini penggunaan ideologi
radikal oleh FPI dilakukan sebagai pendorong untuk melakukan perebutan
dominasi dan pengaruh sosio-politik di kalangan masyarakat muslim
Indonesia.
Aksi kekerasan yang dilakukan oleh FPI dengan menggunakan simbol
Islam dapat dipahami bagian dari aktualisasi ideologi radikal FPI. Ideologi
sebagai sistem simbol memiliki korelasi kuat dengan tindakan sosial 4, sebab
kerja ideologi mengikuti alur rasionalitas artinya dimana makna atau ide akan
mempengaruhi konsepsi atau tindakan individu atau kelompok yang
membentuk dunia sosial sehingga ide radikalisme yang diusung oleh gerakan
FPI akan sangat mempengaruhi terhadap tindakan dakwah yang ditampilkan
di masyarakat. ideologi mempunyai karakteristik intoleran terhadap cara cara
berpikir atau epistemologi berpikir yang lain. Artinya ideologi mempunyai
standarisasi kebenaran yang dianggap paling benar daripada ideologi
kelompok lain. Anggapan paling benar ini sering dijadikan landasan untuk
menyalakan, mengkafirkan bahkan terkadang menghalalkan cara kekerasan
terhadap kelompok yang berbeda ideologi. Dengan demikian definisi tentang
sesuatu tidak didasarkan pada pandangan umum tetapi berdasarkan
kepentingan ideologi sendiri.

22
Habib Rizieq, Dialog FPI Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, 90
33
Umi Sumbulah, “Agama, Kekerasan dan Perlawanan Ideologis”, Jurnal Islamica, Vol.1 Nomor 1, September 2006,
1
44
John B. Thompson, Analisa Ideologi: Kritik Wacana, 127-128

6
Selain dari aspek ideologi, gerakan FPI juga berdampak pada politik
keagamaan di Indonesia titik gerakan kekerasan yang dilakukan oleh FPI
dengan menggunakan simbol Islam sebagai identitas politik tertentu
berdampak terhadap wajah gerakan Islam Indonesia yang selama ini dikenal
sebagai wajah Islam yang moderat, toleran, santun dan cinta damai, merubah
wajah menjadi gerakan Islam Indonesia yang keras radikal, fundamental, dan
intoleran.
d. Radikalisme
Definisi dan pengertian radikalisme dari beberapa sumber buku :
● Menurut Kartodirdjo (1985) radikalisme adalah gerakan sosial yang
menolak secara menyeluruh tertib sosial yang sedang berlangsung dan
ditandai oleh kejengkelan moral yang kuat untuk menentang dan
bermusuhan dengan kaum yang memiliki hak-hak istimewa dan yang
berkuasa.
● Menurut Rubaidi (2007) radikalisme merupakan gerakan gerakan
keagamaan yang berusaha merombak secara total tatanan sosial dan
politik yang ada dengan jalan menggunakan kekerasan.
● Menurut Hasani dan Naipospos (2010) radikalisme adalah pandangan
yang ingin melakukan perubahan yang mendasar sesuai dengan
interpretasinya terhadap realitas sosial atau ideologi yang dianutnya.
● Menurut Partanto dan Al Barry (1994) radikalisme adalah paham politik
kenegaraan yang menghendaki perubahan dan perombakan besar sebagai
jalan untuk mencapai taraf kemajuan.
e. Tipologi gerakan sosial Islam
Latar belakang terjadinya kekerasan yang dianggap radikal: Pertama
tekanan ekonomi yang menambah berat kehidupan warga masyarakat titik
lonjatan harga bahan pokok sejak awal tahun 1998 telah membawa
kesejahteraan masyarakat merosot drastis. Kedua, meningkatnya kesenjangan
sosial ekonomi di kalangan warga masyarakat. Indikasinya terlihat manakala
konflik-konflik radikal hanya pecah di kawasan perkotaan di mana
peternakan tampak begitu mencolok. Ketiga, di bawah hukum yang sudah

7
terdegradasi sedemikian rupa akibat law enforcement dan integritas aparat
penegak hukum yang kurang memadai. Mafia peradilan budaya rekayasa,
serta penyelewengan oknum penegak hukum menyebabkan asas kedaulatan
hukum menjadi suatu utopis yang tidak tersentuh. Keempat, budaya
oportunisme di kalangan masyarakat. Jenis oportunisme yang bisa
dikategorikan sebagai pelanggaran hukum adalah kolusi dan korupsi.
Sementara itu yang sulit dikatakan melanggar hukum tetapi seringkali
membuat masyarakat adalah nepotisme1. Dengan demikian faktanya bahwa
situasi stabilitas politik ekonomi hukum juga turut mempengaruhi munculnya
tindakan-tindakan radikal di kalangan umat Islam termasuk di Indonesia.
Walaupun Islam sesungguhnya tidak pernah mentolerir tindakan radikal,
adapun mereka orang muslim yang berbuat demikian berarti telah
menyimpang dari ajaran agama Islam yang sebenarnya. Meskipun demikian
tentu saja segala sesuatu perkara harus dilihat secara holistik dan objektif
supaya tidak terjadi saling tuduh, apakah mereka berbuat demikian
dilatarbelakangi oleh kebencian atau karena keadaan sistem politik yang tidak
menguntungkan, karena itu faktor kebencian, maka harus diluruskan niatnya
akan tetapi jika karena sistem politik yang kurang mendukung maka
setidaknya ekspresi mereka merupakan bentuk perlawanan terhadap sistem
tersebut yang seharusnya direspon secara objektif .
Tindakan radikal dilakukan oleh individu/masyarakat yang justru
memiliki label sebagai seorang yang mengaku beriman atau beragama, lalu
timbul pertanyaan di manakah peran agama pada situasi seperti tersebut.
Tentu saja dan tidak bermaksud untuk menarik kesimpulan secara terburu-
buru tapi harus diakui bahwa agama yang merupakan sumber moral, etika,
keyakinan termasuk juga ekspresi, obsesi pemikiran dan perbuatan. Oleh
karena itu, dapat dikemukakan bahwa agama belum berperan sebagai mana
mestinya sebab diyakini bahwa tidak satupun permasalahan yang ada dan
dihadapi masyarakat yang tidak diberikan solusi alternatif atau jawaban oleh
agama terlebih lagi agama Islam. Jika manusia melakukan perbuatan yang

11
Sofyan, Muhammad, Agama dan Kekerasan Dalam Bingkai Reformasi, Yogyakarta: Adikarya,1999.

8
salah, baik secara individu maupun kolektif, maka bukan berarti tindakan
penyimpangan itu ditolerir oleh agama, atau ketiadaan jalan yang
mengarahkan baik yang berasal dari Nash Al-quran maupun hadis Nabi akan
tetapi karena akal manusia yang sendiri untuk menginterpretasikan
kandungan makna yang bersifat di dalam hujjah tersebut. Menurut Abu Ishaq
Al Syatibi bahwa hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan agama dan
kesombongan adalah akar-akar bid'ah serta perpecahan umat, dan pada
akhirnya dapat menggiring ke arah perselisihan internal dan perpecahan
secara perlahan-lahan2. Dengan kata lain manusia telah menyimpang dari
aturan agama.
Seorang pemikir Islam terkenal asal Iran Murtadha Muthahhari
mengemukakan berbagai faktor penyebab penyimpangan manusia dari agama
: pertama, pandangan politik yang dianut oleh berbagai kelompok dan
lembaga yang memerangi agama karena dipandang tidak sejalan dengan
kepentingan atau keyakinan kelompok dan lembaga tersebut. Kedua,
ketegangan batin yang timbul akibat konflik yang tak terpecahkan antara
persepsi dan gambaran-gambaran keagamaan yang keliru yang diterimanya
dengan corak pemikiran logis serta pemikiran ilmiah yang dapat membawa
pada penolakan sama sekali kemungkinan adanya Tuhan. Ketiga, lingkungan
masyarakat yang tidak kondusif bagi pengembangan potensi beragama seperti
masyarakat yang didominasi oleh kecenderungan hedonistis dan materialistis,
yang dapat memudarkan dan melemahkan pengaruh agama dalam masyarakat
tersebut3.
Maraknya tindakan radikalisme di Indonesia saat ini dimasa stabilitas
politik hukum, ekonomi yang tidak menentu serta masih merebaknya korupsi,
kolusi dan nepotisme menjadikan masyarakat kehilangan rasa kepercayaan
terhadap para penguasa negara yang selalu mengecewakan perasaan rakyat
atau masyarakat4. Agama berfungsi untuk memecahkan segala macam
problematika kehidupan umat manusia termasuk juga tindakan radikal,
22
Shiha, Alwi, Islam Inklusif; Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama,Bandung: Mizan, 1998.
33
Murtadha Mutahhari, Manusia dan Agama, Peny. Haidar Baqir (Bandung: Mizan, 1984), h. 57-60
44
O’Dea, Thomas F., The Sociology of Religion, terj. Tim YASOGAMA, Jakarta: Rajawali Pers, 1995.

9
karena bagaimanapun agama sangat melarang perbuatan yang tidak
mengakibatkan penderitaan manusia lain. Secara lebih spesifik lagi, bahwa
Islam adalah agama yang mengajarkan untuk berbuat baik kepada orang lain
(nilai-nilai humanis) yang kesemua hal tersebut adalah berkaitan dengan
konsep keimanan, dengan kata lain pelaksanaan silaturahmi atau berbuat baik
kepada sesama manusia merupakan implementasi konkrit dari rasa kecintaan
manusia kepada Allah SWT. Inilah yang dimaksud bahwa di dalam Islam
memiliki konsep tentang Habl Min Allah tetapi juga memiliki konsep tentang
Habl Min al-Naas5.
C. KESIMPULAN
FPI adalah organisasi Islam yang bermazhab aqidah dan bermazhab
Syafi’i (Ahlusunnah Wal Jama’ah), Front Pembela Islam dibubarkan karena
dianggap organisasi yang bertentangan dengan ideologi negara. Pemerintah
memandang FPI sebagai ormas yang radikal sebab kegiatan FPI yang selalu
dipandang sebagai sikap keradikalisme. Gerakan radikalisme Islam akan terus
muncul dan berkembang apabila kondisi ketidakadilan terus dialami oleh umat
Islam, Indonesia merupakan lahan subur bagi Perkembangan ideologi gerakan
radikalisme Islam, serta gerakan radikalisme akan semakin kuat apabila
berhubungan dengan kepentingan politik dan ekonomi, serta gerakan
keagamaan (FPI) sering dijadikan alat legitimasi untuk mencapai kepentingan
kekuasaan dan ekonomi kelompok masyarakat.
Sebagai agama yang membawa rahmat bagi alam, Islam melarang
perbuatan yang dilakukan secara radikal dalam arti Islam menganjurkan jalur-
jalur persuasif dalam perspektif yang tidak dan pikiran. Meskipun begitu apabila
terdapat suatu usaha (konspirasi) untuk melenyapkan Islam dari suatu daerah
atau wilayah tertentu, sedangkan jalur persuasif sudah ditempuh tetapi tidak
menemukan jalan keluar sama maka Islam berhak memberikan perlawanan
sampai titik darah penghabisan.

55
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: Rosda Karya. 2002), h. 176.

10
DAFTAR PUSTAKA

 Rosadi, Andi (2008). Hitam-Putih FPI: Mengungkap Rahasia-rahasia


mencengangkan Ormas Keagamaan Paling Kontroversial.
 Rizieq Shihab, Muhammad. Dialog FPI : Amar Ma’ruf Nahi Mungkar.
Jakarta : Pustaka Ibnu Sida, 2004
 Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam : Dari Fundamentalisme,
Modernisme, hingga Post Modernisme (Jakarta : Paramadina, 1996)
 Umi Sumbulah, “Agama, Kekerasan dan Perlawanan Ideologis”, Jurnal
Islamica, Vol. 1 Nomor 1, September 2006, 1
 Thompson, John. Kritik Ideologi Global : TeoriSosial Kritis Tentang Relasi
Ideologi dan Komunikasi Massa. (terj) Yogyakarta : IRCLsod, 2003
 Sofyan, Muhammad, Agama dan Kekerasan Dalam Bingkai Reformasi,
Yogyakarta : Adikarya, 1999.
 Shihab, Alwi, Islam Inklusif ; Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama,
Bandung : Mizan, 1998.
 Mutahhari, Murtadha, Manusia dan Agama, Peny. Haidar Baqir, Bandung :
Mizan, 1984.
 O’Dea, Thomas F., The Sociology of Religion, terj. Tim YASOGAMA,
Jakarta : Rajawali Pers, 1995.
 Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama, (Bandung : Rosda Karya, 2002)

11
BIODATA DIRI

Nama : Riani
Tempat/tanggal lahir : Mara Hilir, 06 Juni 2001
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal Komisariat : Ekonomi Jaya
Asal Cabang : (P) Tanjung Selor
Alamat : Jl. Jendral Sudirman, Pujasera, Tanjung Selor, Bulungan
Nomor Hp : 0822 5258 3855
Perguruan Tinggi : Universitas Kaltara
Fakultas : Ekonomi
Jurusan : Manajemen
Semester : Empat (4)

12

Anda mungkin juga menyukai