Anda di halaman 1dari 13

SUMBER-SUMBER HUKUM ISLAM

A. IDENTITAS PROGRAM PENDIDIKAN

Nama Sekolah : SMK N 1 Taliwang


Mata Pelajaran : Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Kompetensi Keahlian : DPIB, TKJ, MM, RPL, TKRO, TBSM, TM, TITL, TPTU
Kelas/Semester : X/Ganjil
Tahun Pelajaran : 2018-2019
Alokasi Waktu : 3 X 45 Menit
Kegiatan Belajar : Teori

B. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR


1.8 Meyakini al-Qur’an, Hadis dan ijtihad sebagai sumber hukum Islam

2.8 Menunjukkan perilaku ikhlas dan taat beribadah sebagai implemantasi pemahaman
terhadap kedudukan al-Qur’an, Hadis, dan ijtihad sebagai sumber hukum Islam
3.8 Menganalisis kedudukan al-Qur’an, Hadis, dan ijtihad sebagai sumber hukum Islam
4.8 Mendeskripsikan macam-macam sumber hukum Islam

I. Deskripsi Modul
Modul ini merupakan modul pembelajaran mata pelajaran PABP pada kelas X SMK
Negeri I Taliwang untuk semua program Keahlian. Modul ini diharapkan dapat mempermudah
proses pembelajarannya. Di dalam modul ini terdapat tema pembelajaran yakni Pelaksanaan
Ibadah Haji dalam Islam.

    II.          Petunjuk Penggunaan Modul


1.  Sebelum Pembelajaran
Di dalam modul ini terdiri dari 1 kegiatan pebelajaran. Sebelum masuk ke materi, akan
disajikan pendahuluan terlebih dahulu.
Silabus yang terdiri dari kompetensi Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar serta
Indikator Pencapaian Kompetensi, alokasi waktu yang disajikan pada awal bab, sebagai
pedoman bagi pangguna modul untuk mencapai arah dan tujuan pembelajaran.
2. Selama Pembelajaran
Pendalaman materi pada modul.
a. Mempelajari, mencatat, dan bertanya mengenai materi.
b. Pengawasan  kegiatan belajar dan menjawab pertanyaan.
c. Latihan soal (evaluasi) yang diajukan pada akhir pembahasan.
d. Mengevaluasi jawaban pada lembar jawaban dengan kunci jawaban.

3.  Setelah pembelajaran
Menerima keputusan guru untuk meneruskan belajar pada materi selanjutnya atau
tetap pada materi yang sama.

C.  TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini peserta didik diharapkan dapat :
1. Menyebutkan sumber-sumber hukum Islam
2. Menjelaskan pengertian Al quran dan fungsi-fungsi Al quran dalam kehidupan
muslim serta isi kandungan Al quran
3. Menjelaskan pengertian, macam, fungsi, dan pembagian atau tingkatan al hadits
dan fungsi-fungsinya
4. Menjelaskan pengertian dan bentuk-bentuk ijtihad
5. Membedakan pengertian ijma' dan qiyas
6. Menjelaskan hukum dalam Islam dan macam-macamnya.

D. URAIAN MATERI
Untuk memahami sumber-sumber hukum Islam tersebut, berikut ini akan dijabarkan
penjelasannya.
A. Al-QURAN
Menurut bahasa Al quran berarti "bacaan atau dibaca", sedang menurut istilah
berarti; kumpulan wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
melalui perantara Malaikat Jibril sebagai mukjizat dan bagi yang membacanya
adalah ibadah.
Al quran adalah wahyu Allah SWT (QS. Asysyura: 7) yang berfungsi sebagai mu'jizat
bagi Rasulullah Muhammad SAW (QS. Al Isra': 88, Yunus: 38), sebagai pedoman
hidup muslim (QS. Annisa': 105, al maidah: 49, al jatsiyah: 20) dan sebagai korektor
sertapenyempurnaan terhadap kitab-kitab Allah SWT yang diturunkan sebelumnya
(QS. Al maidah: 48, annahl: 64) serta Al quran bernilai abadi.
Sebagai pedoman hidup, Al quran tidak memberatkan dan menyulitkan (QS. Thaha:
2):

Artinya: "Kami tidak menurunkan Al quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah"
Sebagai mu'jizat, Al quran telah menjadi salah satu sebab penting masuknya orang-
orang Arab di zaman Rasulullah SAW ke dalam agama Islam dan menjadi sebab
penting bagi masuknya orang-orang non muslim sekarang (QS. Al baqarah: 23, al
Isra': 88).
Sebagai pedoman hidup, Alquran banyak mengemukakan pokok-pokok serta prinsip-
prinsip umum pengaturan hidup dalam hubungan antara manusia dengan Allah
SWT, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan lingkungannya, (QS. Al isra':
7-9, Ali Imran: 146, 70-71).
Isi kandungan Alquran
Isi kandungan Alquran dilihat dari segi kuantitas dan kualitas.
1. Segi kuantitas
Alquran terdiri dari 30 juz, 114 surat, 6.236 / 6666 ayat, 323.015 huruf dan
77.439 kosa kata.
7. Segi kualitas
Isi pokok Alquran (ditinjau dari segi hukum) terbagi menjadi 3 bagian:
a. Hukum yang berkaitan dengan ibadah: hukum yang
mengatur hubungan rohaniah dengan Allah SWT dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan keimanan, ilmu yang mempelajarinya disebut ilmu tauhid
atau ilmu kalam seperti : sholat dll.
b. Hukum yang berhubungan dengan amaliah yang
mengatur hubungan dengan Allah, dengan sesama dan alam sekitar.Hukum
ini tercermin dalam rukun Islam dan disebut ilmu fiqih contoh : jual beli,
syirkah….
c. Hukum yang berkaitan dengan akhlak. Yakni tuntutan agar
setiap muslim memiliki sifat-sifat mulia sekaligus menjauhi perilaku-perilaku
tercela. Seperti : berbakti kepada orang tua.
Bila ditinjau dari hukum syara' terbagi menjadi 2 kelompok:
a. Hukum ibadah seperti sholat, puasa dll.
b. Hukum muamalah, termasuk hukum ini adalah:
 Hukum munakahat (pernikahan)
 Hukum faraid (waris)
 Hukum jinayah (pidana)
 Hukum hudud (perdata)
 Hukum jual beli dan perjanjian
 Hukum al khilafah (tata negara)
 Hukum makanan dan penyembelihan
 Hukum aqdhiyah (pengadilan)
 Hukum jihad (peperangan)
 Hukum dualiyah (antar bangsa).
B. AL-HADITS
1. Pengertian
Alhadits adalah segala perilaku Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan,
perbuatan, dan ketetapan Nabi.Pengertian hadits tersebut adalah identik
dengan "sunnah" yang berarti : "jalan atau tradisi juga undang-undang yang
tetap berlaku".
Alhadits merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah Alquran. Sebagai
muslim, di samping diwajibkan mentaati Alquran, berkewajiban pula mentaati
apa-apa saja yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW(QS. Alhasyr: 7).
2. Macam-macam hadits
a. Hadits qauliyah : Hadits yang didasarkan atas segenap perkataan dan ucapan
Nabi Muhammad SAW
b. Hadits fi'liyah : hadits yang didasarkan atas segenap perilaku dan perbuatan
Nabi Muhammad SAW
c. Hadits taqririyah: Hadits yang didasarkan pada persetujuan Nabi Muhammad
SAW terhadap apa yang dilakukan sahabatnya.
Selain itu dikenal hadits lain yang disebut hadits hammiyah, yaitu hadits yang
berupa keinginan Rasulullah SAW, namun belum sempat
terlaksana.
3. Fungsi hadits terhadap Alquran
a. "Bayan taqrir" yaitu berfungsi memperkuat hukum yang
telah ditetapkan Alquran. Sebagai contoh Alquran melarang berdusta (QS.
Alhajj: 30):

" …. Dan jauhilah perkataan-perkataan dusta".


Larangan ini diperkuat hadits:

……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………

"Sebesar-besar dosa adalah syirik kepada Allah SWT, membunuh jiwa,


durhaka kepada orangtua dan berkata dusta" (H.R. Imam Bukhari).
b. "Bayan tafsir" yiatu memberikan rincian dan penjelasan
terhadap ayat-ayat Alquran yang masih bersifat umum (global). Misalnya
ayat Alquran yang memerintah shalat, menunaikan haji atau membayar
zakat, semua bersifat umum. Untuk rinciannya dapat kita temukan di dalam
hadits, seperti hadits:

……………………………………………………………………………

"Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku (nabi) mendirikan shalat"

Adalah merupakan tafsiran dari salah satu ayat Alquran yang umum yaitu
(QS. Annur: 56)
c. "Bayan tasyri'" yaitu menetapkan hukum aturan-aturan
yang tidak terdapat di dalam Alquran. Misalnya diharamkan menghimpun
dalam pernikahan seorang wanita dengan bibinya. Sabda rasulullah SAW:
……………………………………………………………………………
"Tidak boleh seseorang mengumpulkan (memadu) seorang wanita dengan
seorang bibi dari pihak bapak ("amah"), dan seorang wanita dengan khalah
(bibi dari pihak ibu)". (Disepakati Imam Bukhari dan Muslim)
4. Pembagian hadits
Istilah-istilah yang dipakai dalam ilmu hadits adalah:
a. Matan: ialah materi yang disampaikan oleh perawi
b. Rawi : ialah orang yang meriwayatkan
c. Sanad: ialah orang yang menjadi perantara sampai kepada
Nabi
Ditinjau dari matan, rawi, dan sanadnya hadits terbagi menjadi dua:
a. Hadits maqbul yaitu hadits yang bisa dijadikan sumber hukum, contoh:
1) Mutawatir : yaitu hadits yang memiliki banyak sanad dan mustahil
perawinya berdusta
2) Shahih : yaitu hadits yang cukup sanadnya dari awal sampai akhir
dan para perawinya sempurna hafalannya
3) Hasan : yaitu hadits yang dari segi hafalan rawinya kurang bila
dibandingkan hadits shahih
b. Hadits mardud yaitu hadits yang tidak dapat dijadikan sebagai sumber
hukum,
Contoh:
1) Dhaif : yaitu hadits yang tidak bersambung sanadnya
2) Mauquf : yaitu segala sesuatu yang berasal dari para sahabat
3) Munqathi' : yaitu hadits yang salah seorang perawi-nya tidak
disebutkan namanya.
C. IJTIHAD
Alquran dan hadits tidak akan berubah dan mengalami penambahan isi bersamaan
dengan berakhirnya wahyu, sementara permasalahan dan problematika kehidupan
senantiasa muncul sejalan dengan perkembangan peradaban manusia. Untuk
menjawab masalah tersebut, Islam menggariskan ijtihad sebagai sumber hukum
ketiga.
1. Pengertian
a. Menurut arti bahasa ijtihad berarti : memeras pikiran,
mencurahkan tenaga secara maksimal atau berusaha dengan sungguh-
sungguh
b. Menurut istilah ijtihad berarti : berusaha dengan sungguh-
sungguh untuk memecahkan suatu masalah yang tidak ada ketetapan
hukumnya, baik dalam Alquran maupun hadits, dengan menggunakan akal
pikiran serta berpedoman kepada ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan. Orang yang melakukan ijtihad disebut mujtahid
Adapun dasar keharusan ijtihad antara lain terdapat di dalam QS. Annisa': 59
dan sabda rasulullah SAW kepada Abdullah bin Mas'ud:
"Berhukumlah engkau dengan Alquran dan assunnah apabila persoalan itu
kau temukan pada dua sumber tersebut, tapi apabila engkau tidak
menemukannya pada dua sumber tersebut maka berijtihadlah!"
c. Syarat-syarat melakukan ijtihad.
 Mengetahui isi dan kandungan Alquran dan
alhadits
 Mengetahui seluk beluk bahasa Arab dengan
segala kelengkapannya
 Mengetahui ilmu ushul dan kaidah-kaidah fiqh
secara mendalam
 Mengetahui soal-soal ijma' (kesepakatan para
ulama ahli hukum)
Adapun hal-hal yang bisa diijtihadkan adalah hal-hal yang di dalam Alquran
dan hadits tidak diketemukan hukumnya secara pasti.

2. Bentuk-bentuk ijtihad
a. Ijma'
1. kesepakatan para pakar Islam tentang
hukum suatu masalah yang belum disebutkan dalam Alquran dan hadits
2. Kesepakatan seluruh mujtahid tentang
hukum syara' yang belum ditentukan hukumnya setelah rasulullah SAW
wafat
Berpegang pada hasil ijma' diperbolehkan berdasarkan QS. Annisa': 59.
3. Berdasarkan ayat tersebut setiap muslim di
samping diperintahkan untuk taat dan patuh kepada Allah dan Rasul-
Nya, juga harus taat kepada yang mempunyai keahlian (kekuasaan) di
bidangnya, termasuk para mujtahid (ulama). Contoh ijma' adalah
mengumpulkan ayat-ayat Alquran yang masih berserakan kemudian
membukukannya sebagai mushaf sebagaimana yang kita miliki
sekarang.
b. Qiyas
Menurut istilah, qiyas berarti menetapkan hukum suatu masalah atau
kejadian yang tidak ada hukumnya dengan masalah yang sudah ada
hukumnya, karena di antara keduanya ada persamaan illat (sebab-sebab
hukum).
Contoh: mengharamkan minuman keras seperti bir atau wiski. Haramnya
minuman ini karena diqiyaskan dengan khamar yang disebutkan dalam
Alquran (QS.Almaidah: 90-91) karena antara kedua-duanya terdapat
persamaan illat (sebab, alasan, sifat) yaitu sama-sama memabukkan atau
najis.
Perihal ijtihad ini, dapatlah disimpulkan bahwa problematika kehidupan
manusia yang muncul senantiasa bisa dijawab oleh Islam melalui pintu
ijtihad. Serta Islam sangat menghargai peran akal, asal peran akal ini
dipergunakan melalui rambu-rambu yang telah ditetapkan. Dari segi inilah
Islam sangat menghargai ijtihad.
Sebagaimana sabda rasulullah SAW:
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
"Apabila seseorang hakim memutuskan perkara, kemudian ia melakukan
ijtihad dan ternyata hasil ijtihadnya benar, maka ia memperoleh dua
pahala, namun apabila ijtihadnya salah, maka ia memperoleh satu pahala"
(HR. Bukhari Muslim)
c. Istihsani
Yaitu memindahkan hukum dari ketentuan umum kepada pengecualian
karena adanya alasan yang lebih kuat.
d. Istishab
Yaitu Menetapkan sesuatu menurut keadaan sebelumnya sampai adanya
dalil yang merubah keadaan tersebut.,
e. Maslahatul Mursalah
Yaitu mencari kemaslahatan sedangkan menurut ahli ushul fiqh adalah
menetapkan hukum suatu masalah yang tidak ada nashnya atau tidak ada
ijma’nya, dengan berdasar pada kemaslahatan semata ( yang oleh
syara’tidak dijelaskan dibolehkan atau dilarang) atau bila juga sebagai
memberikan hukum syara’ kepada suatu kasus yang tidak ada dalam nas
atau ijma’ atas dasar memelihara kemaslahatan.
D. PEMBAGIAN HUKUM ISLAM
Hukum Islam dibagi menjadi 5 bagian, yaitu:
1. wajib (fardhu), adalah suatu keharusan.
Pengertiannya adalah segala perintah Allah yang harus dikerjakan. Adapun
macam-macam wajib antara lain:
a. wajib syar'i, adalah suatu ketentuan yang apabila
dikerjakan mendatangkan pahala, sebaliknya jika tidak dikerjakan terhitung
dosa
b. Wajib aqli, adalah suatu ketetapan hukum yang harus
diyakini kebenarannya karena masuk akal atau rasional.
c. Fardhu aini, adalah suatu ketetapan yang harus dikerjakan
oleh setiap muslim dan tidak boleh diwakilkan, antara lain shalat lima waktu,
shalat Jumat, Puasa wajib di bulan Ramadhan dan lain sebagainya
d. Fardhu Kifayah. Adalah suatu ketetapan yang apabila
sudah dikerjakan oleh sebagian orang muslim, maka orang muslim lainnya
terlepas dari kewajiban itu. Akan tetapi jika tidak ada yang mengerjakannya,
maka berdosalah semuanya.
2. "Sunnah" adalah perkara yang apabila dikerjakan
akan mendapat pahala, dan apabila ditinggalkan tidak berdosa. Adapun macam
sunnah antara lain:
a. Sunnah muakkad, adalah sunnah yang sangat dianjurkan, misalnya shalat
tarawih dan shalat Idul fitri
b. Sunnah ghairu muakkad, adalah sunnah biasa. Misalnya memberi salam
kepada orang lain dan puasa pada hari Senin dan Kamis
c. Sunnah hai’at, adalah perkara-perkara dalam shalat yang sebaiknya
dikerjakan, seperti mengangkat kedua tangan ketika takbir, mengucapkan
Allahu Akbar ketika akan ruku' dan sujud, dan sebagainya
d. Sunnah ab'adh, adalah perkara-perkara dalam shalat yang harus dikerjakan,
dan kalau terlupakan maka harus melakukan sujud sahwi, seperti: membaca
tasyahud awal, dan sebagainya.

3. Haram, adalah suatu perkara yang dilarang


mengerjakannya, seperti minum minuman keras, mencuri, judi dan lain-lain.
Apabila dikerjakan terhitung dosa. Sebaliknya jika ditinggalkan kita memperoleh
pahala
4. Makruh, adalah suatu hal yang tidak
disukai/diinginkan. Akan tetapi apabila dikerjakan tidak berdosa, dan jika
ditinggalkan berpahala, seperti merokok, makan bawang mentah, dan
sebagainya
5. Mubah, adalah suatu perkara yang apabila
dikerjakan atau ditinggalkan tidak berpahala dan juga tidak berdosa. Seperti
tidur, makan, minum

E. RANGKUMAN
Perilaku mulia dari pemahaman terhadap al-Qur’ān, hadis, dan ijthād sebagai sumber
hukum Islam tergambar dalam aktvitas sebagai berikut.
1. Gemar membaca dan mempelajari al-Qur’ān dan hadis baik ketka sedang sibuk ataupun
santai.
2. Berusaha sekuat tenaga untuk merealisasikan ajaran-ajaran al-Qur’ān dan hadis.
3. Selalu mengonfrmasi segala persoalan yang dihadapi dengan merujuk kepada al-Qur’ān dan
hadis, baik dengan mempelajari sendiri atau bertanya kepada yang ahli di bidangnya.
4. Mencintai orang-orang yang senantasa berusaha mempelajari dan mengamalkan ajaran-
ajaran al-Qur’ān dan Sunnah.
5. Krits terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi dengan terus-menerus berupaya agar tdak
keluar dari ajaran-ajaran al-Qur’ān dan Sunnah.
6. Membiasakan diri berpikir secara rasional dengan tetap berpegang teguh kepada al-Qur’ān
dan hadis.
7. Aktf bertanya dan berdiskusi dengan orang-orang yang dianggap memiliki keahlian agama
dan berakhlak mulia.
8. Berhat-hat dalam bertndak dan melaksanakan sesuatu, apakah boleh dikerjakan ataukah
ditnggalkan.
9. Selalu berusaha keras untuk mengerjakan segala kewajiban serta meninggalkan dan
menjauhi segala larangan.
10.Membiasakan diri untuk mengerjakan ibadah-ibadah sunnah sebagai upaya
menyempurnakan ibadah wajib karena khawatr belum sempurna.

Anda mungkin juga menyukai