Nama : Dini Wahyu Mulyasari NIM : S812102002/Semester 2 Prodi : S2 Teknologi Pendidikan Universitas Sebelas Maret 1. Transformasi pembelajaran di era digital khususnya penerapan elearning dalam pembelajaran Perubahan karakteristik di setiap tahapan Revolusi industry menjadi faktor utama dalam mengubah karakteristik sosial masyarakat, dan kemudian dari hal tersebut di implementasikan dalam dunia pendidikan dan pembelajaran. Berikut ini karakteristik revolusi industri yang berpengaruh dalam bidang pendidikan: a. Revolusi Industri 1.0 Penemuan mesin uap mengubah penggunaan teknologi berbasis domestication od animals ke penggunaan mesin. Pengetahuan/pendidikan pada masa ini tidak dianggap penting dan lebih mengandalkan tenaga, teknologi yang digunakan masih benar-benar konfensional, baik dari proses, sumber dan fasilitas belajar. b. Revolusi Industri 2.0 Pada masa ini, beberapa pengembangan teknologi listrik mulai digunakan, karakteristik pendidikan pada masa ini cenderung masih sama dengan revolusi industri 1.0 bahwa pendidikan masih bersifat sangat konvensional akan tetapi pendidik mulai mahir dalam membuat rancangan belajar, mengadakan ujian pada tiap tahap, Guru khusus, penilaian satu skala, tidak terlihat jalur belajar siswa dalam sistem. Pada akhir dari masa revolusi ini telah ditemukanya mesin ketik dan digunakan dalam bidang pendidikan c. Revolusi Industri 3.0 Revolusi IndustrI 3.0 ditandai dengan pemanfaatan teknologi komputer (personal computing) pada tahun 1970-1980an dan pengembangan jaringan internet di tahun 1990an. Era ini sering disebut sebagai digitalization-era. Sistem pendidikan pada era revolusi industri 3.0 cenderung sama dengan revolusi 2.0. yakni masih bersifat konvensional akan tetapi proses pembelajaran mulai memasuki digitalisasi. d. Revolusi Industri 4.0 Pada masa saat ini, teknologi yang digunakan adalah kombinasikan mesin industri dan cyber physical systems, dalam mempermudah aktivitas pekerjaan manusia. Pembelajaran sesuai kebutuhan siswa, tes formatif, Guru sebagai mentor, siswa dipandang tidak sama dan menjadi tidak sama sesuai potensi atau talenta masing- masing. Berbagai teknologi dapat digunakan dalam bidang pendidikan baik dari segi proses, sumber dan fasilitas belajar. Melalui teknologi pada masa ini seorang manusia dapat belajar dari manapun dan dimanapun dengan sumber yang sangat luas. 2. Analisis konsep dan teknik dalam penerapan elearning hasil telaah dari buku E- Learning Concepts and Techniques. E-Learning adalah sebuah sarana belajar yang didalamnya termuat beberapa unsur belajar yakni: motivasi diri, komunikasi, efisiensi dan teknologi. E-Learning efisien karena konten e-learning dirancang dengan media yang dapat diakses dari komputer dan dapat diakses dengan internet, sehingga para pengguna dapat belajar darimanapun dan kapanpun serta sumber belajar yang sangat luas. Menurut analisis, E-Learning memiliki prinsip dasar konsep pembelajaran yang berpusat pada pengguna, dimana para pengguna dapat belajar dari desain dan produk pembelajaran yang telah dirancang. Desain pembelajaran melalui E-Learning harus dirancang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik atau pengguna, hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran serta disesuaikan dengan kemampuan abad 21. E-Learning juga harus memberikan pengalaman belajar yang sama dengan nonE- Learning. Pelaksanaan E-Learning dapat dilaksanakan dengan dua cara yakni Synchronous dan Asynchronous. E-Learning harus memudahkan penggunanya atau siswa mengakses berbagai informasi yang akan didapat. 3. Design pembelajaran daring yang paling ideal untuk diterapkan di perguruan tinggi. Dalam desain pembelajaran daring harus memuat tiga komponen utama yakni teknologi belajar yang digunakan, strategi pembelajaran yang digunakan, model pedagogik atau konstruk materi yang akan disampaikan. Desain yang dirancang haruslah berbasis teknologi untuk meningkat kan proses pembelajaran melibatkan bukan hanya sekedar belajar tentang bagaimana menggunakan perangkat keras dan lunak tertentu. Tapi, memerlukan suatu pemahaman prinsip-prinsip pedagogic khusus dalam menggunakan teknologi dalam seting pembelajaran. Dalam pembelajaran daring, proses pembelajaran ditekankan pada aktivitas mahasiswa. Tugas-tugas diarahkan untuk pengembangan self-directed learning. Pada intinya, lingkungan belajar mahasiswa harus dibentuk dan disampaikan yang bermuatan pedagodis dengan memanfaatkan teknologi internet berbasis web, sumber belajar yang banyak dan melibatkan interaksi penuh antar mahasiswa. 4. Penjelasan berbagai praktek penerapan blended learning di berbagai negara, dan apa yang bisa diadopsi dalam penerapannya di era pembelajaran new normal nantinya di Indonesia. a. Blended Learning in China Berbagai eksperimen tentang blended learning telah dilakukan oleh universitas dan perguruan tinggi di Cina tetapi belum mencapai hasil yang diharapkan. Umumnya, pembelajaran campuran diterima dengan baik, tetapi lembaga pendidikan dan staf tidak memiliki pengetahuan yang tepat untuk mengembangkan kursus yang akan memanfaatkan potensi penuh pembelajaran campuran. kebijakan pemerintah baru-baru ini di Cina sangat mendukung kegiatan belajar/mengajar yang berpusat pada siswa, termasuk e-learning, pendidik senior dan administrator pendidikan memiliki sedikit insentif untuk mengubah gaya mengajar mereka. Sistem pendidikan Cina adalah ujian, berpusat pada guru dan masih didasarkan pada nilai-nilai Konfusianisme. Budaya ketergantungan guru yang tinggi di Cina bertentangan dengan pembelajaran mandiri yang penting dalam lingkungan pembelajaran campuran. Mereka menyimpulkan bahwa dominasi metode pengajaran tradisional di Cina tidak mungkin menghadirkan kondisi untuk pengarusutamaan e- Learning dalam waktu dekat. b. Blended Learning in Korea Blended learning juga banyak diadopsi di Korea. Pembelajaran campuran digunakan di sekitar 63% dari program pendidikan universitas di Korea pada tahun 2002 dan 67% pada tahun 200318. Pada tahun 2004, ada adalah 17 universitas cyber di Korea. blended learning adalah format instruksional yang disukai oleh mahasiswa cyber-universitas dan informasi terkait kursus, beban kerja yang terlalu berat, pedagogi instruksional cyber yang tidak memadai, dll c. Blended Learning in Japan Penerapan Blended Learning di Jepang cenderung lambat. Hal ini terbukti dari penerapan Blended Learning universitas Jepang lambat dalam merangkul e- transformasi. Tingkat keseluruhan pengenalan e-learning di antara universitas- universitas Jepang adalah 51% pada tahun 2007. Namun, hanya sedikit lebih dari 20% universitas sedang melakukan kursus e-learning untuk kredit. Bahkan setelah menambahkan lembaga-lembaga yang berencana menawarkan e-learning berbasis kredit (4,4%), hanya seperempat universitas Jepang yang menawarkan atau berencana untuk menawarkan kursus dan program e-learning. Salah satu alasannya adalah karena e-learning belum menjadi bagian integral dari perencanaan strategis nasional. Di beberapa universitas Jepang, pembelajaran campuran hanyalah pengemasan ulang dari mode pengajaran didaktik tradisional dengan merekam video kuliah dan menempatkannya secara online. Belum ada pemanfaatan teknologi interaktif seperti papan diskusi dan chat. Hanya sedikit yang menggunakan Internet sebagai media penyampaian utama dan menyediakan kursus online dengan sesi tatap muka sebagai pelengkap. d. Blended Learning in Singapore Singapura memiliki infrastruktur TI yang kuat sehingga di negara tersebut Blanded Learning dapat difasilitasi dengan baik oleh pemerintah. Pemerintah Singapore mendirikan portal e-learning di beberapa Universitas di Singapura seperti: 1. National University of Singapore’s Integrated Virtual Learning Environment (IVLE) – untuk mengunduh materi kursus, forum diskusi, tempat penyimpanan tugas, casting web video, ruang obrolan, dll; 2. EdveNTURE dari Nanyang Technological University (NTU) - memungkinkan kampus untuk memanfaatkan sumber daya online untuk sekitar 90% dari programnya; 3. Vista 4 dari Singapore Management University (SMU) – memungkinkan siswa mengunduh materi pelajaran, berpartisipasi dalam diskusi forum, dll. 3. U21 global (usaha patungan antara Universitas 21 dan Thomson Learning) - menawarkan pendidikan online kepada 32 juta siswa di seluruh dunia. e. Blended Learning in Finladia Pembelajaran Blended Learning pertama kali diterapkan pada tahun 2005. Pembelajaran Blanded Learning dilaksanakan karena Finlandia melakukan komitemen dalam berinvestasi dibidang pendidikan demi mendidik masyaraktnya memiliki SDM tinggi. Selain itu Finlandia juga mendorong peningkatan infastruktur pendidikan sehingga dalam proses pembelajaran berbasis teknologi. Hambatan utama dalam proses Blended Learning adalah kenyataan bahwa guru sangat terisolasi maksudnya ialah, seorang guru harus membuat kursus pembelajaran campuran mereka sendiri tanpa dukungan, model, atau bimbingan, hal ini menambah beban guru, sehingga universitas Helsinki mengadakan pelatihan guru dalam merancang kelas Blended learning setiap tahun di bulan maret. f. Blended Learning in California Pembelajaran Blended Learning pertama kali diterapkan di USA pada tahun 2011. Dengan cara melakukan perubahan dalam proses pembelajaran dengan mengintegrasikan perangkat lunak. Setiap murid dipinjamkan satu unit laptop demi keeterlaksanaannya proses Blended Learning, tiap laptop diberi stiker nama siswa. Beberapa siswa berada disekolah, dan melanjutkan belajar dari rumah, terutama untuk siswa yang lamban menerima pembelajaran. Akan tetapi hal ini diperlukan biaya dan infastruktur yang memadai. Pembelajaran Blended Learning memberikan efek positif kepada siswa di California. g. Hal-hal yang dapat diadopasi dari pembelajaran Blended Learning dari negara- negara di Dunia. 1) Pembelajaran Blended Learning harus disusaikan dengan karakteristik peserta didik 2) Guru sebagai sumber utama dalam pembelajaran blanded learning harus diberikan pemahaman dan ditingkatkan kompetensinya dalam merencakan dan melaksanakan pembelajaran berbasis campuran. 3) Teknologi informasi dan komunikasi sebagai dasar dari penerapan Blended Learning harus dapat menjadi sumber utama dalam pembelajaran. 4) Penerapan Blended Learning harus diiringi dengan pengembangan infastruktur di bidang pendidikan, agar dapat terlaksana dengan baik. 5. Membuat sebuah kelas dalam pembelajaran daring di spada.uns.ac.id, selanjutnya silahkan kelas dikelola dengan melakukan add resourse dan add activity. Masing- masing mahasiswa mencari 3 orang teman untuk dimasukkan sebagai student dikelasnya yang akan menerapkan praktek pembelajaran daring. Berikut ini nama kelas di Spada: Matematika Jaring-Jaring Balok dan Kubus https://spada.uns.ac.id/course/view.php?id=13451