Anda di halaman 1dari 4

Mito Variabel Sub variabel

epidemiologiNo
.
1. Inti Komunitas 1. Data Demografi
Anak usia 1-14 tahun. Kelompok usia anak
terbanyak yang mengalami infeksi virus
dengue yaitu 1- 4 tahun.
Keadaan umum : lemah, mual muntah, nafsu
makan menurun
BB : 26kg
Suhu : 38,8 °C
Trombosit : 26 u/l
Nadi : 100 x/menit
Pernapasan : 36 x/menit

2. Data Epidemiologi:
Direktur Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik dr. Siti
Nadia Tarmizi, M. Epid mengatakan kasus
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia
hingga juli 2020 mencapai 71.633. Ia menyebut
10 provinsi yang melaporkan jumlah kasus
terbanyak ada di Jawa Barat 10.772 kasus, Bali
8.930 kasus, Jawa Timur 5.948 kasus, NTT
5.539 kasus, Lampung 5.135 kasus, DKI
Jakarta 4.227 kasus, NTB 3.796 kasus, Jawa
Tengah 2.846 kasus, Yogyakarta 2.720 kasus,
dan Riau 2.255 kasus. Ini adalah provinsi yang
berpotensi endemis dari tahun ke tahun tinggi.
Selain itu jumlah kematian di seluruh Indonesia
mencapai 459. Namun demikian jumlah kasus
dan kematian tahun ini masih rendah jika
dibandingkan tahun 2019. Tahun ini jumlah
kasus DBD pada Januari Juli mencapai 71.633
kasus, tahun 2019 jumlah kasus lebih tinggi
berjumlah 112.954. Begitupun dengan jumlah
kematian, tahun ini berjumlah 459, sedangkan
tahun 2019 sebanyak 751. (Kemenkes RI, 2020)
Awal terjadinya epidemik DBD di
Indonesia, mayoritas terjadi pada kelompok
umur antara 5–9 tahun. Penelitian ini
menunjukkan bahwa mayoritas kasus demam
berdarah terjadi pada kelompok umur 5-14
tahun. Infeksi dengue primer dengan
persentase tertinggi terjadi pada pada kelompok
usia 6-11 tahun yaitu 26,66%.
Pada tahun 2014 tercatat penderita
DBD paling banyak dialami oleh kelompok 1-
14 tahun sebanyak 1.065 penderita, untuk anak
usia 6-12 tahun sebanyak 336 anak, Penderita
DBD pada kelompok usia 6-12 tahun di
kecamatan tembalang pada tahun 2016
tertinggi yaitu173 anak dan pada tahun 2017
dari semua kelompok usia 6-12 tahun adalah
tertinggi menderita DBD yaitu sebanyak 58
anak.

Grafik 1 menunjukkan bahwa sebagian


besar penderita DBD berusia 5 – 14 tahun
(65%) dan paling sedikit berusia 25 – 54
tahun (6%).

Grafik 2 menunjukkan bahwa sebagian


besar penderita DBD adalah laki- laki (56%)
dan sisanya adalah penderita perempuan
(44%).
Proporsi kematian berdasarkan usia,
kurang dari 1 tahun sebanyak 0,01 persen di
tahun 2019. Tahun 2020, sebanyak 0,02
persen," ujar Direktur Penyakit Tular Vektor
dan Zoonotik Kemenkes, dr. Siti Nadia
Tarmizi, M.Epid, di Gedung Kementerian
Kesehatan. Kemudian, pada 2019, persentase
kematian pada pasien yang berusia 1-4 tahun
sebanyak 0,07 persen. Sedangkan pada 2020,
terdapat sebanyak 0,11 persen. Paling sedikit
ada di daerah Jambi, Kepri, Babel, Sumatera
Selatan, Nusa Tenggara Barat. Totalnya satu
kasus meninggal, Kasus kematian akibat DBD
paling banyak terjadi di Nusa Tenggara Timur
(NTT). Sebanyak 32 orang meninggal dunia
karena DBD, berdasarkan data per Rabu, 11
Maret 2020. (Kemenkes RI, 2020)

3. Perilaku :
 Pengetahuan
 Sikap
 Keterampilan
4. Riwayat Komuntias
5. Persepsi
2. Sub Sistem
a. Lingkungan Fisik 1. Ventilasi berkasa, kelembaban, dan
pencahayaan.
2. Kelembaban suatu ruangan juga berisiko untuk
perkembangan biakan nyamuk Aedes aegypti.
3. Pencahayaan dapat masuk kedalam ruangan
rumah.
4. Membersihkan lingkungan tempat tinggal /
menguras tempat penampungan air .
5) Mengubur Sampah dan menutup tempak
penampungan air.
(Wijirahayu & Sukesi, 2019)
b. Pendidikan Penelitian dari Baitipur dan Widraswara (2018)
tentang pendidikan kesehatan melalui video untuk
meningkatkan pengetahuan dan praktik PSN DBD
menunjukkan bahwa dengan pendidikan kesehatan
maka meningkatkan pengetahuan, hal ini
memungkinkan lebih mengetahui cara mencegah
penyakit DBD dan cenderung melakukan tindakan
yang berguna untuk memutus rantai
perkembangbiakan nyamuk atau mengurangi vektor
penyebab DBD. Hal ini akan berpengaruh pada ada
tidaknya jentik di sekitar tempat tinggal.
Keberadaan jentik merupakan dampak sekunder
yang kemungkinan dapat terjadi akibat dari
pendidikan kesehatan tentang PSN DBD.
c. Keamanan dan
Transportasi
d. Politik dan Pemerintahan
e. Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan kesehatan
Sosial 1. Upaya promotif dan Preventif seperti Posyandu
,Penyuluhan kesehatan dan Pemberdayaan
masyarakat tentang program PSN melalui 4M
plus
2. Program Pemberantasan Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan
3. Pemberantasan vektor terdorong dari fogging,
abatisasi, pengawasan kualitas lingkungan,

Pelayanan sosial
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Perilaku penghasilan
4. mobilitas penduduk
5. kepadatan penduduk
6. Pemberantasan sarang nyamuk/ PSN)
(Dinata dan Dhewantara, 2012)
f. Ekonomi
g. Komunikasi
h. Rekreasi 1. Hotel/losmen, asrama, rumah makan,
tempat rekreasi, tempat pelayanan
kesehatan lainnya, dimana kemungkinan
terjadinya penularan tinggi.
2. Memiliki taman bermain untuk anak,
sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi
yang aman dari kecelakaan dengan
lingkungan yang higienis

Anda mungkin juga menyukai