Anda di halaman 1dari 41

BUKU PANDUAN PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG UNTUK KEPERLUAN

PELAYANAN KESEHATAN

Oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai


(2018)

PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia yang sekaligus merupakan hak asasi setiap
manusia. Indonesia telah mengakui hal ini sebagaimana dituangkan dalam Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menegaskan bahwa setiap orang berhak untuk
mendapatkan akses terhadap pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan sangat luas cakupannya dan membutuhkan berbagai sumber daya untuk
penyelengaraannya. Mulai dari sumber daya manusia sampai dengan peralatan, instrumen,
alat bantu, dan bahan untuk pelayanan kesehatan.
Barang-barang untuk pelayanan kesehatan dapat diperoleh dari dalam negeri maupun dari
luar negeri dengan cara diimpor. Importasi barang-barang tersebut juga dapat dibagi menjadi
dua yaitu barang yang diperoleh dari pembelian dan barang hibah.
Impor barang-barang kesehatan secara normal akan dikenai pungutan fiskal berupa bea
masuk dan pajak dalam rangka impor (PDRI). Tentunya hal ini akan menambah cost atau
menaikkan harga barang yang diimpor. Untuk mendapatkan penghematan dan efisiensi,
impor barang-barang kesehatan dapat diberikan fasilitas fiskal berupa pembebasan bea
masuk dan PDRI sesuai peruntukannya.
Untuk itu dalam buku ini akan kami bahas mengenai prosedur untuk melakukan importasi
barang-barang kesehatan sekaligus prosedur untuk mendapatkan pembebasan bea masuk
dan PDRI atas barang-barang kesehatan, sampai dengan pengeluan barang dari pelabuhan
kepada penerima di dalam negeri Indonesia.
Untuk memudahkan pembahasan berikutnya kami akan menggunakan istilah BARANG
KESEHATAN untuk mewakili berbagai istilah umum dibidang kesehatan seperti alat kesehatan
(alkes), alat medis, alat laboratorium kesehatan, obat-obatan, suplemen kesehatan,
instrumen, bahan farmasi, alat farmasi, bahan / bahan pembantu, infrastruktur kesehatan,
dan segala barang berkaitan dengan dunia kesehatan.

SKEMA PEMBEBASAN BEA MASUK


Prosedur pembebasan bea masuk atas impor barang-barang kesehatan dapat berbeda antara
satu pihak dengan pihak yang lain. Yang membedakan adalah perbedaan Subyek (penerima
barang), Obyek (jenis barang), dan peruntukan dari barang dimaksud.
Sesuai Pasal 25 dan 26 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas
Undang Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, barang-barang kesehatan yang
dapat diberikan pembebasan bea masuk antara lain menggunakan skema di bawah ini:
a. Barang untuk keperluan amal dan sosial;
b. Barang untuk kepentingan penanggulangan bencana alam;

1
c. Barang untuk penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
d. Barang untuk keperluan penyandang disabilitas;
e. Barang bagi pemerintah pusat atau pemerintah daerah untuk kepentingan umum;
f. barang untuk keperluan proyek pemerintah yang dibiayai dengan pinjaman dan/atau
hibah dari luar negeri;
Dalam pembahasan berikut akan kami uraikan masing-masing skema pembebasan bea
masuk tersebut.

2
A. BARANG UNTUK KEPERLUAN AMAL DAN SOSIAL
1. Dasar Hukum
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 70/PMK.04/2012 tentang Pembebasan Bea Masuk
dan/atau Cukai atas Impor Barang Kiriman Hadiah/Hibah untuk Keperluan Ibadah untuk
Umum, Amal, Sosial, atau Kebudayaan (PMK-70);
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/KMK.03/2001 tentang Perlakuan Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, atas Impor Barang Kena
Pajak Yang Dibebaskan dari Pungutan Bea Masuk, sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 196/PMK.010/2016;
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.010/2017 tentang Pemungutan Pajak
Penghasilan Pasal 22 Sehubungan Dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang Dan
Kegiatan Di Bidang Impor Atau Kegiatan Usaha Di Bidang Lain, sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 110/PMK.010/2018;
Berdasarkan ketentuan di atas, fasilitas fiskal yang diberikan meliputi :
- pembebasan bea masuk,
- tidak dipungut PPN atau PPN dan PPnBM, serta
- dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 Impor.

2. Subyek Pemberian Fasilitas Fiskal


Subyek yang dapat diberikan fasilitas fiskal berdasarkan PMK-70 adalah badan atau
lembaga yang bergerak dibidang ibadah untuk umum, sosial, atau keagamaan. Badan atau
lembaga tersebut harus:
a. merupakan badan hukum yang berkedudukan di dalam wilayah NKRI;
b. pendirian badan hukum tersebut dibuktikan dengan akta notaris;
c. badan atau lembaga tersebut bersifat non profit.

3. Obyek Pemberian Fasilitas Fiskal


Obyek atau barang kesehatan yang dapat diberikan fasilitas fiskal berdasarkan PMK-70
antara lain:
a. barang yang diperlukan untuk mendirikan atau memperbaiki bangunan rumah sakit,
poliklinik, dan/atau sekolah;
b. mobil klinik, sara pengangkut orang sakit, atau sarana pengangkut petugas kesehatan;
c. peralatan operasi atau perkakas pengobatan yang digunakan untuk badan sosial;
d. makanan, obat-obatan, dan/atau pakaian untuk diberikan kepada masyarakat yang
memerlukan.

3
4. Prosedur
a. Untuk mendapatkan fasilitas fiskal berdasarkan PMK-70, badan/lembaga mengajukan
permohonan tertulis kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai u.p. Direktur Fasilitas
Kepabeanan.
Permohonan disampaikan dengan dilampiri:
1) Rincian jumlah, jenis, perkiraan nilai pabean (harga), dan pelabuhan tempat
pembongkaran barang yang dimintakan fasilitas fiskal;
Dalam rincian barang ini harus disebutkan secara jelas:
- jenis, deskripsi, uraian, dan spesifikasi teknis barang;
- detail jumlah dan satuan barang;
- perkiraan nilai pabean (harga) barang;
- pelabuhan laut atau bandar udara tempat pembongkaran sekaligus tempat
penyelesaian kewajiban pabeannya;
2) Surat keterangan dari pemberi hadiah/hibah dari luar negeri (gift certificate atau
memorandum of understanding).
Dalam surat keterangan tersebut harus terdapat pernyataan bahwa barang adalah
barang kiriman hadiah/hibah. Sebaiknya juga tercantum data pemberi hadiah/hibah,
penerima hadiah/hibah, serta rincian jumlah dan jenis barang hadiah/hibah
dimaksud. Pihak penerima hadiah/hibah akan menjadi consignee (importir) dan
bertanggung jawab atas penyelesaian kewajiban kepabeanannya.
3) rekomendasi dari instansi teknis terkait.
Rekomendasi dari instasnsi terknis terkait terdiri dari dua macam, yaitu:
a) Rekomendasi terkait status penerima hibah/hadiah, dalam hal penerima hibah
adalah badan/lembaga sosial maka perlu mendapatkan rekomendasi dari
Kementerian Sosial. Dalam hal penerima hibah adalah lembaga keagamaan maka
perlu mendapatkan rekomendasi dari kementerian agama.
b) Rekomendasi terkait barang yang akan diimpor, diperlukan dalam hal barang
impor merupakan barang terkena aturan larangan dan/atau pembatasan;
Contoh izin dari instansi teknis terkait dalam hal barang impor termasuk barang
Iartas adalah:
- Izin impor barang bukan baru dari Kementerian Perdagangan.
- Izin impor alat kesehatan dari Kementerian Kesehatan.
- izin impor makanan dan obat dari Badan POM.
- Laporan Surveyor, dll.
b. Atas permohonan pembebasan bea masuk yang diajukan, Direktur Jenderal Bea dan
Cukai atas nama Menteri Keuangan memberikan persetujuan atau penolakan.
c. Dalam hal permohonan disetujui, atas nama Menteri Keuangan, Direktur Jenderal Bea
dan Cukai melalui Direktur Fasilitas Kepabeanan menerbitkan keputusan pembebasan
bea masuk dan tidak dipungut PPN atau PPN dan PPnBM, serta dikecualikan dari

4
pemungutan PPh Pasal 22, yang memuat rincian jumlah, jenis, dan perkiraan nilai
pabean barang yang diberikan pembebasan bea masuk, serta penunjukkan pelabuhan
tempat pembongkarannya.
d. Dalam hal permohonan tidak disetujui, Menteri Keuangan, melalui Direktur Jenderal Bea
dan Cukai u.p. Direktur Fasilitas Kepabeanan menerbitkan:
1) surat pemberitahuan penolakan dengan menyebutkan alasan penolakan, dalam hal
permohonan tidak sesuai dengan ketentuan; atau
2) surat pengembalian berkas permohonan, dalam hal masih terdapat kekurangan
dokumen dan/atau kesalahan data dalam permohonan.
d. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai harus menerbitkan keputusan berupa persetujuan
atau penolakan tersebut dalam jangka waktu maksimal 14 (empat belas) hari kerja.
e. Proses permohonan pembebasan bea masuk dan PDRI ini tidak dipungut biaya oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

5. Frequently Asked Question (FAQ)


-
6. Study Kasus
Yayasan Sosial ABC yang diketuai oleh Bpk. Alfa Bravo Charly mendapatkan hibah bantuan
dari XYZ Society New Zealand berupa obat mata dan kaca mata baca. Bantuan tersebut
diperuntukkan bagi penyelenggaraan bakti sosial berupa operasi katarak gratis bagi warga
tidak mampu.
Maka sebelum barang di kirim dari luar negeri yang harus dilakukan oleh yayasan sosial
ABC adalah:
a. Yayasan ABC harus segera memperoleh gift certificate atas hibah barang tersebut dari
XYZ Society New Zealand;
b. Karena barang yang diimpor berupa obat-obatan harus mendapat izin dari Badan POM,
sehingga yayasan ABC harus mengurus izin dulu kepada Badan POM;
c. Sebagai badan sosial, yayasan ABC harus mendapatkan rekomendasi dari Kementerian
Sosial (bukan Dinas Sosial). Rekomendasi ini untuk membuktikan bahwa yayasan ABC
benar bergerak dibidang sosial, tidak berorientasi profit, dan layak diberikan
pembebasan bea masuk.
d. Setelah mendapat izin dari BPOM dan rekomendasi dari Kementerian Sosial, baru
diajukan permohonan pembebasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor-nya.
Berikut ini contoh format surat permohonan pembebasan bea masuk atas barang untuk
kepentingan sosial:

5
Nomor : 123/ABC/20xx Tanggal 12 November 20xx
Lampiran : 1 (satu) berkas
Hal : Permohonan Pembebasan Bea Masuk dan
Pajak Dalam Rangka Impor atas Impor Barang
Kiriman Hadiah/Hibah untuk kepentingan
umum, amal, sosial, atau kebudayaan

Yth. Direktur Jenderal Bea dan Cukai


u.p.Direktur Fasilitas Kepabeanan
Di Jakarta

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Alfa Bravo Charly
Jabatan : Ketua Yayasan
Badan/Lembaga/Instansi : Yayasan Sosial ABC
Alamat : Jl. Diponegoro, Jakarta
Telepon : 021-1234567890xx Faksimili : 021-1234567890xx

dengan ini mengajukan permohonan pembebasan bea masuk atas impor barang kiriman hadiah/hibah
untuk keperluan amal sosial sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
70/PMK.04/2012 tentang Pembebasan Bea Masuk dan/atau Cukai atas Impor Barang Kiriman
Hadiah/Hibah untuk Kepentingan umum, amal, sosial, atau kebudayaan, atas barang kiriman hadiah/hibah
dengan rincian sebagai berikut:
Dokumen
Pelabuhan
No. Uraian Barang Jumlah Barang Harga Barang Pelengkap
Pemasukan
Pabean
1. Obat Tetes Mata 500 botol USD 620 Bandara
Katarak Soekarno
Hatta
2. Kaca Mata Baca Manula 500 Pcs USD 1.750

Barang kiriman hadiah/hibah yang dikirim oleh XYZ Society New Zealand tersebut, dimasukkan
untuk kepentingan bantuan sosial dalam rangka mendukung operasi katarak gratis bagi warga tidak
mampu di Kota/Kabupaten ...................., Provinsi .................. dan tidak untuk diperdagangkan.

Untuk melengkapi permohonan, bersama ini kami lampirkan dokumen sebagai berikut:
1. Akta Pendirian yayasan sosial
2. Surat Rekomendasi dari Kementerian Sosial Nomor xxx/x.x/PR.xx.xx/11/20xx tanggal 1 November
20xx
3. Surat SAS dari BPOM Nomor xxx/xxx/xxxx/20xx tanggal 10 November 20xx
4. Gift Certificate dari XYZ Society New Zealand Nomor xyz0123 tanggal 20 Oktober 20xx
5. Invoice Nomor xx/xyx/20xx tanggal 25 Oktober 20xx

Dengan ini kami menyatakan bahwa dokumen yang dilampirkan adalah valid dan benar.

Ketua Yayasan,

Alfa Bravo Charly

Disclaimer: Format contoh di atas hanya untuk ilustrasi. Kesamaan data dan informasi hanya
untuk keperluan edukasi.
Tulisan yang berwarna merah agar disesuaikan apabila Anda mengajukan permohonan
serupa.

6
B. BARANG UNTUK KEPENTINGAN PENANGGULANGAN BENCANA ALAM
1. Dasar Hukum
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 69/PMK.04/2012 tentang Pembebasan Bea Masuk
dan/atau Cukai atas Impor Barang Kiriman Hadiah/Hibah untuk Kepentingan
Penanggulangan Bencana Alam (PMK-69);
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/KMK.03/2001 tentang Perlakuan Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, atas Impor Barang Kena
Pajak Yang Dibebaskan dari Pungutan Bea Masuk, sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 196/PMK.010/2016;
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.010/2017 tentang Pemungutan Pajak
Penghasilan Pasal 22 Sehubungan Dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang Dan
Kegiatan Di Bidang Impor Atau Kegiatan Usaha Di Bidang Lain, sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 110/PMK.010/2018;
Berdasarkan ketentuan di atas, fasilitas fiskal yang diberikan meliputi :
- pembebasan bea masuk,
- tidak dipungut PPN atau PPN dan PPnBM, serta
- dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 Impor.

2. Penggolongan kondisi penanggulangan bencana alam


Fasilitas fiskal atas barang impor berupa barang kesehatan yang digunakan untuk
kepentingan penanggulangan bencana alam dapat diberikan dalam kondisi sebagai berikut:
a. masa Tanggap Darurat Bencana;
b. masa transisi menuju Rehabilitasi dan Rekonstruksi; atau
c. masa Rehabilitasi dan Rekonstruksi.
Yang dinyatakan secara tertulis oleh BNPB, BPBD, atau Pemerintah Daerah serta hanya
diberikan terhadap barang yang dimasukkan melalui pintu masuk (entry point) bantuan
internasional yang telah ditetapkan oleh BNPB atau BPBD.

3. Subyek Pemberian Fasilitas Fiskal


Subyek yang dapat diberikan fasilitas fiskal berdasarkan PMK-69 dibagi berdasarkan
penggolongan kondisi penanggulangan bencana alam, yaitu sebagai berikut:
a. Masa Tanggap Darurat Bencana dan masa transisi menuju Rehabilitasi dan
Rekonstruksi.
Subyek yang dapat diberikan fasilitas fiskal adalah:
1) badan atau lembaga yang bergerak di bidang ibadah untuk umum, amal, sosial, atau
kebudayaan yang memenuhi persyaratan:
a) badan atau lembaga tersebut merupakan badan hukum yang berkedudukan
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

7
b) pendirian badan hukum sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang dibuktikan dengan akta notaris;
dan
c) badan atau lembaga tersebut bersifat non profit.
2) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
3) lembaga internasional atau lembaga asing non pemerintah.
b. Masa Rehabilitasi dan Rekonstruksi.
Subyek yang dapat diberikan fasilitas fiskal adalah:
1) badan atau lembaga yang bergerak di bidang ibadah untuk umum, amal, sosial, atau
kebudayaan yang memenuhi persyaratan:
a) badan atau lembaga tersebut merupakan badan hukum yang berkedudukan
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b) pendirian badan hukum sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang dibuktikan dengan akta notaris;
dan
c) badan atau lembaga tersebut bersifat non profit.
2) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
Apabila subjek yang mengajukan permohonan fasilitas fiskal adalah lembaga
internasional atau lembaga asing non pemerintah, maka atas permohonan tersebut
berlaku ketentuan mengenai fasiltas fiskal untuk badan internasional dan pejabatnya
yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 149/PMK.04/2015 tentang
Pembebasan Bea Masuk dan/atau Cukai atas Impor Barang Untuk Keperluan Badan
Internasional Beserta Pejabatnya Yang Bertugas Di Indonesia

4. Obyek Pemberian Fasilitas Fiskal


Obyek atau barang kesehatan yang dapat diberikan fasilitas fiskal berdasarkan PMK-69
antara lain:
a. logistik;
b. peralatan, yang dikelompokkan menjadi:
1) kelompok kendaraan bermotor dan/atau alat berat; dan
2) kelompok barang selain kendaraan bermotor dan/atau alat berat.

5. Prosedur
a. Masa Tanggap Darurat Bencana dan masa transisi menuju Rehabilitasi dan Rekonstruksi.
1) Untuk mendapatkan fasilitas fiskal berdasarkan PMK-69 pada masa tanggap darurat
bencana dan masa transisi menuju rehabilitasi dan rekonstruksi, pemohonan
mengajukan permohonan secara tertulis kepada Direktur Jenderal melalui Kepala
Kantor Pabean tempat pemasukan barang dengan menggunakan format dalam
Lampiran I PMK-69 dengan dilampiri:

8
a) daftar barang yang diajukan fasilitas pembebasan bea masuk dan/atau cukai,
yang telah ditandasahkan oleh BNPB, BPBD, atau Gubernur di daerah tertimpa
bencana atau tempat pemasukan barang di luar lokasi Bencana Alam;
b) surat keterangan dari pemberi hadiah/hibah di luar negeri (gift certificate) yang
dalam pengadaannya tidak menggunakan devisa Indonesia dan terdapat
pernyataan bahwa barang tersebut adalah barang kiriman hadiah/hibah;
c) rekomendasi BNPB, BPBD, atau Gubernur di daerah tertimpa bencana atau
tempat pemasukan barang di luar lokasi Bencana Alam
d) apabila barang impor merupakan barang yang terkena ketentuan larangan
dan/atau pembatasan barang impor, permohonan juga harus dilampiri dengan:
- surat rekomendasi dari instansi teknis terkait yang berwenang menetapkan
peraturan mengenai larangan dan/atau pembatasan barang impor; atau
- daftar barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a yang
ditandasahkan oleh BNPB atau BPBD setelah mendapat pelimpahan
wewenang dari instansi teknis terkait sebagaimana dimaksud pada huruf a.
2) Dalam hal pemohon tidak dapat melampirkan surat keterangan dari pemberi
hadiah/hibah di luar negeri (gift certificate), pemohon dapat melampirkan surat
keterangan atau surat pernyataan barang kiriman hadiah/hibah dengan
menggunakan format dalam Lampiran II PMK-69.
3) Atas permohonan pembebasan bea masuk yang diajukan, Kepala Kantor Pabean
meneruskan permohonan kepada Direktur Jenderal atau Pejabat Bea dan Cukai
yang ditunjuk.
4) Direktur Jenderal atau Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk atas nama Menteri
memberikan persetujuan atau penolakan dalam jangka waktu paling lama 14
(empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal permohonan diterima secara
lengkap.
5) Dalam hal permohonan disetujui, Direktur Jenderal atau Pejabat Bea dan Cukai yang
ditunjuk atas nama Menteri menerbitkan keputusan pembebasan bea masuk dan
tidak dipungut PPN atau PPN dan PPnBM, serta dikecualikan dari pemungutan PPh
Pasal 22, yang memuat rincian jumlah, jenis, dan perkiraan nilai pabean barang yang
diberikan pembebasan bea masuk, serta penunjukkan pelabuhan tempat
pembongkarannya.
6) Dalam hal permohonan tidak disetujui, Menteri Keuangan, melalui Direktur
Jenderal Bea dan Cukai u.p. Direktur Fasilitas Kepabeanan menerbitkan:
a) surat pemberitahuan penolakan dengan menyebutkan alasan penolakan,
dalam hal permohonan tidak sesuai dengan ketentuan; atau
b) surat pengembalian berkas permohonan, dalam hal masih terdapat
kekurangan dokumen dan/atau kesalahan data dalam permohonan.
b. Masa Rehabilitasi dan Rekonstruksi
1) Untuk mendapatkan fasilitas fiskal berdasarkan PMK-69 pada masa tanggap darurat
bencana dan masa transisi menuju rehabilitasi dan rekonstruksi, pemohonan
mengajukan permohonan secara tertulis kepada Direktur Jenderal atau Pejabat Bea
dan Cukai yang ditunjuk dengan menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran III PMK-69 dengan dilampiri:

9
a) rincian jumlah dan jenis barang yang dimintakan pembebasan bea masuk
dan/atau cukai beserta nilai pabeannya;
b) surat keterangan dari pemberi hadiah/hibah di luar negeri (gift certificate) yang
dalam pengadaannya tidak menggunakan devisa Indonesia dan terdapat
pernyataan bahwa barang tersebut adalah barang kiriman hadiah/hibah;
c) rekomendasi dari BNPB atau BPBD;
d) apabila barang impor merupakan barang yang terkena ketentuan larangan
dan/atau pembatasan barang impor, permohonan juga harus dilampiri dengan
surat rekomendasi dari instansi teknis terkait yang berwenang menetapkan
peraturan mengenai larangan dan/atau pembatasan barang impor.
2) Direktur Jenderal atau Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk atas nama Menteri
memberikan persetujuan atau penolakan dalam jangka waktu paling lama 14
(empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal permohonan diterima secara
lengkap.
3) Dalam hal permohonan disetujui, Direktur Jenderal atau Pejabat Bea dan Cukai yang
ditunjuk atas nama Menteri menerbitkan keputusan pembebasan bea masuk dan
tidak dipungut PPN atau PPN dan PPnBM, serta dikecualikan dari pemungutan PPh
Pasal 22, yang memuat rincian jumlah, jenis, dan perkiraan nilai pabean barang yang
diberikan pembebasan bea masuk, serta penunjukkan pelabuhan tempat
pembongkarannya.
4) Dalam hal permohonan tidak disetujui, Menteri Keuangan, melalui Direktur
Jenderal Bea dan Cukai u.p. Direktur Fasilitas Kepabeanan menerbitkan:
a) surat pemberitahuan penolakan dengan menyebutkan alasan penolakan,
dalam hal permohonan tidak sesuai dengan ketentuan; atau
b) surat pengembalian berkas permohonan, dalam hal masih terdapat
kekurangan dokumen dan/atau kesalahan data dalam permohonan.
d. Proses permohonan pembebasan bea masuk dan PDRI ini tidak dipungut biaya oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

6. Frequently Asked Question (FAQ)


a. Apakah yayasan dalam mengajukan permohonan dapat menggunakan rekomendasi
dari Kementerian Sosial?
Dalam pengajuan permohonan fasilitas fiskal atas impor barang yang digunakan untuk
kepentingan penanggulangan bencana alam, yayasan harus melampirkan rekomendasi
dari BNPB dan tidak perlu melampirkan rekomendasi dari Kementerian Sosial.
b. Proses pengajuan permohonan fasilitas fiskal dapat langsung diajukan ke Kantor Pusat
DJBC?
Dalam masa Tanggap Darurat Bencana dan masa transisi menuju Rehabilitasi dan
Rekonstruksi pengajuan permohonan fasilitas fiskal harus diajukan ke Kantor Pabean
tempat pemasukan barang sedangkan dalam masa Rehabilitasi dan Rekonstruksi
pengajuan permohonan fasilitas fiskal dapat langsung diajukan ke Kantor Pusat DJBC.

10
7. Contoh Format Surat Permohonan
Berikut ini contoh format surat permohonan pembebasan bea masuk atas barang untuk
kepentingan penanggulangan bencana:
Nomor : ………… Tanggal …………
Lampiran : 1 (satu) berkas
Hal : Permohonan Pembebasan Bea Masuk dan
Pajak Dalam Rangka Impor atas Impor Barang
Kiriman Hadiah/Hibah untuk kepentingan
umum, amal, sosial, atau kebudayaan

Yth. Direktur Jenderal Bea dan Cukai


u.p.Direktur Fasilitas Kepabeanan
Di Jakarta

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : …………
Jabatan : …………
Badan/Lembaga/Instansi : …………
Alamat : …………
Telepon : ………… Faksimili : …………

dengan ini mengajukan permohonan pembebasan bea masuk atas impor barang kiriman hadiah/hibah
untuk keperluan amal sosial sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
70/PMK.04/2012 tentang Pembebasan Bea Masuk dan/atau Cukai atas Impor Barang Kiriman
Hadiah/Hibah untuk Kepentingan umum, amal, sosial, atau kebudayaan, atas barang kiriman hadiah/hibah
dengan rincian sebagai berikut:
Dokumen
Pelabuhan
No. Uraian Barang Jumlah Barang Harga Barang Pelengkap
Pemasukan
Pabean
1. ………… ………… ………… ………… …………

2. ………… ………… ………… ………… …………

Barang kiriman hadiah/hibah yang dikirim oleh ………… tersebut, dimasukkan untuk kepentingan
penanggulangan bencana alam di Kota/Kabupaten ...................., Provinsi .................. dan tidak untuk
diperdagangkan.

Dengan ini kami menyatakan bahwa dokumen yang dilampirkan adalah valid dan benar.

(jabatan),

(…………)

Tulisan yang berwarna merah agar disesuaikan apabila Anda mengajukan permohonan
serupa.

11
C. BARANG UNTUK PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN (LITBANG)
1. Dasar Hukum
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 143/KMK.05/1997 tentang tentang Pembebasan
Bea Masuk dan Cukai atas Impor Barang Untuk Keperluan Penelitian dan Pengembangan
Ilmu Pengetahuan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 51/PMK.04/2007 (KMK-143);
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/KMK.03/2001 tentang Perlakuan Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, atas Impor Barang Kena
Pajak Yang Dibebaskan dari Pungutan Bea Masuk, sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 196/PMK.010/2016;
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.010/2017 tentang Pemungutan Pajak
Penghasilan Pasal 22 Sehubungan Dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang Dan
Kegiatan Di Bidang Impor Atau Kegiatan Usaha Di Bidang Lain, sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 110/PMK.010/2018;
Berdasarkan ketentuan di atas, fasilitas fiskal yang diberikan meliputi :
- pembebasan bea masuk,
- tidak dipungut PPN atau PPN dan PPnBM, serta
- dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 Impor.

2. Subyek Pemberian Fasilitas Fiskal


Fasilitas fiskal berdasarkan KMK-143 diberikan kepada Perguruan Tinggi, Lembaga, dan
Badan.
Perguruan Tinggi, Lembaga, dan Badan dibedakan dua kategori yaitu:
a. Perguruan Tinggi, Lembaga, dan Badan yang telah ditetapkan dalam Lampiran KMK-143;
b. Perguruan Tinggi, Lembaga, dan Badan yang belum ditetapkan dalam Lampiran KMK-
143.
Yang membedakan diantara kedua kategori di atas, adalah kewenangan pejabat dalam
memberikan persetujuan pembebasan bea masuk sebagaimana dijelaskan pada butir 4.c.
di bawah.

3. Obyek Pemberian Fasilitas Fiskal


Fasilitas fiskal berdasarkan KMK-143 diberikan atas barang diimpor yang benar-benar
digunakan untuk memajukan ilmu pengetahuan termasuk untuk penyelenggaraan
penelitian dengan tujuan untuk mempertinggi tingkat ilmu pengetahuan yang ada.

4. Prosedur
a. Untuk mendapatkan fasilitas fiskal berdasarkan KMK-143, Perguruang Tinggi, Lembaga,
dan Badan mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri Keuangan melalui Direktur
Jenderal Bea dan Cukai u.p. Direktur Fasilitas Kepabeanan.

12
Permohonan yang disampaikan harus mampu menjelaskan fungsi dan kegunaan barang
yang dimintakan pembebasan, dalam kaitannya untuk memajukan ilmu pengetahuan
termasuk untuk penyelenggaraan penelitian dengan tujuan untuk mempertinggi tingkat
ilmu pengetahuan yang ada.
Permohonan disampaikan dengan dilampiri dengan:
1) Rincian jumlah dan jenis barang yang dimintakan pembebasan bea masuk beserta
nilai pabean dan pelabuhan tempat pembongkarannya, yang telah disahkan oleh
pimpinan.
2) Rekomendasi dari kementerian teknis terkait yang mampu menjelaskan bahwa
barang yang dimintakan pembebasan merupakan barang yang benar-benar
digunakan untuk penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, serta
direkomendasikan untuk diberikan pembebasan bea masuk dan PDRI.
3) Penjelasan tertulis mengenai fungsi dan kegunaan barang yang dimintakan
pembebasan, dalam kaitannya dengan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan, dalam hal permohonan belum menjelaskan fungsi dan kegunaan
barang.
b. Selanjutnya, dalam hal permohonan disetujui, atas nama Menteri Keuangan, Direktur
Jenderal Bea dan Cukai melalui Direktur Fasilitas Kepabeanan memberikan persetujuan
atas permohonan pembebasan bea masuk dan PDRI.
Dalam hal permohonan tidak disetujui, Menteri Keuangan, melalui Direktur Jenderal Bea
dan Cukai u.p. Direktur Fasilitas Kepabeanan menerbitkan:
1) surat pemberitahuan penolakan dengan menyebutkan alasan penolakan, dalam hal
permohonan tidak sesuai dengan ketentuan; atau
2) surat pengembalian berkas permohonan, dalam hal terdapat kekurangan dan/atau
kesalahan data.
c. Bagi Perguruan Tinggi, Lembaga, dan Badan yang telah ditetapkan dalam Lampiran KMK-
143, pemberian persetujuan pembebasan bea masuk dan PDRI diberikan langsung oleh
Direktur Jenderal Bea dan Cukai, melalui Direktur Fasilitas Kepabeanan.
Bagi Perguruan Tinggi, Lembaga, dan Badan yang belum ditetapkan dalam Lampiran
KMK-143, pemberian persetujuan pembebasan bea masuk dan PDRI diberikan oleh
Direktur Jenderal Bea dan Cukai, melalui Direktur Fasilitas Kepabeanan setelah
mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan.
d. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai harus menerbitkan keputusan berupa persetujuan
atau penolakan tersebut dalam jangka waktu maksimal 14 (empat belas) hari kerja.
e. Proses permohonan pembebasan bea masuk dan PDRI ini tidak dipungut biaya oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

5. Frequently Asked Question (FAQ)


a. Rekomendasi yang diberikan dalam pengurusan pembebasan bea masuk dan PDRI,
apakah sama seperti rekomendasi lartas ?

13
Rekomendasi pembebasan bea masuk berbeda dengan rekomendasi dalam rangka
pemenuhan ketentuan larangan dan pembatasan.
Sesuai dengan definisinya, rekomendasi terkait lartas adalah rekomendasi yang
diberikan karena barang yang akan diimpor termasuk dalam daftar barang yang dilarang
dan dibatasi, untuk itu diperlukan rekomendasi dari kementerian teknis terkait untuk
memberikan ijin impor barang yang dilarang dan dibatasi.
Rekomendasi dalam pengurusan pembebasan bea masuk, merupakan rekomendasi dari
kementerian teknis terkait yang mampu memberikan penjelasan bahwa barang yang
diimpor adalah barang yang benar-benar untuk keperluan penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan, sehingga direkomendasikan untuk diberikan
pembebasan bea masuk dan PDRI.
Dalam aspek waktu, rekomendasi pembebasan diperlukan saat pengurusan pengajuan
permohonan pembebasan bea masuk dan PDRI, yaitu sebelum importasi.
Sedangkan rekomendasi lartas diperlukan pada saat importasi, yaitu setelah pengurusan
pembebasan fiskal.

b. Apabila barang penelitian diperlukan segera, bagaimana solusinya ?


Di pelabuhan/bandar udara tempat pemasukan barang terdapat mekanisme
pengeluaran barang impor untuk dipakai dengan menggunakan jaminan karena sedang
menunggu Surat Keputusan pemberian Fasilitas Kepabeanan (SK Fasilitas) yang disebut
vooruitslag. Dengan vooruitslag, importir dapat mempertaruhkan jaminan dengan
menunjukkan tanda terima pengurusan fasilitas dari Direktorat Fasilitas Kepabenaan,
untuk mengeluarkan barang.
Masa berlaku vooruitsiag adalah 30 hari dan dapat diperpanjang 30 hari, apabila sampai
akhir masa berlaku masih belum dapat menunjukkan SK Fasilitas, maka jaminan akan
dicairkan.
Mekanisme permohonan pengeluaran barang dengan jaminan secara vooruitslag diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 167/PMK.04/2015 tentang Penundaan
Pembayaran Bea Masuk Dalam Rangka Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai
Dengan Jaminan.
Untuk standar operasi dan prosedur (SOP) pemberian izin vooruitslag, jenis-jenis
jaminan yang dapat dipertaruhkan, serta persyaratan dokumen yang diperlukan diatur
lebih lanjut oleh Kantor Pabean tempat pemasukan barang.

c. Fasilitas ini untuk pembelian atau hibah '?


Pembebasan bea masuk atas impor barang untuk keperluan penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan diberikan atas barang yang dibeli maupun yang
berasal dari hibah.
Bagi barang yang impor untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan yang diperoleh dari hibah, maka pada saat pengajuan dapat melampirkan
Gift Certificate atas hibah tersebut.

14
d. Apakah pengurusan kepabeanan dan pembebasan dapat dikuasakan ke pihak lain ?
Pemberian kuasa ke Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabenaan (PPJK) dapat
dimungkinkan sesuai ketentuan, namun segala dokumentasi yang disampaikan tetap
atas nama subyek yang berhak menerima fasilitas pembebasan bea masuk dan cukai
atas impor barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Sehingga akan terdapat kesamaan informasi antara SK Fasilitas yang dimiliki,
Pemberitahuan Pabean, rekomendasi, dan dokumen pelengkap kepabeanan lainnya.

6. Study Kasus
Fakultas Kedokteran, Universitas ABC, membeli peralatan laboratorium dari Jepang.
Peralatan tersebut akan digunakan untuk melakukan penelitian penyebaran virus XYZ
yang mempengaruhi kesehatan masyarakat di daerah …..
Untuk mendapatkan pembebasan bea masuk, langkah yang harus ditempuh oleh Fakultas
Kedokteran Universitas ABC adalah:
a. Dekan Fakultas Kedokteran mengajukan surat permohonan rekomendasi pembebasan
bea masuk kepada Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti),
dalam hal ini ditujukannya kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Ristekdikti.
b. Setelah mendapat rekomendasi dari Kementerian Ristekdikti baru diajukan
permohonan pembebasan bea masuk kepad Ditjen Bea dan Cukai.
Format surat permohonan pembebasan bea masuk sebagai berikut:
Nomor : 12345/FK.ABC/xx/20xx Tanggal 14 April 20xx
Lampiran : 1 (satu) berkas
Hal : Permohonan Pembebasan Bea Masuk dan
Pajak Dalam Rangka Impor atas Impor Barang
untuk penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan

Yth. Menteri Keuangan


c.q. Direktur Jenderal Bea dan Cukai
u.p.Direktur Fasilitas Kepabeanan
Di Jakarta

Yang bertanda tangan di bawah menerangkan bahwa barang-barang tersebut di bawah ini, yaitu:
Merk, Nomor Koli, & Dok. Pabean
Jenis barang Jumlah Total Harga
Pendukung
- Peralatan 20 set, 8 unit, USD 31.850,-
- Laboratorium 100pcs
Invoice No 456 tanggal 30 Maret 20xx Kesehatan
Air Way Bill No DEFxxxxx tanggal 10 April
20xx

Pelabuhan pemasukan / bongkar : Bandar Udara Soekarno Hatta

Dibongkar di Gudang …-… Tanggal …-… pada pelabuhan / bandar udara Soekarno Hatta, yang formalitasnya
diselenggarakan oleh perguruan tinggi / badan / lembaga Universitas ABC dan diperuntukkan bagi Fakultas

15
Kedokteran Universitas ABC, guna dipakai sebagai peralatan penelitian dalam rangka pengembangan ilmu
pengetahuan.

Sehubungan dengan hal itu, mohon barang tersebut di atas diberikan pembebasan Bea Masuk, PPN, PPnBM,
dan PPh Pasal 22 berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2006 tentang Kepabeanan Pasal 25 ayat (1)
huruf f Jo. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 143/KMK.05/1997, Peraturan Menteri Keuangan Nomor
231/KMK.03/2001, dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.010/2017, mengingat tidak ada
alokasi dana untuk pembayaran bea masuk dan pajak dalam rangka impor.

Demikian atas bantuan dan perhatian Saudara kami ucapkan terimakasih.

Dekan Fakultas Kedokteran,

Dr. dr. Alfa Beta Charly, M.Med

Dalam hal barang yang diimpor terdiri dari beberapa item, yang tidak dapat dirinci dalam tabel di
atas, maka perlu dibuatkan lembar tambahan yang berisi rincian barang secara detil, contohnya:
DAFTAR BARANG IMPOR
FAKULTAS KEDOKTERAN, UNIVERSITAS ABC

No Jenis Barang Jumlah Satuan Harga Total Keterangan


1 Microscope 20 Set USD 14.000 Alat untuk melihat
obyek yang sangat
kecil
2 Sentrifus 3 Unit USD 4.500 Alat untuk
memisahkan cairan
dan padatan
3 Urine Analizer 5 Unit USD 12.500 alat yang
dugunakan untuk
mengevaluasi dan
membaca hasil dari
strip test urine
4 Pipet 100 Pcs USD 150 Alat untuk
mengambil dan
meneteskan suatu
cairan atau larutan
5 Gelas Ukur 300ml 100 Pcs USD 700 Alat untuk
mengukur volume
cairan/larutan
TOTAL USD 31.850

Dekan Fakultas Kedokteran,

Dr. dr. Alfa Beta Charly, M.Med

16
Disamping itu perlu dibuatkan surat pernyataan mengenai penggunaan barang untuk penelitian
dan pengembangan ilmu pengetahuan sebagai berikut:
SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : Dr. dr. Alfa Beta Charly, M.Med
Instansi : Fakultas Kedokteran, Universitas ABC
Jabatan : Dekan
Alamat : Kampus ABC, Jl D.I. Panjaitan No. 12345
Telepon : 082123456789xx

Sehubungan dengan impor barang-barang keperluan laboratorium, dengan ini menyatakan bahwa:
Barang tersebut akan digunakan dan menjadi inventaris (aset) pada Fakultas Kedokteran, Universiatas
ABC.
Barang tersebut merupakan alat laboratioum yang akan ditempatkan di laboratorium Fakultas
Kedokteran, Universitas ABC, untuk digunakan oleh mahasiswa/peneliti dalam penelitian dan deteksi
dalam wabah dan penyakit xxxxxxxxxxx di kota xxxxxxxxxxx.
Hasil dari penelitan tersebut akan bermanfaat bagi pengembangan ilmu kedokteran dan akan menjadi
bahan pembelajaran bagi mahasiswa Universitas ABC atau pihak eksternal yang berkepentingan.

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya.

Kota xxxxxx, 14 April 20xx

Dekan Fakultas Kedokteran,

Dr. dr. Alfa Beta Charly, M.Med

Disclaimer: Format contoh di atas hanya untuk ilustrasi. Kesamaan data dan informasi hanya
untuk keperluan edukasi.
Tulisan yang berwarna merah agar disesuaikan apabila Anda mengajukan permohonan
serupa.

17
D. BARANG UNTUK KEPERLUAN PENYANDANG DISABILITAS
1. Dasar Hukum
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 142/KMK.05/1997 tentang Pembebasan Bea
Masuk Dan Cukai Atas Impor Barang Untuk Keperluan Khusus Kaum Tuna Netra Dan
Penyandang Cacat Lainnya;
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/KMK.03/2001 tentang Perlakuan Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, atas Impor Barang Kena
Pajak Yang Dibebaskan dari Pungutan Bea Masuk, sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 196/PMK.010/2016;
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.010/2017 tentang Pemungutan Pajak
Penghasilan Pasal 22 Sehubungan Dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang Dan
Kegiatan Di Bidang Impor Atau Kegiatan Usaha Di Bidang Lain, sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 110/PMK.010/2018;
Berdasarkan ketentuan di atas, fasilitas fiskal yang diberikan meliputi :
- pembebasan bea masuk,
- tidak dipungut PPN atau PPN dan PPnBM, serta
- dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 Impor.

2. Subyek Pemberian Fasilitas Fiskal


Fasilitas fiskal berupa pembebasan bea masuk, tidak dipungut PPN atau PPN dan PPnBM,
serta dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 atas impor barang untuk keperluan
penyandang disabilitas sesuai KMK-142 diberikan kepada badan-badan sosial yang
mengurus penyandang disabilitas.
Badan sosial tersebut merupakan badan hukum yang berkedudukan di dalam wilayah NKRI
dan dibentuk dengan akta notaris;

3. Obyek Pemberian Fasilitas Fiskal


Fasilitas fiskal berdasarkan KMK-142 diberikan atas barang atau peralatan yang hanya
dapat digunakan untuk membantu penyandang disabilitas.

4. Prosedur
a. Untuk mendapatkan fasilitas fiskal berdasarkan KMK-142, badan sosial yang mengurus
penyandang disabilitas mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri Keuangan c.q.
Direktur Jenderal Bea dan Cukai u.p. Direktur Fasilitas Kepabeanan.
Permohonan disampaikan dengan dilampiri:
1) Rincian jumlah dan jenis barang yang dimintakan pembebasan bea masuk dan cukai
berserta nilai pabeannya (harga barang);
Dalam rincian barang ini harus disebutkan secara jelas:

18
- jenis, deskripsi dan uraian barang yang diimpor;
- detail jumlah dan satuan barang yang diimpor;
- perkiraan nilai pabean barang yang diimpor (harga barang);
- pelabuhan tempat pembongkaran;
2) Rekomendasi dari kementerian teknis terkait.
Rekomendasi dari instasnsi terknis terkait terdiri dari dua macam, yaitu:
a) Rekomendasi terkait status badan sosial, perlu mendapatkan rekomendasi
pembebasan bea masuk dari Kementerian Sosial. Selain dari kementerian sosial
dapat juga rekomendasi diterbitkan oleh kementerian/lembaga terkait lain.
Misalkan badan sosial dimaksud juga bergerak dibidang keagamaan, rekomendasi
dapat diberikan oleh kementerian agama.
b) Rekomendasi terkait barang yang akan diimpor, diperlukan dalam hal barang
impor merupakan barang terkena aturan larangan dan/atau pembatasan;
Contoh izin dari instansi teknis terkait dalam hal barang impor termasuk barang
Iartas adalah:
- Izin impor barang bukan baru dari Kementerian Perdagangan.
- Izin impor alat kesehatan dari Kementerian Kesehatan.
- izin impor makanan dan obat dari Badan POM.
- Laporan Surveyor, dll
b. Atas permohonan pembebasan bea masuk yang diajukan, Direktur Jenderal Bea dan
Cukai atas nama Menteri Keuangan memberikan persetujuan atau penolakan.
c. Dalam hal permohonan disetujui, atas nama Menteri Keuangan, Direktur Jenderal Bea
dan Cukai melalui Direktur Fasilitas Kepabeanan menerbitkan keputusan pembebasan
bea masuk dan tidak dipungut PPN, PPnBM, serta dikecualikan dari pemungutan PPh
Pasal 22, yang memuat rincian jumlah, jenis, dan perkiraan nilai pabean barang yang
diberikan pembebasan bea masuk, serta penunjukkan pelabuhan tempat
pembongkarannya.
d. Dalam hal permohonan tidak disetujui, Menteri Keuangan, melalui Direktur Jenderal Bea
dan Cukai u.p. Direktur Fasilitas Kepabeanan menerbitkan:
1) surat pemberitahuan penolakan dengan menyebutkan alasan penolakan, dalam hal
permohonan tidak sesuai dengan ketentuan; atau
2) surat pengembalian berkas permohonan, dalam hal terdapat kekurangan dan/atau
kesalahan data.
e. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai harus menerbitkan keputusan berupa persetujuan
atau penolakan tersebut dalam jangka waktu maksimal 14 (empat belas) hari kerja.
f. Proses permohonan pembebasan bea masuk dan PDRI ini tidak dipungut biaya oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

19
5. Frequently Asked Question (FAQ)
a. Apakah boleh impor atas nama pribadi untuk barang-barang kebutuhan penyandang
disabilitas?
Impor barang kebutuhan penyandang disabilitas dapat dilakukan oleh siapa saja, baik
perorangan, lembaga, maupun perusahaan. Namun untuk mendapatkan fasilitas fiskal
yang harus mengajukan adalah badan sosial yang nyata-nyata berdasarkan akta
pendiriannya memiliki misi atau tugas untuk mengelola / mengurus penyandang
disabilitas.
Importasi oleh perorangan dan perusahaan / lembaga yang bersifat komersial tidak
dapat diberikan fasilitas fiskal berupa pembebasan bea masuk dan PDRI. Importasinya
dilakukan secara normal dengan dikenakan bea masuk dan pajak dalam rangka impor.

6. Studi Kasus
Yayasan ABC bergerak dibidang sosial yang menaungi penyandang disabilitas akan
mengimpor barang hibah berupa suplemen khusus bagi penyandang
mucopolysaccharidosis. Maka langkah-langkah yang ditempuh adalah:
a. Yayasan ABC mengurus izin (lartas) dari BPOM.
b. Yayasan ABC mengurus rekomendasi dari Kementerian Sosial di Jakarta, atau
rekomendasi dari Kementerian Kesehatan di Jakarta.
c. Yayasan ABC mengurus pembebasan bea masuk kepada Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai di Jakarta
Contoh format surat permohonan pembebasan bea masuk sebagai berikut:
Nomor : xx/xxx/xxxxx/20xx
Tanggal : 09 Desember 20xx
Hal : Permohonan pembebasan Bea Masuk, Tidak Dipungut PPN dan PPnBM, serta
Dikecualikan Dari Pemungutan PPh Pasal 22 Atas Impor Barang untuk keperluan khusus
penyandang disabilitas

Kepada yth.
Menteri Keuangan
Melalui
Direktur Jenderal Bea dan Cukai
u.p.
Direktur Fasilitas Kepabeanan
Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Jl. Ahmad Yani – By Pass
Jakarta Timur

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Yayasan ABC
NPWP : 00.000.000.0-000.000
Alamat : Jl D.I. Panjaitan No. 12345 Jakarta
Telepon : 021-123456xx, 082123456789xx

20
Dengan ini mengajukan permohonan pembebasan Bea Masuk, Tidak Dipungut PPN dan PPnBM, serta
Dikecualikan Dari Pemungutan PPh Pasal 22 Atas Impor Barang untuk keperluan khusus penyandang
disabilitas, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 142/KMK.05/1997, dengan rincian
sebagai berikut:

- Jenis Barang : Vimizin


- Jumlah Barang : 234 Vial
- Negara Asal : Belanda
- Nilai Barang : USD 1.250
- Pelabuhan Pembongkaran : Bandara Soekarno Hatta Cengkareng

Sebagai bahan pertimbangan bersama ini kami lampirkan:


1. Persetujuan Pemasukan produk Melalui Jalur Khusus dari Badan POM Nomor xxx/xxx/xxx tanggal
07 Desember 20xx
2. Akta Pendirian Yayasan ABC Nomor 123 tanggal 15 Januari 20xx
3. Surat Pernyataan / Keterangan tentang Penggunaan Barang
4. Invoice, Packing List, AWB

Demikian permohonan ini kami ajukan, dan kami mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dan
kerjasamanya.

Hormat Kami,

Alfa Beta Charly


Ketuan Yayasan ABC

Contoh Surat Pernyataan / Keterangan tentang Penggunaan Barang sebagai berikut:


Nomor : xx/xxx/xxxxx/20xx
Tanggal : 09 Desember 20xx
Hal : Surat Pernyataan Penggunaan Barang

Kepada yth.
Menteri Keuangan Republik Indonesia
Melalui
Direktur Jenderal Bea dan Cukai
u.p.
Direktur Fasilitas Kepabeanan
Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Jl. Ahmad Yani – By Pass
Jakarta Timur

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Yayasan ABC
NPWP : 00.000.000.0-000.000
Alamat : Jl D.I. Panjaitan No. 12345 Jakarta
Telepon : 021-123456xx, 082123456789xx

Dengan ini menyatakan bahwa :


1. Yayasan ABC adalah yayasan sosial yang bergerak dibidang sosial dan pendidikan yang menaungi
penyandang disabilitas
2. barang yang akan kami impor berupa 234 Vial Vimizin, akan digunakan untuk ......... barang impor
tersebut bermanfaat untuk ...... (jelaskan dengan rinci)

21
3. Bahwa impor barang tersebut dilakukan dengan pengawasan dokter Cahyo dari Rumah Sakit DEF
yang bertanggung jawab terhadap penggunaan oba t yang didatangkan dan telah mendapatkan
rekomendasi dari Badan POM dengan Persetujuan Pemasukan Produk melalui Jalur Khusus (SAS).

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan penuh tanggung jawab untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Hormat Kami,

Alfa Beta Charly


Ketuan Yayasan ABC

Disclaimer: Format contoh di atas hanya untuk ilustrasi. Kesamaan data dan informasi hanya
untuk keperluan edukasi.
Tulisan yang berwarna merah agar disesuaikan apabila Anda mengajukan permohonan
serupa.

22
E. Barang bagi pemerintah pusat atau pemerintah daerah untuk kepentingan umum
1. Dasar Hukum
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.04/2007 tentang Pemberian
Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Barang Oleh Pemerintah Pusat Atau Pemerintah
Daerah Yang Ditujukan Untuk Kepentingan Umum, sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 28/PMK.011/2011 (PMK-163);
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/KMK.03/2001 tentang Perlakuan Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, atas Impor Barang Kena
Pajak Yang Dibebaskan dari Pungutan Bea Masuk, sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 196/PMK.010/2016;
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.010/2017 tentang Pemungutan Pajak
Penghasilan Pasal 22 Sehubungan Dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang Dan
Kegiatan Di Bidang Impor Atau Kegiatan Usaha Di Bidang Lain, sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 110/PMK.010/2018;
Berdasarkan ketentuan di atas, fasilitas fiskal yang diberikan meliputi :
- pembebasan bea masuk,
- tidak dipungut PPN atau PPN dan PPnBM, serta
- dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 Impor.

2. Subyek Pemberian Fasilitas Fiskal


Fasilitas fiskal berupa pembebasan bea masuk, tidak dipungut PPN atau PPN dan PPnBM,
serta dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 atas impor barang oleh pemerintah pusat
atau pemerintah daerah yang ditujukan untuk kepentingan umum sesuai PMK-163
diberikan kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah, atau pihak ketiga berdasarkan
kontrak pengadaan barang dan jasa. Termasuk di dalamnya adalah Rumah Sakit milik
Pemerintah, baik berstatus sebagai BLU maupun tidak, seperti Rumah Sakit Umum, Rumah
Sakit Umum Daerah, Rumah Sakit Pendidikan milik pemerintah.

3. Obyek Pemberian Fasilitas Fiskal


Fasilitas fiskal berdasarkan PMK-163 diberikan atas barang impor yang akan digunakan
untuk kepentingan umum yaitu kepentingan masyarakat yang tidak mengutamakan
kepentingan di bidang keuangan (non profit).
Barang kesehatan yang dapat masuk dalam skema PMK-163 dapat dalam berbagai bentuk.
Mulai dari alat kesehatan, alat bantu, obat-obatan, bahan untuk kebutuhan rumah sakit
pemerintah, dan juga infrastruktur pendukungnya.
Yang harus diperhatikan adalah atas barang kesehatan dimaksud tidak diperkenankan
untuk tujuan komersial mencari keuntungan, misalnya diperjual-belikan ke pasar bebas.

23
4. Prosedur
a. Untuk mendapatkan fasilitas fiskal berdasarkan PMK-163, pemerintah pusat,
pemerintah daerah atau pihak ketiga mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri
Keuangan c.q. Direktur Jenderal Bea dan Cukai u.p. Direktur Fasilitas Kepabeanan.
Permohonan disampaikan dengan dilampiri:
1) Dalam hal barang impor berasal dari pembelian yang dibiayai dengan APBN atau
APBD:
a) Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) atau dokumen yang sejenis dengan
DIPA; Berupa 1 (satu) set dokumen DIPA yang sudah mendapatkan pengesahan
beserta rincian kertas kerja DIPA yang mencantumkan daftar biaya
pembelian/pengadaan barang impor dimaksud;
b) Izin dari instansi teknis terkait dalam hal barang impor merupakan barang
larangan dan/atau pembatasan;
Contoh izin dari instansi teknis terkait dalam hal barang impor termasuk barang
Iartas adalah:
- Izin impor barang bukan baru dari Kementerian Perdagangan.
- Izin impor alat kesehatan dari Kementerian Kesehatan.
- izin impor makanan dan obat dari Badan POM.
- Laporan Surveyor, dll
c) Perjanjian/kontrak kerja dengan pihak ketiga yang ditunjuk sebagai importir,
dalam hal impor barang dilakukan oleh pihak ketiga; Perjanjian/kontrak kerja dari
pemenang lelang pengadaan barang yang mencantumkan nilai kontrak, dan di
dalam salah satu bagian/klausul kontrak menyatakan bahwa nilai kontrak tidak
termasuk unsur bea masuk dan pajak dalam rangka impor;
d) Rincian, jumlah, jenis dan perkiraan nilai pabean barang yang akan diimpor serta
pelabuhan tempat pembongkarannya;
Dalam rincian barang ini harus disebutkan secara jelas:
- jenis, deskripsi dan uraian barang yang diimpor;
- detail jumlah dan satuan barang yang diimpor;
- perkiraan nilai pabean barang yang diimpor (harga barang);
- pelabuhan tempat pembongkaran;
e) Surat pernyataan yang ditandatangani oleh pejabat minimal Eselon II dari instansi
pemerintah yang bersangkutan, yang menyatakan bahwa pembiayaan dalam
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) atau dokumen yang sejenis dengan
DIPA, tidak meliputi unsur bea masuk atas importasi barang yang dimintakan
pembebasan bea masuk.
Dalam surat pernyataan harus menyatakan dengan tegas bahwa pembiayaan
dalam DIPA tidak termasuk unsur bea masuk atas importasi barang yang
dimintakan pembebasan bea masuk.

24
2) Dalam hal barang impor berasal dari hibah/bantuan:
a) Surat keterangan dari pemberi hibah/bantuan di luar negeri (gift certificate atau
memorandum of understanding) yang menyatakan bahwa barang untuk
kepentingan umum tersebut adalah hibah yang diberikan langsung kepada
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah;
Dalam hal hibah ditujukan kepada Pemerintah Daerah, penerimaan hibah harus
melalui Pemerintah Pusat, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah;
b) Izin dari instansi teknis terkait dalam hal barang impor merupakan barang
larangan dan/atau pembatasan;
Contoh izin dari instansi teknis terkait dalam hal barang impor termasuk barang
Iartas adalah:
- Izin impor barang bukan baru dari Kementerian Perdagangan.
- Izin impor alat kesehatan dari Kementerian Kesehatan.
- izin impor makanan dan obat dari Badan POM.
- Laporan Surveyor, dll
c) Rincian, jumlah, jenis dan perkiraan nilai pabean barang yang akan diimpor serta
pelabuhan tempat pembongkarannya.
Dalam rincian barang ini harus disebutkan secara jelas:
- jenis, deskripsi dan uraian barang yang diimpor;
- detail jumlah dan satuan barang yang diimpor;
- perkiraan nilai pabean barang yang diimpor (harga barang);
- pelabuhan tempat pembongkaran;
b. Atas permohonan pembebasan bea masuk yang diajukan, Direktur Jenderal Bea dan
Cukai atas nama Menteri Keuangan memberikan persetujuan atau penolakan.
c. Dalam hal permohonan disetujui, atas nama Menteri Keuangan, Direktur Jenderal Bea
dan Cukai melalui Direktur Fasilitas Kepabeanan menerbitkan keputusan pembebasan
bea masuk dan tidak dipungut PPN, PPnBM, serta dikecualikan dari pemungutan PPh
Pasal 22, yang memuat rincian jumlah, jenis, dan perkiraan nilai pabean barang yang
diberikan pembebasan bea masuk, serta penunjukkan pelabuhan tempat
pembongkarannya.
d. Dalam hal permohonan tidak disetujui, Menteri Keuangan, melalui Direktur Jenderal Bea
dan Cukai u.p. Direktur Fasilitas Kepabeanan menerbitkan:
1) surat pemberitahuan penolakan dengan menyebutkan alasan penolakan, dalam hal
permohonan tidak sesuai dengan ketentuan; atau
2) surat pengembalian berkas permohonan, dalam hal terdapat kekurangan dan/atau
kesalahan data.

25
e. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai harus menerbitkan keputusan berupa persetujuan
atau penolakan tersebut dalam jangka waktu maksimal 14 (empat belas) hari kerja.
f. Proses permohonan pembebasan bea masuk dan PDRI ini tidak dipungut biaya oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

5. Frequently Asked Question (FAQ)


a. Apa batasan definisi kepentingan umum?
Kepentingan umum belum didefinisikan secara baku. Yang dimaksud kepentingan
umum menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan adalah kepentingan
masyarakat yang tidak mengutamakan kepentingan di bidang keuangan, sebagai contoh
proyek pemasangan lampu jalan umum.

b. Apakah atas barang hibah kepada pemerintah daerah dapat diajukan pembebasan bea
masuk, bagaimana prosesnya?
Atas barang hibah/bantuan dari luar negeri yang diberikan kepada pemerintah daerah
dapat diberikan pembebasan bea masuk dan tidak dipungut PPN, PPnBM, serta
dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22, namun proses penerimaan hibahnya tidak
dapat langsung kepada pemerintah daerah, tetapi harus melalui pemerintah pusat.
Mekanisme penerimaan hibah diatur dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 2
Tahun 2012 tentang Hibah Daerah yang menyebutkan bahwa hibah kepada pemerintah
daerah yang bersumber dari luar negeri dilakukan melalui pemerintah, yang dimaksud
pemerintah yaitu pemerintah pusat.

c. Apakah atas barang impor yang mendapat pembebasan bea masuk, importasi dapat
dilakukan oleh pihak ketiga?
Barang impor yang mendapat pembebasan bea masuk dan tidak dipungut PPN, PPnBM,
serta dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22, importasinya dapat dilakukan oleh
pihak ketiga berdasarkan perjanjian/kontrak kerja dengan pihak ketiga yang ditunjuk
sebagai importir, dan di dalam salah satu klausul dalam perjanjian/kontrak kerja
tersebut harus menyebutkan bahwa nilai kontrak yang tercantum tidak termasuk unsur
bea masuk dan pajak dalam rangka impor.

d. Apakah pengurusan kepabeanan dan pembebasan dapat dikuasakan ke pihak lain


dalam hal ini PPJK?
Pemberian kuasa dapat dimungkinkan, namun segala dokumentasi yang disampaikan
tetap atas nama pemerintah pusat atau pemerintah daerah atau pihak ketiga yang
ditunjuk.

26
e. Bagaimana proses penyelesaian formalitas kepabeanan dalam hal barang impor sudah
tiba di pelabuhan bongkar namun surat keputusan pembebasan bea masuk belum
terbit?
Dalam hal barang impor sudah tiba di pelabuhan bongkar sebelum surat keputusan
pembebasan bea masuk terbit, penyelesaian formalitas kepabeanan dapat dilakukan
dengan mekanisme vooruitsiag. Yang dimaksud dengan vooruitsiag adalah penundaan
pembayaran bea masuk dalam rangka pengeluaran barang impor untuk dipakai dengan
jaminan. Tata laksana vooruitsiag diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
167/PMK04/2015. Oleh karena itu, disarankan kepada pemerintah pusat atau
pemerintah daerah atau pihak ketiga agar menyelesaikan proses pengurusan
pembebasan bea masuk sebelum barang impor tiba di pelabuhan bongkar, sehingga
meminimalkan timbulnya biaya penimbunan yang tinggi.

f. Dalam proses pengadaan barang, kami menggunakan referensi harga dalam negeri.
Pihak ketiga menyerahkan barang sesuai harga distributor di Indonesia. Apabila pihak
ketiga membeli langsung barang dari luar negeri, apakah pengadaan barang ini dapat
memperoleh pembebasan bea masuk dan PDRI?
Rujukan yang digunakan DJBC untuk memberikan pembebasan bea masuk adalah dari
Kontrak pengadaan barang atau jasa (KPBJ) antara pemerintah dengan pihak ketiga. Di
dalam KPBJ harus secara tegas menyebutkan bahwa harga kontrak tidak meliputi bea
masuk dan pajak dalam rangka impor. Apabila tidak terdapat klausul tersebut maka
diasumsikan harga barang sudah termasuk bea masuk dan PDRI apabila barang
diperoleh dari luar negeri.
Referensi harga di dalam negeri atau dari distributor di Indonesia dapat diasumsikan
merupakah harga yang sudah termasuk bea masuk dan PDRI, sehingga tidak dapat
diberikan pembebasan bea masuk dan PDRI. Apabila ingin mendapatkan pembebasan
bea masuk, maka dalam penyusunan KBPJ harus secara tegas menyebutkan bahwa
harga barang tidak meliputi bea masuk dan PDRI.

5. Studi Kasus
Rumah Sakit Umum Daerah ABC mendapatkan hibah berupa hospital bed dan obat malaria
dari Jepang. Langkah yang harus dilakukan:
a. RSUD ABC karena berada di bawah Pemerintah Kabupaten ABC termasuk sebagai bagian
dari Pemerintah Daerah, sehingga untuk melakukan perikatan hibah dengan pihak luar
negeri harus melibatkan pemerintah pusat. Sebagai contoh RSUD ABC menggandeng
Ditjen XXX di Kementerian Kesehatan. Untuk itu langkah pertama adalah
menandatangani Mou antara pemberi hibah dari Jepang, Kementerian Kesehatan, dan
Bupati ABC / Direktur Utama RSUD ABC.
b. RSUD ABC mengurus persyaratan larangan/pembatasan (lartas) sesuai jenis barang yang
diimpor. Contohnya disini izin edar dari Kementerian Kesehatan atas hospital bed, dan
izin SAS dari BPOM.
c. RSUD ABC mengurus pembebasan bea masuk kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

27
Contoh format surat permohonan pembebasan bea masuk sebagai berikut:
Nomor : xxx/xxx/xxxxxx Kabupaten ABC, 12 Maret 20xx
Lampiran : 1 (satu) berkas
Hal : Permohonan pembebasan bea masuk dan pajak dalam rangka
impor atas impor barang yang ditujukan untuk kepentingan
umum

Yth. Menteri Keuangan


melalui Direktur Jenderal Bea dan Cukai
u.p. Direktur Fasilitas Kepabeanan

Dengan hormat,
Bersama ini kami mengajukan permohonan pembebasan bea masuk, tidak dipungut PPN atau
PPN dan PPnBM, serta dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 atas impor barang yang ditujukan
untuk kepentingan umum, dengan data sebagai berikut:

a. Nama Instansi : Rumah Sakit Umum Daerah ABC


b. NPWP Instansi : 00.000.000.0-000.000
c. Alamat Instansi : Jl. Jenderal Sudirman No 1, Kabupaten ABC
d. Nama Importir : Rumah Sakit Umum Daerah ABC
e. NPWP Importir : 00.000.000.0-000.000
f. Alamat Importir : Jl. Jenderal Sudirman No 1, Kabupaten ABC
g. Pihak yang dapat dihubungi : Bp. Anggit (08123456789xx, email
anggit@gmailsaya.com.id)
h. Nama program / proyek / : Hibah peralatan kesehatan dari Jepang
kegiatan
i. Sumber perolehan barang : Hibah dari Jepang
j. Asal pengiriman / pemasukan
barang : Jepang
k. Tujuan penggunaan barang : Untuk mendukung operasional RSUD ABC dalam
melayani masyarakat kabupaten ABC
l. Rincian barang : Terlampir

Dengan ini kami menyatakan bersedia untuk memenuhi segala ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor ....(17).... tentang Pembebasan Bea Masuk Atas
Impor Barang Oleh Pemerintah Pusat Atau Pemerintah Daerah Yang Ditujukan Untuk Kepentingan
Umum, serta peraturatan perundang-undangan dibidang perpajakan terkait.
Sebagai kelengkapan permohonan, bersama ini kami lampirkan:
1. Rincian barang yang ditujukan untuk kepentingan umum yang dimintakan pembebasan bea
masuk;
2. Memorandum of Understanding antara pemberi hibang Jepang, Kementerian Kesehatan, dan
RSUD ABC Nomor xxxx/xx/20xx tanggal 05 Februari 20xx
3. Surat Izin edar dari Kementerian Kesehatan Nomor xxx/xxx/xxxx/20xx tanggal 01 Maret 20xx
4. Surat SAS dari BPOM Nomor xxx/xxx/xxxx/20xx tanggal 10 Maret 20xx
5. Invoice, Packing List, dan Bill Of Lading
Demikian permohonan ini kami buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat dipertimbangkan.
Direktur Utama RSUD ABC

Dr. Alfa Beta Charly, S.T. M.Si.


Tembusan:
1. Bupati ABC;

28
2. Direktur Jenderal XXX Kemenkes;

Adapun rincian barang dapat dibuat dengan format sebagai berikut:


Lampiran Surat
Nomor : xxx/xxx/xxxxxx
Tanggal : 12 Maret 20xx

RINCIAN BARANG DITUJUKAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM


YANG DIMINTAKAN PEMBEBASAN BEA MASUK

NO URAIAN JUMLAH SATUAN PERKIRAAN NEGARA PELABUHAN PERUNTUKAN


BARANG BARANG BARANG HARGA ASAL PEMASUKAN BARANG BAGI
KEPENTINGAN
UMUM
1 Hospital 10 Unit USD 5000 Jepang Tanjung Perlengkapan
Bed Priok RSUD ABC
Kondisi:
Baru
2 Obat 200 Tab USD 2000 Jepang Tanjung Pengobatan
malaria Priok malaria bagi
masyarakan
kab. ABC

Direktur Utama RSUD ABC

Dr. Alfa Beta Charly, S.T. M.Si.

Disclaimer: Format contoh di atas hanya untuk ilustrasi. Kesamaan data dan informasi hanya
untuk keperluan edukasi.
Tulisan yang berwarna merah agar disesuaikan apabila Anda mengajukan permohonan
serupa.

29
F. BARANG UNTUK KEPERLUAN PROYEK PEMERINTAH YANG DIBIAYAI DENGAN PINJAMAN
DAN/ATAU HIBAH DARI LUAR NEGERI
1. Dasar Hukum
a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1995 tentang Bea Masuk,
Bea Masuk Tambahan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah dan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Pelaksanaan Proyek Pemerintah Yang
Dibiayai Dengan Hibah atau Dana Pinjaman Luar Negeri, sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Nomor 25 tahun 2001
(PP-42);
b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 239/KMK.01/1996 tentang Pelaksanaan PP nomor
42 Tahun 1995 tentang Bea Masuk, Bea Masuk Tambahan, Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak Penghasilan dalam rangka Pelaksanaan
Proyek Pemerintah yang Dibiayai dengan Hibah atau Dana Pinjaman Luar Negeri ,
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
486/KMK.04/2000;
c. Surat Edaran Bersama Direktur Jenderal Anggaran, Direktur Jenderal Pajak, Direktur
Jenderal Bea dan Cukai nomor SE-64/A/71/0596, nomor SE-32/PJ/1996, nomor SE-
19/BC/1996 tanggal 13 Mei 1996 (SE Bersama) perihal pedoman pelaksanaan Keputusan
Menteri Keuangan nomor 239/KMK.01/1996 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah nomor 42 tahun 1995 tentang Bea Masuk, Bea Masuk Tambahan, PPN dan
PPnBM, dan PPh dalam rangka pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai denga n
hibah atau dana pinjaman luar negeri.
Berdasarkan ketentuan di atas, fasilitas fiskal yang diberikan meliputi :
- pembebasan bea masuk dan bea masuk tambahan,
- tidak dipungut PPN atau PPN dan PPnBM, serta
- PPh Pasal 22 Impor ditanggung pemerintah

2. Subyek Pemberian Fasilitas Fiskal


Subyek yang dapat diberikan fasilitas fiskal berdasarkan PP-42 adalah kementerian, badan,
atau lembaga yang melakukan pembangunan dalam rangka pelaksanaan proyek
pemerintah yang dibiayai dari hibah luar negeri atau pinjaman luar negeri:
a. Pemerintah pusat atau pemerintah daerah;
b. BUMN atau BUMD.

3. Obyek Pemberian Fasilitas Fiskal


Obyek atau barang yang dapat diberikan fasilitas fiskal berdasarkan PP-42 adalah semua
barang dan bahan baku yang akan diimpor pemanen dan digunakan untuk keperluan
proyek pemerintah yang dibiayai dari hibah luar negeri atau pinjaman luar negeri.

30
4. Prosedur
a. Untuk mendapatkan fasilitas fiskal berdasarkan PP-42, kementerian/badan/lembaga
mengajukan permohonan tertulis kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai u.p. Direktur
Fasilitas Kepabeanan.
Permohonan disampaikan dengan dilampiri:
1) Fotokopi Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa secara lengkap (di dalam kontrak
harus ada klausul yang menyatakan bahwa nilai kontrak tidak termasuk unsur bea
masuk dan pajak dalam rangka impor);
2) Asli Masterlist / daftar rincian barang impor (3 rangkap) yang telah ditandatangani
oleh pimpinan kementerian/badan/lembaga pemilik proyek dengan pimpinan
kontraktor;
3) Fotokopi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA);
4) Fotokopi Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK);
5) Fotokopi Loan Agreement;
6) Fotokopi Surat Kuasa Pembebanan (SKP) dalam hal pembiayaan dengan letter of
credit (L/C);
b. Atas permohonan pembebasan bea masuk yang diajukan, Direktur Jenderal Bea dan
Cukai melalui Direktur Fasilitas Kepabeanan atas nama Menteri Keuangan memberikan
persetujuan atau penolakan.
c. Dalam hal permohonan disetujui, atas nama Menteri Keuangan, Direktur Jenderal Bea
dan Cukai melalui Direktur Fasilitas Kepabeanan menerbitkan keputusan pembebasan
bea masuk dan tidak dipungut PPN atau PPN dan PPnBM, serta PPh Pasal 22 ditanggung
pemerintah, yang memuat rincian jumlah, jenis, dan perkiraan nilai pabean barang yang
diberikan pembebasan bea masuk, serta penunjukkan pelabuhan tempat
pembongkarannya.
d. Dalam hal permohonan tidak disetujui, Menteri Keuangan, melalui Direktur Jenderal Bea
dan Cukai u.p. Direktur Fasilitas Kepabeanan menerbitkan:
1) surat pemberitahuan penolakan dengan menyebutkan alasan penolakan, dalam hal
permohonan tidak sesuai dengan ketentuan; atau
2) surat pengembalian berkas permohonan, dalam hal masih terdapat kekurangan
dokumen dan/atau kesalahan data dalam permohonan.
e. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai harus menerbitkan keputusan berupa persetujuan
atau penolakan tersebut dalam jangka waktu maksimal 14 (empat belas) hari kerja.
f. Proses permohonan pembebasan bea masuk dan PDRI ini tidak dipungut biaya oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

5. Frequently Asked Question (FAQ)


a. apakah bisa jika pihak ke-3 atau kontraktor yang mengajukan permohonan
pembebasan bea masuk?
Yang mengajukan permohonan harus dari pihak instansi pemerintah.

31
b. apakah jika hibah dalam bentuk barang dapat menggunakan skema ini?
Syarat pemberian fasilitas fiskal berdasarkan PP-42 adalah adanya pembiayaan dari
hibah atau pinjaman luar negeri. Hibah dalam bentuk pembiayaan ini biasanya
dikelompokkan dalam hibah terencana. Berbeda dengan hibah barang, hibah ini tidak
masuk dalam kelompok hibah terencana atau hibah langsung.
Hibah dalam bentuk barang tidak dapat menggunakan skema PP-42, karena tidak ada
aliran dana melalui DIPA. Hibah dalam bentuk barang lebih baik menggunakan skema
pembebasan yang lain, salah satunya skema PMK-163 (Pembebasan Bea Masuk Atas
Impor Barang Oleh Pemerintah Pusat Atau Pemerintah Daerah Yang Ditujukan Untuk
Kepentingan Umum).

c. apakah alat-alat berat yang dipakai untuk proyek tersebut juga dibebaskan bea
masuknya?
Alat-alat berat yang dipakai untuk menunjang jalannya proyek biasanya setelah proyek
selesai akan dikembalikan lagi ke negara asal, sehingga proses pemasukan alat berat
tersebut menggunakan impor sementara. Alat-alat berat tidak termasuk dalam obyek
yang diberikan pembebasan berdasarkan PP-42 sehingga apabila alat-alat berat yang
telah selesai dipergunakan tidak diekspor kembali ke negara asal namun akan digunakan
untuk proyek lain di Indonesia, maka bea masuk dan pajak dalam rangka impornya harus
dibayar atau menggunakan skema pembebasan yang lain.

d. apakah untuk barang-barang impor yang dikenai ketentuan larangan dan/ pembatasan
(lartas), ketentuan lartasnya harus dipenuhi terlebih dahulu pada saat mengajukan
pembebasan?
Lartas ada 2 yaitu lartas border dan post border. Apabila barang impor terkena lartas
border, maka ketentuan lartasnya wajib dipenuhi sebelum barang keluar dari
pelabuhan. Apabila barang impor terkena lartas post border, maka ketentuan lartasnya
bisa dipenuhi setelah barang keluar dari pelabuhan.
Pada saat pengajuan permohonan pembebasan bea masuk tidak dipersyaratkan untuk
memenuhi ketentuan lartas baik border atau post border. Ketentuan lartas, terutama
yang border, baru wajib dipenuhi pada saat clearance barang.

e. berapa lama proses dari pengajuan pembebasan bea masuk sampai diterbitkan skep
pembebasan?
Untuk berkas yang telah diterima lengkap, janji layanan adalah 14 hari kerja.

6. Study Kasus
Rumah Sakit ABC, sebuah rumah sakit pemerintah, sedang melakukan pembangunan
instalasi layanan kesehatan di rumah sakitnya. Biaya dianggarkan dalam DIPA tahun 20xx,
yang bersumber dari pinjaman luar negeri (loan) dari Jepang.
Nilai loan total dari Jepang sebesar JPY 15.000.000.000,-

32
Untuk pembangunan tersebut RS ABC melakukan kontrak pengadaan barang dan jasa
dengan PT DEF di tahun 20xx (multi years), untuk proyek yang diberi nama “Procurement
of Equipment for ABC Hospital”. Nilai kontrak mencapai JPY 3.500.000.000,- untuk
pembelian peralatan kesehatan.
Salah satu pekerjaan dalam kontrak tersebut adalah importasi peralatan kesehatan
dengan nilai barang JPY 2.900.000.000. Proses importasi akan dilakukan oleh pihak ke-3
sebagai pelaksana proyek yaitu PT DEF (perusahaan telah memiliki Angka Pengenal
Importir, dan memiliki akses kepabeanan).
Untuk keperluan importasi tersebut RS ABC mengajukan permohonan pembebasan bea
masuk dan pajak dalam rangka impor berdasarkan PP-42.
Berikut ini contoh format surat permohonannya:
Nomor : 1234/UN.ABC.xx/xx/20xx Kota ABC, 20 Juli 20xx
Lampiran : 1 (satu) berkas
Hal : Permohonan Pembebasan Bea Masuk dan Pajak
Dalam Rangka Impor atas Impor Barang Proyek Pemerintah
Yang Dibiayai dari Pinjaman Luar Negeri/ Hibah Luar Negeri

Kepada:
Yth. Menteri Keuangan
c.q. Direktur Jenderal Bea dan Cukai
u.p. Direktur Fasilitas Kepabeanan
di Jakarta

Bersama ini kami mengajukan permohonan pembebasan bea masuk, tidak dipungut PPN atau
PPN dan PPnBM, serta PPh Pasal 22 ditanggung oleh pemerintah atas impor barang untuk proyek
pemerintah yang dibiayai dari pinjaman luar negeri/ hibah luar negeri sesuai PP Nomor 42 tahun 1995,
dengan data sebagai berikut:
Nama Instansi : Universitas ABC
NPWP Instansi : 00.000.000.0-00.000
Alamat Instansi : Jl. D.I. Panjaitan, Kota ABC
Nama Importir : PT DEF
NPWP Importir : 00.000.000.0-00.000
Alamat Importir : Jl. Diponegoro, Kota ABC
Pihak yang dapat dihubungi : Bp. Abdullah (No HP. 082123456789xxx)
Nama Proyek : Procurement of Equipment for ABC Hospital
Sumber perolehan barang : Pembiayaan APBN yang berasal dari Hibah Luar Negeri dari Jepang
Nilai Master List : JPY 2.900.000.000

Dengan ini kami menyatakan bersedia untuk memenuhi segala ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam PP nomor 42 tahun 1995 tentang Bea Masuk, Bea Masuk Tambahan, Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Pelaksanaan Proyek Pemerintah
Yang Dibiayai Dengan Hibah Atau Dana Pinjaman Luar Negeri, serta peraturatan perundang -undangan
dibidang perpajakan terkait.

Sebagai kelengkapan permohonan, bersama ini kami lampirkan:


1. Fotokopi loan agreement Pemerintah RI dengan Pemerintah Jepang Nomor XX-xxx tanggal 28 April
20xx;
2. Fotokopi kontrak antara Universitas ABC dengan pihak ke-3 (PT DEF) Nomor 123/XX.XXX/XX.xx/20xx
tanggal 22 Maret 20xx;
3. Masterlist barang impor 3 (tiga) rangkap;
4. Fotokopi DIPA Tahun Anggaran 20xx satuan kerja Direktorat Jenderal XXXXX, Kementrian XXXX;
5. Fotokopi Surat Perintah Mulai Kerja Nomor 123/xxx/xxxxx/20xx tanggal 01 April 20xx;

33
Demikian permohonan ini kami buat dengan sebenar -benarnya untuk dapat dipertimbangkan.
Rektor Universitas ABC

Dr. Alfa Beta Charly S.T. M.Si

Universitas ABC harus melengkapi dengan Master List yang berisi rincian barang -barang
yang akan diimpor, dengan format seperti contoh berikut:
DAFTAR BARANG YANG AKAN DIIMPOR
NAMA PROYEK : Procurement of Equipment for ABC NOMOR KPBJ : 123/XX.XXX/XX.xx/20xx PRESENTASE : 100% LOAN
Hospital TANGGAL : 22 Maret 20xx PENDANAAN JPY 3.500.000.000
KODE SATKER/ NOMOR NILAI IMPORT
PROGRAM/ AMENDMENT : - KESELURUHAN : JPY 2.900.000.000
KEGIATAN / SUB TANGGAL : -
KEGIATAN : XXXXXX (Direktorat Jendral xxxxx)
DIPA/SLA : XXXX.XX.XX.123456/20xx KONTRAKTOR
TANGGAL : 21-JulI-20xx UTAMA : PT DEF
NEGARA DONOR : JAPAN
NO. LOAN : XX-xxx tanggal 28 April 20xx

JUMLAH HARGA NEGARA


POS HARGA
NO PELABUHAN URAIAN JENIS BARANG BARANG SATUAN PENGIRIM
TARIF BARANG KETERANGAN
URUT MASUKAN BARANG (COUNTRY
(HS) QTY SATUAN (CIF - JPY)
(JPY) OF ORIGIN)
MEDICAL EQUIPMENT
1 Tanjung Anestesia System 10 unit 70.506.000 705.060.000 Japan
Priok
2 … … … … … … … …
3 … … … … … … … …
… … … … … … … … …
257 Tanjung Dental Equipment 7 Unit 5.400.000 37.800.000 Japan
Priok
TOTAL 2.900.000.000

Direktur PT DEF Rektor Universitas ABC

Mr. Delta Echo Fanta Dr. Alfa Beta Charly S.T. M.Si

Disclaimer: Format contoh di atas hanya untuk ilustrasi. Kesamaan data dan informasi hanya
untuk keperluan edukasi.
Tulisan yang berwarna merah agar disesuaikan apabila Anda mengajukan permohonan
serupa.

34
G. PROSEDUR IMPOR
Secara umum proses importasi atas barang-barang untuk keperluan kesehatan dapat dibagi
dalam tiga tahapan:
1. Sebelum barang tiba di pelabuhan;
2. Setelah barang tiba di pelabuhan sampai dengan barang keluar dari pelabuhan;
3. Setelah barang keluar dari pelabuhan

Masing-masing tahapan perlu mendapat perhatian khusus, terutama untuk pengurusan


dokumen-dokumennya. Hal ini penting agar arus barang tidak sampai terhambat / tertahan /
tertunda disebabkan kekurangan dokumen yang menjadi persyaratan dalam masing -masing
tahap.

1. Sebelum barang tiba di pelabuhan


Tahap ini dimulai ketika adanya keputusan untuk mengimpor barang dari luar negeri.
Keputusan tersebut dapat berasal dari adanya putusan untuk pembelian atau untuk
menerima hibah dari luar negeri.
Dalam hal barang berasal dari pembelian, yang perlu dipersiapkan adalah dokumen-
dokumen pembelian seperti sales contract, atau kontrak pengadaan barang dan jasa.
Dalam hal barang berasal dari hibah, perlu dipersiapkan dokumen hibah seperti gift
certificate, Memorandum of Understanding dengan pihak donor, atau dokumen
semacamnya.
Apabila memungkinkan dapat dimintakan pula dokumen proforma invoice untuk
mendapatkan informasi urain jenis barang dan harga barang dalam incoterm FOB, C&F,
atau CIF.
Setelah ada dokumen pembelian atau dokumen hibah, penerima barang (sebagai
consignee) dapat mulai mengurus dokumen lain yang diperlukan untuk pembebasan bea
masuk dan importasinya, antara lain:
a. Dokumen permohonan pembebasan bea masuk sesuai skema pembebasan bea masuk
yang akan dimintakan.
b. Dokumen rekomendasi dari kementerian teknis terkait, baik untuk rekomendasi
pembebasan bea masuk, maupun rekomendasi terkait ketentuan larangan dan
pembatasan impor atas barang kesehatan.
Sebaiknya dokumen-dokumen tersebut dapat diurus dan diselesaikan sebelum barang
dikirim dari luar negeri. Atau semaksimal mungkin dokumen telah diperoleh sebelum
barang tiba di pelabuhan pemasukan/pembongkaran. Hal ini untuk menghindari
tertahannya barang di pelabuhan disebabkan dokumen pembebasan bea masuk dan
dokumen larangan/pembatasan belum dimiliki.
Tertahannya barang impor di gudang pelabuhan akan mengakibatkan terkenanya biaya
demurrage (biaya kelebihan waktu berlabuh). Semakin lama tertahan, tentu biayanya
semakin besar. Sebagai catatan bahwa biaya ini bukan merupakan pungutan oleh Bea dan

35
Cukai, sehingga tidak terkait dengan pembebasan bea masuk. Untuk itu pengaturan jadwal
(time line) menjadi sangat penting untuk menghindari demurrage ini.
Dalam tahap ini dapat mulai diputuskan apakah dalam proses pengeluaran barang akan
dilakukan sendiri atau akan menunjuk perusahaan pengurusan jasa kepabeanan (PPJK)
untuk membantu pengeluaran barang.
Biasanya untuk barang yang dikirim melalui jasa titipan (kargo), proses importasi akan
dibantu langsung oleh perusahaan jasa titipan dimaksud, sehingga pihak penerima barang
harus sudah mempersiapkan dokumen pembebasan bea masuk terlebih dulu.

Pemenuhan ketentuan larangan dan pembatasan


Satu hal yang harus mendapatkan perhatian adalah adanya ketentuan larangan dan
pembatasan (lartas) impor atas barang-barang tertentu. Sebelum melakukan importasi
barang, ketentuan lartas seyogyanya dapat diidentifikasi lebih dulu untuk kemudian
dipenuhi persyaratannya saat mengajukan Pemberitahuan Impor Barang (PIB).
Untuk mengetahui suatu barang terkena ketentuan lartas dapat dilakukan pengecekan
melalui portal INSW di laman: https://eservice.insw.go.id/
Dari laman tersebut dapat dipilih menu:
- Indonesia NTR -> HS Code Information, atau
- Indonesia NTR -> Lartas Information.

Gambar contoh tampilan portal INSW

Pencarian ketentuan lartas dapat dilakukan berdasarkan key words uraian jenis barang atau
HS Code. Sebagai contoh kita pilih menu Indonesia NTR -> Lartas Information, kemudian
kita pilih PARAMETER: Lartas Impor Description, dan kita isi uraian barang dalam KEY
WORD. Misalnya kita isi barang berupa baja. Maka akan kita temukan:

36
Gambar hasil pencarian lartas untuk barang berupa baja

Dari hasil pencarian tersebut kita pilih HS CODE yang sesuai dengan barang yang akan
diimpor, maka akan diperoleh informasi persyaratan lartas apa saja yang harus dipenuhi.
Contohnya sebagai berikut:

Gambar contoh persyaratan pembatasan.

Dalam hal atas barang yang akan diimpor terkena ketentuan lartas, khususnya yang masuk
kategori “Pengawasan Border” maka sebelum PIB di-submit sebaiknya telah diurus lebih
dulu melalui kementerian / lembaga terkait. Apabila ketentuan lartas belum dipenuhi maka
PIB yang di-submit akan mendapat respon untuk pemenuhan lartas lebih dulu.
Apabila ketentuan lartas masuk kategoti “Post Border” maka pemenuhannya dilakukan
setelah barang selesai diimpor.

37
2. Setelah barang tiba di pelabuhan sampai dengan barang keluar dari pelabuhan
Proses ini dimulai saat barang tiba di pelabuhan laut atau bandara tempat pembongkaran
barang. Penerima barang sebagai consigne akan diberitahukan oleh pihak pengangkut
bahwa barang telah sampai di pelabuhan. Selanjutnya penerima barang harus
mempersiapkan dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB), surat keputusan
pembebasan bea masuk, dokumen impor lainnya (Bill of Lading / Airway Bill, Invoice,
packing List), dan dokumen terkait larangan/pembatasan jika ada.
Proses pengeluaran barang (clearance) dapat dilakukan sendiri atau menggunakan jasa
PPJK. Dalam hal importir / penerima barang belum memiliki akses kepabeanan maka perlu
mengajukan surat permohonan impor tanpa NIK kepada Kepala Kantor Bea dan Cukai di
pelabuhan pembongkarang.
Dalam hal importir bukan merupakan importir yang rutin melakukan importasi, saat
pengajuan PIB kemungkinan besar akan mendapatkan jalur merah, yang artinya atas
barang impor akan dilkukan pemeriksaan fisik oleh Bea dan Cukai.
Importir akan diberitahu dengan Surat Pemberitahuan Jalur Merah (SPJM). Setelah
menerima SPJM, importir harus memberikan respon kepada Bea dan Cukai mengenai
kesiapan barang untuk diperiksa fisik. Importir harus bekerjasama dengan pemilik gudang
tempat penimbunan barang untuk dilakukan pemeriksaan fisik. Proses pemeriksaan fisik
ini akan timbul biaya yang harus disiapkan oleh importir yaitu biaya untuk pemindahan
barang, pembongkaran barang, dan biaya buruh. Biaya ini di luar kewenangan Bea dan
Cukai dan bukan merupakan beban dari Bea dan Cukai.
Setelah pemeriksaan fisik barang impor, apabila kedapatan barang sesuai dengan yang
diberitahuan, maka akan terbit Surat Pemberitahuan Pengeluaran Barang (SPPB). Dengan
SPPB ini maka barang bisa dikeluarkan dari pelabuhan.
Apabila dalam pemeriksaan fisik kedapatan barang yang tidak sesuai, maka akan dilakukan
penindakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sesuai peratuan perundang -undangan
tentang kepabeanan.

Biaya yang timbul saat proses pengeluaran barang (clearance)


Dalam proses pengeluaran barang dari pelabuhan dimungkinkan timbul biaya-biaya terkait
dengan sewa gudang, handling, dan lain-lain. Meskipun penerima barang telah
mendapatkan pembebasan bea masuk dan PDRI, namun pembebasan tersebut tidak
berkaitan dan tidak dapat membebaskan dari biaya-biaya yang timbul dalam proses
pengeluaran barang. Penerima barang harus dapat mengantisipasi hal ini dengan
melakukan konfirmasi kepada pihak pengangkut dan customs broker (PPJK) yang ditunjuk.

Vooruitslag / Penundaan Pembayaran Bea Masuk Dalam Rangka Pengeluaran Barang Impor
Untuk Dipakai Dengan Jaminan
Vooruitslah dapat dikatakan merupakan prosedur darurat yang dapat ditempuh dalam hal barang
impor sudah tiba di pelabuhan, sementara proses pembebasan bea masuk belum selesai, dan
barang impor sudah sangat mendesak dibutuhkan untuk dipakai. Sedapat mungkin pengeluaran

38
barang dengan vooruitslag ini jangan sampai dlakukan, apabila perencanaan pengiriman barang
dapat diatur sedemikian rupa sehingga saat barang tiba di pelabuhan, seluruh dokumen yang
dibutuhkan telah tersedia, khususnya surat keputusan pembebasan bea masuk sudah diselesaikan
pengurusannya.
Mekanisme permohonan pengeluaran barang dengan jaminan secara vooruitslag diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan nomor 167/PMK.04/2015 tentang Penundaan Pembayaran Bea
Masuk Dalam Rangka Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai Dengan Jaminan.

3. Setelah barang keluar dari pelabuhan


Setelah barang keluar dari pelabuhan dengan mendapatkan pembebasan bea masuk dan
PDRI, pihak importir atau penerima barang masih memiliki kewajiban untuk mematuhi
ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Surat Keputusan Pembebasan Bea Masuk.
Ketentuan yang perlu mendapatkan perhatian penerima barang antara lain:
a. Penerima barang harus menggunakan barang sesuai peruntukan yang disebutkan dalam
SK Pembebasan Bea Masuk;
b. Barang dimaksud tidak dapat dipindahtangankan kepada pihak lain kecuali dengan
seizin Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Hal ini terutama atas barang-barang yang tidak
habis pakai. Dalam hal barang habis dipakai atau memang diperuntukkan untuk
dibagikan (untuk dikonsumsi atau dipakai) kepada pihak yang ditentukan, maka
pemindahtangannya tidak perlu ijin dari DJBC.
c. Dalam periode tertentua DJBC akan melakukan monitoring dan evaluasi (monev) atas
penggunaan barang yang mendapatkan pembebasan bea masuk. Dalam monev ini
penerima barang harus dapat menunjukkan dokumen terkait dan/atau keberadaan
barang impor.
d. DJBC dapat juga melakukan audit kepabeanan atas importasi barang -barang yang
mendapatkan pembebasan bea masuk sesuai manajemen risiko yang dimiliki oleh DJBC.
e. Dalam hal barang yang diimpor merupakan kendaraan bermotor, untuk pengurusan
BPKB, STNK, dan Plat Nomor diperlukan adanya formulir B. Formulir B dapat diperoleh
dengan mengajukan permohonan penerbitan formulir B kepada Kepala Kantor Bea dan
Cukai tempat diselesaikannya formalitas pabean (pelabuhan bongkar). Secara umum
dokumen yang perlu disiapkan adalah:
- surat permohonan penerbitan Formulir B;
- bukti pemeriksaan fisik (asli kertas gesek) nomor rangka dan nomor mesin dari
Kepolisian.
- fotokopi pemberitahuan impor barang (PIB) dan SPPB;
- fotokopi surat keputusan pembebasan bea masuk;

Dalam hal pengeluaran barang impor menggunakan vooruitslag, maka importir / penerima
barang masih memiliki kewajiban sebagai berikut:
a. Menyelesaikan permohonan pembebasan bea masuk yang diajukan sampai dengan
mendapatkan Surat Keputusan Pembebasan Bea Masuk;

39
b. Menyerahkan Surat keputusan Pembebasan Bea Masuk kepada Kantor Bea dan Cukai
pemasukan barang dalam hal permohonan pembebasan bea masuk disetujui. Atau
menyerahkan surat penolakan permohonan pembebasan bea masuk dalam hal
permohonan pembebasan bea masuk ditolak;
c. Dalam hal permohonan pembebasan bea masuk ditolak, maka jaminan akan dicairkan
untuk pembayaran bea masuk dan pajak dalam rangka impor. Apabila jaminan yang
diserahkan berupa jaminan tertulis maka akan diterbitkan surat tagihan pembayaran
bea masuk dan PDRI.

Untuk merangkum proses impor barang dengan pembebasan bea masuk, dapat ditinjau dari
tabel lini masa sebagai berikut:
Sebelum barang tiba Setelah barang tiba Setelah barang keluar
Tanpa Pengurusan: - Pengajuan - Administrasi dokumen
Vooruitslag - Dokumen Rekomendasi Pemberitahuan Impor pembebasan bea masuk
- Dokumen larangan dan Barang - Izin kepada DJBC apabila
pembatasan - Proses pemeriksaan fisik barang akan
- Dokumen kelengkapan (jika jalur Merah) dipindahtangankan
pabean (Invoice,
Packling List)
Dengan - - Permohonan - Penyelesaian
Vooruitslag Pembebasan Bea Masuk permohonan
- Permohonan pembebasan bea masuk
Vooruistlag - Penyerahan skep
- Penyerahan jaminan bea pembebasan bea
masuk dan PDRI masuk, atau surat
- Pengurusan persyaratan penolakan
larangan dan - Penarikan jaminan bea
pembatasan masuk dan PDRI, atau
- Pengajuan PIB pencairan jaminan (jika
ditolak)
-

--oo00oo--

40
Tim Penyusun
1. Direktur Fasilitas Kepabeanan
2. Kepala Subdirektorat Pembebasan
3. Kepala Seksi Pembebasan Kepentingan Pemerintah
4. Staff Subdirektorat Pembebasan
5. Staff Subdirektorat Impor

Untuk Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:


Direktorat Fasilitas Kepabeanan, Subdirektorat Pembebasan
Gedung Kalimantan Lantai 1 & Lantai 11
Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Jalan Ahmad Yani – By Pass, Jakarta Timur
Email : pembebasanbeacukai@gmail.com
Telpon : 021 – 4750770
Fax : 021 – 4701736

Informasi Umum Bea Cukai:


Web : http://www.beacukai.go.id/
Email : info@customs.go.id

Contact Center (Bravo) : 1500225 (24 jam)


Facebook : https://id-id.facebook.com/beacukairi/
Twitter : https://twitter.com/bravobeacukai

41

Anda mungkin juga menyukai