Anda di halaman 1dari 20

NEFROTIK SYNDROM

Pada Anak

Evi Gustia Kesuma, S.Kep.,Ns.,M.Kes


Apa Itu Nefrotik Syndrom ?

Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh


kerusakan glomerulus karena ada peningkatan permeabilitas
glomerulus terhadap protein plasma menimbulkan proteinuria,
hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema.
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala
edema, proteinuria, hipoalbuminemia, dan
hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (Nurarif & Kusuma,
2013).
Berdasarkan pengertian diatas, Sindrom nefrotik
pada anak merupakan kumpulan gejala yang terjadi pada
anak dengan karakteristik proteinuria, hipoalbumininemia,
hiperlipidemia yang disertai edema.
ETIOLOGI
Sindrom nefrotik terjadi akibat kerusakan pada
glomerulus, yaitu bagian ginjal yang berfungsi menyaring
darah dan membentuk urin. Akibatnya protein yang
seharusnya tetap di dalam darah malah bocor ke urine.
Dalam kondisi normal, urine seharusnya tidak mengandung
protein.
sindrom nefrotik merupakan keadaan klinis yang
ditandai dengan proteinuria masif (≥ 3.5 g/24 jam),
hipoalbuminemia (≤ 3.5 g/dL), hiperkolesterolemia, edema,
serta dislipidemia.
TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala sindrom nefrotik adalah sebagai


berikut : terdapat adanya proteinuria, retensi cairan,
edema, berat badan meningkat, edema periorbital, edema
fasial, asites, distensi abdomen, penurunan jumlah urine,
urine tampak berbusa dan gelap, hematuria, nafsu makan
menurun, dan kepucatan.
1. Proteinuria
Protenuria merupakan kelainan utama pada
sindrom nefrotik. Proteinuria yaitu terdapat
protein dalam darah, proteinuria masif (≥ 3.5 g/24
jam).
2. Hipoalbuminemia
Dampak utama dari gangguan filtrasi ginjal adalah
hipoalbuminemia. Hepar merespon dengan meningkatkan sintesis
albumin, tetapi mekanisme kompensasi ini tidak dapat bertahan lama
pada sindrom nefrotik, mencapai batasnya hingga pada akhirnya serum
albumin menurun drastis.
Abnormalitas sistemik yang paling berkaitan langsung dengan
proteinuria adalah hipoalbuminemia. Salah satu manifestasi pada pasien
sindrom nefrotik pada anak terjadi hipoalbuminemia apabila kadar
albumin kurang dari 2,5 g/dL.
Pada keadaan normal, produksi albumin di hati adalah 12-14
g/hari (130-200 mg/kg) dan jumlah yang diproduksi sama dengan
jumlah yang dikatabolisme. Katabolisme secara dominan terjadi pada
ekstrarenal, sedangkan 10% di katabolisme pada tubulus proksimal
ginjal setelah resorpsi albumin yang telah difiltrasi. Pada pasien sindrom
nefrotik, hipoalbuminemia merupakan manifestasi dari hilangnya
protein dalam urin yang berlebihan dan peningkatan katabolisme
albumin.
3. Edema
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang timbulnya
edema pada sindrom nefrotik. Underfilled theory merupakan teori
klasik tentang pembentukan edema. Teori ini berisi bahwa adanya
edema disebabkan oleh menurunnya tekanan onkotik intravaskuler
dan menyebabkan cairan merembes ke ruang interstisial.
Adanya peningkatan permeabilitas kapiler glomerulus
menyebabkan albumin keluar sehingga terjadi albuminuria dan
hipoalbuminemia. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu fungsi vital
dari albumin adalah sebagai penentu tekanan onkotik. Maka kondisi
hipoalbuminemia ini menyebabkan tekanan onkotik koloid plasma
intravaskular menurun. Sebagai akibatnya, cairan transudat melewati
dinding kapiler dari ruang intravaskular ke ruang interstisial kemudian
timbul edema.
4. Hiperkolesterolemia
Hampir semua kadar lemak (kolesterol, trigliserid) dan
lipoprotein serum meningkat pada sindrom nefrosis. Hal ini dapat
dijelaskan dengan penjelasan antara lain yaitu adanya kondisi
hipoproteinemia yang merangsang sintesis protein menyeluruh dalam
hati, termasuk lipoprotein. Selain itu katabolisme lemak menurun
karena terdapat penurunan kadar lipoprotein lipase plasma, sistem
enzim utama yang mengambil lemak dari plasma.
ANATOMI FISIOLOGI

Menurut Gibson,John (2013) , Setiap ginjal memiliki panjang


sekitar 12 cm, lebar 7 cm, dan tebal maksimum 2,5 cm, dan terletak
pada bagian belakang abdomen, posterior terhadap peritoneum, pada
cekungan yang berjalan di sepanjang sisi corpus vertebrae. Lemak
perinefrik adalah lemak yang melapisi ginjal. Ginjal kanan terletak agak
lebih rendah daripada ginjal kiri karena adanya hepar pada sisi ginjal.
Setiap ginjal memiliki ujung atas dan bawah yang membulat
(ujung superior dan inferior), margo lateral yang membulat konveks,
dan pada margo medialis terdapat cekungan yang disebut hilum.
Arteria dan vena, pembuluh limfe, nervus renalis, dan ujung atas ureter
bergabung dengan ginjal pada hilum.
Patofisiologi
Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan
oleh kerusakan glomerulus. Peningkatan permeabilitas
glomerulus terhadap protein plasma menimbulkan protein,
hipoalbumin, hiperlipidemia dan edema. Hilangnya protein dari
rongga vaskuler menyebabkan penurunan tekanan osmotik
plasma dan peningkatan tekanan hidrostatik, yang menyebabkan
terjadinya akumulasi cairan dalam rongga interstisial dan rongga
abdomen. Penurunan volume cairan vaskuler menstimulasi
system renin– angiotensin yang mengakibatkan diskresikannya
hormone antidiuretik dan aldosterone. Reabsorsi tubular
terhadap natrium (Na) dan air mengalami peningkatan dan
akhirnya menambah volume intravaskuler. Retensi cairan ini
mengarah pada peningkatan edema. Koagulasi dan thrombosis
vena dapat terjadi karena penurunan volume vaskuler yang
mengakibatkan hemokonsentrasi dan hilangnya urine dari
koagulasi protein. Kehilangan immunoglobulin pada urine dapat
mengarah pada peningkatan kerentanan terhadap infeksi.
Pemeriksaan Penunjang

➢ Uji Urin
➢ Uji Darah
➢ Uji Diagnostik
Pada sindrom nefrotik sekunder akan disertai
gejala penyakit dasarnya. Pemeriksaan penunjang yang
paling diperlukan adalah pemeriksaan protein urin, kadar
albumin, dan kadar kolesterol
darah. Pemeriksaan protein urin dapat dilakukan
dengan pemeriksaan urin yang paling sederhana
yaitu pemeriksaan urin dengan dipstik.

Anda mungkin juga menyukai