Anda di halaman 1dari 12

BAB I

TEORI

A. Pengertian GOOD CORPORATE GOVERNANCE


Pada awalnya, istilah “Corporate Governance” pertama kali dikenalkan oleh Cadbury

Committee di Inggris tahun 1922 yang menggunakan istilah dimaksud dalam laporannya

yang dikenal dengan Cadbury Report (dalam sukrisno Agoes, 2006). Good Corporate

Governance pada dasarnya merupakan suatu sistem (input, Proses, output) dan seperangkat

peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang kepentingan (stakeholders)

terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan

direksi demi tercapainya tujuan perusahaan.

Berikut disajikan beberapa definisi “Corporate Governance” dari beberapa sumber,

diantaranya:

1. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI-2006)

FCGI tidak membuat definisi sendiri, namun mengadopsi definisi Cadbury Committee of

United Kingdom dan menerjemahkan “Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antar

pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, kreditur, pemerintah, karyawan serta

para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak

dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan

mengendalikan perusahaan”.

2. Sukrisno Agoes (2006)

Tata kelola perusahaan yang baik sebagai suatu sistem yang mengatur hubungan peran dewan

komisaris, para direksi, pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya. Tata kelola
perusahaan yang baik juga disebut sebagai suatu proses yang transparan atas penentuan

tujuan perusahaan, pencapaiannya, dan penilaian kinerjanya.

3. Organization for Economics Cooperation and Development (OECD) (dalam Tjager

dkk, 2004)

The structure through which shareholders, directors, managers, set of the board objectives

of the company, the means of attaining those objectives and monitoring performance. [Suatu

struktur yang terdiri atas para pemegang saham, direktur, manager, seperangkat tujuan yang

ingin dicapai perusahaan, dan alat-alat yang akan digunakan dalam mencapai tujuan dan

memantau kinerja.]

4. Wahyudi Prakarsa (dalam Sukrisno Agoes, 2006)

Mekanisme administratif yang mengatur hubungan-hubungan antara manajemen

perusahaan, komisaris, direksi, pemegang saham, dan kelompok-kelompok kepentingan

(stakeholders) yang lain. Hubungan-hubungan ini dimanifestasikan dalam bentuk berbagai

aturan (prosedur) dan sistem insentif sebagai kerangka kerja (framework) yang diperlukan

untuk mencapai tujuan perusahaan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut, serta

pemantauan atas kinerja yang dihasilkan.

Jadi Good governance dapat diartikan sebagai kepemerintahan yang baik atau

penyelenggaraan pemerintahaan yang bersih dan efektif, sesuai dengan peraturan dan

ketentuan yang berlaku. Pemerintahan mencakup ruang lingkup yang luas, termasuk bidang

politik, ekonomi dan sosial mulai dari proses perumusan kebijakan dan pengmbilan

keputusan hingga pelaksanaan dan pengawasan


BAB II
KASUS

II. A. Kronologi Kasus Laporan Keuangan Garuda Indonesia hingga Kena Sanksi

 1 April 2019

Sebagai perusahaan publik, Garuda Indonesia melaporkan kinerja keuangan tahun

buku 2018 kepada Bursa Efek Indonesia.Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia

(Persero) yang berhasil membukukan laba bersih US$809 ribu pada 2018, berbanding

terbalik dari 2017 yang merugi US$216,58 juta. Kinerja ini terbilang cukup

mengejutkan lantaran pada kuartal III 2018 perusahaan masih merugi sebesar

US$114,08 juta.

 24 April 2019

Perseroan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta.

Salah satu mata agenda rapat adalah menyetujui laporan keuangan tahun buku 2018.

Dalam rapat itu, dua komisaris Garuda Indonesia, Chairul Tanjung dan Dony Oskaria

selaku perwakilan dari PT Trans Airways menyampaikan keberatan mereka melalui

surat keberatan dalam RUPST. Chairal sempat meminta agar keberatan itu dibacakan

dalam RUPST, tapi atas keputusan pimpinan rapat permintaan itu tak dikabulkan.

Hasil rapat pemegang saham pun akhirnya menyetujui laporan keuangan Garuda

Indonesia tahun 2018. Trans Airways berpendapat angka transaksi dengan Mahata

sebesar US$239,94 juta terlalu signifikan, sehingga mempengaruhi neraca keuangan

Garuda Indonesia. Jika nominal dari kerja sama tersebut tidak dicantumkan sebagai

pendapatan, maka perusahaan sebenarnya masih merugi US$244,96 juta. Catatan

tersebut membuat beban yang ditanggung Garuda Indonesia menjadi lebih besar
untuk membayar Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Padahal, beban itu seharusnya belum menjadi kewajiban karena pembayaran dari

kerja sama dengan Mahata belum masuk ke kantong perusahaan.

 25 April 2019

Pasar merespons kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia. Sehari usai kabar

penolakan laporan keuangan oleh dua komisaris beredar, saham perusahaan dengan

kode GIAA itu merosot tajam 4,4 persen pada penutupan perdagangan sesi pertama,

Kamis (25/4). Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan akan memanggil manajemen

Garuda Indonesia terkait timbulnya perbedaan opini antara pihak komisaris dengan

manajemen terhadap laporan keuangan tahun buku 2018. Selain manajemen

perseroan, otoritas bursa juga akan memanggil kantor akuntan publik (KAP)

Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan selaku auditor laporan keuangan

perusahaan. Pemanggilan itu dijadwalkan pada Selasa (30/4).

 26 April 2019

Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyatakan bakal memanggil

manajemen perseroan. Sebelum memanggil pihak manajemen, DPR akan membahas

kasus tersebut dalam rapat internal. Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Inas Nasrullah

Zubir mengatakan perseturuan antara komisaris Garuda Indonesia dengan manajemen

akan dibahas dalam rapat internal usai reses. Dalam rapat itu akan dipastikan terkait

pemanggilan sejumlah pihak yang berkaitan dengan pembuatan laporan keuangan

maskapai pelat merah tersebut. Jika sesuai jadwal, DPR kembali bekerja pada 6 Mei

2019. Selain itu pada hari yang sama, beredar surat dari Sekretariat Bersama Serikat

Karyawan Garuda Indonesia (Sekarga) perihal rencana aksi mogok karyawan Garuda

Indonesia. Aksi ini berkaitan dengan penolakan laporan keuangan tahun 2018 oleh

dua komisaris Dalam surat tersebut disebutkan pernyataan pemegang saham telah
merusak kepercayaan publik terhadap harga saham Garuda Indonesia dan pelanggan

setia maskapai tersebut. Namun, Asosiasi Pilot Garuda (APG) dan Sekarang justru

membantah akan melakukan aksi mogok kerja. Presiden APG Bintang Hardiono

menegaskan karyawan belum mengambil sikap atas perseteruan salah satu pemegang

saham dengan manajemen saat ini.

 30 April 2019

BEI telah bertemu dengan manajemen Garuda Indonesia dan kantor akuntan publik

(KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan selaku auditor laporan

keuangan perusahaan. Pertemuan berlangsung pada pukul 08.30-09.30 WIB.

Sayangnya, pertemuan dua belah pihak berlangsung tertutup. Otoritas bursa

menyatakan akan mengirimkan penjelasan usai pertemuan tersebut. "Bursa meminta

semua pihak untuk mengacu pada tanggapan perseroan yang disampaikan melalui

IDXnet dan penjelasan dapat dibaca di website bursa," kata Direktur Penilaian

Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna. Sementara Menteri Keuangan mengaku telah

meminta Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Hadiyanto untuk mempelajari

kisruh terkait laporan keuangan BUMN tersebut.

 2 Mei 2019

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Minta BEI Lakukan Verifikasi Laporan Keuangan

Garuda. OJK meminta kepada BEI untuk melakukan verifikasi terhadap kebenaran

atau perbedaan pendapat mengenai pengakuan pendapatan dalam laporan keuangan

Garida 2018. Selain OJK, masalah terkait laporan keuangan maskapai Garuda ini juga

mengundang tanggapan dari Manteri Perhubungan (MenHub) Budi Karya Sumadi.

 3 Mei 2019

Mahata Aero Buka-bukaan soal Kisruh Laporan Keuangan Garuda Indonesia


Kisruh laporan keuangan garuda indonesia ini juga menyeret nama Mahata Aero

Teknologi. Pasalnya, Mahata sebuah perusahaan yang baru didirikan pada tanggal 3

November 2017 dengan modal tidak lebig dari Rp 10 miliar dinilai berani

menandatangani kerja sama dengan Garuda Indonesia.

Dengan menandatangani keja sama dengan Garuda, Mahata mencatatkan utang

sebesar USD 239 juta kepada Garuda, dan oleh Garida dicatatkan dalam

LaporanKeuangan 2018 pada kolom pendapatan.

 21 Mei 2019

DPR Panggil Management Garuda Indonnesia.

Sebulan kemudian, Garuda Indonesia dipanggil oleh Komisi VI Dewan Perwakilan

Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI). Jajaran Direksi ini dimintai keterangan oleh

komisi VI DPR mengenai kisruh laporan keuangan tersebut.

Dalam penjelasannya, Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara

Danadiputra mengatakan, latar belakang mengenai laporan keuangan yang menjadi

sangat menarik adalah soal kerjasama dengan PT Mahata Aero Teknologi, terkait

penyediaan layanan WiFi on-board yang dapat dinikmati secara gratis.

Kerja sama yang diteken pada 31 Oktober 2018 ini mencatatkan pendapatan yang

masih berbentuk piutang sebesar USD239.940.000 dari Mahata. Dari jumlah itu,

USD28 juta di antaranya merupakan bagi hasil yang seharusnya dibayarkan Mahata.

 14 Juni 2019

Kemenkeu Temukan Dugaan Laporan Keuangan Garuda Tak Sesuai Standar. Kemenkeu

telah menyelesaikan pemeriksaan terhadap KAP Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan
(Member of BDO Internasional) terkait laporan keuangan tahun 2018 milik Garuda. KAP ini

merupakan auditor untuk laporan keuangan emiten berkode saham GIIA yang menuai polemik.

Sekertaris Jenderal Kemenkeu Hadiyanto menyatakan, berdasarkan hasil pertemuan dengan

pihak KAP disimpulkan adanya dugaan audit yang tidak sesuai dengan standar akuntansi.

Kementerian Keuangan juga masih menunggu koordinasi dengan OJK terkait penetapan sanksi

yang bakal dijatuhkan pada KAP Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of

BDO Internasional), yang menjadi auditor pada laporan keuangan Garuda Indonesia tahun

2018.

 18 Juni 2019

BEI Tunggu Keputusan OJK. BEI selaku otoritas pasar modal kala itu masih menunggu

keputusan final dari OJK terkait sanksi yang akan diberikan kepada Garuda.

Manajemen bursa saat itu telah berkoordinasi intens dengan OJK. Namun BEI belum

membeberkan lebih lanjut langkah ke depan itu dari manajemen bursa.

 28 Juni 2019

Akhirnya Garuda Indonesia Kena Sanksi dari OJK, Kemenkeu dan BEI. Setelah perjalanan

panjang, akhirnya Garuda Indonesia dikenakan sanksi dari berbagai pihak. Selain

Garuda, sanksi juga diterima oleh auditor laporan keuangan Garuda Indonesia, yakni

Akuntan Publik (AP) Kasner Sirumapea dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata,

Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan, auditor laporan keuangan PT Garuda Indonesia

(Persero) Tbk (GIAA) dan Entitas Anak Tahun Buku 2018.

Untuk Auditor, Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan sanski pembekuan izin

selama 12 bulan. Selain itu, OJK juga akan mengenakan sanksi kepada jajaran Direksi

dan Komisaris dari Garuda Indonesia. Mereka diharuskan patungan untuk membayar

denda Rp100 juta.


Selain itu ada dua poin sanksi lagi yang diberikan OJK. Yakni, Garuda Indonesia harus

membayar Rp100 Juta. Selain itu, masing-masing Direksi juga diharuskan membayar

Rp100 juta.

Selain sanksi dari Kementerian Keuangan dan juga Otoritas Jasa Keuangan, Garuda

Indonesia juga kembali diberikan sanksi oleh Bursa Efek Indonesia. Adapun sanki tersebut

salah satunya memberikan sanksi sebesar Rp250 juta kepada maskapai berlambang burung

Garuda itu.

II. B. Pelanggaran yang dilakukan PT Garuda Indonesia

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memutuskan bahwa PT Garuda Indonesia

(Persero) Tbk melakukan kesalahan terkait kasus penyajian Laporan Keuangan Tahunan per

31 Desember 2018.Pihak OJK yang diwakili oleh Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat

dan Manajemen Strategis, Anto Prabowo, mengungkapkan bahwa Garuda Indonesia telah

terbukti melanggar

1. Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM) “(1)

Laporan keuangan yang disampaikan kepada Bapepam wajib disusun berdasarkan

prinsip akuntansi yang berlaku umum. (2) Tanpa mengurangi ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), Bapepam dapat menentukan ketentuan akuntansi di bidang

Pasar Modal.”
2. Peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan

Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik.

3. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah Suatu

Perjanjian Mengandung Sewa.

4. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa

II. C. Sanksi Untuk PT Garuda Indonesia

Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II, Fakhri Hilmi, mengatakan setelah

berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan Republik Indonesia ,Pusat Pembinaan Profesi

Keuangan, PT Bursa Efek Indonesia, dan pihak terkait lainnya, OJK memutuskan

memberikan sejumlah sanksi.

1. Memberikan Perintah Tertulis kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk

memperbaiki dan menyajikan kembali LKT PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk per

31 Desember 2018 serta melakukan paparan publik (public expose) atas perbaikan

dan penyajian kembali LKT per 31 Desember 2018 dimaksud paling lambat 14 hari

setelah ditetapkannya surat sanksi, atas pelanggaran Pasal 69 Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM) ,Peraturan Bapepam dan LK Nomor

VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan

Perusahaan Publik, Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang

Penentuan Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Sewa, dan Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.

2. Selain itu juga Perintah Tertulis kepada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang &

Rekan (Member of BDO International Limited) untuk melakukan perbaikan kebijakan

dan prosedur pengendalian mutu atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor


13/POJK.03/2017 jo. SPAP Standar Pengendalian Mutu (SPM 1) paling lambat 3

(tiga) bulan setelah ditetapkannya surat perintah dari OJK.

3. Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Manajemen Strategis, Anto Prabowo

mengatakan, OJK juga mengenakan Sanksi Administratif berupa denda sebesar Rp

100 juta kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk atas pelanggaran Peraturan OJK

Nomor 29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.

4. Sanksi denda kepada masing-masing anggota Direksi PT Garuda Indonesia (Persero)

Tbk sebesar Rp 100 juta atas pelanggaran Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11

tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan.

5. Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menjatuhkan sanksi kepada PT Garuda Indonesia

Tbk (GIAA) atas kasus klaim laporan keuangan perseroan yang menuai polemik.

Beberapa sanksi yang dijatuhkan antara lain denda senilai Rp 250 juta dan restatement

atau perbaikan laporan keuangan perusahaan dengan paling lambat 26 Juli 2019 ini

II. D. Pembekuan saham

Direktur Penilaian PT Bursa Efek Indonesia (BEI) I Nyoman Gede Yetna

menuturkan, manajemen BEI hingga kini belum sampai pada keputusan untuk membekukan

(suspensi) saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) meski laporan keuangan perusahaan

menuai polemik.

"Kami dari Bursa berpendapat belum perlu melakukan suspensi perdagangan saham

Perseroan pada saat ini," ujarnya di Jakarta, Jumat (28/6).

Nyoman pun melanjutkan, BEI ke depannya akan terus melihat pergerakan saham

Garuda Indonesia untuk mempertimbangkan tindakan selanjutnya. "Selanjutnya, Bursa akan

senantiasa memantau pergerakan harga saham dan keterbukaan informasi Perseroan serta

melakukan tindak lanjut sesuai ketentuan yang berlaku," papar dia.


BAB III
SOLUSI
III. A. Menurut Pihak yang Terkait

- Secara teori, ada 2 solusi untuk menyelamatkan Garuda Indonesia

Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan mengatakan, secara teori,

permasalahan keuangan yang dihadapi Garuda bisa ditangani melalui dua cara, yaitu :

1. menaikkan omset serta,

2. menurunkan beban pengeluaran.

Hanya saja, cara yang kedua, menurut Alfred, menjadi cara yang lebih realistis untuk

ditempuh, sebab opsi untuk menaikkan pendapatan dalam jangka pendek relatif lebih sulit

ditempuh mengingat adanya pemberlakuan pembatasan mobilitas di tengah pandemi Covid-

19.

“Kalau menaikkan pendapatan sudah pasti ada risiko regulasi atau dampak regulasi,

dan memang kita tahu regulasi (pembatasan) memang punya latar belakang yang kuat, jadi

pemerintah ketika melakukan pembatasan itu  memang ada pertimbangan yang di luar bicara

bisnis,” terang Alfred kepada Kontan.co.id, Rabu (9/6).

Untuk itu, Alfred menyarankan agar pemerintah menempuh opsi restrukturisasi utang

dengan cara meminta perpanjangan tenor pembayaran pokok bunga serta penurunan bunga.

Hal ini menurutnya bisa ditempuh terutama untuk pinjaman yang berasal dari

perusahaan-perusahaan pelat merah yang dimiliki oleh pemerintah.

Restrukturisasi ini juga bisa dilakukan dengan skema debt to equity, yaitu

mengkonversi utang menjadi saham dalam kepemilikan saham Garuda.


III. B. Menurut Kelompok

Pertama, Pemerintah harus mencairkan dana pinjaman kepada PT. Garuda Indonesia, dan

mengelar rapat pada pemilik saham untuk mencari solusi agar maskapai penerbangan tidak

bangkrut

Kedua, meningkatkan strategi marketing atau promosi, melakukan analisis brand positioning

yang diikuti oleh proses review terhadap rute penerbangan dan penetapan harga tiket,

melakukan analisis market outlook dan mengambil langkah-langkah strategis yang inovatif,

dan terakhir meningkatkan product quality, services, dan safety.

Anda mungkin juga menyukai