Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKOPNEUMONIA
Ruang anak

OLEH :

OKTAMI SRIDIKA AYU Z ,S.KEP


2109149011196

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI


NERS STIKES YARSI SUMBAR
BUKITTINGGI
2020/2021
A. Pengertian Bronkopneumonia

Bronkopneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh

bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing

(Ngastiyah, 2014).

Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru yang

meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada

jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan

atau melalui hematogen sampai ke bronkus (Riyadi, 2009).

B. Etiologi Bronkopneumonia

Secara umum bronkopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme

pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang normal dan

sehat memiliki mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang

terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang

menggerakkan kuman keluar dari organ dan sekresi humoral setempat.

Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri virus dan jamur, antara

lain :

a) Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella

b) Virus :Legionella Pneumoniae

c) Jamur :Aspergillus Spesies, Candida Albicans

d) Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung kedalam paru

e) Terjadi karena kongesti paru yang lama (Nurarif dan Kusuma, 2015).

C. Klasifikasi Bronkopneumonia

Berdasarkan pedoman (Samuel, 2014), bronkopneumonia dibedakan

berdasarkan:
a) Bronkopneumonia sangat berat: bila terjadi sianosis sentral dan

anak tidak sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah

sakit dan diberi antibiotik.

b) Bronkopneumonia berat: bula dijumpai retraksi tanpa sianosis

dan masih sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah

sakit dan diberi antibiotik.

c) Bronkopneumonia: bila dijumpai retraksi tanpa sianosis dan

masih sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit

dan diberi antibiotik.

d) Bukan bronkopneumonia: hanya batuk tanpa adanya gejala dan

tanda seperti di atas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi

antibiotik.

D. Manifestasi klinis Bronkopneumonia

Manifestasi klinis yang muncul pada penderita bronkopneumonia

menurut Wijayaningsih (2013), ialah :

1) Biasanya didahului infeksi traktus respiratori bagian atas

2) Demam (39o-40oC) kadang-kadang disertai kejang karena

demam yang tinggi.

3) Anak sangat gelisah, dan adanya nyeri dada yang terasa

ditusuk-tusuk, yang dicetuskan saat bernafas dan batuk.

4) Pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung

dan sianosis sekitar hidung dan mulut.

5) Kadang-kadang disertai muntah dan diare.

6) Adanya bunyi tambahan pernafasan seperti ronchi, wheezing


7) Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya

serius.

8) Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokus yang

menyebabkan atelectasis absorbsi.

E. WOC Bronkopneumonia

Penyebab (virus, bakteri, jamur)

Infeksi Saluran Pernafasan Atas

Kuman berlebih di Bronkus Kuman Terbawa ke Saluran Cerna Infeksi Saluran Pernafasan Bawah

Proses peradangan Infeksi Saluran Cerna


Dilatasi Peradangan
Akumulasi Sekret di Bronkus Peningkatan Flora pembuluh darah
Normal di Usus
Eksudat masuk suhu tubuh
Tidak mampu mengeluarkan secret Peristaltik Usus alveoli
Mukus di
Meningkat Hipertermia
Bronkus
Gangguan
Malabsorbsi
difusi gas
Bau mulut tidak sedap
Secret menumpuk
Diare Analisis gas darah <

Anoreksia Fatigue
Bersihan Jalan Nafas Tidak efektif Resiko ketidakseimbangan elektrolit
Gangguan pertukaran gas

Intake Aktivitas
menurun

Berat badan menurun

Defisit Nutrisi

Sumber : Clinical Pathway Bronkopneumonia(Ngemba, 2015)


F. Pemeriksaan penunjang Bronkopneumonia

1. Pemeriksaan radiologi yaitu foto thoraks, terdapat konsolidasi satu atau

beberapa lobus yang bebercak-bercak.

2. Pemeriksaan laboratorium biasanya terjadi peningkatan leukosit.

3. Pemeriksaan AGD untuk mengetahui status kaardiopulmuner yang

berhubungan dengan oksigen.

4. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah :untuk mengetahui

mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok diberikan.

G. Penatalaksanaan

Ada dua jenis penatalaksanaan pada pasien bronkopneumonia yaitu secara

asuhan keperawatan dan medis

1. Asuhan keperawatan

a) Melakukan fisioterapi dada atau mengajarkan batuk efektif

pada anak yang mengalami gangguan bersihan jalan nafas

b) Mengatur posisi semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi

c) Memberikan kompres untuk menurunkan demam

d) Pantau input dan output untuk memonitor balance cairan

e) Bantu pasien memenuhi kebutuhan ADLs

f) Monitor tanda-tanda vital

g) Kolaborasi pemberian O2

h) Memonitor status nutrisi dan berkolaborasi dengan ahli gizi

2. Medis

a) Farmakologi
Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin,

ampicillin, dan gentamicin. Pemberian antibiotik ini

berdasarkan usia, keaadan penderita, dan kuman penyebab.

H. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi adalah empiema, otitiss media akut.

Mungkin juga komplikasi lain yang dekat seperti atelektasis, emmfisema,

atau komplikasi jauh seperti meningitis. Komplikasi tidak terjadi bila

diberikan antibiotik secara tepat (Ngastiyah, 2005)

I. Asuhan keperawatan Bronkopneumoni

1. Pengkajian

Menurut Dermawan (2012) pengkajian adalah pemikiran dasar yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar

dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan

dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan.

Pengkajian pada anak menurut Nursalam (2008) antara lain :

a) Identitas pasien

Nama , tempat tanggal lahir, pendidikan, Usia :

Bronkopneumonia sering terjadi pada anak. Kasus terbanyak

sering terjadi pada anak berusia dibawah 3 tahun dan

kematian terbanyak terjadi pada bayi berusia kurang dari 2

bulan, tetapi pada usia dewasa juga masih sering mengalami

bronkopneumonia (Riyadi, 2009)

b) Jenis kelamin.
Anak yang menderita infeksi saluran nafas paling banyak

pada jenis kelamin laki-laki dikarenakan diameter saluran

pernafasan anak laki-laki lebih kecil dibandingkan anak

perempuan atau adanya perbedaan dalam daya tubuh anak

laki-laki dan perempuan (Paramanindi, 2014)

c) Keluhan Utama

Sebagian besar keluhan utama bronkopneumonia adalah

sesak nafas. Sesak nafas yang muncul akibat dari adanya

eksudat yang menyebabkan sumbatan pada lumen bronkus

(Riyadi, 2009)

d) Riwayat Penyakit Sekarang

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran

pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh

dapat naik sangat mendadak sampai 39-40˚C dan kadang

disertai dengan kejang karena demam yang tinggi (Riyadi,

2009)

e) Riwayat Kesehatan Dahulu

Anak dengan bronkopneumonia sebelumnya pernah

menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun

menurun (Riyadi, 2009)

f) Riwayat Imunisasi

Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi

untuk mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas

atau bawah karena sistem pertahanan tubuh yang tidak cukup


kuat untuk melawan infeksi sekunder. Imunisasi yang

diperlukan, diantaranya: BCG, DPT, Polio, Hepatitis B dan

Campak (Riyadi, 2009)

g) Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat

Data yang muncul sering orangtua berpersepsi meskipun

anaknya batuk masih menganggap belum terjadi gangguan

serius, biasanya orangtua menganggap anaknya benar-benar

sakit apabila anak sudah mengalami sesak nafas (Riyadi,

2009)

h) Pola metabolik nutrisi

Anak dengan bronkopneumonia sering muncul anoreksia

(akibat respon sistemik melalui kontrol saraf pusat), mual

dan muntah (karena peningkatan rangsangan gaster sebagai

dampak peningkatan toksik mikroorganisme) (Riyadi, 2009)

i) Pola eliminasi

Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat

perpindahan cairan melalui proses evaporasi karena demam

(Riyadi, 2009)

j) Pola tidur-istirahat

Data yang sering muncul adalah anak mengalami kesulitan

tidur karena sesak nafas. Penampilan anak terlihat lemah,

sering menguap, mata merah, anak juga sering menangis

pada malam hari karena ketidaknyamanan tersebut (Riyadi,

2009)
k) Pola aktivitas-latihan

Anak tampak menurun aktivitas dan latihannya sebagai

dampak kelemahan fisik. Anak tampak lebih banyak minta

digendong orangtuanya atau bedrest (Riyadi, 2009)

l) Pola kognitif-persepsi

Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah

disampaikan biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi

dan oksigen pada otak. Pada saat dirawat anak tampak

bingung kalau ditanya tentang hal-hal baru disampaikan

(Riyadi, 2009)

m) Pola persepsi diri-konsep diri

Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kuran

bersahabat, tidak suka bermain, ketakutan terhadap orang

lain meningkat (Riyadi, 2009)

n) Pola peran-hubungan

Anak tampak malas kalau diajak bicara baik dengan teman

sebaya maupun yang lebih besar, anak lebih banyak diam

dan selalu bersama dengan orang terdekat orang tua (Riyadi,

2009)

o) Pola seksualitas-reproduktif

Pada kondisi sakit dan anak kecilmasih sulit terkaji.Pada

anak yang sudah mengalami pubertas mungkin terjadi

gangguan menstruasi pada wanita tetapi bersifat sementara

dan biasanya penundaan (Riyadi, 2009)


p) Pola toleransi stress-koping

Aktivitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah

anak sering menangis, kalau sudah remaja saat sakit yang

dominan adalah mudah tersinggung dan suka marah (Riyadi,

2009)

q) Pola nilai-keyakinan

Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan

kebutuhan untuk mendapat sumber kesembuhan dari Allah

SWT (Riyadi, 2009)

r) Pemeriksaan fisik:

1) Keadaan umum : lemah

2) Tingkat kesadaran kesehatan: kesadaran normal,

letargi, stupor, koma, apatis tergantung tingkat

penyebaran penyakit.

3) Tanda-tanda vital:

 Frekuensi nadi dan tekanan darah: Takikardi,

hipertensi

 Frekuensi pernafasan: Takipnea, dispnea

progresif, pernafasan dangkal, penggunaan

otot bantu pernapasan, pelebaran nasal.

 Suhu tubuh: Hipertermi akibat penyebaran

toksik mikroorganisme yang direspon oleh

hipotalamus.
 Berat badan dan tinggi badan: Kecenderungan

berat badan anak mengalami penurunan.

4) Integrumen Kulit

 Warna: Pucat sampai sianosis

 Suhu: Pada hipertermi kulit terbakar panas

akan tetapi setelah hipertermi teratasi kulit

anak akan teraba dingin.

 Turgor: Menurun pada dehidrasi.

5) Kepala

 Perhatikan bentuk dan kesimetrisan

 Palpasi tengkorak adanya nodus atau

pembengkakan yang nyata.

 Periksa higiene kulit kepala, ada tidaknya lesi,

kehilangan rambut, perubahan warna.

6) Thorax dan paru-paru

 Inspeksi: Frekuensi irama, kedalaman dan

upaya bernafas antara lain: takipnea, dispnea

progresif, pernafasan dangkal, pertus

ekskavatum (dada corong), pektus

karinatum(dada burung), barrel chest.

 Palpasi: Adanya nyeri tekan, massa,

peningkatan vokal fremitus pada daerah yang

terkena.
 Perkusi: Pekak terjadi bila terisi cairan pada

paru, normalnya timpani (terisi udara)

resonansi.

 Auskultasi: Suara pernapasan yang meningkat

intensitasnya: Suara bronkovesikuler atau

bronkhial pada daerah tyang terkena, Suara

pernafasan tambahan-ronchi inspirator pada

sepertiga akhir inspirasi.

s) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan

presominan PMN atau dapat ditemukan leukopenia yang

menandakan prognosis buruk. Dapat ditemukan anemia

ringan atau sedang.

t) Pemeriksaan radiologis memberi gambaran bervariasi :

Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia, Bercak

konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris. Gambaran

bronkopneumonia difusi atau infiltrat pada pneumonia

stafilokok

u) Pemeriksaan cairan pleura

v) Pemeriksaan mikrobiologik, dapat dibiak dari spesimen usap

tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum,

darah, aspirasi trakea, fungsi pleura atau aspirasi paru

(Riyadi, 2009).
2. Diagnosa keperawatan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan sekret

b. Defisit nutrisi b/d anoresia

c. Resiko Ketidakseimbangan elektrolit b/d diare

d. Hipertermi b/d peningkatan suhu tubuh

e. Gangguan pertukaran gas b/d gangguan difusi gas

f. Intoleransi aktifitas b/d fatigue (kelelahan)

3. Intervensi keperawatan

Diagnosa Intervensi Tujuan

Keperawatan (SIKI) (SLKI)

Bersihan jalan Manajemen Jalan Nafas Bersihan jalan nafas


nafas tidak meningkat
1. Observasi KH :
efektif b/d  Monitor pola napas 1. Produksi sputum
(frekuensi, kedalaman,
penumpukan menurun (5)
usaha napas)
sekret  Monitor bunyi napas 2. Mengi menurun (5)
tambahan (mis. 3. Wheezing menurun
Gurgling, mengi, (5)
weezing, ronkhi kering) 4. Dispnea menurun (5)
 Monitor sputum 5. Frekuensi nafas
(jumlah, warna, aroma)
membaik
2. Terapeutik
 Pertahankan kepatenan 6. Pola nafas membaik
jalan napas dengan head-tilt
dan chin-lift (jaw-thrust jika
curiga trauma cervical)
 Posisikan semi-Fowler atau
Fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
 Lakukan hiperoksigenasi
sebelum
 Penghisapan endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda
padat dengan
forsepMcGill
 Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
 Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.
 Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
Defisit nutrisi MANAJEMEN NUTRISI Status nutrisi terpenuhi
b/d anoresia Kh :
1. Observasi
 Identifikasi status nutrisi 1. Porsi makan
 Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan yang dihabiskan
 Identifikasi makanan meningkat
yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori 2. Berat badan/ IMT
dan jenis nutrient meningkat
 Identifikasi perlunya
penggunaan selang 3. frekuensi makan
nasogastrik meningkat
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan 4. nafsu makan
 Monitor hasil meningkat
pemeriksaan laboratorium
2. Terapeutik
 Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu
 Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
 Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
 Berikan makan tinggi serat
untuk mencegah
konstipasi
 Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen
makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan
melalui selang
nasigastrik jika asupan
oral dapat
ditoleransi
3. Edukasi
 Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
 Ajarkan diet
yang
diprogramkan
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika
perlu)
Resiko MANAJEMEN CAIRAN Keseimbangan elektrolit
Ketidakseimba meningkat
1. Observasi
ngan elektrolit  Monitor status hidrasi ( KH :
mis, frek nadi, kekuatan
b/d diare 1. Serum natrium
nadi, akral, pengisian
kapiler, kelembapan meningkat (5)
mukosa, turgor kulit,
2. Seum kalium
tekanan darah)
 Monitor berat badan harian meningkat (5)
 Monitor hasil pemeriksaan
3. Serum klorida
laboratorium (mis.
Hematokrit, Na, K, Cl, meningkat (5)
berat jenis urin , BUN)
 Monitor status
hemodinamik ( Mis. MAP,
CVP, PCWP jika tersedia)
2. Terapeutik
1. Catat intake output dan
hitung balans cairan
dalam 24 jam
2. Berikan asupan cairan sesuai
kebutuhan
3. Berikan cairan intravena
bila perlu
3. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
diuretik, jika perlu
Hipertermi b/d MANAJEMEN HIPERTERMIA Termogulasi membaik
peningkatan Kh :
1. Observasi
suhu tubuh  Identifkasi penyebab 1. Menggigil menurun
hipertermi (mis. dehidrasi
(5)
terpapar lingkungan panas
penggunaan incubator) 2. Suhu tubuh
 Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit membaik (5)
 Monitor haluaran urine
3. Suhu kulit membaik
2. Terapeutik
 Sediakan lingkungan (5)
yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan
pakaian
 Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
 Lakukan pendinginan
eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen,aksila)
 Hindari pemberian
antipiretik atau
aspirin
 Batasi oksigen, jika perlu
3. Edukasi
 Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
 Kolaborasi cairan dan
elektrolit intravena,
jika perlu
Gangguan PEMANTAUAN RESPIRASI Pertukaran gas meningkat
pertukaran gas Kh :
1. Observasi
b/d gangguan  Monitor frekuensi, irama, 1. Dispnea menurun
kedalaman, dan upaya
difusi gas 2. Bunyi nafas
napas
 Monitor pola napas (seperti tambahan menurun
bradipnea, takipnea,
3. Takikardi menurun
hiperventilasi, Kussmaul,
Cheyne-Stokes, Biot, 4. PCO2 membaik
ataksik0
5. Po2 membaik
 Monitor kemampuan
batuk efektif
 Monitor adanya produksi
sputum
 Monitor adanya
sumbatan jalan napas
 Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
 Atur interval waktu
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
Intoleransi MANAJEMEN ENERGI Toleransi aktifitas
aktifitas b/d meningkat
1. Observasi
fatigue  Identifkasi gangguan KH :
fungsi tubuh yang
(kelelahan) 1. Frekuensi nadi
mengakibatkan kelelahan
 Monitor kelelahan fisik meningkat
dan emosional
2. SPO2 meningkat
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan 3. Keluhan lelah
ketidaknyamanan
manurun
selama melakukan
aktivitas 4. Sianosis menurun
2. Terapeutik
5. Waran kulit
 Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah stimulus membaik
(mis. cahaya, suara,
6. Frekuensi napas
kunjungan)
 Lakukan rentang gerak membaik
pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi
yang menyenangkan
 Fasilitas duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
3. Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
 Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
4. Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

7. Implementasi keperawatan

Menurut Ghofur (2016) Implementasi keperawatan Serangkaian

kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari

masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang

baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Ukuran

implementiasi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait

dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki

kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk

mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari. Proses

pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien,

faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan,

strategi implementasi keperawatan dan kegiatan komunikasi.

8. Evaluasi keperawatan

Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respon klien terhadap

asuhan keperawatan yang telah diberikan, sehingga perawat dapat

mengambil keputusan untuk:

a. Mengakhiri rencana asuhan keperawatan (jika klien

telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan).

b. Memodifikasi rencana asuhan keperawatan (jika

pasien mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan).


c. Meneruskan rencana asuhan keperawatan (jika klien

memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai

tujuan yang telah di tetapkan) (Wilkinson, 2011)


DAFTAR PUSTAKA

F, K. Ge. (2019). Asuhan keperawatan bronkopneumonia pada an. S dan an. D


dengan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif di Ruang
bougenville rsud dr. Haryoto Lumajang tahun 2018. Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952.

Damayanti, I., & Nurhayati, S. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Bronkopneumonia. 161–181.

Chairunisa, Y. (2018). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Anak Dengan


Bronkopneumonia Di Rumah Sakit Samarinda Medika Citra. Jurnal
Kesehatan, 01–84.

PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :Definisi dan


Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
----. (2017). Standar Diagnosis keperawatan Indonesia definisi dan
Indikator Edisi I Cetakan III(Revisi). Jakarta: DPP PPNI.
----. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai