Anda di halaman 1dari 62

TEORI TUMBUH KEMBANG PADA ANAK

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan

interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau

keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Kemenkes

RI, 2012).Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang

lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar dan gerak halus, bicara dan

bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian (Kemenkes RI, 2012).

a. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam

arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi sel-sel tubuh dan juga

karena bertambah besarnya sel tubuh. Adanya multiplikasi dan pertambahan

ukuran sel berarti ada pertambahan secara kuantitatif dan hal tersebut terjadi sejak

terjadinya konsepsi, yaitu bertemunya sel telur dan sperma hingga dewasa. Jadi

pertumbuhan lebih ditekankan pada pertambahan ukuran fisik seseorang yaitu

menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti pertambahan ukuran

berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala (Kemenkes RI, 2012).

Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami perbedaan yang bervariasi

sesuai dengan bertambahnya usia anak. Secara umum pertumbuhan fisik dimulai

dari arah kepala ke kaki.Kematangan pertumbuhan tubuh pada bagian kepala

8
9

berlangsung lebih dahulu, kemudian secara berangsur-angsur diikuti oleh tubuh

bagian bawah.Pada masa fetal kehamilan 2 bulan, pertumbuhan kepala lebih cepat

dibandingkan dengan masa setelah lahir, yaitu merupakan 50% dari total panjang

badan. Selanjutnya pertumbuhan bagian bawah akan bertambah secara teratur

(Kemenkes RI, 2012).

Soetjiningsih (2016) menjelaskan bahwa pada umumnya pertumbuhan

mempunyai ciri-ciri tertentu:

1) Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati padamasa bayi dan dewasa.

2) Tahun besar kepala hampir seperempat dari panjang badan keseluruhan,

kemudian secara berangsur-angsur proporsinya berkurang.

3) Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang ditandai dengan

lepasnya gigi susu dan timbulnya gigi permanen, hilangnya refleks primitif

pada masa bayi, timbulnya tanda seks sekunder dan perubahan lainnya.

4) Kecepatan pertumbuhan tidak teratur yang ditandai dengan adanya masa-masa

tertentu yaitu masa pranatal, bayi dan adolesensi, dimana terjadinya

pertumbuhan cepat dan masa pra sekolah dan masa sekolah, dimana

pertumbuhan berlangsung lambat.

b. Perkembangan

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/ fungsi

tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teeratur, dapat diperkirakan dan

diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ

dan sistem yang terorganisasi. Dengan demikian aspek perkembangan ini bersifat

kualitatif yaitu pertambahan kematangan fungsi dari masingmasing bagian tubuh.

Hal ini diawali dengan berfungsinya jantung untuk memompa darah, kemampuan
10

untuk bernafas, samapai kemampuan anak untuk tengkurap,dan lainnya. Tahap

perkembangan awal akan menentukan tahap perkembangan selanjutnya

(Kemenkes RI, 2012).

Perkembangan merupakan hasil interaksi antara kematangan susunan saraf

pusat dengan organ yang dipengaruhinya sehingga perkembangan ini berperan

penting dalam kehidupan manusia.Meskipun pertumbuhan dan perkembangan

mempunyai arti yang berbeda, namun keduanya saling mempengaruhi dan

berjalan sacara simultan. Pertambahan ukuran fisik akan disertai dengan

pertambahan kemampuan anak (Kemenkes RI, 2012).

Pada dasarnya, tumbuh kembang mempunyai prinsip yang berlaku secara

umum yaitu:

1) Tumbuh kembang merupakan suatu proses terus-menerus dari konsepsi

sampai dewasa.

2) Pola tumbuh kembang pada semua anak umumnya sama, hanya kecepatannya

dapat berbeda

3) Proses tumbuh kembang dimulai dari kepala keseluruh anggota badan,

misalnya mulai melihat, tersenyum, mengangkat badan, duduk, berdiri dan

seterusnya.

4) Kebutuhan Dasar Untuk Tumbuh Kembang

Tumbuh dan kembang seorang anak secara optimal dipengaruhi oleh hasil

interaksi antara faktor genetis, herediter, dan konstitusi dengan faktor

lingkungan.Agar faktor lingkungan memberikan pengaruh yang positif bagi

tumbuh kembang anak, maka diperlukan pemenuhan atas kebutuhan dasar

tertentu.
11

2. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak

Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling

berkaitan. Ciri ciri tersebut adalah sebagai berikut:

a. Perkembangan menimbulkan perubahan.

Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap

pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan

intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut

saraf (Kemenkes RI, 2016).

1) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan

perkembangan selanjutnya.

Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum

ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan

bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika

pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri

anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis

karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.

2) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.

Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang

berbedabeda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi

organ dan perkembangan pada masing-masing anak.

3) Perkembangan berkore/asi dengan pertumbuhan.

Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian,

terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain.


12

Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta

bertambah kepandaiannya.

4) Perkembangan mempunyai pola yang tetap.

Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap,

yaitu:

a) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke

arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).

b) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu

berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan

gerak halus (pola proksimodistal).

5) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.

Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan

berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak

terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar

kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.

6) Pertumbuhan dan Perkembangan

Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling

berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

a) Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.

Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya,

sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan

perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak

memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan

potensi yang dimiliki anak.


13

b) Pola perkembangan dapat diramalkan.

Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan

demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan

berlangsung dari tahapan umum ke tahapan spesifik, dan terjadi

berkesinambungan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak.

Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan

normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:

1) Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

a. Ras/etnik atau bangsa.

Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki

faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.

b. Keluarga.

Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,

gemuk atau kurus.

c. Umur.

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun

pertama kehidupan dan masa remaja.


14

d. Jenis kelamin.

Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada

laki laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-

laki akan lebih cepat.

e. Genetik.

Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak

yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang

berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil (Kemenkes RI,

2016).

2) Faktor luar (ekstemal)

a. Faktor Prenatal

1) Gizi Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan

mempengaruhi pertumbuhan janin.

2) Mekanis Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan

kongenital seperti club foot.

3) Toksin/zat kimia Beberapa obat-obatan seperti Amlnopterin,

Thalldomid dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti

palatoskisis.

4) Endokrin Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia,

kardiomegali, hiperplasia adrenal.

5) Radiasi Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan

kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental

dan deformitas anggota gerak, kelainan kongential mata, kelainan

jantung.
15

6) lnfeksi lnfeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH

(Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat

menyebabkan kelainan pada janin: katarak, bisu tuli, mikros efali,

retardasi mental dan kelainanjantung kongenital.

7) Kelainan imunologi Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan

golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi

terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk

dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang

selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kem icterus yang

akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.

8) Anoksia embrio Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan

fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu.

9) Psikologi ibu Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan

salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain (Kemenkes RI,

2016).

b. Faktor Persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat

menyebabkan kerusakan jaringan otak.


16

c. Faktor Pasca Persalinan

1) Gizi Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang

adekuat.

2) Penyakit kronis/ kelainan kongenital, Tuberkulosis, anemia, kelainan

jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.

3) Lingkungan fisis dan kimia. Lingkungan sering disebut melieu adalah

tempat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia

kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang kurang

baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia

tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif

terhadap pertumbuhan anak.

4) Psikologis Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak

yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu

merasa tertekan, akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan

dan perkembangannya.

5) Endokrin Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan

menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.

6) Sosio-ekonomi Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan

makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan

menghambat pertumbuhan anak.

7) Lingkungan pengasuhan Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-

anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.

8) Stimulasi Perkembangan memerlukan rangsangan/ stimulasi

khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan,


17

sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap

kegiatan anak.

9) Obat-obatan Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat

pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang

terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi

hormon pertumbuhan (Kemenkes RI, 2016).

4. Aspek-aspek perkembangan yang dipantau.

a) Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh

yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan

sebagainya.

b) Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan

bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil,

tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati

sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.

c) Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,

berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.

d) Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan

selesai bermain}, berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi

dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya (Kemenkes

RI, 2016).
18

5. Beberapa gangguan tumbuh-kembang yang sering ditemukan.

a) Gangguan bicara dan bahasa.

Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan

anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keter1ambatan

atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan

kognitif, motor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak.

Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan

berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap.

b) Cerebral palsy.

Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak

progresif, yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan

pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang

tumbuh/belum selesai pertumbuhannya.


19

c) Sindrom Down.

Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenal dari

fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi

akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih.

Perkembangannya lebih lambat dari anak yang normal.Beberapa

faktor seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang berat,

masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan

keter1ambatan perkembangan motorik dan keterampilan untuk

menolong diri sendiri.

d) Perawakan Pendek.

Short stature atau Perawakan Pendek merupakan suatu terminologi

mengenai tinggi badan yang berada di bawah persentil 3 atau -2 SD

pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut.

Penyebabnya dapat karena varisasi normal,gangguan gizi, kelainan

kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan endokrin.

e) Gangguan Autisme.

Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang

gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti

meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut

sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam.

Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup

bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.

f) Retardasi Mental.
20

Merupakan suatu kondisi yang ditandal oleh intelegensia yang

rendah (IQ < 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu

untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas

kemampuan yang dianggap normal.

g) Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)

Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk

memusatkan perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas

(Kemenkes RI, 2016).

6. Gangguan pertumbuhan dan perekmbangan anak

Masalah yang sering timbul dalam peertumban dan perkembangananak

meliputi gangguan pertumbuhan fisik,perkembangan motorik, bahasa, emosi, dan

prilaku.

a. Gangguan Pertumbuhan Fisik

Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas

normal dan gangguan pertumbuhan dibawah normal.Pemantaun berat badan

menggunkakan kartu menuju sehat (KMS) dapat dilakukan secara mudah untuk

mengetahui pola pertumbuhan anak.

Menurut Soetjiningsih (2003), apabila grafik berat badan anak lebih dari

120% kemungkinan anak mengalami obesitas atau kelainan hormonal; sementra

itu apabila grafik berat badan dibawah normal kemungkinan anak mengalami

kurang gizi, menderita penyakit kronik atau kelainan hormonal. Lingkar kepala

juga menjadi salah satu parameter yang penting dalam mendeteksi gangguan

pertumbuhan dan perkembangan anak.


21

Ukuran lingkaran kepala mengambrkan isi kepala termasuk otak dan dan

cairan serebrospina. Lingkar kepala yang lebih dari normal dapat di jumpai pada

anak yang menderita hidrosefalus, tumor otak, ataupun hanya meerupakan varian

normal.Apabila lingkar kepala kurang dari normal dapat di duga anak menderita

retradasi mental, malnutrisi kronis, ataupun hanya merupakan varian

normal.Deteksi dini gangguan pengelihatan dan ganguan pendengeran juga perlu

dilakukan untuk mengatisipasi terjadinya gangguan yang lebih berat. Jenis

gangguan pengelihatan yang dapat diderita oleh anak anatara lain adalah maturitas

visual yang terlambat, gangguan refraksi, juling, nistagmus, amblyopia, buta

warna dan kebutaan akibat katarak, neuritis optik, dan lain sebagainya. Tuli pada

anak dapat disebabkan karena faktor prenatal dan postnatal. Faktor prenatal antara

lain aadalaah genetic dan infeksi TORCH yang terjadi selama kehamilan,

sedangkan faktor post natal yang sering mengakibatkan ketulian adalah, infeksi

bakteri atau firus yang terkait, dengan otitis media.

b. Gangguan Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik yang lamabat dapat desebabkan oleh beberapa hal.

Salah satu penyebabnya adalah kelainan tonus otot atau penyakit

neuromuskuler.Anak dengan serebal palsi dapat mengalami keterbatasan

perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau

hipotonia.

Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga dapat

menyebabkan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia,

atau hipotonia, serta jugaa dapat mengakibatkan keterlambatan perkembangan


22

motorik. Penyakit neuromuskuler seperti muscular distrofi merupakan gangguan

perkembangan motorik yang selalu didasari adanya penyakit tersebut.

Faktor lingkungan serta kepribadian ada juga dapat memengaruhu

keterlambatan dalam perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai

kesempatan untuk belajar seperti sering digendong atau diletakan di baby walker

dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan motorik.

c. Gangguan Perkembangan Bahasa

Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh system perkembangan

anak.Kemampuan berbahasa melibatkan kemampuan motorik, psikologis,

emosional, dan prilaku (Widyastuti, 2008).

Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat disebabkan oleh

berbagai faktor, yaitu faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensi rendah

kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, dan faktor

keluarga.

Selain itu gangguan bicara, juga dapat disebabkan karena adanya kelainan

fisik seperti bibir sumbing dan serebal palsi.Gagap juga dapat terjadi karena

intelegensi rendah.Kurangnya iterkasi anak dengan lingkungan, maturasi yang

terlambat, dan faktor keluarga. Selain itu, gangguan ini juga termasuk salah satu

gangguan perkembangan bahasa yang dapat disebabkan karena adanya tekanan

dari orang tua agar anak bicara jelas (Soetjiningsih, 2003).

d. Gangguan Emosi Dan Prilaku

Selama tahapan perkembangan anak jug adapt mengalami berbagai

gangguan yang terkait dengan psikiatri. Kecemasan adalah salah satu gangguan

yang muncul pada anak dan memerlukan suatu intervensi khusus apabila
23

memengaruhi interaksi sosial dan perkembangan anak. Contoh kecemasan yang

dapat dialami anak adalah fobia sekolah, kecemasan berpisah, fobia sosial, dan

kecemasan mengalami trauma.Gangguan perkembangan pervasive pada anak

meliputi autism, serta ganggaun prilaku dan interkasi sosial.

7. Pengertian Stimulasi

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6

tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu

mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap

kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah - yang

merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/pengasuh anak, anggota

keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-

masing dan dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat

menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang

menetap (Kemenkes RI, 2012).

Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah adalah

kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa

serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian. Dalam melakukan stimulasi

tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.

b. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru

tingkah laku orang-orang yang terdekat dengannya.

c. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.

d. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bemyanyi, bervariasi,

menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.


24

e. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak,

terhadap ke 4 aspek kemampuan dasar anak.

f. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar anak.

g. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.

h. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.

Pada bagian sebelumnya sudah dijelaskan bahwa perkembangan

kemampuan dasar anak anak berkorelasi dengan pertumbuhan. Perkembangan

kemampuan dasar anak mempunyai pola yang tetap dan berlangsung secara

berurutan. Dengan demikian stimulasi yang diberikan kepada anak dalam rangka

merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak dapat diberikan oleh orang

tua/keluarga sesuai dengan pembaian kelompok umur stimulasi anak berikut ini:

Tabel 1
Kelompok Umur Stimulasi Anak

No Periode Tumbuh Kembang Kelompok Umur Stimulasi


1. Masa prenatal, janin dalam kandungan Masa prenatal
2. Masa bayi 0 - 12 bulan Umur 0-3 bulan
Umur 3-6 bulan
Umur 6-9 bulan
Umur 9-12 bulan
3. Masa anak balita 12-60 bulan Umur 12- Umur 12-15 bulan
15 bulan Umur15-18 bulan
Umur 18-24 bulan
Umur 24-36 bulan
Umur 36-48 bulan
Umur 48-60 bulan
4. Masa prasekolah 60-72 bulan Umur 60-72 tahun

B. DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK

Deteksi dinipertumbuhan dan perkembangan anak adalah kegiatan atau

pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh

kembang pada balita dan anak pra sekolah (Kemenkes RI, 2012).
25

1. Jenis Deteksi Dini Pertumbuhan dan Perkembangan

Ada 3 jenis deteksi dini yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan

ditingkat puskesmas dan jaringannya yaitu :

a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui/

menemukan status gizi kurang/buruk dan mikro/makrosefali. Jenis instrument

yang digunakan:

1) Berat Badan menurut Tinggi Badan Anak (BB/TB)

2) Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA)

b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan

perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya

dengar. Jenis instrumen yang digunakan:

1) Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan (KPSP)

2) Tes Daya Lihat (TDL)

3) Tes Daya Dengar Anak (TDD)

c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya

masalah mental emosional, autism, gangguan pemusatan perhatian, dan

hiperaktivitas. Instrumen yang digunakan:

1) Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME)

2) Checklist for Autism in Toddlers (CHAT)

3) Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)


26

2. Jadwal Kegiatan dan Jenis Skrining

Tabel 2
Jadwal Kegiatan dan Jenis Skrining

Jenis Deteksi Tumbuh Kembang Yang Hrus Dilakukan


Deteksi Dini
Umur Deteksi Dini Deteksi Dini
Penyimpangan Mental
Anak Penyimpangan Penyimpangan
Emosional (dilakukan atas
Pertumbuhan perkembangan
indikasi)
M-
BB/TB LK KPSP TDD TDL KMPE GPPH
CHAT
0 bulan √ √
3 bulan √ √ √ √
6 bulan √ √ √ √
9 bulan √ √ √ √
12 bulan √ √ √ √
15 bulan √ √
18 bulan √ √ √ √ √
21 bulan √ √ √
24 bulan √ √ √ √ √ √
30 bulan √ √ √ √ √ √
36 bulan √ √ √ √ √ √ √ √
42 bulan √ √ √ √ √ √ √
48 bulan √ √ √ √ √ √ √
54 bulan √ √ √ √ √ √ √
60 bulan √ √ √ √ √ √ √
66 bulan √ √ √ √ √ √ √
72 bulan √ √ √ √ √ √ √

(Kemenkes.RI, 2016)

Keterangan:

BB/TB : Berat Badan/Tinggi Badan

LK : Lingkar Kepala

KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan

TDD : Tes Daya Dengar

TDL : Tes Daya Lihat

KMPE : Kuesioner Masalah Perilaku Emosional

M-CHAT : Modified Checklist for Autism in Toddlers


27

3. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan

Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa untuk mengetahui adanya

penyimpangan pertumbuhan, parameter yang digunakan adalah Berat Badan

terhadap Tinggi Badan (BB/TB) dan Lingkar Kepala Anak (LKA).Parameter

tersebut termasuk ukuran antropometri dan paling mudah dilakukan di lapangan.

Deteksi dini gangguan pertumbuhan dilakukan di semua tingkat

pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3
Pelaksana Deteksi Dini Gangguan pertumbuhan

Tingkat Alat dan bahan yang


Pelaksana Yang dipantau
Pelayanan digunakan
Keluarga  Orang tua.  Buku KIA Berat Badan
Masyarakat  Kader kesehatan.  Timbangan dacin
 Pendidik PAUD,  Timbangan digital
Petugas BKB, (untuk anak > 5 thn)
petugas TPA dan  Alat ukur tinggi
Guru TK. badan/panjang badan
Puskesmas Tenaga kesehatan Buku KIA  Panjang/
terlatih SDIDTK:  Tabel/Grafik BB/TB Tinggi
 Dokter  Tabel/Grafik TB/U Badan
 Bidan  Grafik LK  Berat
 Perawat  Timbangan Badan
 Ahli gizi  Alat ukur tinggi  Lingkar
 Tenaga badan/panjang badang kepala
kesehatan  Pita pengukur lingkar
lainnya kepala
(Kemenkes.RI, 2016)

a. Pengukuran Berat Badan terhadap Tinggi Badan

Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak

apakah tergolong normal, kurus, kurus sekali, atau gemuk.Parameter BB/TB ini

untuk mengetahui apakah proporsi anak tergolong normal.Berat badan dan tinggi

badan merupakan ukuran antropometri yang paling sering digunakan untuk


28

pertumbuhan anak. Antropometri adalah ukuran fisik seorang anak yang diukur

dengan menggunakan alat ukur tertentu seperti timbangan dan pita pengukur

(meteran).

Tabel 4
Pemeriksaan Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks Berat Badan Menurut Panjang
Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) Untuk Anak Umur 0-60 Bulan.
Status Gizi
Hasil
(BB/TB
Pengukuran Tindakan
atau
Z-score
BB/TB)
>2 SD Gemuk 1. Tentukan
penyebab
utama anak
kegemukan
Ukur berat 2. Konseling gizi
badan, lalu sesuai
beri titik pada penyebab.
kurva berat Klasifikan -2 SD sampai Normal Berikan Pujian
badan status gizi
menurut dengan 2SD Kepada ibu
panjang -3 SD sampai Kurus 1. Tentukan
badan dengan -2 penyebab
SD utama anak
kurus
2. Konseling gizi
seuai penyebab
Dibawah -3 Sangat Segera rujuk ke
SD Kurus PKM dengan TFC
( atau ke RS

(Kemenkes RI, 2016)

1) Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting

untuk mengetahui keadaan status gizi anak dan untuk memeriksa kesehatan anak

pada kelompok umur, misalnya, apakah anak dalam keadaan normal dan sehat.

Keuntungan lainnya adalah pengukurannya mudah, sederhana dan murah.Oleh

karena itu, kegunaan BB adalah sebagai berikut.


29

a) Sebagai informasi tentang keadaan gizi anak, pertumbuhan, dan kesehatannya.

b) Untuk monitoring kesehatan sehingga dapat menentukan terapi apa yang

sesuai dengan kondisi anak

c) Sebagai dasar untuk menentukan dasar perhitungan dosis obat ataupun diet

yang diperlukan untuk anak.

Meskipun berat badan merupakan ukuran yang dianggap paling penting,

tapi mempunyai kelemahan, antara lain sebagai berikut.

1) Tidak sensitif terhadap proporsi tubuh. Pada anak yang mempunyai berat

badan yang sama, tetapi tinggi badan berbeda akan terlihat postur tubuhnya

berbeda. Anak yang satu akan terlihat langsing, anak lainnya kemungkinan

terlihat gemuk.

2) Terjadi perubahan secara fluktuasi setiap hari yang masih dalam batas normal.

Perubahan ini dapat terjadi akibat pengaruh masukan (intake), seperti

makanan/minuman dan keluaran (output) seperti urine, keringat, dan

pernafasan. Besarnya fluktuasi tergantung kelompok umur dan sangat

individual berkisar antara 100-200 g sampai 500 – 1000 g (Soetjiningsih,

2002).

2) Pengukuran Berat Badan

Dalam menentukan pengukuran berat badan anak, hal yang perlu diperhatikan

adalah sebagai berikut:

a) Pengukuran dilakukan dengan memakai alat timbangan yang telah ditera

(distandarisasi/kalibrasi) secara berkala. Timbangan yang digunakan

timbangan bayi, timbangan injak atau dacin.


30

b) Untuk menimbang anak usia kurang dari satu tahun, dilakukan dengan

posisi berbaring. Usia 1 – 2 tahun dilakukan dengan posisi duduk dengan

menggunakan dacin. Lebih dari dua tahun, penimbangan berat badan dapat

dilakukan dengan posisi berdiri.

Cara mengukur berat badan bayi menggunakan timbangan bayi:

a) Letakan timbangan pada meja

b) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0. c

c) Lepas pakaian bayi (bayi telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan)

d) Tidurkan bayi pada timbangan dengan hati-hati.

e) Letakkan tangan petugas di atas tubuh bayi (tidak menempel) untuk

mencegah bayi jatuh saat ditimbang.

Lihat jarum timbangan sampai berhenti

a) Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada timbangan

b) Apabila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum dan baca

angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri

Gambar 1
Pengukuran Berat Badan Menggunakan Timbangan Bayi
https://images.app.goo.gl/7v7GZEmqoZgkQff99

Sedangkan cara pengukuran berat badan anak adalah sebagai berikut

a) Lepas pakaian yang tebal pada anak saat pengukuran. Bila perlu, cukup

pakaian dalam saja.


31

b) Bila menggunakan timbangan dacin, masukkan anak dalam gendongan,

lalu kaitkan gendongan ke timbangan.

Gambar 2
Pengukuran Berat Badan Menggunakan Timbangan Dacin
https://images.app.goo.gl/YUWYBeHn4owZoEMd6

c) Bila dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri di atas timbangan injak tanpa

dipegangi.

d) Letakkan tangan petugas di atas tubuh bayi (tidak menempel) untuk

mencegah bayi jatuh saat ditimbang.

e) Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada timbangan.

f) Bila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk menimbang berat

badannya lebih dulu. Kemudian anak digendong oleh ibu dan ditimbang.

Berat badan anak adalah selisih antara berat badan ibu bersama anak

dengan berat badan ibu. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat rumus berikut.

BB Anak = (BB Ibu dan Anak ) – bb ibu

Selanjutnya tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan standar yang

berlaku, apakah anak normal, kurang atau buruk.Untuk menentukan berat


32

badan dapat juga dengan melihat kurva KMS (Kartu Menuju Sehat)

apakah berada pada kurva warna hijau, kuning atau merah.

3) Pengukuran Tinggi Badan

Untuk menentukan tinggi badan, cara pengukurannya dikelompokkan menjadi

dua, yaitu dengan cara berbaring dan berdiri. Pengukuran tinggi badan secara

berbaring untuk anak yang belum bisa berdiri tegak.Biasanya untuk anak yang

berusia kurang dari dua tahun. Adapun cara pengukurannya adalah sebagai

berikut.

a) Siapkan papan atau meja pengukur. Bila tidak ada, dapat digunakan pita

pengukur (meteran).

b) Baringkan anak terlentang tanpa bantal (supinasi) luruskan lutut sampi

menepel meja (posisi ekstensi).

c) Luruskan bagian puncak kepala dan bagian kaki (telapak kaki lurus

dengan meja pengukur), lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.

d) Bila tidak ada papan pengukur, dapat dengan cara memberi tanda pada

tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa titik atau garis pada

bagian puncak kepala dan bagian tumit bayi, lalu ukur kedua tanda

tersebut dengan pita pengukur (meteran). Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3
Cara Pengukuran Panjang Badan Bayi
33

Cara pengukuran tinggi badan dengan cara berdiri yang biasanya untuk anak

yang berusia dua tahun atau lebih, sebagai berikut:

1) Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat,

sedangkan bokong, punggung, dan bagian belakang kepala berada dalam

satu garis vertikal dan menempel pada alat pengukur

2) Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki dengan sebilah papan dengan

posisi horizontal dan bagian kaki, lalu ukur sesuai dengan skala yang

tertera. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar berikut

Gambar 4
Cara Pengukuran Tinggi Badan pada Anak dengan Posisi Berdiri

b. Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA)

Pengukuran LKA bertujuan untuk menaksir pertumbuhan otak.

Pertumbuhan ukuran kepala umumnya mengikuti pertumbuhan otak, sehingga

apabila ada hambatan/gangguan pertumbuhan lingkar kepala, pertumbuhan otak

biasanya juga terhambat. Berat otak janin saat kehamilan 20 minggu diperkirakan

100 gr, waktu lahir sekitar 350 gram, pada usia 1 tahun hampir mencapai 3 kali
34

lipat yaitu 925 gram atau mencapai 75% dari berat seluruhnya. Pada usia 3 tahun

sekitar 1100 gr dan pada 6 tahun pertumbuhan otak telah mencapai 90% (1260

gr). Pada usia dewasa, berat otak mencapai 1400 gr.

Secara normal, pertambahan ukuran lingkaran kepala setiap tahap relatif

konstan. Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya 34-35 cm. kemudian

bertambah ± 0,5 cm/bulan padabulan pertama ataumenjadi 44 cm. Pada 6 bulan

pertama, pertumbuhan kepala paling cepat, kemudian tahun-tahun pertama lingkat

kepala bertambahnya tidak lebih dari 5 cm/tahun. Pada dua tahun pertama,

pertumbuhan otak relatif pesat, dan setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar

kepala hanya bertambah ± 10 cm. Jadwal pengukuran disesuaikan dengan umur

anak.Umur 0 – 11 bulan, pengukuran dilakukan setiap bulan.Pada anak yang lebih

besar, umur 12 – 72 bulan, pengukuran dilakukan setiap enam bulan.Pengukuran

dan penilaian lingkar kepala anak dilakukan oleh tenaga yang kesehatan terlatih.

Cara mengukur lingkaran kepala.

1) Siapkan pita pengukur (meteran)

2) Lingkarkan pita pengukur pada kepala anak melewati dahi (daerah glabela/

frontalis), menutupi alis mata, diatas telinga dan bagian belakang kepala yang

menonjol, tarik agak kencang.

3) Kemudian baca angka pada pertemuan dengan angka 0.

4) Tanyakan tanggal lahir bayi / anak, hitung umur bayi /anak.

5) Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis

kelamin anak

6) Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran

sekarang
35

Gambar 5
Cara Mengkur Lingkar
Kepala Sumber : Kemenkes
RI, 2012

Pertambahan yang relatif konstan juga dapat diketahui dari proporsi besar

kepala dengan panjang badan. Saat lahir kepala berukuran seperempat (¼) bagian

dari panjang badan dan setelah dewasa besar kepala hanya seperdelapan (1/8)

dari panjang badan. Oleh karena itu lingkar kepala ini hanya efektif pada 6 bulan

pertama sampai umur 2-3 tahun, kecuali pada keadaan tertentu seperti bentuk

kepala yang besar pada anak yang menderita Hidrocephalus.

Pengukuran lingkar kepala jarang dilakukan pada balita kecuali jika ada

kecurigaan pertumbuhan kepala yang tidak normal.Cara yang mudah untuk

mengetahui pertumbuhan lingkar kepala adalah dengan melihat kurva lingkar

kepala pada Kartu Tumbuh Kembang Anak.kurva ini dibedakan antara anak

perempuan dan anak laki-laki.Kurva lingkar kepala anak perempuan dan anak

laki-laki dapat dilihat berikut ini.


36

Gambar 6
Kurva Lingkar Kepala Anak Perempuan dan Laki-laki

Dari kurva tersebut tergambar dua daerah yaitu dalam kurva yang

berwarna hijau dan luar kurva yang dibatasi oleh kedua garis putus-putus. Hasil

pengukuran, dapat diinterpretasikan sebagi berikut:

1) Lingkar kepala normal jika ukuran lingkar kepala berada diantara kedua garis

putus-putus atau di dalam jalur hijau.

2) Lingkar kepala tidak normal apabila ukuran lingkar kepala berada di atas atau

di bawah kedua garis putus-putus atau di luar garis hijau. Untuk itu anak perlu

dirujuk untuk mendapatkan pemeriksaan selajutnya


37

Tabel 5
Lingkar Kepala untuk Anak usia 0 – 72 Bulan

Hasil
Pengukuran Klasifikasi Tindakan
Ukur Lingkar
Kepala, lalu Diatas kurva +2 Makrosefal Rujuk ke
beri titik Rumah
pada kurva Klasifikasikan
Sakit
pertumbuhan hasil Anatara kurva Normal Beri pujian
lingkar pengukuran +2 dan -2 kepada ibu
kepala dan anak
Di bawah kurva Makrosefali Rujuk ke
-2 Rumah
Sakit
Sumber : (Kemenkes, RI. 2016 )

4. Deteksi Penyimpangan Perkembangan

Deteksi dini penyimpangan perkembangan untuk mengetahui gangguan

perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat dan gangguan daya

dengar. Upaya deteksi dini perkembangan di tingkat puskesmas, jenis instrumen

yang digunakan adalah:

a. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

b. Tes Daya Lihat (TDL)

c. Tes Daya Dengan Anak (TDD)

Deteksi perkembangan dengan menggunakan instrumen KPSP, TDL dan

TDD dapat dilakukan oleh semua tenaga kesehatan dan guru TK terlatih. Bahkan

keluarga dan masyarakat bisa melakukan upaya deteksi perkembangan dengan

menggunakan Buku KIA

Selain itu ada instrumen yang juga sudah luas pemakaiannya yaitu

Denver Developmenttal Scining Test (DDST). DDST mudah dan cepat

penggunaannya, serta mempunyai validitas yang tinggi yang sering digunakan di


38

klinik/rumah sakit bagian tumbuh kembang anak. Berikut ini akan dijelaskan

masing-masing tes yaitu KPSP, TDL, TDD dan DDST.

a. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

KPSP merupakan skrining pendahuluan untuk menilai perkembangan anak

usia 0-72 bulan. Daftar pertanyaan singkat yang ditujukan pada orang tua.KPSP

adalah suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan kepada orang

tua.Skrining/pemeriksaan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK/PAUD

terlatih.

Alat yang digunakan untuk pemeriksaan adalah formulir KPSP sesuai

umur dan alat untuk pemeriksaan yang berupa pensil, kertas, bola sebesar bola

tenis, kerincingan, kubus berukuran 2,5 cm sebanyak 8 buah, kismis, kacang tanah

dan potongan biscuit. Usia ditetapkan menurut tahun dan bulan. Kelebihan 16 hari

dibulatkan menjadi 1 bulan.

Daftar pertanyaan KPSP berjumlah sepuluh nomor yang dibagi menjadi

dua, yaitu pertanyaan yang harus dijawab oleh orangtua/pengasuh dan perintah

yang harus dilakukan sesuai dengan pertanyaan KPSP. Pertanyaan dalam KPSP

harus dijawab “ya” atau “tidak” oleh orangtua.

Cara menggunakan KPSP:

1) Pada waktu pemeriksaan /skrining, anak harus dibawa

2) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir.

3) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.

4) Daftar pertanyaan KPSP berjumlah sepuluh nomor yang dibagi menjadi dua,

yaitu pertanyaan yang harus dijawab oleh orangtua/pengasuh dan perintah

yang harus dilakukan sesuai dengan pertanyaan KPSP.


39

5) Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab. Oleh

karena itu pastikan orang tua/pengasuh mengerti apa yang ditanyakan

kepadanya.

6) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap

pertanyaan hanya ada 1 jawaban Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada

formulir.

7) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah orangtua/pengasuh menjawab

pertanyaan sebelumnya.

8) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

Interprestasi hasil pemeriksan KPSP adalah sebagai berikut:

1) Bila jawaban “ya” berjumlah 9-10 berarti perkembangan anak normal sesuai

dengan tahapan perkembangan

2) Bila jawaban „ya” kurang dari 9, maka perlu diteliti tentang:

a) Cara menghitung usia dan kelompok pertanyaannya apakah sudah sesuai

b) Kesesuaian jawaban orangtua dengan maksud pertanyaan Apabila ada

kesalahan, maka pemeriksan harus diulang

3) Bila setelah diteliti jawaban “ya” berjumlah 7- 8, berarti perkembangan anak

meragukan dan perlu pemeriksan ulang 2 minggu kemudian dengan

pertanyaan yang sama. Jika jawaban tetap sama maka kemungkinan ada

penyimpangan.

4) Bila jawaban berjumlah “ya” berjumlah 6 atau kurang, kemungkinan ada

penyimpangan dan anak perlu dirujuk ke rumah sakit untuk memerlukan

pemeriksaan lebih lanjut.


40

Tabel 6
Kuisioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

Hasil
Interprestasi Tindakan
Pemeriksaan
Jawaban „Ya‟ Sesuai umur Puji keberhasilan
9 atau 10 orang
tua/pengasuh.
Lanjutkan
Tanyakan stimulasi sesuai
kepada
orang tua/ umur. Jadwalkan
pengasuh kunjungan
atau periksa Hitung berikutnya
anak sesuai jawaban Jawaban “ya” Meragukan Nasehati
petunjuk Ya 7 atau 8 ibu/pengasuh
pada
instrumen untuk melakukan
stimulasi lebih
sering dengan
penuh kasih
sayang.
Jadwalkan
kunjungan ulang
untuk 2 minggu
lagi. Apabila
hasil
pemeriksaan
selanjutnya juga
meragukan, rujuk
ke rumah sakit
rujukan tumbuh
kembang
level 1.
Jawaban “Ya” Penyimbangan Rujuk ke Rumah
6 atau kurang Sakit rujukan
tumbuh kembang
level 1.
Sumber : (Kemenkes.RI, 2016)

b. Test Daya Lihat (TDL)

Tes ini untuk memeriksa ketajaman daya lihat serta kelainan mata pada

anak berusia 3-6 tahun yang dilakukan setiap enam bulan. Tujuan tes ini untuk

mendeteksi adanya kelainan daya lihat pada anak usia prasekolah secara dini,

sehingga jika ada penyimpangan dapat segera ditangani.


41

Cara melakukan tes daya lihat:

1) Pilih ruangan dengan penyinaran yang baik, bersih, tenang

2) Gantungkan ‟kartu E‟ yang setinggi mata anak posisi duduk.

3) Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari kartu “E” untuk duduk anak.

4) Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster “E” untuk pemeriksa

5) Pemeriksa memberikan kartu “E” kepada anak. Latih anak dalam

mengarahkan kartu „E‟ menghadap ke atas, bawah, kiri dan kanan sesuai yang

ditunjuk pada poster “E”oleh pemeriksa.

6) Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster, satu persatu mulai baris

pertama huruf “E “berukuran paling besar sampai baris keempat atau baris

”E” terkecil yang masih dapat dilihat.

7) Puji anak jika bisa mencocokan posisi kartu “E” yang dipegangnya dengan

huruf pada kartu “E” pada poster. h)

8) Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang sama.

Interpretasi hasil pemeriksaan daya lihat:

Secara normal anak dapat melihat huruf E pada baris ketiga.Apabila

pada baris ketiga, anak tidak dapat melihat maka perlu dirujuk untuk

mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.Selain tes daya lihat, anak juga perlu

diperiksakan kesehatan matanya. Perlu ditanyakan dan diperiksa adakah hal

sebagai berikut :

a) Keluhan seperti mata gatal, panas, penglihatan kabur atau pusing

b) Perilaku seperti sering menggosok mata, membaca terlalu dekat, sering

mengkedipkedipkan mata

c) Kelainan mata seperti bercak bitot, juling, mata merah dan keluar air
42

Intervensi

Apabila ditemukan satu kelainan atau lebih pada mata anak, minta

anak datang lagi untuk pemeriksaan ulang dan jika hasil pemeriksaan anak

tidak dapat melihat sampai baris yang sama maka anak tersebut perlu dirujuk

ke rumah sakit dengan menuliskan mata yang mengalami gangguan ( kanan,

kiri atau keduanya).

Tabel 7
Tes Daya Lihat untuk anak umur 36 sampai 72 bulan
Hasil
Interprestasi Tindakan
Pemeriksaan
Anak dapat Normal - Puji
mencocokan keberhasilan
Periksa anak kartu “E” orangtua/
dengan sampai baris pengasuh
poster dan ketiga - Lanjutkan
kartu “E” Cocockan stimulasi
sesuai posisi
sesuai umur
petunjuk kartu “E”
sampai - Jadwalkan
dalam buku kunjungan
(dalam jarak baris
ketiga berikutnya 6
3 meter)
bulan lagi
Anak Curiga Rujuk ke RS
kesulitan atau gangguan Rujukan Tumbuh
tidak dapat penglihatan Kembang level 1
mencocokan
kartu “E”
sampai barik
ketiga
Sumber : (Kemenkes,RI 2016)

c. Test Daya Dengar (TDD)

Anak tidak dapat belajar berbicara atau mengikuti pelajaran sekolah

dengan baik tanpa pendengaran yang baik. Oleh karena itu perlu deteksi dini

fungsi pendengaran.Tujuan TDD adalah untuk menemukan gangguan

pendengaran secara dini, agar dapat segera ditindak lanjuti untuk meningkatkan

kemampuan daya dengar dan bicara anak.


43

TDD dapat dilakukan setiap 3 bulan pada bayi usia < 12 bulan dan setiap 6

bulan pada anak oleh tenaga kesehatan, guru TK/PAUD terlatih. Peralatan yang

diperlukan adalah instrumen untuk TDD sesuai usia anak, gambar binatang

(ayam, anjing, kucing), manusia dan mainan(boneka, kubus, sendok, cangkir dan

bola).

Tes Daya Dengar ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang disesuaikan

dengan kelompok usia anak. Jawaban „ya‟ jika menurut orang tua/pengasuh, anak

dapat melakukan perintah dan jawaban „tidak‟ jika anak tidak dapat atau tidak

mau melakukan perintah.Jika anak dibawah 12 bulan, pertanyaan ditujukan untuk

kemampuan 1 bulan terakhir.Setiap pertanyaan perlu dijawab „ya.‟Apabila ada

satu atau lebih jawaban „tidak‟, berarti pendengaran anak tidak normal, sehingga

perlu pemeriksaan lebih lanjut.

5. Deteksi Dini Pertumbuhan Anak Menggunakan KMS

KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan

murah, yang dapat di guakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak.

KMS balita berisi catatan penting tetang pertumbuhan, perkembangan anak,

imunisasi, penaggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan

anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian

makanan anak dan rujuk ke Puskesmas/RS. KMS balita juga berisi pesan-pesan

penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tentang kesehatan anaknya.

KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga

untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalhan atau

ketidakseimbangan pemberian makan pada anak.KMS juga dapat di pakai sebagai

bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang
44

tepat sesuai kondisi kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan,

meningkatkan atau memulihkan kesehatannya.

Manfaat KMS-Balita adalah :

a. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara

lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi,

penanganan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak

pemberian ASI eksklusif, dan makanan pendamping ASI, pemberian makanan

anak dan rujukan ke Puskesmas/Rumah Sakit.

b. Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak.

c. Sebagai sarana komunikasi yang dapat di gunakan oleh petugas untuk

menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.

Berat badan yang tercantum pada KMS hanya menggambarkan pola

pertumbuhan berat badan balita bukan berat badan per umur.Berat badan di

bawah Garis Merah (BGM) bukan menunjukkan keadaan gizi buruk tetapi

sebagai peringatan untuk konfismasi dan tindak lanjut, tetapi perlu di ingat

tidak berlaku pada anak dengan berat badan awalnya memang sudah di bawah

garis merah.Naik-turunnya berat badan balita selalu mengikuti pita warna

pada KMS.KMS hanya di fungsikan untuk pemantauan pertumbuhan dan

perkembangan balita serta promosinya, bukan utnuk penilaian status gizi.

Hasil penimbangan balita di Posyandu hanya dapat di manfaatkan atau

di gunakan untuk :

a. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan individu balita dengan

melihat berat badan yang di timbang (D) apakah naik (N), turun (T) atau

BGM.
45

b. Perkiraan perkembangan dan pertumbuhan balita di masyarakat yaitu

dengan melihat presentase balita yang Naik Berat Badannya di banding

dengan keselutuhan balita yang di timbang ( % N/D), termasuk juga

presentase balita yang BGM banding dengan keseluruhan balita yang di

timbang (%BGM/D).

c. Perkiraan perkembangan keadaan gizi balita di masyarakat.

d. Pembinaan kegiatan posyandu dengan menilai cakupan program dan

partisipasi masyarakat dalam kegiatan Posyandu.

Cara Memantau Pertumbuhan balita

Pertumbuhan balita dapat di ketahui apabila setiap bulan di

timbang, hasil penimbangan di catat di KMS, dan antara titik berat badan

KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini

di hubungkan dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan

anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang

sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pertumbuhan sesuai

dengan umurnya.

a. Balita yang naik berat badannya bila :

Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna atau garis

pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna di atasnya.

b. Balita yang tidak naik berat badannya bila :

Garis pertumbuhannya turun, atau garis pertumbuhannya mendatar,

atau pita pertumbuhannya naik tapi pindah kepita warna di bawahnya.


46

c. Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita

mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus,

sehingga harus langsungdirujuk ke Puskesmas/Rumah Sakit

d. Berat badan balita 3 bulan berturut – turut tidak naik artinya balita

mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus dirujuk ke

Puskesmas/Rumah sakit.

e. Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.

f. Balita sehat jika berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita

warna atau pindah ke pita warna diatasnya.

6. Deteksi Dini Penyimpangan Perilaku Emosional

Deteksi dini penyimpangan perilaku emosional adalah kegiatan/

pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah perilaku emosional,

autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar

dapat segera dilakukan tindakan intervensi. Bila penyimpangan perilaku

emoslonal terlambat diketahui, maka lntervenslnya akan lebih sulit dan hal ini

akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

Deteksi yang dilakukan menggunakan:

a. Kuesioner Masalah Perilaku Emosional (KMPE) bagi anak umur 36 bulan

sampai 72 buIan.

b. Ceklis autis anak prasekolah (Modified Checklist for Autism in Toddlers (M-

CHAT) bagi anak umur 18 bulan sampai 36 bulan.

c. Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas

(GPPH) menggunakan Abreviated Conner Rating Scale bagi anak umur 36

bulan ke atas.
47

1) Deteksi Dini Masalah Perilaku Emosional

a) Tujuannya adalah mendeteksi secara dini adanya

penyimpangan/masalah perilaku emosional pada anak pra sekolah.

b) Jadwal deteksi dini masalah perilaku emosional adalah rutin setiap 6

bulan pada anak umur 36 bulan sampai 72 bulan. Jadwal ini sesuai

dengan jadwal pelayanan SDIDTK.

c) Alat yang digunakan adalah Kuesioner Masalah Perilaku Emosional

(KMPE) yang terdiri dari 14 pertanyaan untuk mengenali problem

perilaku emosional anak umur 36 bulan sampai 72 bulan.

d) Cara melakukan :

(1) Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu

persatu perilaku yang tertulis pada KMPE kepada orang

tua/pengasuh anak.

(2) Catat jawaban YA, kemudian hitung jumlah jawaban YA.

(a) lnterpretasi : Bila ada jawaban YA, maka kemungkinan anak

mengalami masalah perilaku emosional.

(b) lntervensi : Bila jawaban YA hanya 1 (satu) :

a) Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan Buku

Pedoman Pola Asuh Yang Mendukung Perkembangan

Anak.

b) Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan

rujuk ke Rumah Sakit yang memberi pelayanan rujukan

tumbuh kembang atau memiliki fasilitas pelayanan

kesehatan jiwa.
48

c) Bila jawaban YA ditemukan 2 (dua) atau lebih : Rujuk ke

Rumah Sakit yang memberi pelayanan rujukan tumbuh

kembang atau memiliki fasilitas pelayanan kesehatan jiwa.

Rujukan harus disertai informasi mengenai jumlah dan

masalah mental emosional yang ditemukan.

Tabel 8 Pemeriksaan KMPE

Hasil
Interprestasi Tindakan
Pemeriksan
Tidak ada Normal Puji keberhasilan
jawaban “Ya” orangtua/pengasuh.
Lanjutkan stimulasi
sesuai umur.
Jadwalkan
kunjungan
berikutnya 6 bulan
Tanyakan Catat
setiap jawaban
lagi.
pertanyaan YA, Ada 1 jawaban Kemungkinan Konseling kepada
dengan lambat, kemudianhit “Ya” anak orangtua jadwalkan
jelas dan ung jumlah
nyrring jawaban YA
mengalami kunjungan
masalah mental berikutnya 3 bulan
emosional lagi, Bila tidak ada
perubahan rujuk ke
RS Rujukan
Tumbuh Kembang
level 1
Ada 2 jawaban Kemungkinan Rujuk ke RS
“Ya” anak Rujukan Tumbuh
mengalami Kembang level 1
msalah mental
emosional
Sumber : (Kemenkes, RI.2016)

2) Deteksi Dini Autis Pada Anak

Tujuannya adalah mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur 18

bulan sampai 36 bulan. Dilaksanakan atas indikasi atau bila ada keluhan

dari ibu/pengasuh atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan,


49

petugas PAUD, pengelola TPA dan guru TK. Keluhan tersebut dapat

berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini:

a) Keterlambatan berbicara.

b) Gangguan komunikasi/ interaksi sosial.

c) Perilaku yang berulang-ulang.

(1) Alat yang digunakan adalah M-CHAT (Modified-Checklist for

Autism in Toddlers)

(2) Ada 23 pertanyaan yang dijawab oleh orang tua/pengasuh anak.

(3) Pertanyaan diajukan secara berurutan, satu persatu. Jelaskan

kepada orangtua untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.

Cara menggunakan M-CHAT.

a) Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu

persatu perilaku yang tetulis pada M-CHAT kepada orang tua

atau pengasuh anak.

b) Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas

pada Modified-Checklist for Autism in Toddlers (M-CHAT)

c) Catat jawaban orang tua/pengasuh anak dan kesimpulan hasil

pengamatan kemampuan anak, YA atau TIDAK. Teliti kembali

apakah semua pertanyaan telah dijawab.

(4) Interpretasi:

(a) Enam pertanyaan No. 2, 7, 9, 13, 14, dan 15 adalah pertanyaan

penting (crirical item) jika dijawab tidak berarti pasien

mempunyai risiko ringgi autism. Jawaban tidak pada dua atau

lebih critical item atau tiga pernyaan lain yang dijawab tidak
50

sesuai (misalnya seharusnya dijawab ya, orang tua menjawab

tidak) maka anak tersebut mempunyai risiko autism

(b) Jika perilaku itu jarang dikerjakan (misal anda melihat satu

atau 2 kali), mohon dijawab anak tersebut tidak melakukannya.

Intervensi: Bila anak memiliki risiko tinggi autism atau risiko

autism, Rujuk ke Rumah Sakit yang memberi layanan rujukan

tumbuh kembang anak.

Tabel 9 Pemeriksaan M-CHAT pada anak diatas 18 bulan

Hasil Pemeriksaan Interprestasi Tindakan


Tidak ada jawaban Normal Puji keberhasilan
“Tidak” ATAU orangtua/pengasuh.
Tanya pada jawaban “Tidak” Lanjutkan
orangtua/pengasuh kurang dari 2 stimulasi sesuai
apakah ada
keluhan sebagai pertanyaan kritis. UMUR. Jadwalkan
berikut : ATAU jawaban kunjungan
Keterlambatan “Tidak” kurang berikutnya 3 bulan
Berbicara
Gangguan dari 3 pertanyaan lagi sampai
Hitung
komunikasi/inter
jawaban yang man saja UMUR 2 tahun,
aksi sosial
Perilaku yang
“Tidak” setiap 6 bulan
berulang-ulang sampai UMUR 72
Apabila ada, bulan.
tanyakan keadaan
anak sesuai Jawaban “Tidak” Risiko tinggi Rujuk ke RS
lembar pada 2 atau lebih autisme Rujukan Tumbuh
pertanyaan kritis Kembang level 1
ATAU jawban
“Tidak” 3 atau
lebih pertanyaan
yang mana saja
Sumber : (Kemenkes, RI.2016)

7. Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas

(GPPH) Pada Anak.

Tujuannya adalah mengetahui secara dini anak adanya Gangguan

Pemusatan Perhatian dan Hiperativitas (GPPH) pada anak umur 36 bulan ke atas.

Dilaksanakan atas indikasi bila ada keluhan dari orang tua/pengasuh anak atau
51

ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PAUD,

pengelola TPA dan guru TK. Keluhan tersebut dapat berupa salah satu atau lebih

keadaan di bawah ini:

a. Anak tidak bisa duduk tenang

b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah

c. Perubahan suasana hati yang mendadak/impulsive

Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan

Perhatian dan Hiperaktivitas/GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale),

Formulir ini terdiri 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orang tua/pengasuh

anak/guru TK dan pertanyaan yang perlu pengamatan pemeriksa.

Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH:

a. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku

yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada

orangtua/pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.

b. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada

formulir deteksi dini GPPH.

c. Keadaan yang ditanyakan/diamati ada pada anak dimanapun anak berada,

misal ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, dll);setiap saat dan ketika anak

dengan siapa saja.

d. Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan

pemeriksaan.
52

e. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

1) lnterpretasi:

Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan "bobot nilai"

berikut ini, dan jumlahkan nilai masing-masing jawaban menjadi nilai

total

a) Nilai 0: jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak.

b) Nilai 1:jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak.

c) Nilai 2: jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak.

d) Nilai 3: jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.

e) Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.

2) lntervensi:

a) Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke Rumah Sakit yang

member pelayanan rujukan tumbuh kembang atau memiliki fasilitas

kesehatan jiwa untuk konsultasi dan lebih lanjut.

b) Bila nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu, jadwalkan

pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. Ajukan pertanyaan kepada

orang-orang terdekat dengan anak (orang tua, pengasuh, nenek, guru,

dsb)

8. Intervensi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

Intervensi dini penyimpangan perkembangan adalah tindakan tertentu

pada anak yang perkembangan kemampuannya menyimpang karena tidak sesuai

dengan umumya. Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, penyimpangan

perkembangan bisa terjadi pada salah satu atau lebih kemampuan anak yaitu

kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan
53

kemandirian anak. Tindakan intervensi dini tersebut berupa stimulasi

perkembangan terarah yang dilakukan secara intensif di rumah selama 2 minggu,

yang diikuti dengan evaluasi hasil intervensi stimulasi perkembangan (Kemenkes

RI, 2016: 74).

a. Intervensi Perkembangan.

lntervensi perkembangan anak dilakukan atas indikasi yaitu:

1) Perkembangan anak meragukan (M) artinya kemampuan anak tidak

sesuai dengan yang seharusnya dimiliki anak, yaitu bila pada umur

skrining 3, 6, 9, 12, 15, 18 bulan dan seterusnya, pemeriksaan KPSP

jawaban ''YA" = 7 atau 8. Lakukan intervensi sebagai berikut:

a) Pilih kelompok umur stimulasi yang lebih muda dari umur anak pada

Bab Ill buku pedoman ini. Misalnya: Menurut KPSP, anak umur 12

bulan belum bisa berdiri, maka dilihat kelompok umur stimulasi 9-12

bulan atau yang lebih muda (bukan kelompok umur stimulasi 12-15

bulan). Karena kemampuan berdiri merupakan gerak kasar, maka Iihat

kotak "Kemampuan Gerak Kasar".

b) Ajari orang tua cara melakukan intervensi sesuai dengan

masalah/penyimpangan yang ditemukan pada anak tersebut. Misalnya,

anak mempunyai penyimpangan gerak kasar, maka yang diintervensi

adalah gerak kasarnya. Pada contoh di atas, anak harus dilatih berdiri.

c) Beri petunjuk pada orang tua dan keluarga untuk mengintervensi anak

sesering mungkin, penuh kesabaran dan kasih sayang, bervariasi dan

sambil bermain dengan anak agar ia tidak bosan.


54

d) lntervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap hari sekitar I3-4

jam, selama 2 minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan,

waktu intervensi dapat ditambah. Bila anak menolak atau rewel,

intervensi dihentikan dahulu, dilanjutkan apabila anak sudah dapat

diintervensi lagi.

e) Minta orang tua atau keluarga datang kembali/kontrol 2 minggu

kemudian untuk dilakukan evaluasi hasil intervensi dan melihat apakah

ada kemajuan/perkembangan atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan

menggunakan KPSP yang sesuai dengan umur skrining yang terdekat.

2) Bila seorang anak mempunyai masalah/penyimpangan perkembangan,

sedangkan umur anak saat itu bukan pada jadwal umur skrining, maka

lakukan intervensi perkembangan sesuai dengan masalah yang ada sebagai

berikut :

a) Misalnya: anak umur 19 bulan belum bisa menyebut ayah ibunya

dengan panggilan seperti "papa" "mama" artinya ada penyimpangan

kemampuan bahasa dan bicara. Lihat kelompok umur stimulasi yang

lebih muda pada Bab III buku pedoman ini, pilih kotak "Kemampuan

Bicara dan Bahasa" yang memuat cara melatih anak supaya bisa

menyebut kata-kata "papa", "mama", yaitu pada kelompok umur

stimulasi 3-6 bulan.

Sedangkan intervensi berupa stimulasi untuk kelompok umur yang

lebih muda - pada contoh di atas stimulasi untuk kelompok umur 15-

18 bulan, tetap diberikan.


55

b) Ajari orang tua cara melakukan intervensi perkembangan anak

sebagaimana yang dianjurkan pada kotak stimulasi tersebut.

c) Beri petunjuk pada orang tua dan keluarga untuk mengintervensi anak

sesering mungkin, penuh kesabaran dan kasih sayang, bervariasi dan

sambilbermain dengan anak agar ia tidak bosan.

d) lntervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap hari sekitar 3-4

jam, selama 2 minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan,

waktu intervensi dapat ditambah. Bila anak menolak atau rewel,

intervensi dihentikan dahulu, dilanjutkan apabila anak sudah dapat

diintervensi lagi.

e) Minta orang tua atau keluarga datang kembali/kontrol 2 minggu

kemudian untuk dilakukan evaluasi hasil intervensi dan melihat apakah

ada kemajuan/perkembangan atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan

menggunakan KPSP yang sesuai dengan umur skrining yang terdekat.

9. Evaluasi Intervensi Perkembanagan

Setelah orang tua dan keluarga melakukan tindakan intervensi

perkembangan secara intensif di rumah selama 2 mlnggu, maka anak perlu

dlevaluasi apakah ada kemajuan/perkembangan atau tidak. Cara melakukan

evaluasi hasil intervensi perkembangan adalah:

a. Apabila umur anak sesuai dengan jadwal umur skrining (umur 3, 6, 9, 12, 15,

18 bulan dan seterusnya), maka lakukan evaluasi hasil intervensi dengan

menggunakan formulir KPSP sesuai dengan umur anak.

b. Apa bila umur anak tidak sesuai dengan jadwal umur skrining (umur 3, 6, 9,

12, 15, 18 bulan dan seterusnya), maka lakukan evaluasi hasil intervensi
56

dengan menggunakan formulir KPSP untuk umur yang lebih muda, paling

dekat dengan umur anak, seperti contoh berikut ini:

1) Bayi umur 6 bulan lewat 3 minggu, gunakan KPSP untuk umur 6 bulan.

2) Anak umur 17 bulan lewat 18 hari,gunakan KPSP untuk umur 15 bulan.

3) Anak umur 35 bulan lewat 20 hari,gunakan KPSP untuk umur 30 bulan.

c. Bila hasil evaluasi intervensi ada kemajuan artinya jawaban "YA" 9 atau 10,

artinya perkembangan anak sesuai dengan umur tersebut, lanjutkan dengan

skrining perkembangan sesuai dengan umumya sekarang. Misalnya: umur 17

bulan lewat 20 hari pilih KPSP umur 18 bulan; umur 35 bulan lewat 20 hari,

KPSP umur 36 bulan.

d. Bila hasil evaluasi intervensi jawaban "YA" tetap 7 atau 8, kerjakan langkah-

langkah berikut

Teliti kembali apakah ada masalah dengan:

1) lntensitas intervensi perkembangan yang dilakukan di rumah, apakah

sudah dilakukan secara intensif?

2) Jenis kemampuan perkembangan anak yang diintervensi, apakah

sudah dilakukan secara tepat dan benar ?

3) Cara memberikan intervensi, apakah sudah sesuai dengan petunjuk dan

nasihat tenaga kesehatan ?

4) Lakukan pemeriksaan fisik yang teliti, apakah ada masalah gizi ? penyakit

pada anak ? kelainan organ-organ terkait ?

e. Bila ditemukan salah satu atau lebih masalah di atas:

Bila ada masalah gizi atau anak sakit, tangani kasus tersebut sesuai

pedoman/standar tatalaksana kasus yang ada di tingkat pelayanan dasar seperti


57

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), tatalaksana gizi buruk, dan

sebagainya.

f. Bila intervensi dilakukan tidak intensif, kurang tepat, atau tidak sesuai dengan

petunjuk/nasihat tenaga kesehatan, sekali lagi, ajari orang tua dan keluarga

cara melakukan intervensi perkembangan yang intensif yang tepat dan benar.

Bila perlu dampingi orang tua/keluarga ketika melakukan intervensi pada

anaknya.

g. Kemudian lakukan evaluasi hasil intervensi yang ke-2 dengan cara yang sama,

jika:

1) Bila kemampuan perkembangan anak ada kemajuan, berilah pujian kepada

orang tua dan anak. Anjurkan orang tua dan keluarga untuk terus

melakukan intervensi di rumah dan kontrol kembalipada jadwal umur

skrining berikutnya.

2) Bila kemampuan perkembangan tidak ada kemajuan berarti ada

penyimpangan perkembangan anak (P), dan anak perlu segera dirujuk ke

rumah sakit yang memiliki tenaga dokter spesialis anak, kesehatan jiwa,

rehabilitasi medik, psikolog dan ahli terapi (fisioterapis, terapis bicara, dan

sebagainya).

h. Sedangkan intervensi berupa stimulasi untuk kelompok umur yang lebih muda

pada contoh di atas stimulasi untuk kelompok umur 15-18 bulan, tetap

diberikan.

i.Ajari orang tua cara melakukan intervensi perkembangan anak sebagaimana

yang dianjurkan pada kotak stimulasi tersebut.


58

j.Beri petunjuk pada orang tua dan keluarga untuk mengintervensi anak sesering

mungkin, penuh kesabaran dan kasih sayang, bervariasi dan sambil bermain

dengan anak agar ia tidak bosan.

k. lntervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap hari sekitar 3-4 jam,

selama 2 minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan, waktu intervensi

dapat ditambah. Bila anak menolak atau rewel, intervensi dihentikan dahulu,

dilanjutkan apabila anak sudah dapat diintervensi lagi.

l.Minta orang tua atau keluarga datang kembali/kontrol 2 minggu kemudian untuk

dilakukan evaluasi hasil intervensi dan melihat apakah ada

kemajuan/perkembangan atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan

KPSP yang sesuai dengan umur skrining yang terdekat.

C. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut

dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan atau

panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai (Gibson

,1990). Jika keseimbangan tadi terganggu, misalnya pengeluaran energi dan

protein lebih banyak dibandingkan pemasukan maka akan terjadi kekurangan

yang dikenal dengan KEP berat atau gizi buruk (Depkes RI, 2000)

Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat

gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan

secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan
59

fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada

tingkat setinggi mungkin (Almatsir, 2001)

Tubuh manusia (termasuk bayi dan balita) memerlukan zat-zat yang

berasal dari makanan, yang disebut zat-zat gizi.Sementara itu istilah “Gizi”

berasal dari kata “Gizawi” (bahasa Arab), yang berarti pemberian zat-zat makanan

kepada sel-sel dan jaringan tubuh, sehingga memungkinkan pertumbuhan yang

normal dan sehat. Ilmu gizi membahas proses pemanfaatan makanan di dalam

tubuh. Proses tersebut mulai dari pengunyahan makanan, pencernaan, penyerapan,

pemanfaatan zat gizi di dalam sel dan pembuangan zat sisa dari tubuh. Zat gizi di

manfaatkan oleh tubuh untuk menghasilkan energi, pertumbuhan dan

pemeliharaan sel, jaringan dan organ tubuh. Sebagai tenaga kesehatan di lini

terdepan, bidan perlu mengetahui prinsip dan standar nutrisi pada bayi dan balita

agar dapat memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada bayi

dan balita (Maryunani,2010)

Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan

fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta

mengatur proses-proses kehidupan. Makanan setelah dikonsumsi mengalami

proses pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi zat gizi atau nutrien.Zat

tersebut selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk kedalam cairan

tubuh (Susilowati, 2008).

Pada hakikatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses

kurang makan ketika kebutuhan normal terhadap satu atau beberapa nutrien tidak

terpenuhi, atau nutrien-nutrien tersebut hilang dengan jumlah yang lebih besar

daripada yang didapat. Keadaan gizi kurang dalam konteks kesehatan masyarakat
60

biasanya dinilai dengan menggunakan kriteria antropometrik statik atau data yang

berhubungan dengan jumlah makronutrien yang ada di dalam makanan, yaitu

protein dan energy (Gibney, dkk, 2009).

1. Faktor Penyebab Gizi Kurang

Adapun yang menjadi penyebab gizi kurang di masyarakat adalah sebagai

berikut :

a. Akses terhadap pangan rendah .

b. Makanan ibu hamil kurang kalori dan protein, atau terserang penyakit.

c. Bayi baru lahir tidak diberi kolostrum.

d. Bayi sudah diberi MP AS sebelum usia 4/6 bulan.

e. Pemberian makanan padat pada bayi terlalu lambat.

f. Anak dibawah umur <2 tahun, kurang diberi makanan atau densitas energy

(jumlah energi) kurang.

g. Makanan tidak mempunyai zat gizi mikro yang cukup.

h. Penanganan diare yang tidak benar.

i.Makanan kotor / terkontaminasi.

j.Kemiskinan.

k. Kuranganya pendidikan dan keterampilan.

l.Krisis ekonomi.

Faktor-faktor tersebut merupakan hal-hal yang sangat komplek dan

berkaitan antara faktor yang satu dengan faktor yang lainya.


61

2. Kelompok Resiko Gizi Kurang

Adapun kelompok resiko gizi kurang yang beresiko adalah sebagai berikut :

a. Bayi dan balita ( anak-anak )

b. Ibu hamil

c. Gejala Dan Akibat

Gizi kurang akut biasanya mudah untuk dilakukan pendeteksian, adapun

gejala-gejala yang biasa yang dikenali apabila bayi dan balita mengalam

gizi kurang adalah sebagai berikut :

1) Berat badan anak akan kurus dan kurang

2) Tinggi badan yang tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan

3) Anak akan tumbuh dengan lambat

Apabila anak mempunyai dengan gejala seperti di atas maka akan

berkaitan pada perkembangan otak dan psikologis anak, pertumbuhan

anak dan rentan terkena penyakit infeksi lainya. Maka untuk itu

diupayakan supaya faktor penyebab gizi kurang dapat dihindari Program

penanggulangannya.

Adapun 9 (sembilan) program pokok penanggulangan gizi adalah sebagai

berikut:

1) Mainstream gizi. Pada kebijakan da program pembangunan

2) Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi

3) Melindungi konsumen dengan meningkatkan kualitas dan keamanan

pangan

4) Mencegah dan menanggulangi penyakit infeksi

5) Mempromosikan ASI eksklusif


62

6) Memperhatikan golongan rentan

7) Mencegah dan menanggulangi kekurangan gizi mikro

8) Mempromosikan pola hidpu sehat

9) Surveilands gizi

3. Kebutuhan Gizi Bayi dan Balita

Berikut angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan bagi anak dengan

aktifitas fisik rata-rata sebagaimana anak pada umumnya.

Tabel 5
Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan bagi Anak

Kelompok Energi Protein Vitamin A Kalsium


Besi (mg)
Umur (Kkal) (gram) (RE) (mg)
1-3 1000 25 400 8,2 500
4-6 tahun 1.550 39 450 9 500

Bayi 6-12
Anak 1-3 Tahun Anak 4-5
Bahan Bulan
(1.200 Kkal) tahun (1.700)
(900 Kkal)
Nasi 1 ½ gelas tim 2 ¼ gelas 3 gelas
halus
Daging/tempe/telur/ikan 1 potong 1-2 potong 2-4
Sayuran 2 sendok 1 ½ gelas 2 gelas
makan
Buah 1 buah/potong 3 buah/potong 3 buah/potong
ASI Lanjutkan Hingga 2 tahun -
Susu - 1 gelas 1 gelas
Minyak 1 sendok 1 ½ sendok 2 sendok
makan makan makan
Gula - 2 sendok makan 2 sendok
makan

Pemenuhan nutrisi pada anak diberikan secara bertahap sesuai dengan

usia. Makanan utama pada bayi usia 0-6 bulan bulan adalah Air Susu Ibu atau

pemberian ASI Ekslusif. Adapun setelah bayi berusia 6 bulan, mulai diberikan

makanan pendamping ASI (MP ASI), dilanjutkan dengan makan makanan

keluarga. Tenaga kesehatan dan kader maupun masyarakat menggunakan Buku


63

KIA sebagai media KIE pada saat menjelaskan pemenuhan kebutuhan gizi pada

anak.

4. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menaikan berat badan, yaitu:

a. Pijat TUI NA

Pijat Tui Na ini merupakan tehnik pijat yang lebih spesifik untuk

mengatasi kesulitan makan pada balita dengan cara memperlancar peredaran

darah pada limpa dan pencernaan, melalui modifikasi dari akupunktur tanpa

jarum, teknik ini menggunakan tenik penekanan pada titik meridian tubuh atau

garis aliran energi sehingga relatif lebih mudah dilakukan dibandingkan

akupuntur (Sukanta, 2010).

Teknik pijat :

1) Tekan sedikit ibu jari anak, dan gososk garis di pinggir ibu jari sisi telapaknya,

dari ujung ibu jari hingga ke pangkal ibu jari antara 100-500 gerakan .

2) Pijat tekan melingkar bagian pa ngkal ibu jari yang paling tebal berdaging

100-300 kali, ini uraikan akumulasi makanan yang belum di cerna serta

menstimulasi lancarnya sistem cerna.

3) Gosok melingkar tengah telapak tangan 100-300 kali, dengan radius lingkaran

kurang lebih 2/3 dari tengah telapak ke pangkal jari kelingking. Stimulasi ini

memperlancar sirkulasi dya hidup dan darah, serta harmoniskan 5 organ utama

tubuh.

4) Tusuk dengan kuku anda serta tekan melingkar titik yang berada di tengah

lekuk buku jari yang terdekat dengan telapak, untuk jari telunjuk, tengah,

manis, dan kelingking. Tusuk dengan kuku 3-5 kali dan pijat tekan 30-50 kali
64

per titik . ini memecah stagnasi di meridian dan menghilangkan akumulasi

makanan.

5) Tekan melingkar dengan bagian tengah telapak tangan anda di area tempat

diatas pusarnya, searah jarum jam 100-300 kali. Ini menstimulasi makanan

agar lebih lancar.

6) Dengan kedua ibu jari, tekan dan pisahkan garis dibawah rusuk menuju perut

samping 100-300 kali. Ini memperkuat fungsi limpa dan lambung yang juga

memperbaiki pencernaan.

7) Tekan melingkar titik di bawah lutut bagian luar, sekitar 4 lebar jari anak di

bawah tempurung lututnya, 50-100 kali. Ini akan harmoniskan lambung, usus,

dan pencernaan.

8) Pijat secara umum punggung anak. Lalu tekan dengan ringan tulang

punggungnya dari atas ke bawah 3 kali. Lalu cubit kulit di kiri-kanan tulang

ekor dan merambat keatas hingga lebar, 3-5 kali. Ini memperkuat konstitusi

tubuh anak, mendukung aliran chi (daya hidup) sehat dan memperbaiki nafsu

makan anak.

Himbauan Pada Pijat Tui Na

1) Pemijatan hanya boleh dilakukan 1 kali dalam sehari selama 6 hari berturut

turut

2) Pada umumnya, 1 seri pijatan di atas sudah cukup untuk dilakukan, bila

pemijat merasa perlu untuk menambah pijatan baru, sebaiknya berikan jeda 1-

2 hari sebelummelakukan seri pijatan baru


65

3) Tidak disarankan untuk memaksa anak makan di saat ia tidak mau, karena hal

ini hanya akan memicu trauma psikologis anak terhadap makanan. Tidak

membiasakan anak untuk makan sambil membaca atau bermain.

b. MODISCO

MODISCO singkatan dari Modified Dried Skimmed Milk and Coconut Oil

yang banyak digunakan di indonesia merupakan modifikasi yang digunakan di

uganda (1973). Modifikasi dilakuakan dengan pertimbangan ketersediaan bahan

lokal, selera, daya cerna, kebutuhan kalori serta tingkat KEP sendiri. Modisco

dicobakan pertama kali untuk anak-anak yang mengalami gangguan gizi berat di

Uganda (Afrika) dengan hasil memuaskan. (Depkes RI, 2003) modisco diberikan

kepada:

1) Penderita KEP berat (Marasmus, Kwarshiorkor, Marasmic Kwarshiorkor)

2) Penderita penyakit infeksi menahun

3) Orang yang baru sembuh dari penyakit berat

4) Mereka yang sulit makan, karena kelainan bawaan seperti gangguan pangkal

tenggorokan

5) Anak sehat tapi kurus badannya

6) Anak yang sedang menghadapi ujian

7) Orang yang sering berolahraga

berat Keuntungan modisco:

1) Mengandung tinggi energi dan tinggi protein

2) Mudah dicerna

3) Dapat meningkatkan berat badan lebih cepat


66

4) Porsinya kecil sehingga memudahkan anak untuk menghabiskan kendala dan

alternatif pemberian modisco :

a) Bahan modisco tidak selalu berasal dari susu skim tetapi bisa disesuaikan

dengan bahan makanan yang ada di daerah setempat.

b) Apabila di daerah tidak terdapat minyak kelapa, maka dapat diganti yang

ada di daerah tersebut (minyak jagung, biji kapas, kacang dll). Jika tidak

suka minyak dapat diganti dengan margarin atau minyak sayur.

c) Jika anak tidak suka susu, dalam hal ini modisco diberikan dengan sonde,

atau dicampur dengan makanan atau minuman yang disukai anak.

d) Bila nafsu makan anak kurang, ada dua cara untuk mengatasinya, yaitu:

(1) Diberikan dalam bentuk yang lebih pekat energinya dengan volume

sedikit

(2) Diberikan lewat sonde

e) Adanya gangguan pencernaan (diare), bisa dimulai denagn susu skim,

ditambah 5% gula pasir dan 5% tepung.

f) Modisco tidak boleh diberikan kepada anak yang gemuk, bayi berusia 6

bulan dan para penderita penyakit ginjal, hati dan jantung.

Tabel 6
Formula untuk kep berat/gizi buruk

Macam“modisco” Bahan Kandungan gizi Catatan


Modisco ½ Susu skim 10 gr Energi : 80
(1 sdm) kkal
Gula pasir 5 gr (1 Protein : 3,5 gr
sdt) Lemak : 2,5 gr
Minyak kelapa
2½ gr (½ sdt)
Modisco I Susu skim 10 gr Energi : 100 Diberikan kepada
(1 sdm) atau full kkal KEP berat dengan
cream 12 gr Protein : 3,5 gr Edema
67

(2 sdm) Lemak : 3,5 gr Diberikan 100


Gula 5 gr (1 sdt) kkal/kg BB/hari
Minyak kelapa 5
gr (½ sdm)
Modisco II Susu skim 10 gr Energi : 100 Diberikan pada
(1 sdm) atau full kkal KEP tanpa Edema
cream 12 gr Protein : 3,5 gr Diberikan 125
(2 sdm) Lemak : 4 gr kkal/kg BB/hari
Gula 5 gr (1 sdt)
Margarin 5 gr
(½ sdm)
Modisco III Susu full cream Energi : 130 Diberikan setelah
12 gr (1¼ sdm) kkal pemberian
atau susu segar Protein : 3 gr Modisco I dan II
100 cc Lemak : 7,5 gr Pemberian
(½ gelas) Modisco III ±10
Gula 7,5 gr (1½ hari
sdt) Diberikan 150
Margarin 5 gr kkal/kg BB/hari
(½ sdm)
Sumber : http://ninnarohmawati.blogspot.com/2013/12/leaflet-modisco.html

c. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

Makanan tambahan adalah makanan bergizi sebagaitambahan selain

makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi. Makanan

Tambaha Pemulihan bagi balita adalah makanan bergizi yang diperuntukkan bagi

balita usia 6-59 bulan sebagai makanan tambahan untuk pemulihan gizi

(Kementrian Kesehatan RI, 2011: 3).

1) Prinsip PMT

Menurut panduan penyelenggaraan PMT bagi balita gizi kurang, prinsip dasar

PMT adalah sebagai berikut :

a) PMT Pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau bahan makanan

lokal dan tidak diberikan dalam bentuk uang.


68

b) PMT Pemulihan hanya sebagai tambahan terhadap makanan yang

dikonsumsi oleh balita sasaran sehari-hari, bukan sebagai pengganti

makanan utama.

c) PMT Pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita

sasaran sekaligus sebagai proses pembelajaran dan sarana komunikasi

antar ibu dari balita sasaran.

2) Jenis dan bentuk PMT

a) Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan atau

makanan lokal. Jika makanan lokal terbatas, dapat digunakan makanan

pabrikan yang tersedia di wilayah setempat dengan memperhatikan

kemasan label dan masa kadaluarsa untuk keamanan pangan.

b) Makanan tambahan pemulihan diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi

balita sasaran.

c) PMT Pemulihan merupakan tambahan makanan untuk memenuhi

kebutuhan gizi balita dari makanan keluarga.

d) Makanan tambahan balita ini diutamakan berupa sumber protein hewani

maupun nabati (misalnya telur/ikan/daging/ayam, kacang –kacangan atau

penukar) serta sumber vitamin dan mineral yang diutamakan berasal dari

sayur-sayuran dan buah-buahan setempat.

e) Makanan tambahan diberikan sekali sehari selama 90 hari berturut-turut.

f) Makanan tambahan pemulihan berbasis bahan makanan/lokal ada 2 jenis

yaitu berupa:
69

(1) MP-ASI ( untuk bayi dan anak berusia 6-23 bulan)

(2) Makanan tambahan untuk pemulihan anak balita usia 24-59 bulan

berupa makanan keluarga.

(3) Bentuk makanan tambahan pemulihan yang diberikan kepada balita

dapat disesuaikan dengan pola makanan sebagaiman pada tabel

berikut:

Tabel 7
Pola Pemberian Makanan Bayi dan Balita
Jenis Makanan
Umur
ASI Makanan Makanan Makanan
(Bulan) Lumat Lembek Keluarga
0-6* √
6-8 √ √
9-11 √ √
12-23 √ √
24-59 √
Keterangan : 6* = 5 bulan 29 hari
Sumber : Depkes RI 2011

Anda mungkin juga menyukai