Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA NY. S.B DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DIRUANGAN KABELA

RSJ PROF. DR. V. L. RATUMBUYSANG SARIO

Clinical Teacher (CT) : Esrom Kanine, M.Kep.Sp.Kep.J

Clinical Instructur (CI) : Ns. Norce Supit

Disusun Oleh :

Winda Putri Siswinarto

711440119092

JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO
2021
DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3

A. Latar Belakang..................................................................................................................3

B. RumusanMasalah..............................................................................................................4

C. TujuanPenulisan................................................................................................................4

D. ManfaatPenulisan..............................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................6

TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................6

A. Definisi Halusinasi............................................................................................................6

B. Jenis-Jenis Halusinasi.......................................................................................................6

C. Etiologi..............................................................................................................................7

D. Rentang Respons Neurobiologi........................................................................................9

E. Tahapan Proses Terjadinya Halusinasi.............................................................................9

F. Mekanisme Koping.........................................................................................................11

BAB III..........................................................................................................................................12

TINJAUAN KASUS.....................................................................................................................12

BAB IV..........................................................................................................................................34

PEMBAHASAN............................................................................................................................34

BAB V...........................................................................................................................................35

KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................................35

A. Kesimpulan.....................................................................................................................35

B. Saran................................................................................................................................36
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama
dinegara-negara maju, modern, dan industri yaitu penyakit degeneratif, kanker,
gangguan jiwa, dan kecelakaan. Gangguan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan
yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut
dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik secara individu maupun kelompok
akan menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien
(Widiyanto dkk, 2016). Gangguan jiwa merupakan sindrom atau pola perilaku yang
secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distress atau penderitaan dan
menimbulkan kendala pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Salah satu
yang termasuk gangguan jiwa adalah skizofrenia. (Suryenti dkk, 2017). Skizofrenia
adalah suatu gangguan jiwa berat yang ditandai dengan penurunan atau
ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi dan waham), afek
tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berfikir abstrak) serta
mengalami kesukaran melakukan aktivitas sehari-hari. (Suryenti dkk, 2011).
Kesehatan jiwa adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk
menyesuaikan diri pada lingkungan serta berintegrasi dan berinteraksi dengan baik,
tepat dan bahagia (Menninger, 2015). Menurut Undang - Undang Kesehatan Jiwa no
18 Tahun 2014, kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seseorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan diri sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara
produktif dan mampu berkontribusi untuk komunitasnya. Seseorang yang sehatjiwa
dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, merasa bebas secara
relatif dari ketegangan dan kecemasan, merasa lebih puas memberi daripada
menerima. Angka penderita gangguan jiwa mengkhawatirkan secara global, sekitar
450 juta orang yang menderita gangguan mental. Orang yang mengalami gangguan
jiwa sepertinya tinggal di negara yang berkembang, sebanyak 8 dari 10 penderita
gangguan mental itu tidak mendapatkan perawatan. Menurut World Health
Organization

(WHO) pada tahun 2016, secara global, terdapat sekitar 35 juta orang yang
mengalami depresi, 60 juta orang dengan gangguan bipolar, 21 juta orang dengan
skizofrenia, dan 47,5 juta orang dengan demensia.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018 dilaporkan, Indonesia yang
diperkirakan sekitar50 juta atau 25% dari penduduk Indonesia mengalami gangguan
jiwa, diantaranya adalah skizofrenia. Prevalensi skizofrenia di Indonesia sendiri
adalah tiga sampai lima perseribu penduduk. Bila diperkirakan jumlah penduduk
sebanyak 220 juta orang, akan terdapat gangguan jiwa dengan skizofrenia kurang
lebih 660 ribu sampai satu juta orang. Klien dengan diagnosa skizofrenia 70%
mengalami halusinasi (Sutinah, 2016). Klien dengan diagnosis medis skizofrenia
sebanyak 20% mengalamihalusinasi pendengaran dan penglihatan secara bersamaan,
70% mengalami halusinasi pendengaran, 20% mengalami halusinasi penglihatan, dan
10% mengalami halusinasi lainnya (Suryenti, 2017).

Dari pengamatan penulis di RSJPROF. dr. V. L. Ratumbuysang Manado,


Sulawesi Utara, dampak dari halusinasi tersebut bisa menimbulkan perilaku kekerasan
yang dapat melukai orang lain, dan mencederai diri sendiri seperti pada kasus klien
halusinasi memakan telinga orang lain, biasanya halusinasi tersebut bersifat menyuruh
yang bisa membuat klien melakukan sesuatu yang tidak diinginkannya, dan hal
tersebut tidak bisa ditahan oleh klien. Sehingga diperlukan pemberian asuhan
keperawatan dengan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara
perawat, klien ataupun keluarga untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan asuhan


keperawatan jiwa secara komprehensif pada klien dengan halusinasi pendengaran di
Ruang Katrili RSJ PROF. dr. V. L. Ratumbuysang Manado, Sulawesi Utara.

B. RumusanMasalah
Berdasarkan uraian masalah latar belakang diatas, maka rumusan masalah
sebagai berikut: “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Halusinasi
Pendengaran di Ruang Katrili RSJ PROF. dr. V. L. Ratumbuysang Manado, Sulawesi
Utara.”

C. TujuanPenulisan
1. Untuk memahami Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi
Pendengaran di Ruang Katrili RSJ PROF. dr. V. L. Ratumbuysang Manado,
Sulawesi Utara
2. Melakukan pengkajian pada klien dengan masalah gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran di Ruang Katrili RSJ PROF. dr. V. L. Ratumbuysang
Manado, Sulawesi Utara
3. Merumuskan diagnosa keperawatan klien dengan masalah gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran di Ruang Katrili RSJ PROF. dr. V. L.
Ratumbuysang Manado, Sulawesi Utara
4. Menyusun perencanaan keperawatan klien dengan masalah gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran di Ruang Katrili RSJ PROF. dr. V. L.
Ratumbuysang Manado, Sulawesi Utara
5. Melaksanakan intervensi keperawatan klien dengan masalah gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran di Ruang Katrili RSJ PROF. dr. V. L.
Ratumbuysang Manado, Sulawesi Utara
6. Mengevaluasi klien dengan masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran di Ruang Katrili RSJ PROF. dr. V. L. Ratumbuysang Manado,
Sulawesi Utara
D. ManfaatPenulisan
Menambah wawasan penulis dalam hal melakukan studi kasus dan
mengaplikasikan ilmu tentang asuhan keperawatan klien dengan masalah ganngguan
persepsi : halusinasi pendengaran

Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi rumah
sakit dalam memberikan asuhan keperawatan klien dengan masalah gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

Dapat memberikan masukan dalam pelayanan kesehatan yaitu dengan


memberikan dan mengajarkan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien
sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi klien yang salah terhadap lingkungan tanpastimulus yang
nyata, memberi persepsi yang salah atau pendapat tentang sesuatutanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata dan hilangnya kemampuan manusiauntuk membedakan
rangsangan internal pikiran dan rangsangan eksternal(Trimelia, 2011).

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialamioleh klien
gangguan jiwa. Klien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,pengecapan, perabaan,
atau penghiduaan tanpa adanya stimulus yang nyata(Keliat, 2014).

Halusinasi adalah gangguan persepsi tentang suatu objek atau gambaran danpikiran
yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputisemua sistem
penginderaan (Dalami, Ermawati dkk 2014).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa halusinasiadalah


adanya gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran danpikiran sering
terjadi yang dialami oleh klien gangguan jiwa berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduan dengan persepsi yang salah terhadap lingkungan tanpa
stimulus yang nyata.

B. Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Trimeilia (2011) jenis-jenis halusinasi adalah sebagai berikut :

1. Halusinasi pendengaran (auditory)


Mendengar suara yang membicarakan, mengejek, mentertawakan, mengancam,
memerintahkan untuk melakukan sesuatu (kadang-kadang hal yang berbahaya).
Perilaku yang muncul adalah mengarahkan telinga pada sumber suara, bicara atau
tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menutup telinga, mulut komat-kamit, dan
ada gerakan tangan.
2. Halusinasi penglihatan (visual)
Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar, orang atau panorama
yang luas dan kompleks, bisa yang menyenangkan atau menakutkan. Perilaku yang
muncul adalah tatapan mata pada tempat tertentu, menunjuk ke arah tertentu,
ketakutan pada objek yang dilihat.
3. Halusinasi penciuman (olfactory)
Tercium bau busuk, amis, dan bau yang menjijikan, seperti bau darah, urine atau feses
atau bau harum seperti parfum. Perilaku yang muncul adalah ekspresi wajah seperti
mencium dengan gerakan cuping hidung, mengarahkan hidung pada tempat tertentu,
menutup hidung.
4. Halusinasi pengecapan (gustatory)
Merasa mengecap sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan, seperti rasa darah, urine
atau feses. Perilaku yang muncul adalah seperti mengecap, mulut seperti gerakan
mengunyah sesuatu, sering meludah, muntah.
5. Halusinasi perabaan (taktil)
Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat, seperti merasakan
sensasi listrik dari tanah, benda mati atau orang. Merasakan ada yang menggerayangi
tubuh seperti tangan, binatang kecil dan makhluk halus. Perilaku yang muncul adalah
mengusap, menggaruk-garuk atau meraba-raba permukaan kulit, terlihat
menggerakkan badan seperti merasakan sesuatu rabaan.
6. Halusinasi sinestetik
Merasakan fungsi tubuh, seperti darah mengalir melalui vena dan arteri, makanan
dicerna atau pembentukan urine, perasaan tubuhnya melayang di atas permukaan
bumi. Perilaku yang muncul adalah klien terlihat menatap tubuhnya sendiri dan
terlihat seperti merasakan sesuatu yang aneh tentang tubuhnya.

C. Etiologi
1. Faktor predisposisi
Menurut Yosep (2010) faktor predisposisi klien dengan halusinasi :
a) Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan
keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi,
hilang percaya diri dan lebih rentah terhadap stress.
b) Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungannya sejak bayi akanmerasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c) Faktor biologis
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stres yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang
dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stres berkepanjanganjangan
menyebabkan teraktivitasnya neurotransmitter otak.
d) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
padapenyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebihmemilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
e) Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua skizofrenia
cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor presipitasi
a. Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak
aman, gelisah, bingung, perilaku menarik diri, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan yang nyata dan
tidak nyata. Menurut Rawlins dan Heacock (1993) mencoba memecahkan
masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat keberadaan seorang individu sebagai
makhluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spritual. Sehingga
halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi yaitu :
1) Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan
yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi
alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang sama.
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi itu terjadi, isi daari halusinasi dapat berupa
perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sangguplagi menentang
perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu
terhadap kekuatan tersebut.
3) Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi
merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan,
namun merupakan satu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat
menagmabil seluruh perhatian klien dan jarang akan mengontrol semua
perilaku klien.
4) Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dari fase awal dan comforting
klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat
membahayakan. Klien asik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan
tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, contoh diri dan harga
diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan
ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung keperawatan klien
dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman
interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan klien tidak menyendiri
sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak
berlangsung.
5) Dimensi spritual
Secara spritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas,
tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara spritual
untuk menyucikan diri, irama sirkardiannya terganggu, karena ia sering tidur
larut malam dan bangun sangat siang. Saat terbangun terasa hampa dan tidak
jelas tujuan hidupnya. Ia sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya
memjemput rezeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang
menyebabkan takdirnya memburuk.

D. Rentang Respons Neurobiologi


1. Respon adaptif adalah respon yang yang dapat diterima oleh norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut.
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman
ahli.
d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran.
e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi denagn orang lain dan lingkungan.
2. Respon psikosial meliputi
a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan
b. Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera
c. Emosi berlebihan atau berkurang
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran
e. Menarik diri yaitu percobaan untuk menghindar interaksi dengan orang lain
3. Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikanmasalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon
maladaptif ini meliputi :
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang
tidak realita atau tidak ada.
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
d. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur.
e. Isolasi sosial adalah kondisi sendirian yang dialami oleh individu dan diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negatif
mengancam.
E. Tahapan Proses Terjadinya Halusinasi
Menurut Yosep (2010) dan Trimeilia (2011) tahapan halusinasi ada lima fase yaitu:
1. Stage I (Sleep Disorder) Fase awal seseorang sebelum muncul halusinasi.
Karakteristik :
Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut diketahui
orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa sulit karena berbagai
stressor terakumulasi, misalnya kekasih hamil, terlibat narkoba, dikhianati kekasih,
masalah di kampus, di drop out, dst. Masalah terasa menekan karena terakumulasi
sedangkan support sistem kurang dan persepsi terhadap masalah sangat buruk. Sulit
tidur berlangung terus-menerus sehingga terbiasa menghayal. Klien menganggap
lamunan-lamunan awal tersebut sebagai pemecahan masalah.
2. Stage II (Comforting Moderate Level of Anxiety) Halusinasi secara umum ia terima
sebagai sesuatu yang alami.
Karakteristik :
Klien mengalami emosi yang berlanjut, seperti adanya perasaan cemas, kesepian,
perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba untuk memusatkan pemikiran pada
timbulnya kecemasan. Ia beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan sensorinya
dapat ia kontrol bila kecemasannya diatur, dalam tahapan ini ada kecenderungan klien
merasa nyaman dengan halusinasinya. Perilaku yang muncul biasanya dalah
menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibirnya tanpa
menimbulkan suara, gerakan mata cepat, respon verbal lamban, diam dan dipenuhi
oleh sesuatu yang mengasyikkan.
3. Stage III (Condemning Severe Level of Anxiety) Secara umum halusinasi sering
mendatangi klien.
Karakteristik :
Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalami bias. Klien mulai
merasa tidak mampu mengontrolnya dan mulai berupaya untuk menjaga jarak antara
dirinya dengan objek yang dipersepsikan klien. Klien mungkin merasa malu karena
pengalaman sensorinya tersebut dan menarik diri dari orang lain dengan intensitas
watu yang lama. Perilaku yang muncul adalah terjadinya peningkatan sistem syaraf
otonom yang menunjukkan ansietas atau kecemasan, seperti : pernafasan meningkat,
tekanan darah dan denyut nadi menurun, konsentrasi menurun.
4. Stage IV (Controling Severe Level of Anxiety) Fungsi sensori menjadi tidak relevan
dengan kenyataan.
Karakteristik :
Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abnormal yang datang.Klien dapat
merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah dimulai fase gangguan
psikotik. Perilaku yang biasanya muncul yaitu individu cenderung mengikuti petunjuk
sesuai isi halusinasi, kesulitan berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian
hanya beberapa detik/menit.
5. Stage V (Concuering Panic Level of Anxiety) Klien mengalami gangguan dalam
menilai lingkungannya.
Karakteristik :
Pengalaman sensorinya terganggu. Klien mulai terasa terancam dengan datangnya
suara-suara terutama bila klien tidak dapat menuruti ancaman atau perintah yang ia
dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat berlangsung selama minimal empat jam
atau seharian bila klien tidak mendapatkan komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan
psikotik berat. Perilaku yang muncul adalah perilaku menyerang, risiko bunuh diri
atau membunuh, dan kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi (amuk, agitasi,
menarik diri).

F. Mekanisme Koping
Menurut Dalami dkk (2014) mekanisme koping adalah perilaku yang mewakili upaya
untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan
respon neurobiologi maladaptif meliputi:
1. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali seperti
apa perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah proses informasi
dan upaya untuk menanggulangi ansietas.
2. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada orang lain
karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk menjelaskan
kerancuan persepsi).
3. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis,
reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindari sumber stressor, misalnya
menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain. Sedangkan reaksi
psikologis individu menunjukan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat,
sering disertai rasa takut dan bermusuhan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN

Identitas Klien

Nama : Ny. S.B

Umur : 36 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Pembantu RumahTangga

Suku/Bangsa : Sanghie/ Indonesia

Alamat : Sanghie

No. RM :-

Tanggal MRS : Agustus 2020

Tanggal Pengkajian : 25 November 2021 Jam 09.00 WITA

Identitas Penanggung jawab

Nama : Ny. O.M

Umur : 61 Tahun

Pekerjaan : Petani

Alamat : Sanghie

Hubungan : Ibu
2. Alasan Masuk: Klien di bawa ke Rumah sakit oleh ibunya pada November 2020, karena

klien mengurung diri, bicara- bicara sendiri,dan sering mendengarkan suara-suara yang

menyebutkan namanya.

3. Keluhan saat di kaji: Saat di kaji klien tampak kontak sering mondar – mandir, tampak

tidak tenang, mengeluh tidak bisa tidur.

Faktor Predisposisi

a. Pegobatan klien sebelumnya kurang berhasil karena hanya berobat dikampung

b. Di dalam anggota keluarga hanya klien megalami penyakit ini

Masalah keperawatan : Halusiansi

1) Resiko gagguan presepsi sensori : halusinasi pendengaran

2) Isolasi sosial

Pemeriksaan Fisik

a. Tanda-tanda Vital

TD :130/80 mmHg N: 88x/m R: 18x/m SB: 36,2Oc

b. Tinggi badan :160 Cm Berat badan: 56 kg

c. Keluhan fisik : tidak ada


6. Psikososial

a. Genogram

Keterangan :

: laki-laki

: Perempuan

: Klien

b. Konsep diri

1) Gambaran diri : klien mengatakan menyukai seluruh bentuk tubuhnya

2) Identitas diri : klien menyadari dirinya seorang perempuan, anak ke 4 dari 6

bersaudara

3) Peran diri: klien sering melakukan kegiatan membersihkan ruangan.

4) Ideal diri : klien berharap ingin cepat sembuh dan di jemput oleh keluarganya

untuk pulang.

5) Harga Diri : Sering berhubungan dengan orang lain.

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

c. Hubungan sosial :

Klien mengatakan suka mengikuti kegiatan dalam rumah sakit (seperti ibadah,

olahraga, dan kegiatan lain)

Klien mengatakan awalnya hanya suka bergaul dengan ka Lanny dan oma Vera .

Karena menurut klien hanya mereka yang dapat dipercaya.


Masalah keperawatan : Resiko Isolasi Sosial

d. Spiritual : Klien menganut Agama Kristen Protestan

Kegiatan Ibadah : klien mengikuti ibadah jika hanya disario saja.

7. Status Mental

a. Penampilan fisik : Klien tampak bersih, tidak berbau, selalu ganti pakaian setelah

mandi.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

b. Pembicaraan : klien bicara terus terang ketika ditanyakan.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

c. Aktivitas Motorik : klien jarang di tempat tidur/ jongkok di lantai klien kebanyakan

sendiri dan mondar mandir, klien hanya melakukan pembicaraan jika diajak bicara.

d. Alam perasaan: Klien mengatakan sering mendengar suara-suara tanpa wujud dan

memanggilnya.

Masalah keperawatan : Halusinasi pendengaran

e. Afek lebih: afek klien tumpul, klien bisa berespon dengan stimulus yang kuat baru

klien berespon.

Masalah keperawatan : Halusinasi

f. Interaksi selama wawancara : kontak mata klien ada dan saat selalu bicara terus

terang ketika ditanya tetapi kadang berbicara hal – hal yang aneh.

Masalah keperawatan : Halusinasi

g. Persepsi : Klien mengatakan mendengar suara tanpa wujud yang menyuruh-nyuruh

klien dimana sering terdengar di saat klien melamun dan suara itu menyuruh untuk

memukuli orang lain.

Masalah keperawatan : Halusinasi Pendengaran


h. Proses pikir : klien menjawab pertanyaan sesuai dengan yang di tanya dengan respon

cukup baik.

Masalah keperawatanpertan : Tidak ada masalah

i. Isi pikir: saat berinteraksi dengan klien tidak di temukan adanya waham, obsesi dan

fobia.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah

j. Tingkat kesadaran : saat wawancara klien sadar, klien tidak mengalami disorientasi:

waktu, tempat dan orang lain, klien mampu mengenal waktu saat pagi,siang, sore

dan malam di RSJ klien mengenal yang merawatnya adalah perawat yang di

ruangan.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

k. Memori : klien dapat menggingat kejadian masa lalu yang menyebabkan dia stress

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung: klien mampu berkonsentrasi dalam menjawab

pertanyaan dan mampu berhitung 1-10.

m. Kemampuan penilaian: klien memiliki gangguan kemampuan penilaian ringan, di

mana klien dapat mengambil keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain

(perawat), misalnya dengan memberikan kesempatan pada klien untuk memilih,

mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum mandi, setelah di beri

penjelasan ternyata klien dapat mengambil keputusan dengan benar yaitu mandi dulu

sebelum makan.

n. Daya tilik diri : klien menyadari dirinya sakit dan di rawat di Rumah Sakit Jiwa.

8. Kebutuhan

a. Makan/ minum: Mandiri ( diarahkan)

b. BAB/BAK: Mandiri ( diarahkan)

c. Mandi: Mandiri ( diarahkan)


d. Berpakaian/ berhias: Mandiri ( diarahkan)

e. Istirakat dan tidur: Mandiri ( diarahkan)

f. Penggunaan obat: Mandiri (diarahkan)

g. Pemeliharaan kesehatan: Mandiri ( diarahkan)

9. Mekanisme Kopimg

a. Adaptif : klien bicara dengan orang lain jika di ajak bicara.

b. Maladaptive: klien menggatakan jika punya masalah klien memendamnya sendiri dan

tidak menggungkapkanya kepada orang lain.

Masalah keperawatan : Halusinasi

10. Masalah psikososial dan lingkungan

a. Masalah dengan lingkungan kelompok, spesifik: klien kurang bergaul dengan orang

lain, tetapi jika bersama Lanny dia suka bercerita.

b. Masalah berhubungan dengan pendidikan, spesifik: klien memiliki latar belakang

pendidikan SD.

c. Masalah dengan pekerjaan, spesifik : Klien pernah bekerja sebagai pembantu rumah

tangga.

d. Masalah dengan perumahan spesifik : tidak ada masalah.

e. Masalah dengan ekonomi, spesifik :tidak ada masalah

f. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : Terkadang klien sering bertanya

kapan berhenti minum obat.

11. Aspek medik

a. Diagnosa medik : Skizofrenia Paranoid

b. Terapi medis :
Resperidon 2 x 1 tab: rute oral, warna oranye

Trihexyhenidil (THP) 5 mg 2 x 1 Tab: rute oral warna putih

Valdiex 5 mg 1 x 1 Rute oral

Bcom 2 x 1 : rute oral warna kuning

Sulfaverosine 1 x 1 Rute Oral warna Merah

ANALISA DATA

No DATA MASALAH
1. DS : Perubahan persepsi sensori, Halusinasi

- klien mengatakan mendengar bisikan Pendengaran.

seperti suara memanggil namanya.

DO :

- Klien terlihat gelisah dan mondar mandir


2. DS : Harga diri rendah

- klien mengatakan kalau ada masalah

lebih memilih memendamnya sendiri

DO :

- klien sering menyendiri

- klien akan berbicara apabila diajak bicara

sama orang lain.


DIAGNOSA KEPERAWATAN

(D.0085) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan pendengaran

(D.0087) Harga diri renda situasional berhubungan dengan ketidakadekuatan pemahaman


POHON MASALAH

Effect : Dampak Resiko Perilaku Kekerasan

Core problem: Masalah utama Halusinasi Pendengaran

Cause : Penyebab Harga Diri Rendah

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
1 Gangguan Persepsi -klien dapat - Distorsi Manajemen Halusinasi
Sensori b.d gangguan membina sensori (I.09288)
pendengaran hubungan saling menurun - Anjurkan melakukan
percaya dengan distraksi (mis.
DS : orang lain. - Perilaku melakukan aktivitas dan
- klien mengatakan - klien dapat halusinasi teknik relaksasi)
mendengar bisikan mengontrol menurun - Ajarkan klien cara
seperti suara halusinasi mengontrol halusinasi
memanggil namanya. dengan cara - melamun - monitor perilaku yang
DO : menghardik menurun mengindikasi halusinasi
- Klien terlihat gelisah halusinasi - Kolaborasi pemberian
dan mondar mandir - klien dapat - verbalisasi obat antipsikotik
mengenal mendengar
halusinasi bisikan
Persepsi menurun
Sensori
( L.09083)

2 Harga Diri Rendah - klien dapat - Penilaian diri Promosi Harga Diri
situasional b.d berhubungan positif (I.09308)
ketidakadekuatan baik dengan meningkat - Diskusikan persepsi
pemahaman orang lain negatif diri
- klien lebih - Meremehkan - Anjurkan
DS : aktif dalam kemampuan mengidentifikasi
- klien mengatakan mengikuti mengatasi kekuatan yang dimiliki
kalau ada masalah kegiatan masalah - Latih peningkatan
lebih memilih Harga Diri menurun tanggung jawab untuk
memendamnya sendiri (L.09069) diri sendiri
DO : - perasaan tidak - Latih
- klien sering mampu pernyataan/kemampuan
menyendiri melakukan positif diri
- klien akan berbicara apapun Latih cara berfikir dan
apabila diajak bicara menurun berperilaku positif
sama orang lain. - Latih meningkatkan
- percaya diri kepercayaan pada
berbicara kemampuan dalam
meningkat. menangani situasi

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

 HARI PERTAMA
Jumat, 26 November 2021/ Jam 09.00 – 11.30 WITA

Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi


Gangguan Persepsi - Anjurkan melakukan distraksi S:
Sensori b.d gangguan (mis. melakukan aktivitas dan Klien mengatakan masih
pendengaran teknik relaksasi) sering mendengar suara
- Ajarkan klien cara mengontrol memanggil namanya
halusinasi
- monitor perilaku yang O:
mengindikasi halusinasi - Klien terlihat gelisah dan
- Kolaborasi pemberian obat mondar mandir
antipsikotik A:
- Anjurkan melakukan
distraksi (mis. melakukan
aktivitas dan teknik relaksasi)
- Ajarkan klien cara
mengontrol halusinasi
- Kolaborasi pemberian obat
antipsikotik

P:
Intervensi manajemen
halusinasi dilanjutkan
Harga Diri Rendah - Diskusikan persepsi negatif S:
situasional b.d diri - klien mengatakan kalau ada
ketidakadekuatan - Anjurkan mengidentifikasi masalah lebih memilih
pemahaman kekuatan yang dimiliki memendamnya sendiri
- Latih peningkatan tanggung
jawab untuk diri sendiri O:
- Latih pernyataan/kemampuan - klien sering menyendiri
positif diri - klien akan berbicara apabila
Latih cara berfikir dan diajak bicara sama orang
berperilaku positif lain.
- Latih meningkatkan A:
kepercayaan pada kemampuan - Diskusikan persepsi negatif
dalam menangani situasi diri
- Anjurkan mengidentifikasi
kekuatan yang dimiliki
- Latih peningkatan tanggung
jawab untuk diri sendiri
- Latih
pernyataan/kemampuan
positif diri
Latih cara berfikir dan
berperilaku positif
- Latih meningkatkan
kepercayaan pada
kemampuan dalam
menangani situasi

P:
Intervensi Promosi Harga
Diri dilanjutkan

 HARI KEDUA
Sabtu, 27 November 2021 / Jam 13.00 – 15.30 WITA

Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi


Gangguan Persepsi - Anjurkan melakukan distraksi S:
Sensori b.d gangguan (mis. melakukan aktivitas dan Klien mengatakan sudah
pendengaran teknik relaksasi) jarang mendengarkan suara
- Ajarkan klien cara mengontrol bisikan
halusinasi
- monitor perilaku yang O:
mengindikasi halusinasi -Klien tampak masih tidak
- Kolaborasi pemberian obat tenang
antipsikotik -Klien tampak masih
mondar-mandir

A:
- Anjurkan melakukan
distraksi (mis. melakukan
aktivitas dan teknik relaksasi)
- Ajarkan klien cara
mengontrol halusinasi
- Kolaborasi pemberian obat
antipsikotik

P:
Intervensi manajemen
halusinasi dilanjutkan
Harga Diri Rendah - Diskusikan persepsi negatif diri S:
situasional b.d - Anjurkan mengidentifikasi - Klien mengatakan sekarang
ketidakadekuatan kekuatan yang dimiliki kalau ada masalah bisa
pemahaman - Latih peningkatan tanggung bercerita kepada perawat
jawab untuk diri sendiri
- Latih pernyataan/kemampuan O:
positif diri -Klien tampak mulai optimis
Latih cara berfikir dan dengan hidupnya
berperilaku positif
- Latih meningkatkan A:
kepercayaan pada kemampuan - Diskusikan persepsi negatif
dalam menangani situasi diri
- Anjurkan mengidentifikasi
kekuatan yang dimiliki
- Latih peningkatan tanggung
jawab untuk diri sendiri
- Latih
pernyataan/kemampuan
positif diri
Latih cara berfikir dan
berperilaku positif
- Latih meningkatkan
kepercayaan pada
kemampuan dalam
menangani situasi

P:
Intervensi Promosi Harga
Diri dihentikan

CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl/waktu Implementasi Evaluasi


25-11- SP1 S:
2021 Orientasi - Klien mengatakan “saat ini
/ - Mengucapkan salam suara-suara bisikan tidak
09.00- kepada klien saya dengar
11.00 Hasil: lagi”.“Biasanya suara
Klien tampak membalas bisikan itu muncul diwaktu
salam dengan senyum saat saya sendiri dan tidak
- Menanyakan perasaan beraktifitas
klien - Klien mengatakan klien
Hasil: sudah mengikuti cara yang
Klien mengatakan sudah diajarkan
perasaannya saat ini (menghardik) yaitu, tutup
sangat baik dan senang mata, tutup telinga,
- Menyampaikan topic yakinkan dalam hati, pergi
yang akan dibicaraan kamu pergi… kamu tidak
Hasil: nyata kamu palsu.
Topic yang akan dihas O:
mengenai cara - Klien memperagakan cara
menghardik halusinasi menghardik dengan cukup
- Kontrak tempat, waktu baik
Hasil: - Klien memasukan kedalam
Klien mengatakan di kegiatan tentang cara
kamar klien, selama 10 menghardik
menit A:
Tahap Kerja - SP1 Tercapai
- Menjelaskan cara P:
menghardik halusinasi - Lanjutkan SP2
Hasil:
Klien mengatakan sudah
mengetahuinya
sebelumnya
- Memperagakan cara
menghardik
Hasil:
Klien tampak
meperhatikan saat
diperagakan
- Meminta klien untuk
memperagakan Kembali
Hasil:
Klien dapat
memperagakan dan
mengulang Kembali n
- Memantau penerapan
cara ini, menguatkan
perilaku klien
Hasil:
Klien dapat menerapkan
cara mengardik
halusinasi yang telah
diajarkan
Terminasi
- Menayakan perasaan
klien setelah mengikuti
cara mengahardik
halusinasi
Hasil:
Klien mengatakan
perasaan klien lebih
legah dan lebih nyaman
- Membuat jadwal Latihan
Hasil:
Klien mengatakan akan
memasukan di dalam
jadwal kegiatan klien
- Memberitahu kepada
klien bahwa ad acara
kedua yang dapat
mengendalikan suara-
suara tersebut
Hasil:
Klie tampak senang dan
antusias saat
diberitahuakn hal itu
- Kontak waktu, tempat
Hasil:
Klien mengatakan
ditempat yang sama saja

26-11- SP2 S:
2021 Orientasi - Klien mengatakan “saat ini
/ - Mengucapkan salam suara-suara bisikan tidak
13.00- kepada klien saya dengar lagi”.“suara
15.00 Hasil : bisikan sudah tidak
Klien tampak merespon terdengar sejal kemarin dan
salam yang diberikan tadi malam”
ddengan gembira - Klien mengatakan klien
- Menanyakan apakah senang mengikuti cara
suara-suara itu masih kedua dan ketiga dalam
muncul mengendalikan halusinasi
Hasil: O:
Klien mengatakan sudah - Klien tampak berinteraksi
tidak muncul lagi dengan baik
- Apakah cara yang dilatih - Tampak konsetraasi klien
kemarin sudah dipakai baik
Hasil: - Tampak kontak mata klien
Klien mgatakan klien baik
massih mengingatnya - Klien dapat melakukan
- Menyampaikan topic yang Teknik kedua yaitu
akan dibahas berbincang-bincang dengan
Hasil: orang lain dengan baik
Topic yang akan dibahas - Klien tampak melakuakn
yaitu mengontrol aktifitas sehari-hari
halusinasi dengan mengatur pakaian, mencuci
bercakap-cakap dengan kamr mandi, megatur
orang lain tempat tidur, beribadah, dll
- Kontrak waktu A:
Hasil: - SP2 Tercapai
Mengotrak waktu dengan P:
klien kira-kira 10 menit Lanjutkan SP3 & SP4

Tahap Kerja
- Mengajarkan kepada klien
jika suara mulai datang
langsung mencari teman
untuk berbicang-bincang
Hasil:
Saat dijelaskan klien
tampak sanagt
memperhatikan jalannya
pencejalasan
- Mencontohkan cara
meminta tolong kepoada
teman untuk mengobrol
halusinasi jika datang
Hasil:
“Tolong!!, saya mulai
mendengar suara-suara.
Ayo mengobrol dengan
saya!. Saat dicontohkan
klien tampak
memperhatikan dan
mengulangi kata tersebut
Terminasi
- Menayakan perasaan
klien setelah mengikuti
cara mengahardik
halusinasi
Hasil:
Klien mengatakan
perasaan klien lebih
legah dan lebih nyaman
- Membuat jadwal Latihan
Hasil:
Klien mengatakan akan
memasukan di dalam
jadwal kegiatan klien
- Memberitahu kepada
klien bahwa ad acara
ketiga yang dapat
mengendalikan suara-
suara tersebut
Hasil:
Klie tampak senang dan
antusias saat
diberitahuakn hal itu
- Kontak waktu, tempat
Hasil:
Klien mengatakan
ditempat yang sama saja
dan dilakukan hari ini
juga
SP3

Orientasi
- Mengucapkan salam
kepada klien
Hasil :
Klien tampak merespon
salam yang diberikan dan
klien tampak senang
- Menanyakan apakah
apakah 2 cara itu efektif
Hasil:
Klien mengatakan 2 cara
yang telah diajari itu
sangat membatu mengotro
dan mengahardik
halusinasi dari klien
- Apakah cara yang dilatih
kemarin sudah dipakai
Hasil:
Klien mgatakan klien
massih mengingatnya
- Menyampaikan topic yang
akan dibahas
Hasil:
Topic yang akan dibahas
yaitu mengontrol
halusinasi dengan
melaksanakan aktifitas
terjadwal

Tahap Kerja
- Menjelaskan pentingnya
aktifitas yang teratur
untuk mengatasi
halusinasi
Hasil:
Saat dijelaskan klien
tampakj memperhatikan
dengan baik
- Mendiskusikan aktifitas
yang biasa dilakukan
klien
Hasil:
Klien mengatakan klien
sudah mempunyai jadwal
sebelumnya tentang
aktifitas klien sehari-hari
- Menyusun jadwal aktitas
sehariphari sesuai dengan
aktifitas yang telah
dilatih Upayakan klien
mempunyai aktivitas dari
bangun pagi sampai tidur
malam,7 hari dalam
seminggu
Hasil :
Klien sudah mempunyai
jadwal aktifitas yang
dilakukan sehari-hari
sebelumnya
- Memantau pelaksanaan
jadwal kegiatan,
memberikan penguatan
terhadap perilaku klien
yang positif
Hasil:
Klien melakukan
kegiatan aktifitas sesuai
dengan jadwal yang ada,
dan saat diberikan
pyujian atas perlakuan
positif dari klien, klien
terlihat senang dan
gembira

Terminasi
- Menayakan perasaan
klien setelah mengikuti
cara mengahardik
halusinasi
Hasil:
Klien mengatakan
perasaan klien lebih
nyaman sekarang kareena
sudah mengetahui banyak
cara dalam mengontrol
halusinasi
- Menanyakan 3 cara yang
sudah diajarkan
Hasil:
Klien dapat menyebutkan
3 cara yang telah
diajarkan
- Memberiahukan kepada
klien akan dilatih
menggunakan obat secara
teratur
Hasil:
Klie tampak senang dan
antusias saat
diberitahuakn hal itu
- Kontak waktu, tempat
Hasil:
Klien mengatakan
tempatnya di nurse
station saja, dan waktu
sebelum mmakan malam

27-11- SP3 S:
2021 - Klien mengatakan “saat ini
14.00- Orientasi suara-suara bisikan tidak
16.00 - Mengucapkan salam saya dengar lagi”.“suara
kepada klien bisikan sudah tidak
Hasil : terdengar sejak kemarin
Klien tampak merespon dan tadi malam”
salam yang diberikan dan - Klien mengatakan klien
klien tampak senang senang mengikuti cara
- Menanyakan apakah keempat mengendalikan
apakah 2 cara itu efektif halusinasi dengan obat
Hasil: O:
Klien mengatakan 2 cara - Klien tampak melakuakn
yang telah diajari itu aktifitas sehari-hari
sangat membatu mengotro mengatur pakaian, mencuci
dan mengahardik kamar mandi, megatur
halusinasi dari klien tempat tidur, beribadah, dll
- Apakah cara yang dilatih - Klien tampak berinteraksi
kemarin sudah dipakai dengan baik
Hasil: - Tampak konsetraasi klien
Klien mgatakan klien baik
massih mengingatnya - Tampak kontak mata klien
- Menyampaikan topic yang baik
akan dibahas - Klien memahami cara ke 4
Hasil: mengendalikan halusinasi
Topic yang akan dibahas dengan minum obat secara
yaitu mengontrol teratur
halusinasi dengan
melaksanakan aktifitas A:
terjadwal - SP 3 & SP4 Tercapai
P:
Tahap Kerja - Evaluasi Kembali SP1,
- Menjelaskan pentingnya SP2, SP3, SP4, dalam
aktifitas yang teratur mengendalikan halusinasi
untuk mengatasi - Intervensi dihentikan
halusinasi
Hasil:
Saat dijelaskan klien
tampakj memperhatikan
dengan baik
- Mendiskusikan aktifitas
yang biasa dilakukan
klien
Hasil:
Klien mengatakan klien
sudah mempunyai jadwal
sebelumnya tentang
aktifitas klien sehari-hari
- Menyusun jadwal aktitas
sehariphari sesuai dengan
aktifitas yang telah
dilatih Upayakan klien
mempunyai aktivitas dari
bangun pagi sampai tidur
malam,7 hari dalam
seminggu
Hasil :
Klien sudah mempunyai
jadwal aktifitas yang
dilakukan sehari-hari
sebelumnya
- Memantau pelaksanaan
jadwal kegiatan,
memberikan penguatan
terhadap perilaku klien
yang positif
Hasil:
Klien melakukan
kegiatan aktifitas sesuai
dengan jadwal yang ada,
dan saat diberikan
pyujian atas perlakuan
positif dari klien, klien
terlihat senang dan
gembira

Terminasi
- Menayakan perasaan
klien setelah mengikuti
cara mengahardik
halusinasi
Hasil:
Klien mengatakan
perasaan klien lebih
nyaman sekarang kareena
sudah mengetahui banyak
cara dalam mengontrol
halusinasi
- Menanyakan 3 cara yang
sudah diajarkan
Hasil:
Klien dapat menyebutkan
3 cara yang telah
diajarkan
- Memberiahukan kepada
klien akan dilatih
menggunakan obat secara
teratur
Hasil:
Klie tampak senang dan
antusias saat
diberitahuakn hal itu
- Kontak waktu, tempat
Hasil:
Klien mengatakan
tempatnya di nurse
station saja, dan waktu
sebelum mmakan malam

SP4

Orientasi
- Mengucapkan salam
kepada klien
Hasil :
Klien tampak merespon
salam yang diberikan dan
klien tampak senang
- Menanyakan perasaan
klien hari ini
Hasil:
Klien mengatakan hari ini
klien sedikit sedih karena
hari ini merupakan hari
terakhir perawat praktik di
ruangan
- Menanyakan kepada klien
apakah menggunakan 3
cara yang sudah diajarkan
Hasil:
Klien mengatakan klien
sudah memasukan ke
dalam jadwalnya dan klien
tidak akan lupa
melakukannya jika suara
itu datang
- Apakah jadwal kegiatan
yan dibuat sudah
dilakukan
Hasil:
Klien mgatakan klien
sudah melakukannya
sedari kemarin
- Menanyakan kepada klien
apakah pagi tadi sudah
minum obat
Hasil:
Klien mengatakan sudah
minum obat
- Menyampaikan topic yang
akan dibahas
Hasil:
Hari ini kita akan

mendiskusikan tentang
obat-obatan yang
sementara diminum
- Kontrak waktu
Hasil
20 menit

Tahap Kerja
- Menjelaskan kegunaan
obat
Hasil:
Saat penjelasan
berlangsung klien tampak
mengerti dan antusias
- Menjelaskan resiko kalau
putus obat
Hasil:
Klien tampak cemas saat
dijelaskan resiko putus
obat
- Menjelaskan cara
mendapatkan
obat/berobat
Hasil:
Klien tampak sudah
mnngerti cara
mendapatkan obat yaitu
melalui dokter
- Jelaskan cara
menggunakan obat
dengan prinsip 5 benar
(benar obat, benar klien,
benar cara, benar waktu,
benar dosis)
Hasil:
Saat dijelaskan klien
tampak menyimak
dengan baik dan dapat
mengulangi kembali
tentang prinsip 5 benar

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah dilakukan Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah halusinasi


pendengaran pada Ny. S.B, setelah dilakukan tindakan selama 3 hari mendapatkan hasil yg
cukup baik pada klien artinya klien mengalami peningkatan kemampuan juga dalam
mengontrol halusinasi, penurunan risiko perilaku kekerasan, terjadi peningkatan harga diri
ke arah lebih baik dan meminum obat dalam setiap harinya dengan teratur sesuai anjuran .
Asuhan keperawatan ini sesuai dengan teori pendapat Notoatmojo (2010) bahwa
semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka semakin mudah untuk menerima
informasi tentang objek atau yang berkaitan dengan pengetahuan. Menurut Nurdiana (2007),
bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya kekambuhan penderita skizofrenia khususnya
halusinasi adalah kurangnya peran keluarga dalam perawatan terhadap anggota yang
menderita halusinasi. Ekonomi juga berperan dalam merawat klien halusinasi disertai
pendidikan yang tinggi mempengaruhi cara merawat klien yang mengalami gangguan jiwa.
Penulis berasumsi bahwa keberhasilan asuhan keperawatan pada klien disebabkan
oleh keinginan mereka untuk sembuh sehingga mereka selalu mengikuti apa yang telah
diajarkan untuk melawan halusinasi. Dari pihak rumah sakit juga telah membantu merawat
klien dalam mengontrol kebutuhan minum obat secara teratur. Penulis juga berasumsi, hal
yang menyebabkan klien menderita gangguan jiwa seperti ini mungkin dikarenakan faktor
keluarga yaitu ibunnya yang sudah terlalu mencampuri urusan rumah tangga anaknya dan
memberikan tekanan yang berujung stress yang tidak mampu klien hadapisehingga membuat
klien menjadi seperti ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Klien Ny. S.B dengan masalah
Halusinasi Pendengaran yang dilakukan di Ruang Kabela RSJ PROF. DR. V. L.
Ratumbuysang Manado, Sulawesi Utara maka dapat disimpulkan :
1. Kesimpulan Klien
1) Hasil Pengkajian pada Ny. S.B didapatkan data subyektif klien mengatakan
mendengar suara yang sangat jelas berupa perintah untuk memukuli seseorang. Klien
mengatakan mendengar suara bisikan itu disaat sendirian dan sedang melamun. Saat
suara bisikan itu datang, klien menutup telinga dan menghardik suara tersebut. Data
objektif yang didapatkan klien tampak gelisah dan tidak tenang
2) Masalah keperawatan yang didapat dari hasil pengkajian Ny. S.B adalah Gangguan
Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran.
3) Intervensi Keperawatan di masalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran adalah Monitor perilaku yang mengindikasi halusinasi, Monitor isi
halusinasi, Diskusikan perasaan dan respons terhadap halusinasi, Anjurkan memonitor
sendiri situasi terjadinya halusinasi, Anjurkan melakukan distraksi (mis. Melakukan
aktivitas) Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan antiansietas, ajarkan cara
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain,
melakukan aktivitas terjadwal dan minum obat secara teratur.
4) Pelaksanaan tindakan klien Ny. S.B dengan cara mengajarkan Strategi Pelaksanaan
(SP) klien Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran. Implementasi Ny.
S.B berlangsung selama 3 hari dalam kondisi mampu mengontrol halusinasi dan
minum obat secara teratur di setiap harinya.
5) Evaluasi pada studi kasus ini adalah Klien Ny. J.P mampu membina hubungan saling
percaya, klien kooperartif, klien dapat melakukan cara mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik, bercakap-cakap, melakukan kegiatan, serta mampu menunjukkan
dan menyebutkan kembali jenis obat dan manfaatnya.

B. Saran
1. Bagi Perawat
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatann hendaknya mengkuti langkah-
langkah proses keperawatan sesuai dengan pelaksanaan tindakannya yang dilakukan
secara sistematis dan tertulis agar tindakan berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
2. Bagi Klien
Diharapkan klien mampu melakukan SP Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran yang telah diajarkan oleh perawat disetiap jadwal yang telah dibuat bersama
agar halusinasi tidak kambuh kembali.
3. Bagi Peneliti
Diharapkan hasil asuhan keperawatan jiwa ini dapat menjadi referensi lain serta
dapat menjadi acuan untuk dikembangkan kembali dalam asuhan keperawatan pada klien
dengan masalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran

DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2010. Konsep Dasar Keperawatan. Edisi I. Jakarta: EGC Dalami, dkk. 2014.
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa.Jakarta: CV. Trans Info Media. Direja,
A.H.S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Farida dan Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Kemenkes,
2018.
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional 2018, badan peneliti &
pengembangan Depkes RI. Jakarta. Keliat, B.A Dkk, (2014).
Model Keperawatan Profesional Jiwa, Jakarta : EGC Manurung, S. 2011. Keperawatan
Profesional. Jakarta: Trans Info Media. Muhit, A (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa
(Teori dan Aplikasi). Yogyakara: ANDI Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma (2015)
Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc edisi revisi
jilid 3 Skizofrenia hal.137: Jogyakarta. MediAction. Rahayu, D.R. 2016. Asuhan
Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi dengan klien Ny. S di ruang Bima
Instalasi Jiwa Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. Universitas Muahammadiyah:
Purwokerto. Rasmun. 2009. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan
Keluarga. Jakarta: CV. Sagung Seto. Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Dokumentasi
Asuhan Keperawatan; Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sumijatun. 2010. Konsep
Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta: Trans Info Media. Trimeilia (2011) asuhan
keperawatan klien Halusinasi Jakarta : Trans Info Media Wawan dan Dewi. 2011. Teori &
Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha

Anda mungkin juga menyukai