Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
0
Revolusi industri 4.0 merupakan fase teknologi yang mengubah cara
beraktivitas manusia dalam skala, ruang lingkup, kompleksitas, dan transformasi
dari pengalaman hidup yang sebelumnya. Revolusi industri yang pertama terjadi
pada abad ke-18 ketika ditemukannya mesin – mesin bertenaga uap dari situ,
manusia mulai beralih dari mengandalkan tenaga hewan ke mesin produksi
mekanis.
Kemudian revolusi industri yang kedua berlangsung di sekitar tahun 1870
pada saat itu perindustrian dunia beralih ke tenaga listrik yang mampu
menciptakan produksi massal. Selanjutnya revolusi industri ke-3 terjadi di era
1960 an saat perangkat elektronik mampu menghadirkan otomatisasi produksi.
Kini perindustrian dan manufaktur dunia bersiap untuk menghadapi revolusi
industri 4.0, istilah tersebut berasal dari sebuah proyek pemerintah Jerman untuk
mempromosikan komputerisasi industri manufaktur.
Revolusi industri 4.0 merupakan suatu pengaplikasian kecerdasan buatan
atau Artificial Intelligence ( Al ) yang berpotensi untuk meningkatkan pendapatan
global dan kualitas hidup bagi masyarakat dunia, selain itu, Al juga akan
menghasilkan harga yang murah dan kompetitif, meningkatkan efisiensi dan
produktivitas, menurunkan biaya transportasi dan komunikasi, meningkatkan
efektivitas logistik dan rantai pasokan global, biaya perdagangan akan berkurang
membuka pasar baru, serta mendorong pertumbuhan ekonomi.
A. Peluang dan Tantangan Wirausaha di era Teknologi Informasi
Peluang Bisnis Berskala Global Terbuka Lebar
Berkat kemajuan teknologi yang pesat, kini kita dapat merambah
bisnis hingga pasar internasional. Saat ini bahkan kita sudah dapat melakukan
transaksi jual-beli dengan konsumen maupun pedagang dari berbagai negara
melalui marketplace online.
Setiap Orang Memiliki Akses untuk Terlibat dalam Industri Digital
Rasanya, hampir semua orang kini dapat membeli ponsel pintar. Akses
internet pun tak lagi sulit dinikmati warga yang tinggal di pelosok daerah.
Kemudahan akses perangkat digital ini tentu membuka peluang besar bagi
setiap orang untuk terlibat aktif dalam meramaikan pasar industri digital.
Arus Informasi Cepat
Masyarakat dapat memperoleh informasi terkini dengan lebih cepat
berkat akses internet. Akses informasi yang cepat dan melimpah tentu dapat
memberikan manfaat bagi setiap pengguna. Sayangnya, bukan hanya dampak
positif, kebiasaan resharing yang tak bertanggung jawab juga turut
menyumbang tersebarnya berita bohong atau hoax.
Perubahan Pola Konsumsi Berbasis Otomatisasi Teknologi
Kompetisi di Revolusi Industri 4.0 tak sekadar manusia vs. Mesin.
Tenaga kerja pun kini harus bersaing dengan perangkat komputer yang
dibekali kecerdasan artifisial. Untuk industri perbankan, misalnya, banyak
yang memprediksi akan ada pemangkasan tenaga kerja hingga 30% dalam
lima tahun ke depan.
Tenaga Ahli yang belum Memenuhi Kebutuhan Perusahaan
Kebutuhan tenaga kerja yang memiliki keahlian terus meningkat.
Sayangnya, keterampilan tenaga kerja Indonesia dinilai belum siap untuk
menghadapi Revolusi Industri 4.0, mengingat sekitar 70% tenaga kerja
memiliki pendidikan setara SMP.
Pendidikan berbasis keterampilan dan kejuruan yang sesuai dengan
target Revolusi 4.0 mutlak dibutuhkan demi memaksimalkan penyerapan
tenaga kerja di masa yang akan datang.
Tantangan dalam penerapan Industri 4.0 antara lain
a) Bidang Ekonomi
Biaya tinggi
Tidak semua orang telah mempersiapkan diri untuk menuju
penerapan Industri 4.0, sehingga akan banyak pihak yang merasa perlu
mengeluarkan biaya tinggi untuk membeli atau menyewa perangkat
atau sistem baru untuk menerapkan Industri 4.0.
Perlu adaptasi model bisnis
Model bisnis yang sama dan digunakan secara berulang-ulang
memiliki peluang tidak lagi relevan di era Industri 4.0. Dengan
semakin canggihnya teknologi, tanpa disadari mengubah cara dan
perilaku masyarakat dalam berbisnis, menjual dan membeli barang.
Hal ini perlu membuat para pelaku bisnis segera dapat beradaptasi.
b) Bidang Sosial
Masalah privasi
Kemampuan perangkat-perangkat yang terhubung dengan
internet untuk mengumpulkan dan merekam data memunculkan
keresahan dalam masyarakat mengenai data apa saja yang mampu
direkam oleh perangkat-perangkat tersebut. Lebih jauh lagi,
masyarakat tidak dapat mengetahui secara jelas bagaimana pihak-pihak
pengumpul data memanfaatkan data mereka.
Pengawasan dan ketidakpercayaan
Dengan bantuan teknologi, kini semakin mudah untuk
mengawasi suatu proses industri mulai dari pembelian bahan baku,
proses produksi, penyimpanan ke gudang sampai dengan penjualan.
Teknologi ini dapat memunculkan prasangka tidak percaya kepada
para pegawai dan membuat para pegawai merasa terlalu diawasi
sehingga dapat berpengaruh pada kepuasan kerja mereka.
Keengganan untuk berubah dari para pemangku kepentingan
Tidak semua pemangku kepentingan dalam sebuah perusahaan
terbuka terhadap perubahan. Perusahaan yang memiliki kesulitan
untuk berubah karena terhalang oleh pemangku kepentingan mereka
yang terkesan enggan, rawan terhadap konflik.
Ancaman yang ditimbulkan oleh banyaknya perusahaan teknologi
Banyaknya perusahaan teknologi yang lahir dapat menciptakan
penawaran (supply) yang terlalu tinggi dalam masyarakat tanpa
disertai dengan adanya permintaan yang cukup. Hal ini kemudian
dapat menyebabkan pengangguran.
Hilangnya lapangan kerja
Munculnya teknologi-teknologi baru dapat menyebabkan
banyaknya pekerjaan yang dapat diotomatisasi dan dikendalikan oleh
teknologi informasi sehingga menghilangkan lapangan pekerjaan.
Umumnya hal ini terjadi pada pekerja kerah biru.
c) Bidang Politik
Kurangnya regulasi, standard baku, dan bentuk sertifikasi lainnya.
Belum siapnya pemerintah menghadapi Industri 4.0 membuat
belum adanya regulasi dan standar yang jelas terkait teknologi ini. Hal
ini berpotensi menimbulkan masalah dan kerugian di masa mendatang.
Permasalahan hukum dan keamanan data yang belum jelas
Pada dasarnya data yang disimpan secara elektronik sama
dengan data yang disimpan secara non-elektronik (manual), dan
pemanfaatannya pun harus sesuai dengan peraturan yang berlaku
karena ada sifat-sifat rahasia data yang harus dijaga. Saat ini
penggunaan data yang tidak semestinya masih belum diatur secara
jelas, efeknya dapat memberikan kerugian kepada masyarakat yang
merasa datanya telah dimanfaatkan secara tidak semestinya.
d) Bidang Semestinya
Kurangnya kompetensi yang memadai untuk melakukan transisi
menuju Industri 4.0.
Tidak semua organisasi memiliki sumber daya manusia yang
memiliki kompetensi dan pola pikir yang memadai untuk dapat
melakukan transisi menuju Industri 4.0. Sehingga untuk melakukan
transisi, organisasi tersebut harus melakukan reorganisasi besar-
besaran di dalam internal organisasinya.
Kurangnya komitmen dari manajemen tingkat atas
Tidak semua manajemen di tingkat atas menyadari pentingnya
beradaptasi dengan Industri 4.0, ataupun ada sebagian yang menyadari
urgensinya namun komitmennya dipertanyakan ketika proses
transisinya sedang berjalan. Hal inilah yang menjadi salah satu
tantangan dalam menghadapi Industri 4.0.
Kurang memadainya kualifikasi pegawai
Tidak semua pegawai memiliki kualifikasi yang dibutuhkan
untuk menghadapi era Industri 4.0, bagi organisasi hal ini memberikan
dua pilihan. Pilihan pertama adalah mengeluarkan biaya untuk
mengadakan pelatihan bagi pegawai-pegawai yang sudah ada atau
membuka kembali lowongan pekerjaan.