Anda di halaman 1dari 12

Sistem Pelaksanaan Pendidikan Islam Periode Makkah dan Madinah

A.    Masa Pembinaan Pendidikan Islam

Masa pembinaan pendidikan Islam yang dimaksud adalah masa di mana proses
penurunan ajaran Islam kepada Muhammad SAW dan proses pembudayaanya berlangsung.
Yang dimaksudkan Proses pembudayaan di sini adalah masuknya Islam ke dalam kebudayaan
manusiawi, sehingga diterima dan menjadi unsure yang menyatu dalam kebudayaan manusia.
Masa tersebut berlangsung sejak Muhammad SAW menerima wahyu dan menerima
pengangkatanya sebagai Rosul, sampai dengan lengkap dan sempurnanya ajaran Islam menjadi
warisan budaya umat Islam, sepeniggal Muhammad SAW. Masa tersebut berlangsung selama 22
atau 23 tahun, sejak beliau menerima wahyu pertama kali, yaitu 17 Ramadlon 13 tahun sebelum
hijrah (bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 M) sampai dengan wafat beliau pada tanggal 12
Rabi’ul Awwal 11 Hijrah ( bertepatan dengan tanggal 8 Juni 832 M).
Datangnya ajaran Islam yang dibawa oleh para Rosul yang telah diutus oleh Allah adalah
untuk meluruskan dan memacu perkembangan budaya umat manusia. Demikian pula halnya
dengan ajaran Islam yang dibawa oleh Muhmmad SAW, yang dalam bentuknya yang terakhir,
berfungsi untuk meluruskan perkembangan budaya umat manusia yang ada pada zamannya dan
menata kembali unsur – unsur budaya yang telah ada di kalangan bangsanya dan meletakkan
unsure– unsur baru yang akan menjadi dasar bagi perkembangan budaya berikutnya. Tugas ini
bukan hanya tertuju pada bangsanya sendiri tetapi mengarah pada pengembangan budaya seluruh
umat manusia. Namun demikian, beliau memulai dan berhadapan langsung dengan warisan
budaya bangsanya (bangsa Arab) karena disanalah ia lahir meskipun beliau diutus oleh Allah
untuk seluruh Alam.
Bangsa Arab adalah keturunan Nabi Ibrahim dari anaknya Ismail, oleh karena itu pada
hakikatnya kebudayaan bangsa Arab adalah budaya warisan dari Nabi Ibrahim yang tentunya
terdapat unsur – unsur ajaran Islam yang telah dibudayakan oleh Ibrahim dan Ismail kedalamnya.
Tetapi karena sudah berjalan dalam waktu yang cukup panjang maka unsur – unsur Islam
tersebut tidak lagi tampak dalam bentuk yang jelas, bahkan ada yang berubah sama sekali.
Intisari ajaran Ibrahim dengan ka’bah sebagai pusatnya adalah ajaran Tauhid dan
Muhammad melalui tugasnya dengan membersihkan tauhid ini dari syirik dan penyembahan
terhadap berhala, sehingga mutiara tauhid yang telah pudar pada masa itu menjadi cemerlang
lagi dan menyinari seluruh warisan yang ada.
Intisari ajaran tauhid yang di bawa oleh Nabi AMuhammad dan yang digunakan olehnya
untuk mengadakan opersi pembedahan terhadap warisan Ibrahim yang telah banyak
menyimpang dari aslinya tersebut tidak lain adalah apa yang terlukiskan dakan Surat Al –
Fatihah yang merupakan intisari dari seluruh wahyu Allah yang diwahyukan kepada
Muhammad. Beliau menggunakan Surat Al Fatihah tersebut sebagai alat dan sekaligus criteria /
pedoman dalam melaksanakan operasi pembedahan terhadap warisan Ibrahim. Kemudian dalam
praktek pelaksanaanya belaiu selalu menerima petunjuk dan intruksi dari Allah melalui wahyu –
wahyu yang diturunkan kemudian.
Dengan demikian pendidikan Islam pada pembinaan ini dilaksanakan oleh Rosul
berdasarkan petunjuk san bimbingang langsung dari Allah. Pelaksanaan pembinaan pendidikan
Islam pada zaman Nabi tersebut dapat dibedakan menjadi dua tahap yaitu fase Makkah sebagai
fase awal pembinaan pendidikan Islam dan fase Madinah sebagai fase lanjutan (penyempurnaan)
pembinaan pendidikan Islam.[1] 

1.        Pelaksanaan Pendidikan Islam Periode Makkah.


Pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi selama di Makkah ialah pendidikan
keagamaan dan akhlak serta menganjurkan kepda manusia, supaya mempergunakan akal
pikirannya memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta
seagai anjuran pendidikan ‘akliyah dan ilmiyah.
Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam, menyatakan bahwa pembinaan
pendidikan islam pada masa Makkah meliputi:
a.       Pendidikan Keagamaan
Yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata jangan dipersekutukan dengan nama
berhala.
b.      Pendidikan Akliyah dan Ilmiah
Yaitu mempelajari kejadian manusiadari segumpal darah dan kejadian alam semesta.
c.       Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti

[1]
Yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai
dengan ajaran tauhid.
d.      Pendidikan Jasmani atau Kesehatan.
Yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman.[2]
Adapun tahapan pendidikan Islam Fase Makkah ini dibagi menjadi tiga tahapan yaitu:
1.      Tahap Pendidikan Islam Secara Rahasia Dan Perorangan
Yaitu ketika awal turunnya wahyu pertama, pola pendidikan yang dilakukan adalah
secara sembunyi – sembunyi, dimulai dari diri beliau sendiri dan keluarga dekatnya. Tahap ini
berlangsung selama 3 tahun.
2.      Tahap pendidikan Islam secara terang – terangan
Tahap ini dilaksanakan ketika turun wahyu berikutnya, yang memerintahkan dakwah
secara terang – terangan. Ketika wahyu itu turun belaiu mengundang keluarga dekatnya untuk
berkumpul di bukit Shafa, menyerukan agar berhati – hati terhadap azab yang keras dikemudian
hari bagi orang yang tidak mengakui Allah sebagai Tuhannya dan Muhammad sebagai
utusan_Nya.
3.      Tahap pendidikan Islam untuk umum.
Tahap ini di dasarkan pada perintah Allah surat Al Hijr ayat 94 – 95, yang artinya : “ 
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu)
dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu
daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu),”
2.      Pelaksanaan Pendidikan Islam Periode Mandinah

Berbeda dengan periode di Makkah, pada periode Madinah islam merupakan kekuatan
politik. Ajaran islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah.
Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga
sebagai kepala Negara.

Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agaam islam di Madinah
adalah sebagai berikut:

a.       Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik.

[2]
Masalah pertama yang di hadapi Nabi Muhammad SAW dan kaum Muhajirin adalah
tempat tinggal. Untuk sementara para kaum Muhajirin bisa menginap dirumah-rumah kaum
anshor. Tepi beliau sendiri memerlukan suatu tempat khusus ditengah-tengah ummatnya sebagai
pusat kegiatan, sekaligus sebagai lambang persatuan dan kesatuan diantara kedua kelompok
masyarakat yang mempunyai latar belakang kehidupan yang berbeda.
Oleh karena itu Nabi memerintahkan untuk membangun masjid. Masjid itu telah menjadi
pusat pendidikan dan pengajaran.
Tugas selanjutnya yang dihadapi Nabi adalah membina dan mengembangkan persatuan
dan kesatuan masyaraka islam yang baru tumbuh tersebut, sehingga mewujudkan satu kesatuan
social dan kesatuan politik.
Setelah selesai Nabi Muhammad SAW mempersatukan kaum muslimin, sehingga
menjadi bersaudara, lalu Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi, penduduk Madinah.
Dalam perjanjian itu ditegaskan, bahwa kaum Yahudi bersahabat dengan kaum muslimin,
tolong- menolong , bantu-membantu, terutama bila ada serangan musuh terhadap Madinah.
Mereka harus memperhatikan negeri bersama-sama kaum Muslimin, disamping itu kaum Yahudi
bebas memeluk agamanya dan bebas beribadah menurut kepercayaannya. Inilah salah satu
perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

b.      Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan.


Materi pendidikan sosial dan kewarnegaraan islam pada masa itu adalah pokok-pokok
pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya diperinci lebih lanjut
dan di sempurnakan dengan ayat-ayat yang turun Selama periode Madinah.

Tujuan pembinaan adalah agar secara berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran konstitusi


Madinah diakui dan berlaku bukan hanya di Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan
bangsa Arab maupun dalam kehidupan bangsa-bangsa di seluruh dunia.

c.       Pendidikan anak dalam islam


Dalam islam, anak merupakan pewaris ajaran islam yang dikembangkan oleh Nabi
Muhammad saw dan gnerasi muda muslimlah yang akan melanjutkan misi menyampaikan islam
ke seluruh penjuru alam. Oleh karenanya banyak peringatan-peringatan dalam Al-qur’an
berkaitan dengan itu. Diantara peringatan-peringatan tersebut antara lain:
         Pada surat At-Tahrim ayat 6 terdapat peringatan agar kita menjaga diri dan anggota keluarga
(termasuk anak-anak) dari kehancuran (api neraka)
         Pada surat An-Nisa ayat 9, terdapat agar janagan meninggalkan anak dan keturunan dalam
keadaan lemah dan tidak berdaya menghadapi tantangan hidup.
         Pada surat Al-Furqan ayat 74, Allah SWT memperingatkan bahwa orang yang mendapatkan
kemuliaan antara lain adalah orang-orang yang berdo’a dan memohon kepada Allah SWT, agar
dikaruniai keluarga dan anak keturunan yang menyenangkan hati.[3]
Adapun garis-garis besar materi pendidikan anak dalam islam yang dicontohkan oleh
Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah SWT dalam surat Luqman
ayat 13-19 adalah sebagai berikut:

1.      Pendidikan Tauhid


2.      Pendidikan Shalat
3.      Pendidikan adab sopan dan santun dalam bermasyarakat
4.      Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga
5.      Pendidikan kepribadian
6.      Pendidikan kesehatan
7.      Pendidikan akhlak.[4]

B.     Kurikulum Pendidikan Islam Pada Masa Rosulullah


Mengindentifikasikan kurikulum pendidikan pada zaman Rasulullah terasa sulit, sebab
Rasul mengajar pada sekolah kehidupan yang luas tanpa di batasi dinding kelas. Rasulullah
memanfaatkan berbagai kesempatan yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan rasulullah
menyampaikan ajarannya dimana saja seperti di rumah, di masjid, di jalan, dan di tempat-tempat
lainnya.

Sistem pendidikan islam lebih bertumpu kepada Nabi, sebab selain Nabi tidak ada yang
mempunyai otoritas untuk menentukan materi-materi pendidikan islam.Dapat dibedakan menjadi
dua periode:

1.      Makkah

[3]

[4]
         Materi yang diajarkan hanya berkisar pada ayat-ayat Makiyyah sejumlah 93 surat dan petunjuk-
petunjuknya yang dikenal dengan sebutan sunnah dan hadits.
         Materi yang diajarkan menerangkan tentang kajian keagamaan yang menitikberatkan pada
keimanan, ibadah dan akhlak.
2.      Madinah
         Upaya pendidikan yang dilakukan Nabi pertama-tama membangun lembaga masjid, melalui
masjid ini Nabi memberikan pendidikan islam.
         Materi pendidikan islam yang diajarkan berkisar pada bidang keimanan, akhlak, ibadah,
kesehatan jasmanai dan pengetahuan kemasyarakatan
         Metode yang dikembangkan oleh Nabi adalah:
a.       Dalam bidang keimanan: melalui Tanya jawab dengan penghayatan yang mendalam dan di
dukung oleh bukti-bukti yang rational dan ilmiah.
b.      Materi ibadah : disampaikan dengan metode demonstrasi dan peneladanan sehingga mudah
didikuti masyarakat.
c.       Bidang akhlak: Nabi menitikberatkan pada metode peneladanan. Nabi tampil dalam kehidupan
sebagai orang yang memiliki kemuliaan dan keagungan baik dalam ucapan maupun perbuatan.

A. Masa pembinaan pendidikan Islam


Pendidikan Islam terjadi sejak Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul Allah di Makkah dan
beliau sendiri yang menjadi gurunya. Pendidikan masa ini merupakan proto type yang terus
menerus dikembangkan oleh umat Islam untuk kepentingan pendidikan pada zamannya.[1]

Yang dimaksud masa pembinaan Islam adalah masa dimana proses penurunan ajaran Islam
kepada Nabi Muhammad SAW dan proses pembudayaannya (masuknya ke dalam kebudayaan
manusiawi, sehingga diterima dan menjadi unsur yang menyatu dalam kebudayaan manusia)
berlangsung. Masa tersebut berlangsung sejak Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dan
menerima pengangkatannya sebagai Rasul, sampai dengan lengkap dan sempurnanya ajaran
Islam menjadi warisan budaya umat Islam, sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Masa tersebut
berlangsung selama 22 atau 23 tahun sejak beliau menerima wahyu pertama kali, yaitu 17
Ramadhan 13 tahun sebelum Hijrah (6 Agustus 610 M) sampai dengan wafatnya pada tanggal 12
Rabi’ul Awwal 11 H (8 Juni 632 M).

Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW berfungsi untuk meluruskan
perkembangan budaya umat manusia yang ada pada zaman itu dan meletakkan unsur-unsur baru
yang akan menjadi dasar memacu perkembangan budaya selanjutnya.[2]

B. Karakteristik masyarakat Makkah

Pada waktu munculnya Rasulullah, bangsa Makkah sedang melewati masa kebodohan. Seluruh
kehidupan sosial terjerumus ke dalam kenistaan dan pelanggaran-pelanggaran sosial.
Penyembahan berhala dan politeisme merupakan tatanan-tatanan pada waktu itu. Mabuk, judi,
dan zina merupakan perbuatan yang umum dari bangsa itu. Pembunuhan bayi perempuan
merupakan mode yang digemari oleh bangsa Makkah, dan kaum wanita adalah kaum yang
paling rendah derajadnya di dalam masyarakat Makkah. Mereka tidak mempunyai hak sosial
atau hak hukum.

Persaingan antara keturunan atau kaum yang ada pada saat itu sangat berpengaruh, terutama pada
kaum Quraisy dimana saat itu mereka sangat berpengaruh dan mempunyai kekusaan. Sehingga
kaum Quraisy sangat enggan tunduk kepada nabi Muhammad SAW yang secara garis keturunan
berasal dari kaum Abdul Muthalib, karena takut akan kehilangan kekuasaan dan kedudukan.

Orang-orang di Makkah sangat kuat memegang teguh kepercayaan nenek moyang mereka.
Tradisi tersebut dianggap hal yang mutlak serta membawa keberuntungan dan sangat sulit untuk
ditinggalkan. Membuat ataupun memahat patung adalah salah satu sumber ekonomi masyarakat
Makkah saat itu disamping berdagang.[3]

C. Pendidikan masa pembinaan Islam periode Makkah

Makkah adalah kota suci umat Islam, tempat berdirinya Ka’bah, tempat umat Islam
melaksanakan ibadah haji yang merupakan rukun Islam kelima dan tempat kelahiran Nabi
Muhammad SAW.[4] Sebelum Nabi Muhammad memulai tugasnya sebagai Rasul, yaitu
melaksanakan pendidikan Islam terhadap umatnya, Allah telah mendidik dan mempersiapkannya
untuk melaksanakan tugas tersebut secara sempurna melalui pengalaman, pengenalan, serta
peran sertanya dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan budayanya.

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama dari Allah SWT di Gua Hira’ pada tahun
610 M sewaktu beliau telah mencapai umur 40 tahun, sebagai petunjuk dan intruksi untuk
melaksanakan tugasnya, yaitu QS. Al Alaq ayat 1–5:

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah, 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.

Kemudian disusul dengan wahyu yang berikutnya, yaitu QS. Al Muddatsir ayat 1–7:

1. Hai orang yang berkemul (berselimut), 2. bangunlah, lalu berilah peringatan! 3. dan
Tuhanmu agungkanlah! 4. dan pakaianmu bersihkanlah, 5. dan perbuatan dosa tinggalkanlah,
6. dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. 7.
dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.

Perintah dan petunjuk tersebut pertama-tama ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW tentang
apa yang harus beliau lakukan, baik terhadap dirinya sendiri maupun umatnya. Kemudian bahan
materi pendidikan tersebut diturunkan secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit. Setiap kali
menerima wahyu, segera disampaikan kepada umatnya diiringi penjelasan dan contoh-contoh
bagaimana pelaksanaannya.[5]

Pendidikan masa pembinaan Islam periode Makkah, yakni sejak Nabi diutus sebagai Rasul
hingga hijrah ke Madinah, kurang lebih sejak 610–622 M atau selama 12 tahun 5 bulan 21 hari.
[6] Mula-mula pola pendidikan dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi, mengingat kondisi
sosial-politik yang belum stabil. Dimulai dari keluarganya sendiri dan keluarga dekatnya,
pertama beliau mendidik istrinya, Khadijah untuk beriman kepada dan menerima petunjuk dari
Allah, kemudian diikuti oleh Ali Ibn Abi Thalib (anak pamannya) dan Zaid Ibn Haritsah
(pembantu rumah tangga yang kemudian diangkat sebagai anak angkatnya). Kemudian sahabat
karibnya Abu Bakar ash Shidiq. Secara berangsur-angsur ajakan tersebut disampaikan secara
meluas, seperti Usman Ibn Affan, Zubair Ibn Awwan, Sa’ad Ibn Abi Waqas, Abdurrahman Ibn
‘Auf, Thalhah Ibn Ubaidillah, Abu Ubaidillah Ibn Jahrah, Arqam Ibn Abi Arqam, Fathimah binti
Khattab, Said Ibn Zaid, dan beberapa orang lainnya. Mereka semua disebut “assabuiqunal
awwalun”, artinya orang-orang yang mula-mula masuk Islam. Sebagai lembaga pendidikan dan
pusat kegiatan pendidikan Islam yang pertama pada era awal ini adalah rumah Arqam Ibn Abi
Arqam.[7]

Setelah selama lebih dari 3 tahun berdakwah secara sembunyi-sembunyi, turunlah perintah agar
Nabi menjalankan dakwah secara terbuka, yakni QS. Al Hijr ayat 94:

Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu)
dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.
Mula-mula Nabi mengundang dan menyeru kepada kerabat karibnya dari bani Abdul Muthalib,
“saya tidak melihat seorangpun di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ketengah-tengah
mereka lebih baik dari apa yang saya bawa kepada kalian. Kubawakan kepadamu dunia dan
akhirat terbaik. Tuhan memerintahkan saya untuk mengajak kalian semua. Siapakah di antara
kalian yang mau mendukung saya dalam hal ini? Mereka semua menolak, kecuali Ali.[8]

Strategi dakwah selanjutnya yang diambil Rasulullah adalah menyeru kepada masyarakat umum,
segenap lapisan masyarakat Islam dengan terang-terangan baik golongan bangsawan maupun
hamba sahaya, dan umat manusia secara keseluruhan. Pada musim haji Rasulullah mendatangi
kemah-kemah jamaah untuk menyampaikan seruan Islam, tidak semua jamaah yang
menerimanya, kecuali satu kelompok yang berasal dari Yatsrib dari kabilah Khajraj.[9]
Penerimaan masyarakat Yatsrib terhadap ajaran Islam dikarenakan beberapa faktor, yaitu:

1. Adanya kabar dari kaum Yahudi akan lahirnya seorang Rasul.

2. Suku Khajraj dan Aus mendapat tekanan dan ancaman dari kelompok Yahudi.

3. Konflik antara suku Khajraj dan Aus yang berlangsung lama, mereka mengharapkan
pemimpin yang mampu melindungi dan mendamaikan mereka.[10]

Pada musim haji ke 12 kenabian, datang dua belas orang laki-laki dan seorang perempuan
penduduk Yatsrib menemui Rasulullah di Aqabah untuk menyatakan ba’iah kepada Rasulullah
yang dikenal dengan “Ba’iah Aqabah I”.

Setelah musim haji selesai, mereka kembali ke Yatsrib dengan membawa bekal ilmu
pengetahuan yang diperoleh dan semangat Islam yang berkobar, mereka diminta Rasulullah
untuk menyampaikan Islam kepada penduduk Yatsrib lainnya. Musim haji berikutnya, 73 orang
jamaah haji dari Yatsib mendatangi Rasulullah dan menetapkan keimanan kepada Allah di
Aqabah, yang kemudian dikenal dengan “Bai’ah Aqabah II”.[11]

Dalam memberikan pembinaan umat Islam di Makkah, ada dua bidang pokok yang digarap oleh
Rasulullah, yaitu:

1. Pendidikan tauhid, dalam teori dan praktek

Intisari pendidikan Islam di Makkah adalah ajaran tauhid yang menjadi perhatian utama
Rasulullah. Pada saat itu masyarakat Jahiliyah sudah banyak menyimpang dari ajaran tauhid
yang telah dibawa oleh Nabi Ibrahim. Karena tauhid merupakan pondasi paling dasar, maka
harus ditata terlebih dahulu. Pokok-pokok ajaran tauhid tercermin dalam QS. Al Fatihah, sebagai
berikut:

a. Bahwa Allah adalah pencipta alam semesta yang sebenarnya. Itulah sebabnya, maka Dialah
yang berhak mendapatkan segala pujian.

b. Bahwa Allah telah memberikan nikmat, segala keperluan bagi makhlukNya, dan khusus
manusia ditambah petunjuk dan bimbngan agar mendapatkan kebahagiaan dunia ahirat.
c. Bahwa Allah adalah raja di hari kemudian yang akan memperhitungkan segala amal perbuatan
manusia di dunia ini.

d. Bahwa Allah adalah sesembahan yang sebenarnya dan yang satu-satunya. Hanya kepada Allah
segala bentuk pengabdian ditujukan.

e. Bahwa Allah adalah penolong yang sebenarnya, dan oleh karena itu hanya kepadaNya lah
manusia meminta pertolongan.

f. Bahwa Allah sebenarnya yang membimbing dan memberi petunjuk kepada manusia dalam
mengarungi kehidupan dunia yang penuh rintangan, tantangan dan godaan.

2. Pengajaran Al Qur’an

Al Qur’an merupakan intisari dan sumber pokok dari ajaran Islam yang disampaikan Nabi
Muhammad SAW kepada umat agar secara utuh dan sempurna menjadi milik umatnya yang
selanjutnya akan menjadi warisan turun temurun, dan menjadi pegangan pedoman hidup bagi
kaum Muslimin sepanjang zaman.[12]

Selain itu, dalam kedua wahyu yang mula-mula turun (QS. Al Alaq: 1–5 dan QS. Al Muddatsir:
1–7), pendidikan dalam Islam di Makkah terdiri dari 4 macam, yaitu:

1. Pendidikan keagamaan, yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata-mata, jangan
mempersekutukannya dengan nama berhala, karena Tuhan itu Maha Besar dan Maha Pemurah,
sebab itu hendaklah dienyahkan berhala itu sejauh-jauhnya.

2. Pendidikan ‘akliyah dan ilmiyah, yaitu mempelajari kejadian manusia dari segumpal darah
dan kejadian alam semesta.

3. Pendidikan akhlak dan budi pekerti, yaitu Nabi Muhammad SAW mengajar sahabatnya agar
berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.

4. Pendidikan jasmani (kesehatan), yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat
kediaman.[13]

Pengajaran dan pendidikan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW menggunakan berbagai
metode yang sesuai dengan fitrah manusia, yakni sebagai makhluk yang memiliki berbagai
kecenderungan, kekurangan, dan kelebihan. Untuk itu, terkadang beliau menggunakan metode
ceramah, diskusi, musyawarah, tanya jawab, bimbingan, teladan, demonstrasi, bercerita, hafalan,
penugasan, dan bermain peran. Adapun pendekatan yang digunakan Nabi Muhammad SAW
adalah pendekatan fitrah, yakni memberikan ajaran sesuai intelektual, kecerdasan peserta didik,
latar belakang, dan situasi kondisi yang menyertainya.[14]

D. Karakteristik masyarakat Madinah


Keadaan masyarakat Madinah sebelum datangnya Nabi Muhammad disana sama halnya dengan
keadaan masyarakat Makkah. Pelanggaran hukum merupakan keadaan sehari-hari. Suku-suku
yang tinggal disana berperang satu sama lain, yaitu terbagi menjadi dua suku, suku Aus dan suku
Khajraj.

Tidak ada pemerintahan yang memaksakan hukum dan ketertiban. Nabi Muhammad, setelah
datang disana, menghapuskan semua perbedaan suku dan mengelompokkan penduduk dengan
satu nama umum yaitu Anshor. Dia melaksanakan hukum dan ketertiban, membuat perdamaian,
dan dengan begitu mengukuhkan itikad baik orang-orang Madinah.[15]

E. Pendidikan masa pembinaan Islam periode Madinah

Karena di Makkah selalu mendapatkan tantangan dari kaum Quraisy yang selalu mengganggu
dakwah Islam, Rasulullah akhirnya hijrah ke Madinah (Yatsrib).[16] Kedatangan Rasulullah
bersama kaum muslimin Makkah (Muhajirin) disambut oleh penduduk Madinah (Ansor) dengan
gembira dan penuh rasa persaudaraan, karena sudah banyak penduduk Madinah yang memeluk
agama Islam. Maka Islam mendapat lingkungan baru yang memungkinkan Rasulullah untuk
meneruskan da’wah menyampaikan ajaran Islam.[17]

Pada periode ini, tahun 622–632 M atau tahun 1–11 H. Usaha pendidikan yang pertama adalah
membangun masjid. Masjid Quba merupkan masjid pertama yang dijadikan Rasulullah sebagai
institusi pendidikan. Melalui pendidikan masjid ini, Rasulullah memberikan pengajaran dan
pendidikan Islam. Ayat-ayat Al Qur’an yang diterima di Madinah sebanyak 22 surat, sepertiga
dari isi Al Qur’an.[18]

Di masjid itulah pusat kegiatan pendidikan Rasulullah SAW bersama kaum muslimin membina
masyarakat baru, masyarakat yang disinari oleh tauhid, dan mencerminkan persatuan kesatuan
umat. Di masjid itu juga digunakan untuk bermusyawarah mengenai berbagai urusan,
mendirikan shalat berjamaah, membacakan Al Qur’an, maupun membacakan ayat-ayat yang
baru diturunkan.[19]

Tujuan dan materi pendidikan Islam di Madinah semakin luas dibandingkan pendidikan Islam di
Makkah, seiring dengan perkembangan masyarakat Islam dan petunjuk-petunjuk Allah.
Pendidikan Islam tidak hanya diarahkan untuk membentuk pribadi kader Islam, tetapi umat
Islam juga dibekali dengan pendidikan tauhid, akhlak, amal ibadah, kehidupan sosial
kemasyarakatan dan keagamaan, ekonomi, kesehatan, bahkan kehidupan bernegara.[20]

Adapun titik tekan pendidikan Islam pada periode Madinah adalah:

1. Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik.
Dalam hal ini Rasulullah melaksanakan pendidikan sebagai berikut:

a. Rasulullah SAW mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertengkaran antar suku (Khajraj
dan Aus), dengan jalan mengikat tali persaudaraan di antara mereka.
b. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Rasulullah menganjurkan kepada kaum Muhajirin
untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti
waktu di Makkah.
c. Menjalin kerjasama dan tolong menolong dalam membentuk tata kehidupan masyarakat yang
adil dan makmur, turunlah syari’at zakat dan puasa yang merupakan pendidikan bagi warga
masyarakat dalam tanggung jawab sosial.
d. Disyariatkannya media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat jumat yang dilaksanakan
secara berjamaah dan adzan. Dengan shalat jumat tersebut hampir seluruh warga masyarakat
berkumpul langsung mendengar khotbah Rasulullah SAW dan shalat jumat berjamaah.

2. Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan, dilaksanakan melalui:

a. Pendidikan ukhuwah (persudaraan) antar kaum muslimin.


b. Pendidikan kesejahteraan sosial dan tolong menolong.
c. Pendidikan kesejahteraan keluarga kaum kerabat.[21]

3. Pendidikan anak dalam Islam. Rasulullah selalu mengingatkan kepada umatnya, antara lain:

a. Agar kita selalu menjaga diri anggota keluarga dari api neraka.
b. Agar jangan meninggalkan anak dan keturunan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya
menghadapi tantangan hidup.
c. Orang yang dimuliakan Allah adalah orang yang berdoa agar dikaruniai keluarga dan
keturunan yang menyenangkan hati.

Bentuk-bentuk pendidikan anak dalam Islam sebagaimana digambarkan dalam QS. Luqman ayat
13–19 adalah:

a. Pendidikan tauhid.
b. Pendidikan shalat.
c. Pendidikan sopan dan santun dalam keluarga.
d. Pendidikan sopan dan santun dalam mayarakat.
e. Pendidikan kepribadian.

4. Pendidikan hankam (pertahanan dan keamanan) dakwah Islam. Rasulullah meletakkan


dasar-dasar kehidupan masyarakat, yaitu:

a. Pembangunan masjid, selain digunakan untuk tempat shalat, sarana mempersatukan umat
Islam, bermusyawarah, masjid juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan.
b. Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama muslim), Rasulullah mempersaudarakan antara
golongan Muhajirin dan Ansor. Dengan demikian persaudaraan berdasarkan agama, bukan hanya
berdasarkan darah.
c. Hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam.[22]

Anda mungkin juga menyukai