Anda di halaman 1dari 5

PROGRAM KERJA

KELUARGA BESAR PELAJAR ISLAM INDONESIA (KBPII)

A. PENDAHULUAN
Muktamar VI Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KBPII) tahun ini merupakan
muktamar transisi organisasi Perhimpunan KBPII, dari yang semula berstatus
perhimpunan atau yayasan, berubah menjadi organisasi kemasyarakatan.
Menurut UU Nomor 16 tahun 2017 tentang Penetapan Perpu Nomor 2 tahun 2017
tentang perubahan atas UU Nomor 17 tahun 2013 tentang organisasi ke
masyarakatan, organisasi Perhimpunan Keluarga Besar PII sudah terdaftar di
Kementerian Dalam Negeri tanggal 31 Oktober 2016 dengan nomor registrasi
pendaftaran yaitu No. 01-00-00/100-/D.IV.1/X/2016. Legalitas organisasi
Keluarga Besar PII juga sudah disahkan dan diakui oleh Kementerian Hukum dan
HAM Republik Indonesia dengan Nomor AHU-00085333.AH.01.07 Tahun 2019
tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum Perkumpulan Keluarga Besar
Pelajar Islam Indonesia.

Status kelembagaan KBPII yang telah berubah menjadi organisasi


kemasyarakatan dan bersifat nasional, meniscayakan adanya perubahan dan
pembenahan dalam pengelolaan organisasi secara keseluruhan, baik dari sisi
manajerial, administrasi kelembagan, keuangan, pengelolaan SDM, program kerja
dan lainnya. Berdasarkan data hasil Munas sebelumnya, struktur kelembagaan
KBPII ditingkat wilayah, baik yang SK nya masih berlaku atau tidak berlaku, sudah
terbentuk di 32 provinsi. Sedangkan kepengurusan cabang, sudah terbentuk di
225 kabupaten dan kota.

Hasil Munas ke-5 KBPII tahun 2015 dalam bidang program kerja terkait
penguatan struktur organisasi dan kelembagaan KBPII adalah sebagai berikut:
• Mendukung dan menfasilitasi kegiatan PII.
• Pembangunan kantor sekretariat Pengurus Besar KBPII.
• Membuat database anggota KBPII secara nasional.
• Pembentukan kepengurusan KBPII sampai tingkat cabang.
• Membangun kerjasama dengan multi-stakeholder yaitu pemerintah,
swasta, dalam dan luar negeri.

Pada bidang dakwah mengusulkan adanya kajian dan diskusi strategis tentang
persoalan keumatan. Sedangkan bidang pendidikan mengusulkan perlunya KBPII
memiliki unit pendidikan formal mulai tingkat PAUD sampai perguruan tinggi.
Untuk program kerja bidang ekonomi mengusulkan perlunya lembaga
pembiayaan ekonomi keumatan seperti Baitul Mal Wa Tamwil, Laziz, Badan
Usaha (PT/Perseroan Terbatas), Koperasi Syariah, badan wakaf dan lainnya di
1
tiap daerah. Sedangkan untuk bidang hukum, sudah dibentuk Lembaga Bantuan
Hukum (LBH) Catur Bhakti.

Mengevaluasi hal diatas, maka usulan program kerja lebih fokus, lebih terukur,
visible, dan sesuai bidang garap KBPII yaitu sektor internal lembaga, pendidikan,
dakwah, dan ekonomi. Selanjutnya usulan dari komisi program kerja lebih
bersifat umum dan tidak terlalu masuk dalam hal teknis. Tujuannya untuk lebih
memudahkan bagi kepengurusan terpilih KBPII periode berikutnya
menerjemahkan hasil muktamar komisi program kerja dalam bentuk kebijakan,
program dan kegiatan.

B. ANALISIS KONDISI SAAT INI


1) Bidang Organisasi dan Kelembagaan
a) Eksistensi dan peran KBPII belum banyak dirasakan oleh Masyarakat.
Dalam beberapa isu penting keumatan, KBPII seringkali abstain, baik pada
tingkat nasional maupun lokal. KBPII tidak memberikan sikap, opini dan
pandangan politiknya terhadap masalah keumatan.
b) Masih kurang solidnya jaringan alumni PII (PII connection) baik yang
berkiprah di instansi pemerintah, institusi pendidikan, dunia swasta, partai
politik, dan sektor bisnis untuk melakukan sinergi, koordinasi, kolaborasi
dan akses, mengakibatkan peran KBPII lebih banyak bermain di wilayah
pinggiran, bukan di pusat kekuasaan. Jaringan KBPII kurang melakukan
mobilitas vertikal dan melakukan promosi talenta unggul dari para
kader/kolega.
c) Struktur kelembagaan KBPII belum terbentuk dan aktif di semua provinsi
dan kabupaten/kota. Ada beberapa pengurus wilayah yang sudah tidak
aktif, tidak ada kegiatan atau tidak ada regenerasi kepengurusan,
mengalami kevakuman dalam jangka waktu tertentu. Kelembagaan KBPII
juga tidak memiliki infrastruktur organisasi yang mapan seperti kantor
sekretariat, dan lebih banyak menumpang di rumah ketua sehingga
dinamika organisasi sangat tergantung kepada personal ketua umumnya.
d) Belum adanya standarisasi pedoman penyelenggaraan organisasi KBPII
yang bisa dijadikan rujukan oleh KBPII mulai tingkat pusat sampai daerah
dari aspek administrasi, manajerial kelembagaan ataupun pedoman-
pedoman dalam kegiatan musyawarah organisasi. Hal ini mengakibatkan
pengelolaan organisasi berbeda antar wilayah.
e) Belum optimalnya pengembangan dan pemanfaatan badan khusus dan
lembaga khusus di KBPII. Selama ini KBPII sudah memiliki beberapa badan
khusus seperti Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Catur Bakti, INSED
(Indonesian Networking Social Economi Development), REGANA (Relawan
Siaga Bencana) di tingkat pusat. Keberadaan badan khusus masih belum
bisa dibentuk di tingkat wilayah. Padahal keberadaan badan khusus ini
bisa dimanfaatkan untuk pengembangan jaringan dan kerjasama KBPII
dengan pihak eksternal dalam rangka meningkatkan peran dan eksistensi
KBPII.

2
2) Bidang Pendidikan dan Sumber Daya Manusia (SDM)
a) KBPII belum memiliki institusi pendidikan formal yang menjadi ciri khas
(benchmark) KBPII. Masyarakat selama ini lebih mengenal PII dan KBPII
sebagai institusi yang fokus di bidang pendidikan non formal melalui
pelatihan. Kalaupun ada beberapa wilayah atau daerah yang memiliki
lembaga pendidikan, maka itu atas inisiatif personal pada awalnya, yang
kemudian diserahkan dan dikelola oleh kelembagaan KBPII.
b) KBPII banyak memiliki SDM yang bergerak di bidang pendidikan, pelatihan
(training), dan penelitian, tapi masih banyak yang belum tersertifikasi dan
terstandarisasi, sehingga kurang bisa terlibat secara maksimal dalam
program program pendidikan, pelatihan dan penelitian yang diadakan baik
oleh pemerintah maupun lembaga swasta, padahal dari sisi kompetensi
dan kapasitas sudah sangat memenuhi kualifikasi.
c) Banyak KBPII yang memiliki potensi untuk pengembangan SDM, namun
belum berhimpun/bersinergi untuk mengembangkan dalam wadah
kepengurusan KBPII. Dengan demikian development talenta KBPII belum
dapat secara optimal dilakukan secara sinergis dan formal melalui jalur
kelembagaan KBPII.
d) Membentuk lembaga sertifikasi pra nikah.

3) Bidang Ekonomi dan Kesejahteraan Umat


a) Secara mayoritas, tingkat kesejahteraan umat Islam berada pada level
menengah ke bawah (middle low), belum masuk level menengah ke atas.
Akses keuangan untuk pembiayaan, masih menggunakan lembaga
keuangan konvensional berbasis riba seperti bank, koperasi, lembaga
asuransi, leasing ataupun lembaga rentenir lainnya, dan belum
memanfaatkan pembiayaan dari lembaga keuangan syariah.
b) KBPII belum berperan aktif untuk mengembangkan ekonomi syariah.
Secara kelembangan KBPII dapat mengajak warga KBPII untuk
menggunakan lembaga ekonomi syariah dan mempromosikan lembaga
ekonomi syariah.
c) Masih sedikitnya entrepreneur dan pengusaha di kalangan KBPII. Hal ini
disebabkan tidak banyak mantan aktifis PII yang terjun dan berkarir di
dunia usaha. Sebagian besar lebih banyak yang terjun ke dunia politik,
akademisi, atau masuk sebagai ASN. Padahal di era industri 4.0 KBPII
sudah seharusnya lebih banyak terlibat dalam dunia bisnis digital.
Keberadaan platform digital market place seperti Lazada, Tokopedia,
Bukalapak sudah banyak menggeser model bisnis konvensional beralih ke
bisnis berbasis digital.

4) Bidang Dakwah dan Keumatan


a) Masih belum maksimalnya pemanfaatan media sosial untuk kegiatan
dakwah dan keumatan. Selama ini media social lebih banyak dimanfaatkan
untuk penyebaran informasi hoax, pornografi, kekerasan, bullying,
kriminalitas dan isu SARA yang bisa memecah belah persatuan dan
kesatuan umat. Berdarkan hasil survey 2017, data penguna internat di
Indoensia mencapai 143,26 juta atau 54% dari total jumlah penduduk 262
juta. Dilihat dari peringkatnya, Indonesia menempati peringkat keempat

3
dunia setelah Cina, India dan Jepang. Dari segi perilaku pengguna internet,
pengguna Facebbok sebanyak 71,6 juta (54%), Instagram 19,9 juta (15%),
Youtube 14,5 juta (11%), google 7,9 juta (6%), tweeter 7,2 juta (5,5%) dan
linkeding 796 ribu (0,6%) Dalam era pasca kebenaran (post truth) dimana
kebenaran subyektif lebih dominan ketimbang fakta kebenaran obyektif,
peran media sosial lebih banyak digunakan untuk tujuan yang destruktif.
b) Saat ini KBPII belum memiliki bidang khusus yang menangani persoalan
dakwah secara lebih serius. Sebaliknya SDM KBPII memiliki sumber daya
yang cukup memadai dalam urusan dakwah, akan tetapi secara manajerial
dan kelembagaan, di KBPII masih belum terkelola secara lebih baik.

C. POKOK POKOK USULAN PROGRAM KERJA


1. Bidang Organisasi dan Kelembagaan
a) Meningkatkan eksistensi dan peran KBPII untuk lebih peduli dan peka
terhadap persoalan umat. KBPII harus membangun positioning dan sikap
keberpihakan terhadap persoalan umat Islam ketika berhadapan dengan
kebijakan negara yang dianggap merugikan kepentingan umat.
b) Memperkuat jaringan (networking) serta meningkatkan sinergi dan
kolaborasi warga KBPII dari berbagai macam latar belakang profesi, baik
yang di pemerintahan, partai politik, dunia usaha, akademisi, wira usaha,
dan lainnya dalam mendukung pencapaian visi misi PII dan KBPII yaitu
sebagai perekat persatuan umat dan sumber dinamika umat untuk
mencapai izzul islam wal muslimin.
c) Membentuk KBPII Struktural dan mengakomodir KBPII kultural.
d) Mendorong terbentuknya badan khusus yang mampu memenuhi eksistensi
program PII/KBPII seperti REGANA, LBH Catur Bhakti.
e) Memberikan penghargaan/award kepada personel KBPII yang mampu
menghidupkan PII yang tidak aktif menjadi eksis.
f) Menjembatani komunikasi dengan pemerintah daerah dalam hal bantuan
hibah sekretariat.

2. Bidang Pendidikan dan Sumber Daya Manusia


a. Pendirian sekolah formal dengan ciri khas PII, dari menentukan Think
Tank untuk menyusun konsep, ciri khas, kelembagaan, dan kekuatan,
menjadikan SMAICSY sebagai pilot project.
b. Pendirian pendidikan non formal berbasis masjid, diantaranya
melanjutkan pembelajaran madrasah Diniyah (afiliasi Depag).
c. KBPII bersama PII menginisiasi program standarisasi training dan
sertifikasi trainer oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP).
d. Inventarisasi (data base) KBPII yang memiliki lembaga pendidikan formal
atau pesantren formal dan non formal untuk menciptakan jaringan ke-PII-
an.
e. Pelatihan Intensif Marketing Communication (Marcom) yang
berkelanjutan bagi KBPII dan Kader-kader Pelajar Islam Indonesia (PII).

3. Bidang Ekonomi dan Kesejahteraan


a) KBPII perlu memfasilitasi pembentukan lembaga pembiayaan keuangan
berbasis syariah seperti koperasi syariah, BMT, Bank Wakaf, LAZIZ

4
bekerjasama dengan Baznas dan perbankan syariah di tingkat wilayah dan
daerah.
b) Mensosialisasi PII Mart melalui aplikasi Hasanah Networking dikalangan
KBPII Sebagai jaringan bisnis KBPII antar daerah dan wilayah.
c) Menginisiasi terbentuknya lembaga kesejahteraan Dai.
d) Perlu adanya program pengembangan kewirausahaan (entepreneurship)
di KBPII untuk menghasilan para pengusaha yang tangguh, berdaya saing
dan memiliki keunggulan komparatif dengan memanfaatkan teknologi
digital. Untuk itu KBPII perlu membentuk sekolah kewirausahaan atau
Pusdiklat calon pengusaha dan membangun kemitraan dengan
multistakeholder terkait.

Demikian Program Kerja ini disusun untuk menjadi acuan bagi kepengurusan KBPII
pada periode 2019-2023, untuk dilaksanakan sesuai kondisi KBPII, dan lebih
berorientasi pada komitmen keumatan demi kemajuan KBPII, PII dan Umat Islam
Indonesia.

Yogyakarta, 19 Rabiul Awal 1441 H/16 November 2019

SIDANG KOMISI PROGRAM KERJA


MUKTAMAR VI KELUARGA BESAR PELAJAR ISLAM INDONESIA (KBPII)

Ketua Komisi Sekretaris Komisi Anggota

dto dto dto

Ahmad Kaylani Siti Nurfiah M. Sholeh

Anda mungkin juga menyukai