DOSEN PENGAMPU
Prof. Dr. Prabowo. M.Pd
OLEH
Moh. Luqman hakim
NIM. 127795008
1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas Pemanfaatan
Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi Listrik.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.
Luqman Hakim
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar------------------------------------------------------------------------- i
Daftar Isi ------------------------------------------------------------------------------- ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ---------------------------------------------------------- 1
B. Rumusan Masalah------------------------------------------------------- 3
C. Tujuan Penulisan Paper------------------------------------------------- 3
D. Manfaat Penulisan Paper ----------------------------------------------- 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Struktur Atom Uranium Dan Reaksi Fisi----------------------------- 4
B. Reaktor Nuklir------------------------------------------------------------ 10
C. Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik --------------------------------------------------------------------- 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan -------------------------------------------------------------- 25
B. Saran ---------------------------------------------------------------------- 26
DAFTAR PUSTAKA---------------------------------------------------------------- 27
LAMPIRAN--------------------------------------------------------------------------- 28
ii
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan di segala bidang kehidupan khususnya industri nasional saat
ini dan masa mendatang perlu mendapatkan perhatian khusus agar
pertumbuhannya terus berkembang dan berkelanjutan. Oleh karena itu perlu
didukung dengan ketersediaan atau pasokan energi yang cukup karena sektor
energi mempunyai peran yang sangat penting dalam mewujudkan pembangunan
berkelanjutan.
Sesuai dengan visi dan misi energi, pengelolaan penyediaan dan
pemanfaatan energi nasional perlu dilaksanakan secara optimal, arif dan bijaksana
yang dilandasi oleh pertimbangan obyektif yang mencakup berbagai aspek seperti
lingkungan (environment), kepentingan antar generasi (intergeneration),
kebutuhan energi (energy demand), sosial-politik (sociopolitic), geopolitik
(geopolitic) dan ekonomi (economy). Keenam aspek tersebut merupakan kriteria
penting yang dipersyaratkan dalam pemanfaatan energi untuk pembangunan
berkelanjutan.
Kebutuhan energi listrik nasional setiap tahunnya tumbuh rata-rata 7,1%,
hal ini merupakan konsekwensi logis dari beberapa faktor antara lain
pertumbuhan industri khususnya di Pulau Jawa yang menjadi sentra industri
nasional, pertumbuhan ekonomi, standar hidup manusia Indonesia, perkembangan
teknologi, tuntutan persyaratan lingkungan dan laju pertumbuhan penduduk
Indonesia rata-rata setiap tahunnya naik 1,49%. Dengan melihat pertumbuhan
permintaan energi tersebut, maka perlu mendapat perhatian secara serius.
Indonesia dikaruniai biodiversitas dan lahan potensial yang amat besar perlu
didayagunakan secara berkelanjutan guna memperkuat keterjaminan pasokan
energi dan neraca pembayaran negara, membuka banyak lapangan kerja,
mengentaskan kemiskinan, melancarkan pertumbuhan ekonomi yang merata dan
turut meredam emisi gas-gas rumah kaca. Oleh Karena itu diperlukan penyediaan
energi yang cukup besar yang terkait dengan program perencanaan energi listrik
nasional jangka panjang
Abu : 320.000 ton, mengandung sekitar 400 ton racun logam berat sepei
arsenik, kadmium, merkuri dan timah hitam yang beracun sepanjang
masa.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa PLTN
adalah energi alternatif yang mempunyai daya yang sangat besar, hijau dan bersih
(Clean and Green Energy) atau ramah lingkungan. Dengan demikian bahwa
PLTN merupakan Solusi yang sangat tepat dalam mengatasi krisis energi di
Indonesia.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uaraian latar belakang diatas, rumusan masalah dalam paper
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik adalah
a. Bagaimanakah struktur atom dan reaksi fisi dari Radioisotop Uranium-235
(U235) ?
b. Bagaimanakah proses uranium 235 didalam suatu reactor nuklir sehingga
dapat menghasilkan energi alternatif listrik?
c. Bagaimanakah Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi
Krisis Energi Listrik ?
Agar dapat lebih mudah memahami bagaimana terjadinya reaksi fisi didalam
reaktor PLTN, pada sub-bab ini akan disampaikan tentang bagaimana strutur atom
didalam uranium dan apakah itu reaksi fisi, bagian bagian dari reaktor nuklir dan
prinsip kerja PLTN
terlapisi dengan oksidanya. Asam juga dapat melarutkan logamnya, dan tidak
terpengaruh sama sekali oleh basa.
mereduksi uuranium halida dengan logam alkali atau alkali tanah atau dengan
mereduksi uranium oksida dengan kalsium, aluminum atau karbon pada suhu
tinggi. Logam ini juga bisa dihasilkan dari proses elektrolisis KUF5 atau UF4,
yang dilarutkan dalam campuran CaCl2 dan NaCl yang dicairkan. Uranium
dengan kemurnian tinggi dapat dibuat dengan penguraian termal senyawa
uranium halida dengan filamen panas.
Uranium alamiah, sedikit diperkaya dengan 235U degan kadar yang rendah,
digunakan sebagai bahan bakar reaktor nuklir untuk menghasilkan listrik. Meski
233
thorium sendiri tidak bisa direaksikan fisi, U, dalam hal ini bisa digunakan
sebagai bahan bakar nuklir. Satu pon uranium yang tereaksi fisi secara lengkap
memiliki nilai bahan bakar yang sama dengan batu bara sebanyak 1500 ton lebih.
Kegunaan bahan bakar nuklir untuk menghasilkan energi listrik, untuk membuat
isotop yang digunakan untuk tujuan damai, dan sebagai peledak, sangat diketahui
dengan baik. Kapasitas 429 reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir di seluruh
dunia yang beroperasi pada Januari 1990 dierkirakan mencapai 311000 megawatt.
Terdapat belasan model keberadaan Uranium (Burrows, 2010-
meringkaskannya ada 13 tipe deposit) dimana sebagian sudah ditambang secara
komersial (di luar Indonesia tentunya). Sebagian deposit tersebut bukan
merupakan tambang/ daerah prospek “single commodity” U, tetapi yang biasanya
merupakan gabungan dengan komoditi lainnya (seperti Olympic Dam di South
Australia yang mengandung Cu, Au dan U walaupun U-nya belum diproduksi
secara komersial). Kadar U dari berbagai tipe deposit tersebut bervariasi dari 0.03
sd 25.0%.Penyumbang terbesar kedua dari cadangan global Uranium adalah dari
type deposit “black shale” yakni 4,4 juta ton dengan kadar rendah 50 - 400ppm
(seperti halnya type phosphorite, belum ada produksi tercatat dari type deposit
ini). Lagi-lagi deposit ini berasal dari cekungan sedimen tua berumur Cambrian
(spt Alum Shale-Ranstad di Swedia). Terbesar ketiga adalah “Sandstone hosted”
yakni sebesar 1,5 juta ton U. Menariknya, type deposit ini punya kisaran umur
panjang dari Phanerozic sampai Tertiary. Kadar rata-rata adalah 50 - 500ppm, dan
sampai 2007 sudah diproduksi sekitar 10,000 ton U yg merupakan 30% produksi
dunia (yakni dari Kazakhstan, Australia, Gabon, Nigeria dan Argentina). Uranium
pada deposit ini diendapkan sbg uranitite atau coffinite, diendapkan dari air
Mohammad Luqman Hakim
127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 11
B. Reaktor nuklir
Reaktor nuklir adalah suatu system reaksi pengontrolan rantai ikatan nuklir
digunakan untuk melepaskan energy (Young and Freedman, 2010). Reaktor nuklir
pertama kali dibangun oleh Enrico Fermi pada tahun 1942 di Universitas Chicago.
Hingga saat ini telah ada berbagai jenis dan ukuran rekator nuklir, tetapi semua
reaktor atom tersebut memiliki lima komponen dasar yang sama, yaitu: elemen
bahan bakar, moderator netron, batang kendali, pendingin dan perisai beton.
bahan bakar. Pada beberapa reaktor, uranium yang kaya dengan yang
telah digunakan sebagai bahan bakar. Secara teori, bahan yang mudah
membelah dengan neutron termal dapat digunakan sebagai bahan bakar
yang sesuai dengan kriteria. Dari semua ini, hanya saja yang dianggap
2. Moderator
Beberapa moderator yang lazim dipakai antara lain : air, air yang kadarnya
lebih berat dari pada atom air berat, Grafit, beryrium dan oksidanya serta
beberapa zat organik.Seperti yang dilihat seberumnya bahwasanya moderator
yang bagus harus memiliki bentuk perambatan yang bagus pura dan harus
rendah penyerapan neutronnya penampang lintang absorbsi netron yang
rendah (lihat bab 13.19). Penampilan moderator ditentukan oleh tingkat
dan air yang memiliki masa yang lebih berat daripada atom memiliki
perbandingan tingkat kelayakan yang cukup tinggi. Oleh karena itu D2O
dianggap sebagai moderator yang terbaik. Namun harganya mahal. Bahkan
banyak reaktor listrik menggunakan D2O atau Grafit. Air biasa (H2O)
tidak sebaik moderator seperti dua lainnya yang dibahas diatas karena
rnemiliki penampang lintang absorbsi netron yang cukup tinggi. Bahan bakar
harus kaya dengan isotop dalam reaktor yang juga memerlukan air biasa.
Beryllium dan oksidanya juga termasuk moderator yang baik walaupun agak
mahal harganya. Lagipula, Beryllium beracun dan bentuk mekanisnya buruk.
Jika memilih moderator, maka harus diperhatikan adanya kerusakan yang
ditimbulkan oleh radiasi.
3. Reflektro
Teori reaktor yang telah dibahas diatas menggunakan reaktor sederhana
yang mana tidak dilengkapi dengan reflektor disekelilingnya. Sebenarnya
kebanyakan reaktor menggunakan reflektor yang dipasang disekelilingnya
untuk melindungi kebocoran neutron yang keluar dari reflektor. Hal ini akan
membantu dalam pencapaian dengan apa yang disebut dengan pengiritan
neutron, yang sebaliknya dapat mengurangi biaya bahan bakar yang hendak
digunakan. Neutron yang bocor dari reaktor karena ukurannya yang kecil,
akan meluluh lantakan. Bahan reflektor dan pecahan-pecahan yang
ditimbulkan akan dilumatkan pula bersama reflektornya. Bahan reflektor
untuk kegunaan neutron termal hendaknya memiliki ciri ciri bagus seperti
yang dilakukan untuk moderator sehingga daya serapnya relatif kecil serta
tidak meluas kemana mana.
Efisiensi reflektor diukur dari koefisien refleksi atau albedo dimana
perbandingan jumlah neutron yang dipantulkan kebeberapa bagian akan
tertahan oleh reflektor. Albedo tergantung pada ukuran dan bentuk reflektor.
Biasanya, untuk koefisien penyebaran yang Iebih kecil (D) serta jangkauan
penyebaran yang lebih luas (L), albedo akan meningkat yaitu batas nilai yang
ada. Untuk reflektor yang tebar, albedo pun juga meningkat. Pada
kenyataannya, reflector dengan ketebalan yang sama dengan 2L hampir
sebanding dengan reflector dengan ketebalan yang tidak terbatas. Untuk
neutron cepat, bahan bahan seperti uranium hendaknya rebih baik sebagai
reflektor.Seperti yang disebutkan di atas, bahwa penggunaan reflektor akan
membantu dalam penghematan neutron. Untuk reaktor sederhana, aliran
neutron akan tertekan dengan nilai 0 pada batas yang dapat dihitung.
Dengan reflektor, maka variasi dari yang keluar dari inti reaktor akan
menjadi lebih mendatar sehingga aliran (flux) akan sangat dekat sekali dengan
bagian luar dari reaktor.
4. Zat Pendingin
Panas yang sangat biasanya terjadi di dalam inti reaktor karena di sana
terjadi reaksi berantai pembelahan nuklir. Panas ini harus dikeluarkan untuk
keselamatan kerja reaktor dengan menggunakan zat pendingin yang sesuai.
Disamping zat pendingin seperti air dan udara zat pendingin lain yang dapat
digunakan adalah air yang memiliki massa yang lebih berat dari atom air berat
dan besi cair.Pendingin reaktor hendaknya memiliki hal hal tersebut dibawah
ini:
(a) harus dilengkapi dengan termal yang bagus misalkan tahan terhadap
panas yang tertentu serta berkonduksi termal yang amat handal hingga
dapat menstransfer zat-zat yang panas tersebut.
(b) membutuhkan pompa dengan daya rendah.
(c) berdaya didih yang tinggi serta tahan terhadap lelehan sehingga tekanan
bisa
diatur tidak terlalu tinggi pada suhu lingkungan yang ada didalam reaktor
atau tidak menggumpal apabila reaktor dimatikan.
(d) bisa menjaga kestabilan terhadap panas dan radiasi radioaktif, yang mana
keduanya harus stabil didalam reaktor.
(e) Penampang lintang penangkapan netron harus kecil
(f) Hendaknya harus tidak beracun atau berbahaya.
(g) Tidak memerlukan radioaktifitas yang tahan lama karena adanya
bombardier neutron didalam reaktor yang kelak akan membahayakan
kesehatan jika zat pendingin bocor ke udara bebas.
(h) Hendaknya harganya terjangkau.
Semua ketentuan yang disebutkan diatas tentu saja tidak hanya berlaku
untuk satu permasalahan saja. Demikian pula dengan pilihan yang paling
utama yang kesemuanya tergantung pada kebutuhan sendiri sendiri. Untuk
kepentingan reaktor yang berdaya rendah, udara telah digunakan sebagai
pendingin dalam beberapa hal walaupun ada ketidaksesuaian dimana nitrogen
memiliki kemampuan untuk menyerap neutron. Nitrogen tidak dapat dipakai
untuk suhu tinggi karena nitrogen dapat bereaksi secara kimiawi didalam
reaktor bila terkena suhu tingg. Hidrogen akan menjadi pendingin yang paling
bagus, namun memiliki resiko tinggi, yaitu bisa meledak sewaktu-waktu.
Mohammad Luqman Hakim
127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 16
Z pada beton ini. Sehingga beton barytes walaupun mengandung sulfat barium
yang murah yang dicampurkan pada pembuatan beton biasa namun temyata
bisa juga tahan terhadap hantaman sinar yang disebut dengan barium yang
mengandung Z=56. Beton berat ini kekuatannya kira kira 1.5 kali dari beton
biasa. Harganya hanya naik sedikit. Jenis-jenis beton lainnya yaitu yang
disebut besi beton bertulang, beton forpor yang tahan karat atau beton yang
berlapis timah hitam yang biasanya mahal harganya.
Berbeda dengan perisai biorogi yang diperlukan, yang ini lain yaitu
dinding bagian dalam biasanya baja yang ditempatkan diantara reaktor dan
perisai untuk melindungi perisai dari kerusakan karena panas yang berlebihan.
Perisai yang terbuat dari beton kadang kadang dilengkapi dengan pengaturan
pendingin pada bagian dalam. Perisai termal menggunakan bahan bahan yang
efektif untuk menyerap sinar dan untuk memecah pancaran neutron supaya
lentur sehingga bagian terbesar energi yang bocor dapat diubah menjadi panas
di dalam perisai termal dan hanya sebagian kecil radiasi saja yang masuk ke
dalam perisai biologis utama.
Tabel 1 distribusi energi yang dibawa oleh berbagai komponen dalam fisi nuklir
Komponen-komponen Energi (Mev)
Energi kinetik fragmen fisi 167
Energi kinetik neutron cepat 5
Energi sinar γ cepat 6
-
Energi dari partikel β yang dipancarkan oleh fragmen fisi 8
Energi dari antineutrinos yang dipancarkan oleh fragmen fisi 12
Energi dari sinar γ yang dipancarkan oleh fragmen fisi 6
Total energi yang dipancarkan dalam Fusi 204
Sumber: Ghosal, S. N. (2002).
Energi yang dilepaskan selama fisi nuklir dapat diukur dengan menembaki
sepotong uranium dengan neutron termal, yang harus dipanaskan karena
penyerapan fragmen fisi dan ditemukan beberapa hasil lainnya. Panas yang
dihasilkan dapat diukur dengan metode kalorimetrik, yang memberikan nilai
sekitar 186 MeV per inti uranium yang mengalami fisi. Berarti lebih kecil dari
nilai yang diberikan dalam tabel di atas. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa
antineutrinos dan sinar γ yang dihasilkan memiliki energi yang sangat tinggi dan
karenanya luput dari potongan uranium (Ghosal, S. N. 2002)..
Menurut Ghosal, S. N ( 2002) Pelepasan energi dengan jumlah yang
sangat besar dalam fisi nuklir dapat dipahami secara kuantitatif dengan bantuan
kurva the binding fraction (fB) disajikan di Bab II (lihat Gambar 2.2). Sebuah inti
atom berat seperti uranium memiliki nilai fB = B/A 7,6 MeV per nukleon.
Fragmen fisi yang dihasilkan memiliki nomor massa dekat pada bagian tengah
dari tabel periodik dan karenanya nilai fB bagi mereka adalah 8,5 MeV per
nukleon. Dengan demikian, selama proses fisi, sekitar 0,9 MeV energi per
nukleon dilepaskan, sehingga total energi yang dilepaskan adalah sekitar 238 x
0,9 = 212 MeV.
Kita dapat menentukan energi yang dilepaskan dalam fisi secara
kuantitatif dari massa atom yang diketahui dari inti yang bereaksi. Jika
diasumsikan bahwa tiga neutron cepat yang dilepaskan ketika fisi terjadi, kita
dapat menuliskan dalam persamaan
... (14.2-1)
Dari prinsip kesetaraan massa energi, kita mendapatkan
Energi yang dilepaskan lebih kurang sama besarnya dengan fisi dari inti lain.
Karena selama fisi melepaskan energi yang sangat besar, maka
dimungkinkan untuk mendapatkan energi dengan jumlah yang sangat besar pada
235
fisi nuklir uranium dengan jumlah kecil. Sebagai contoh jika 1 g U mengalami
Mohammad Luqman Hakim
127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 22
reaksi fisi, kita dapat menghitung estimasi energi yang dilepaskan dinyatakan
dengan nilai Q:
= 8,229 x 1010
= 2,29 x 104 kWh
Sebuah generator tenaga panas memiliki kapasitas 1 MW (kalor) harus
berjalan selama 229 jam untuk menghasilkan sejumlah energi. Massa batu bara
yang harus dibakar untuk menghasilkan jumlah yang setara dari energi dapat
diperkirakan sebagai berikut. Hasil pelepasan energi dalam proses kimia dari
pembakaran batubara (C + O2 = CO2) adalah 4 eV per atom karbon, jumlah energi
yang dilepaskan ketika 1 kg karbon benar-benar terbakar adalah
= 3,213 x 107 J
= 8,926 kWh
Jadi massa karbon yang dibutuhkan adalah
untuk membangkitkan uap di dalam alat pembangkit uap dan kemudian, sama
seperti pada pembangkit konvensional, uap digunakan untuk menggerakkan turbin
dan generator untuk menghasilkan listrik. Dalam membangkitkan listrik, PLTN
tidak membebaskan asap atau debu yang mengandung logam berat atau CO 2, SO2,
NOx ke lingkungan.
Gambar di bawah ini menunjukkan skema prinsip pengoperasian PLTN jenis
reaktor tekan (PWR).
Pembelahan Inti
Seperti sudah disebutkan di atas, panas untuk membangkitkan uap dalam
PLTN didapatkan dari proses pembelahan inti. Gambar di bawah ini menunjukkan
proses pembelahan inti. Bila sebuah partikel neutron berhasil masuk ke dalam inti
atom bahan bakar Uranium, maka inti Uranium menjadi lebih tidak stabil dan
akibatnya mengalami pembelahan. Hasil dari pembelahan ini adalah dua buah
atom materi yang lain, 2 sampai 3 buah neutron baru dan energi. Total massa
seluruh materi yang terbentuk sesudah terjadinya pembelahan inti atom Uranium
lebih kecil daripada sebelum terjadi pembelahan. Selisih massa inilah yang
berubah menjadi energi. Neutron baru yang terbentuk setelah pembelahan inti
dapat menumbuk inti atom Uranium lain dan seterusnya menghasilkan atom
materi lain, 2-3 buah neutron baru dan energi. Demikian seterusnya sehingga
terbentuklah sebuah reaksi berantai. Satu gram Uranium akan dapat menghasilkan
daya sebesar 1 juta watt selama 1 hari. Seandainya sebuah rumah menggunakan
energi sebesar 1000 kilowatt-jam dalam sehari, maka energi yang dihasilkan 1
gram Uranium dapat digunakan selama sekitar 24 hari.
Agar reaksi berantai tidak berkembang menjadi tidak terkendali, seperti halnya
bom atom, maka digunakanlah bahan kendali, antara lain terbuat dari cadmium,
untuk membuat reaksi berantai berjalan stabil dan terkendali.
Neutron baru hasil pembelahan memiliki kecepatan yang sangat tinggi,
karena itu agar dapat lebih mudah masuk ke dalam inti atom neutron ini harus
diperlambat. Bahan yang sering digunakan sebagai pelambat atau moderator
adalah air biasa yang telah dihilangkan mineralnya. Bisa juga digunakan air berat,
atau grafit sebagai moderator sesuai dengan jenis bahan bakarnya.
Panas yang dihasilkan di dalam bahan bakar uranium sangat tinggi. Jika tidak
dilakukan pendinginan maka bahan bakar bisa mengalami kerusakan atau
meleleh. Ada beberapa jenis bahan yang biasanya dipakai sebagai pendingin,
misalnya air ringan, air berat, logam natrium cair, dan gas. Pemilihan jenis
pendingin bergantung juga kepada jenis bahan bakarnya.
potensi dunia), dan tenaga air sekitar 75.000 MW (0,02 persen potensi dunia).
Cadangan terbukti minyak bumi pada tahun 2002 sekitar 5 miliar barrel, cadangan
terbukti gas bumi sekitar 90 TSCF, dan cadangan terbukti batu bara sekitar 5
miliar ton.
Dengan tingkat produksi seperti pada tahun 2002, dan bila tidak ada
cadangan terbukti baru, cadangan minyak bumi akan habis dalam waktu 10 tahun,
gas bumi 30 tahun, dan batu bara 50 tahun. Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) pada Kongres I Organisasi Profesi Praktisi Akuntansi Sumber
Daya Alam dan Lingkungan di Baturaden, 12 Desember lalu, memperkirakan
cadangan minyak bumi kita hanya dapat mencukupi kebutuhan hingga tujuh tahun
ke depan. Bagaimana kita memenuhi kebutuhan energi nantinya? Jika kita terus
menggunakan bahan bakar fosil, maka kita akan terus bergantung kepada negara
produsen, dan untuk membelinya dibutuhkan devisa yang besar. Salah satu cara
yang memungkinkan adalah pemanfaatan PLTN. Dengan kebutuhan bahan bakar
yang tidak terlalu besar dan frekuensi penggantian yang panjang, maka PLTN
dapat dianggap sebagai sumber energi semi-domestik. Dengan tingkat
keselamatan yang semakin baik sejak terjadinya kecelakaan di Three Mile Island
dan Chernobyl, maka kekuatiran akan terjadinya kecelakaan dapatlah dikurangi.
Dengan beberapa faktor di atas dan faktor lain lagi, maka PLTN memiliki potensi
untuk menjadi salah satu penghasil energi untuk menunjang pembangunan
Indonesia. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau yang lebih dikenal dengan
singkatan PLTN, sudah digunakan teknologinya lebih dari 50 tahun yang lalu.
Keunggulan PLTN adalah tidak menghasilkan emisi gas CO2 sama sekali. Selain
itu PLTN juga mampu menghasilkan daya stabil yang jauh lebih besar jika
dibandingkan dengan pembangkit listrik lainnya. Perlu diketahui juga bahwa
bahan bakar uranium yang sudah habis dipakai dapat didaur ulang kembali
menghasilkan bahan bakar baru untuk teknologi di masa depan.
Indonesia sebenarnya sangat cocok mengembangkan pembangkit listrik
ini, sebagai upaya diversifikasi penggunaan pembangkit listrik primer berbahan
bakar fosil, seperti batubara, minyak bumi, dan gas alam. Dengan penanggulangan
radiasi yang cermat dan berlapis, PLTN dapat menjadi solusi kebutuhan energi
listrik yang besar di Indonesia.
Mohammad Luqman Hakim
127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 26
Prinsip kerja PLTN hampir mirip dengan cara kerja pembangkit listrik
tenaga uap (PLTU) berbahan bakar fosil lainnya. Jika PLTU menggunakan boiler
untuk menghasilkan energi panasnya, PLTN menggantinya dengan menggunakan
reaktor nuklir Seperti terlihat pada gambar 8, PLTU menggunakan bahan bakar
batubara, minyak bumi, gas alam dan sebagainya untuk menghasilkan panas
dengan cara dibakar, kemudia panas yang dihasilkan digunakan untuk
memanaskan air di dalam boiler sehingga menghasilkan uap air, uap air yang
didapat digunakan untuk memutar turbin uap, dari sini generator dapat
menghasilkan listrik karena ikut berputar seporos dengan turbin uap.
PLTN juga memiliki prinsip kerja yang sama yaitu di dalam reaktor terjadi
reaksi fisi bahan bakar uranium sehingga menghasilkan energi panas, kemudian
air di dalam reaktor dididihkan, energi kinetik uap air yang didapat digunakan
untuk memutar turbin sehingga menghasilkan listrik untuk diteruskan ke jaringan
transmisi.
A. Kesimpulan
Uranium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang U dan nomor atom 92. Secara alami, uranium yang dijumpai di deposit
uranium di alam dapat berbentuk Uranium-235 (U-235) yang bersifat radioaktif
(tidak stabil) dan U-238 yang stabil. Agar bisa digunakan dalam reaktor, uranium
tersebut harus mengalami proses ”pengayaan”, yang artinya sejumlah uranium
tersebut mengalami proses penambahan persentase unsur U-235 yang bersifat
radiatif dan U-235 perlu dipisahkan dari U-238. Reaksi fisi terjadi saat neutron
menumbuk Uranium-235 dan saat itu pula atom Uranium akan terbagi menjadi 2
buah atom Kr dan Br. Saat terjadi reaksi fisi juga akan dihasilkan energi panas
yang sangat besar.
Reaktor nuklir pertama kali dibangun oleh Enrico Fermi pada tahun 1942
di Universitas Chicago. Hingga saat ini telah ada berbagai jenis dan ukuran
rekator nuklir, tetapi semua reaktor atom tersebut memiliki lima komponen dasar
yang sama, yaitu: elemen bahan bakar, moderator netron, batang kendali,
pendingin dan perisai beton. Pada dasarnya PLTN beroperasi dengan prinsip yang
sama seperti pembangkit listrik konvensional, tetapi dengan perbedaan pada cara
pembangkitan panas untuk menghasilkan uap. Pada PLTN, panas dihasilkan dari
reaksi pembelahan inti atom bahan bakarnya (Uranium) di dalam reaktor nuklir.
Panas yang dihasilkan digunakan untuk membangkitkan uap di dalam alat
pembangkit uap dan kemudian, sama seperti pada pembangkit konvensional, uap
digunakan untuk menggerakkan turbin dan generator untuk menghasilkan
listrikpanas untuk membangkitkan uap dalam PLTN didapatkan dari proses
pembelahan inti. Hasil dari pembelahan ini adalah dua buah atom materi yang
lain, 2 sampai 3 buah neutron baru dan energi. Total massa seluruh materi yang
terbentuk sesudah terjadinya pembelahan inti atom Uranium lebih kecil daripada
sebelum terjadi pembelahan. Selisih massa inilah yang berubah menjadi energi.
Neutron baru yang terbentuk setelah pembelahan inti dapat menumbuk inti atom
Uranium lain dan seterusnya menghasilkan atom materi lain, 2-3 buah neutron
Mohammad Luqman Hakim
127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 28
DAFTAR PUSTAKA
Beiser, A. (2003). Concepts of Modern Physics (6th ed.) New York: McGraw-Hill
Companies,Inc. doi:ISBN 0-07-244848-2.
C. P. Zaleski, Ed. 2002. Scenarios of Nuclear Power Growth in the 21st Century,
Centre of Geopolitics of Energy and Raw Materials. France. Univercity
of Paris IX Dauphine.
C.-P. Zaleski, “Overview of future development of fast neutron reactors,” Energy,
vol. 23, no. 7-8, pp. 571–579, 1998.
E. O. Adamov, A. V. Dzhalavyan, A. V. Lopatkin, et al., “Conceptual framework
of a strategy for the development of nuclear power in Russia to 2100,”
Atomic Energy, vol. 112, no. 6, pp. 391–403, 2012
Ghosal, S. N. (2002). Nuclear Physics. New Delhi: S. Chand & Company LTD.
Krane, K. 1992. Fisika Modern. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press
Kompas. 2013. Pilihan Terbaik Nuklir Atasi Krisis Energi.
http://nasional.kompas.com/read/2013/08/10/0641129/Pilihan.Terbaik.
Nuklir Atasi.Krisis.Energi
Marchenko and Solomin. 2013. Economic Assessment of Russian Nuclear
Strategies on the Basis of Fast Breeder Reactors. International Journal
of Nuclear Energy Volume 2013 (2013), Article ID 867439
Serway, A and Jewett, J. 2010. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Salemba
Teknika.
Tribunnews. 2013. Energi Nuklir Dianggap Solusi Krisis Energi di Indonesia.
http://www.tribunnews.com/nasiona1/2013/11/21/energi-nuklir-
dianggap-solusi-krisis-energi-di-indonesia
Wikipedia. 2013. Nuclear Power Plant
http://en.wikipedia.org/wiki/Nuclear_power_plant [diakses tanggaal 30
Desember 2013]
World Nuclear Association. 2012. What is Uranium? How Does it Work?
http://www.world-nuclear.org/info/Nuclear-Fuel-
Cycle/Introduction/What-is Uranium--How-Does-it-Work-/ [diakses
tanggaal 30 Desember 2013]
Young And Freedman. 2010. University Physics With Modern Physics, Thirteenth
Edition. United States: Pearson Education Inc.
LAMPIRAN