Anda di halaman 1dari 34

PEMANFAATAN RADIOISOTOP URANIUM-235 (U235)

SEBAGAI SOLUSI KRISIS ENERGI LISTRIK

PAPER KAJIAN FISIKA SAINS IV

DOSEN PENGAMPU
Prof. Dr. Prabowo. M.Pd

OLEH
Moh. Luqman hakim
NIM. 127795008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2014

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas Pemanfaatan
Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi Listrik.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.

Surabaya, 26 Januari 2014

Luqman Hakim

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar------------------------------------------------------------------------- i
Daftar Isi ------------------------------------------------------------------------------- ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ---------------------------------------------------------- 1
B. Rumusan Masalah------------------------------------------------------- 3
C. Tujuan Penulisan Paper------------------------------------------------- 3
D. Manfaat Penulisan Paper ----------------------------------------------- 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Struktur Atom Uranium Dan Reaksi Fisi----------------------------- 4
B. Reaktor Nuklir------------------------------------------------------------ 10
C. Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik --------------------------------------------------------------------- 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan -------------------------------------------------------------- 25
B. Saran ---------------------------------------------------------------------- 26
DAFTAR PUSTAKA---------------------------------------------------------------- 27
LAMPIRAN--------------------------------------------------------------------------- 28

ii
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan di segala bidang kehidupan khususnya industri nasional saat
ini dan masa mendatang perlu mendapatkan perhatian khusus agar
pertumbuhannya terus berkembang dan berkelanjutan. Oleh karena itu perlu
didukung dengan ketersediaan atau pasokan energi yang cukup karena sektor
energi mempunyai peran yang sangat penting dalam mewujudkan pembangunan
berkelanjutan.
Sesuai dengan visi dan misi energi, pengelolaan penyediaan dan
pemanfaatan energi nasional perlu dilaksanakan secara optimal, arif dan bijaksana
yang dilandasi oleh pertimbangan obyektif yang mencakup berbagai aspek seperti
lingkungan (environment), kepentingan antar generasi (intergeneration),
kebutuhan energi (energy demand), sosial-politik (sociopolitic), geopolitik
(geopolitic) dan ekonomi (economy). Keenam aspek tersebut merupakan kriteria
penting yang dipersyaratkan dalam pemanfaatan energi untuk pembangunan
berkelanjutan.
Kebutuhan energi listrik nasional setiap tahunnya tumbuh rata-rata 7,1%,
hal ini merupakan konsekwensi logis dari beberapa faktor antara lain
pertumbuhan industri khususnya di Pulau Jawa yang menjadi sentra industri
nasional, pertumbuhan ekonomi, standar hidup manusia Indonesia, perkembangan
teknologi, tuntutan persyaratan lingkungan dan laju pertumbuhan penduduk
Indonesia rata-rata setiap tahunnya naik 1,49%. Dengan melihat pertumbuhan
permintaan energi tersebut, maka perlu mendapat perhatian secara serius.
Indonesia dikaruniai biodiversitas dan lahan potensial yang amat besar perlu
didayagunakan secara berkelanjutan guna memperkuat keterjaminan pasokan
energi dan neraca pembayaran negara, membuka banyak lapangan kerja,
mengentaskan kemiskinan, melancarkan pertumbuhan ekonomi yang merata dan
turut meredam emisi gas-gas rumah kaca. Oleh Karena itu diperlukan penyediaan
energi yang cukup besar yang terkait dengan program perencanaan energi listrik
nasional jangka panjang

Mohammad Luqman Hakim


127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 2

Dengan berdasarkan uraian tersebut di atas tentang kondisi cadangan dan


produksi energi yang sangat terbatas, serta kecenderungan penggunaan jenis
energi di masa mendatang akan bergeser ke arah technology based energy (energi
berbasis teknologi) dibandingkan resource based energy (energi fosil), hal ini
sangat dirasakan sebagai akibat menipisnya jumlah persediaan energi fosil
sesudah dieksploitasi yang cukup lama. Dalam memenuhi kebutuhan energi
ditempuh melalui bauran energi yang optimal (optimum energy mix) yakni
dengan memanfaatkan semua jenis energi tanpa diskriminatif (non discrimination)
dan tanpa perlu menunggu jenis energi lain menipis (non depletion). Dengan
melihat berbagai aspek kesiapan teknologi, kapasitas daya dan tingkat
perekonomiannya, maka teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
adalah teknologi yang paling siap untuk digunakan. Di samping daya yang sangat
besar bahwa PLTN adalah energi yang bersih bila dibandingan dengan energy
fosil lainya seperti Batubara. Adapun perbandingan limbah yang dihasilkan antara
Limbah Nuklir dan Batubara dengan perbandingan 1.000 MWe (e), sebagai
berikut :
Limbah PLTN dengan daya 1.000 MWe (e) load factor 75%, Produksi
limbah pertahunnya adalah :
 Limbah aktivitas sangat tinggi : 27 ton bahan bakar bekas, jika melalui
proses ulang dan vitrifikasi sekitar 3M 3
 Limbah aktivitas tingkat sedang : 310 ton
 Limbah aktivitas tingkat rendah : 460 ton
 Beberapa gas radioaktif tingkat rendah dari cerobong yang aman bagi
kesehatan masyarakat.
 Sisa dari tambang uranium dan instalasi proses biji yang lebih kecil dari
sisa tambang Batubara, per unit listrik yang diproduksi.
Limbah Batubara 1.000 MWe (e) load factor 75%, Produksi limbah pertahunnya
adalah :
 CO2 : 6,5 juta ton
 SO2 : 44.000 ton
 NOX : 22.000 ton

Mohammad Luqman Hakim


127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 3

 Abu : 320.000 ton, mengandung sekitar 400 ton racun logam berat sepei
arsenik, kadmium, merkuri dan timah hitam yang beracun sepanjang
masa.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa PLTN
adalah energi alternatif yang mempunyai daya yang sangat besar, hijau dan bersih
(Clean and Green Energy) atau ramah lingkungan. Dengan demikian bahwa
PLTN merupakan Solusi yang sangat tepat dalam mengatasi krisis energi di
Indonesia.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan uaraian latar belakang diatas, rumusan masalah dalam paper
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik adalah
a. Bagaimanakah struktur atom dan reaksi fisi dari Radioisotop Uranium-235
(U235) ?
b. Bagaimanakah proses uranium 235 didalam suatu reactor nuklir sehingga
dapat menghasilkan energi alternatif listrik?
c. Bagaimanakah Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi
Krisis Energi Listrik ?

C. Tujuan Penulisan Paper


Tujuan ditulisnya paper dengan judul Pemanfaatan Radioisotop Uranium-
235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi Listrik adalah
a. Mendeskripsikan struktur atom dan reaksi fisi dari Radioisotop Uranium-235
(U235).
b. Mendeskripsikan proses uranium 235 didalam suatu reactor nuklir sehingga
dapat menghasilkan energi alternatif listrik
c. Mendeskripsikan Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai
Solusi Krisis Energi Listrik

D. Manfaat Penulisan Paper

Mohammad Luqman Hakim


127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 4

Manfaat dari penulisan paper dengan judul Pemanfaatan Radioisotop


Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi Listrik adalah sebagai kajian
pentingya pemanfaatan radioisotope uranium 235 (U235) sebagai Solusi Krisis
Energi Listrik alternatif selain batubara, minyak bumi ataupun air yang ramah
lingkungan jika dikelola dengan baik dan efisien mengingat Indonesia mempunyai
cadangan uranium yang melimpah.

Mohammad Luqman Hakim


127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 5

BAB II. PEMBAHASAN

Agar dapat lebih mudah memahami bagaimana terjadinya reaksi fisi didalam
reaktor PLTN, pada sub-bab ini akan disampaikan tentang bagaimana strutur atom
didalam uranium dan apakah itu reaksi fisi, bagian bagian dari reaktor nuklir dan
prinsip kerja PLTN

A. Struktur Atom Uranium Dan Reaksi Fisi


Uranium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang U dan nomor atom 92. Sebuah logam berat, beracun, berwarna putih
keperakan dan radioaktif alami, uranium termasuk ke seri aktinida (actinide
235
series). Dalam hal ini, isotopnya U digunakan sebagai bahan bakar reaktor
nuklir dan senjata nuklir. Uranium biasanya terdapat dalam jumlah kecil di
bebatuan, tanah, air, tumbuhan, dan hewan (termasuk manusia). Cadangan
uranium yang ada di Indonesia berkualitas rendah, karena kehadiran unsur U-235
nya tidak memadai untuk diperkaya.Walaupun uranium cukup berlimpah di dunia
ini, persentase U-235 harus setidaknya bernilai 0,7% sebelum proses pengayaan
atau pengayaannya. Artinya akan terlalu mahal dan tidak efesien.
Secara alami, uranium yang dijumpai di deposit uranium di alam dapat
berbentuk Uranium-235 (U-235) yang bersifat radioaktif (tidak stabil) dan U-238
yang stabil. Agar bisa digunakan dalam reaktor, uranium tersebut harus
mengalami proses ”pengayaan”, yang artinya sejumlah uranium tersebut
mengalami proses penambahan persentase unsur U-235 yang bersifat radiatif dan
U-235 perlu dipisahkan dari U-238. Uranium memiliki tiga bentuk kristal yaitu:
alfa (688 °C), beta (776 °C), dan gamma. Uranium termasuk logam berat,
berwarna putih keperak-perakan, bersifat piroforik (mudah meledak di udara dan
hidrogen dapat menambah intensitas nyala) dalam kondisi halus. Uranium lebih
lunak dariada baja, dan dalam kondisi yang sangat halus, uranium mudah terlarut
dalam air dingin. Mudah ditempa dan sedikit paramagnetik. Di udara, uranium

Mohammad Luqman Hakim


127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 6

terlapisi dengan oksidanya. Asam juga dapat melarutkan logamnya, dan tidak
terpengaruh sama sekali oleh basa.

Strukut Atom Uranium


Sejatinya segala unsur yang terdapat di alam terbentuk dari kumpulan
atom-atom. Ada 92 jenis atom yang telah didefinisikan hingga saat ini. Inti dari
suatu atom terdiri atas proton yang bernilai positip dan neutron yang bersifat
netral. Disekitar intinya terdapat elektron yang mengelilingi, biasanya berjumlah
sama dengan proton dan terikat dengan gaya elektromagnetiknya. Jumlah proton
pada atom menjadi ciri khas suatu jenis atom dan lebih dikenal dengan sebutan
nomer atom, yang menentukan unsur kimia atom tersebut.
Unsur uranium memiliki jumlah proton 92 buah atau dengan kata lain
nomer atom Uranium adalah 92. Namun di alam, terdapat 3 jenis unsur yang
memiliki jumlah proton 92 buah, masing-masing memiliki jumlah neutron
sebanyak 142, 143, dan 148 buah. Unsur yang memiliki 143 buah neutron ini
disebut dengan Uranium-235, sedangkan yang memiliki 148 buah neutron disebut
dengan Uranium-238. Suatu unsur yang memiliki nomer atom sama namun
jumlah neutron yang berbeda biasa disebut dengan isotop. Gambar berikut adalah
struktur dari atom Uranium dan tabel yang menjelaskan tentang isotopnya.
Uranium yang terdapat di alam bebas sebagian besar adalah Uranium yang
sulit bereaksi, yaitu Uranium-238. Hanya 0,7 persen saja Uranium yang
mengandung isotop Uranium-235. Sedangkan bahan bakar Uranium yang
digunakan di PLTN adalah Uranium yang kandungan Uranium-235 nya sudah
ditingkatkan menjadi 3-5 %.

Mohammad Luqman Hakim


127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 7

Gambar 2 Struktur atom Uranium

Reaksi Fisi Uranium


Perlu diketahui bahwa reaksi fisi bisa terjadi disetiap inti atom dari suatu
unsur tanpa terkecuali. Namun reaksi fisi yang paling mudah terjadi adalah reaksi
pada inti atom Uranium. Uranium pun sama halnya, yang paling mudah terjadi
reaksi adalah Uranium-235, sedangkan Uranium-238 memerlukan energi yang
lebih besar agar dapat terjadi reaksi fisi ini.
Reaksi fisi terjadi saat neutron menumbuk Uranium-235 dan saat itu pula
atom Uranium akan terbagi menjadi 2 buah atom Kr dan Br. Saat terjadi reaksi
fisi juga akan dihasilkan energi panas yang sangat besar. Dalam aplikasinya di
PLTN, energi hasil reaksi fisi ini dijadikan sumber panas untuk menghasilkan uap
air. Uap air yang dihasilkan digunakan untuk memutar turbin dan membuat
generator menghasilkan listrik.
Pada saat Uranium-235 ditumbuk oleh neutron, akan muncul juga 2-3
neutron baru. Kemudian neutron ini akan menumbuk lagi Uranium-235 lainnya
dan muncul lagi 2-3 neutron baru lagi. Reaksi seperti ini akan terjadi terus
menerus secara perlahan di dalam reaktor nuklir. Neutron yang terjadi akibat
reaksi fisi sebenarnya bergerak terlalu cepat, sehingga untuk menghasilkan reaksi
fisi yang terjadi secara berantai kecepatan neutron ini harus diredam dengan
menggunakan suatu media khusus. Ada berbagai macam media yang digunakan
sampai saat ini antara lain air ringan/tawar, air berat, atau pun grafit. Secara

Mohammad Luqman Hakim


127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 8

umum kebanyakan teknologi PLTN di dunia menggunakan air ringan (Light


Water Reactor, LWR).
Perlu diperhatikan disini bahwa di dalam reaktor nuklir, bahan bakar
Uranium yang digunakan dijaga agar tidak sampai terbakar atau mengeluarkan
api. Sebisa mungkin posisi bahan bakarnya diatur sedemikian hingga agar
nantinya hasil reaksi fisi ini masih bisa diolah kembali untuk dijadikan bahan
bakar baru untuk digunakan pada teknologi PLTN di masa yang akan datang.

Gambar 3 Proses terjadinya reaksi fisi

Besarnya Energi Reaksi Fisi

Mohammad Luqman Hakim


127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 9

Gambar 4 Banyaknya bahan bakar yang diperlukan dalam 1 tahun untuk


masing-masing pembangkit listrik berkapasitas 1000 MW

Gambar 4 menunjukan data tentang jumlah bahan bakar yang diperlukan


dalam 1 tahun untuk masing-masing pembangkit listrik berkapasitas 1000 MW.
Disini terlihat bahwa untuk 1 gram bahan bakar Uranium dapat menghasilkan
energi listrik yang setara dengan 3 ton bahan bakar batubara, atau 2000 liter
minyak bumi. Oleh karena energi yang dihasilkan Uranium sangat besar, bahan
bakar PLTN juga dapat menghemat biaya di pengakutan dan penyimpanan bahan
bakar pembangkit listrik
Sumber Uranium
Uranium, tidak selangka yang diduga, bahkan lebih berlimpah daripada
raksa, antimon (Sb) , perak, atau kadmium dan sama berlimpahnya seperti
molibden atau arsen. Uranium terdapat dalam sejumlah mineral seperti
pitchblende, uraninit, karnotit, autunit, uranofan dan tobernit. Juga terdapat pada
batuan fosfat, lignit, pasir monazit, dan bisa diperoleh dari semua sumber
komersial ini. Departemen Energi Amerika Serikat membeli uranium dalam
bentuk yang dapat diterima yakni U3O8 pekat. Program insentif ini telah
meningkatkan persediaan uranium yang ada. Uranium dapat dibuat dengan

Mohammad Luqman Hakim


127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 10

mereduksi uuranium halida dengan logam alkali atau alkali tanah atau dengan
mereduksi uranium oksida dengan kalsium, aluminum atau karbon pada suhu
tinggi. Logam ini juga bisa dihasilkan dari proses elektrolisis KUF5 atau UF4,
yang dilarutkan dalam campuran CaCl2 dan NaCl yang dicairkan. Uranium
dengan kemurnian tinggi dapat dibuat dengan penguraian termal senyawa
uranium halida dengan filamen panas.
Uranium alamiah, sedikit diperkaya dengan 235U degan kadar yang rendah,
digunakan sebagai bahan bakar reaktor nuklir untuk menghasilkan listrik. Meski
233
thorium sendiri tidak bisa direaksikan fisi, U, dalam hal ini bisa digunakan
sebagai bahan bakar nuklir. Satu pon uranium yang tereaksi fisi secara lengkap
memiliki nilai bahan bakar yang sama dengan batu bara sebanyak 1500 ton lebih.
Kegunaan bahan bakar nuklir untuk menghasilkan energi listrik, untuk membuat
isotop yang digunakan untuk tujuan damai, dan sebagai peledak, sangat diketahui
dengan baik. Kapasitas 429 reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir di seluruh
dunia yang beroperasi pada Januari 1990 dierkirakan mencapai 311000 megawatt.
Terdapat belasan model keberadaan Uranium (Burrows, 2010-
meringkaskannya ada 13 tipe deposit) dimana sebagian sudah ditambang secara
komersial (di luar Indonesia tentunya). Sebagian deposit tersebut bukan
merupakan tambang/ daerah prospek “single commodity” U, tetapi yang biasanya
merupakan gabungan dengan komoditi lainnya (seperti Olympic Dam di South
Australia yang mengandung Cu, Au dan U walaupun U-nya belum diproduksi
secara komersial). Kadar U dari berbagai tipe deposit tersebut bervariasi dari 0.03
sd 25.0%.Penyumbang terbesar kedua dari cadangan global Uranium adalah dari
type deposit “black shale” yakni 4,4 juta ton dengan kadar rendah 50 - 400ppm
(seperti halnya type phosphorite, belum ada produksi tercatat dari type deposit
ini). Lagi-lagi deposit ini berasal dari cekungan sedimen tua berumur Cambrian
(spt Alum Shale-Ranstad di Swedia). Terbesar ketiga adalah “Sandstone hosted”
yakni sebesar 1,5 juta ton U. Menariknya, type deposit ini punya kisaran umur
panjang dari Phanerozic sampai Tertiary. Kadar rata-rata adalah 50 - 500ppm, dan
sampai 2007 sudah diproduksi sekitar 10,000 ton U yg merupakan 30% produksi
dunia (yakni dari Kazakhstan, Australia, Gabon, Nigeria dan Argentina). Uranium
pada deposit ini diendapkan sbg uranitite atau coffinite, diendapkan dari air
Mohammad Luqman Hakim
127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 11

formasi (basinal brines) yang berinteraksi dengan reductant spt carbonaceous


material, hydrocarbon dan mineral sulfida. Deposit ini umum terendapkan dalam
bentuk
1) tabular sejajar dengan lapisan batupasir,
2) roll-front deposit membentuk tubuh deposit melengkung, atau
3) deposit pengisian sepanjang patahan/ struktur. Beberapa deposit baru tipe ini
diketemukan di Kazakhstan pada sedimen (batupasir) Paleocene-Eocene (spt
Inkai, Moinkum dll) yang berdampingan dengan cekungan minyak.
Deposit dengan kadar relative tinggi adalah “unconformity related”, kadar
rata-rata 1.0 - 25% U. Tipe ini menyumbang sekitar 650,000 ton global resources.
Beberapa penemuan baru di Kanada (Athabasca basin) dan Australia (Ranger
basin) berasal dari type ini. Sekitar 20% produksi U dunia berasal dari tipe ini.
Type ini diendapkan pada basin tua (basal zone) yang menumpang diatas
basement (biasanya metamorphic) dengan kandungan U.

Gambar 5. diagram menunjukkan model deposit u (burrows, 2010)

B. Reaktor nuklir

Mohammad Luqman Hakim


127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 12

Reaktor nuklir adalah suatu system reaksi pengontrolan rantai ikatan nuklir
digunakan untuk melepaskan energy (Young and Freedman, 2010). Reaktor nuklir
pertama kali dibangun oleh Enrico Fermi pada tahun 1942 di Universitas Chicago.
Hingga saat ini telah ada berbagai jenis dan ukuran rekator nuklir, tetapi semua
reaktor atom tersebut memiliki lima komponen dasar yang sama, yaitu: elemen
bahan bakar, moderator netron, batang kendali, pendingin dan perisai beton.

Gambar 6. Skema Dasar Reaktor Nuklir


Pada gambar 6 manujukan komponen-komponen dari suatu reactor.
Walapun banyak reaktor nuklir yang beroperasi diseluruh dunia. Walaupun
reaktornya banyak berbeda baik disain maupun rancang bangunnya, namun
komponen utamanya memiliki persamaan yang dapat membantu dalam memilih
bahan yang cocok. Komponen tersebut meliputi: bahan bakar, moderator,
reflector, dan bahan pendingin, sistem pengontro, pelapis untuk bahan bakar,
kerangka dan pelindung radiasi. Bahan-bahan khusus harus digunakan untuk
pembuatannya karena kebutuhan khusus yang berhubungan dengan reaksi
berantai dalam proses pembelahan sedikit banyak akan dibahas di bawah ini
(Ghosal, S. N. 2002).
1. Bahan bakar
Seperti yang sudah dibahas, bahwa uranium alami yang disebutnya isotop

ada dalam jumlah hingga 0.175% yang biasanya digunakan sebagai

bahan bakar. Pada beberapa reaktor, uranium yang kaya dengan yang

Mohammad Luqman Hakim


127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 13

telah digunakan sebagai bahan bakar. Secara teori, bahan yang mudah
membelah dengan neutron termal dapat digunakan sebagai bahan bakar

reaktor. Telah kita lihat bahwa hanya ada 3 isotop yaitu , ,

yang sesuai dengan kriteria. Dari semua ini, hanya saja yang dianggap

murni. Sedangkan 2 lainnya harus diproduksi dari bahan-bahan yang subur

yaitu dan (lihat bab 14)

2. Moderator
Beberapa moderator yang lazim dipakai antara lain : air, air yang kadarnya
lebih berat dari pada atom air berat, Grafit, beryrium dan oksidanya serta
beberapa zat organik.Seperti yang dilihat seberumnya bahwasanya moderator
yang bagus harus memiliki bentuk perambatan yang bagus pura dan harus
rendah penyerapan neutronnya penampang lintang absorbsi netron yang
rendah (lihat bab 13.19). Penampilan moderator ditentukan oleh tingkat

kelayakannya yaitu oleh . Table 13-7 menunjukkan bahwa deuteron

dan air yang memiliki masa yang lebih berat daripada atom memiliki
perbandingan tingkat kelayakan yang cukup tinggi. Oleh karena itu D2O
dianggap sebagai moderator yang terbaik. Namun harganya mahal. Bahkan
banyak reaktor listrik menggunakan D2O atau Grafit. Air biasa (H2O)

walaupun dikatakan baik dapat berfungsi untuk memperlamban ( ) ,namun

tidak sebaik moderator seperti dua lainnya yang dibahas diatas karena
rnemiliki penampang lintang absorbsi netron yang cukup tinggi. Bahan bakar

harus kaya dengan isotop dalam reaktor yang juga memerlukan air biasa.

Beryllium dan oksidanya juga termasuk moderator yang baik walaupun agak
mahal harganya. Lagipula, Beryllium beracun dan bentuk mekanisnya buruk.
Jika memilih moderator, maka harus diperhatikan adanya kerusakan yang
ditimbulkan oleh radiasi.

Mohammad Luqman Hakim


127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 14

3. Reflektro
Teori reaktor yang telah dibahas diatas menggunakan reaktor sederhana
yang mana tidak dilengkapi dengan reflektor disekelilingnya. Sebenarnya
kebanyakan reaktor menggunakan reflektor yang dipasang disekelilingnya
untuk melindungi kebocoran neutron yang keluar dari reflektor. Hal ini akan
membantu dalam pencapaian dengan apa yang disebut dengan pengiritan
neutron, yang sebaliknya dapat mengurangi biaya bahan bakar yang hendak
digunakan. Neutron yang bocor dari reaktor karena ukurannya yang kecil,
akan meluluh lantakan. Bahan reflektor dan pecahan-pecahan yang
ditimbulkan akan dilumatkan pula bersama reflektornya. Bahan reflektor
untuk kegunaan neutron termal hendaknya memiliki ciri ciri bagus seperti
yang dilakukan untuk moderator sehingga daya serapnya relatif kecil serta
tidak meluas kemana mana.
Efisiensi reflektor diukur dari koefisien refleksi atau albedo dimana
perbandingan jumlah neutron yang dipantulkan kebeberapa bagian akan
tertahan oleh reflektor. Albedo tergantung pada ukuran dan bentuk reflektor.
Biasanya, untuk koefisien penyebaran yang Iebih kecil (D) serta jangkauan
penyebaran yang lebih luas (L), albedo akan meningkat yaitu batas nilai yang
ada. Untuk reflektor yang tebar, albedo pun juga meningkat. Pada
kenyataannya, reflector dengan ketebalan yang sama dengan 2L hampir
sebanding dengan reflector dengan ketebalan yang tidak terbatas. Untuk
neutron cepat, bahan bahan seperti uranium hendaknya rebih baik sebagai
reflektor.Seperti yang disebutkan di atas, bahwa penggunaan reflektor akan
membantu dalam penghematan neutron. Untuk reaktor sederhana, aliran

neutron akan tertekan dengan nilai 0 pada batas yang dapat dihitung.

Dengan reflektor, maka variasi dari yang keluar dari inti reaktor akan

menjadi lebih mendatar sehingga aliran (flux) akan sangat dekat sekali dengan
bagian luar dari reaktor.
4. Zat Pendingin

Mohammad Luqman Hakim


127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 15

Panas yang sangat biasanya terjadi di dalam inti reaktor karena di sana
terjadi reaksi berantai pembelahan nuklir. Panas ini harus dikeluarkan untuk
keselamatan kerja reaktor dengan menggunakan zat pendingin yang sesuai.
Disamping zat pendingin seperti air dan udara zat pendingin lain yang dapat
digunakan adalah air yang memiliki massa yang lebih berat dari atom air berat
dan besi cair.Pendingin reaktor hendaknya memiliki hal hal tersebut dibawah
ini:
(a) harus dilengkapi dengan termal yang bagus misalkan tahan terhadap
panas yang tertentu serta berkonduksi termal yang amat handal hingga
dapat menstransfer zat-zat yang panas tersebut.
(b) membutuhkan pompa dengan daya rendah.
(c) berdaya didih yang tinggi serta tahan terhadap lelehan sehingga tekanan
bisa
diatur tidak terlalu tinggi pada suhu lingkungan yang ada didalam reaktor
atau tidak menggumpal apabila reaktor dimatikan.
(d) bisa menjaga kestabilan terhadap panas dan radiasi radioaktif, yang mana
keduanya harus stabil didalam reaktor.
(e) Penampang lintang penangkapan netron harus kecil
(f) Hendaknya harus tidak beracun atau berbahaya.
(g) Tidak memerlukan radioaktifitas yang tahan lama karena adanya
bombardier neutron didalam reaktor yang kelak akan membahayakan
kesehatan jika zat pendingin bocor ke udara bebas.
(h) Hendaknya harganya terjangkau.
Semua ketentuan yang disebutkan diatas tentu saja tidak hanya berlaku
untuk satu permasalahan saja. Demikian pula dengan pilihan yang paling
utama yang kesemuanya tergantung pada kebutuhan sendiri sendiri. Untuk
kepentingan reaktor yang berdaya rendah, udara telah digunakan sebagai
pendingin dalam beberapa hal walaupun ada ketidaksesuaian dimana nitrogen
memiliki kemampuan untuk menyerap neutron. Nitrogen tidak dapat dipakai
untuk suhu tinggi karena nitrogen dapat bereaksi secara kimiawi didalam
reaktor bila terkena suhu tingg. Hidrogen akan menjadi pendingin yang paling
bagus, namun memiliki resiko tinggi, yaitu bisa meledak sewaktu-waktu.
Mohammad Luqman Hakim
127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 16

Helium juga sama dengan Hidrogen namun harganya amat mahal.


Karbondioksida telah digunakan untuk reaktor tenaga listrik namun jeleknya
dapat bereaksi dengan Grafit dan dapat digunakan sebagai moderator dengan
suhu tinggi.
Pendingin cair lebih disukai dibandingkan dengan gas bila dilihat dari segi
cara menyalurkan panas. Air murni (H2O) telah digunakan sebagai pendingin
di beberapa reaktor karena kemudahannya dan harganya yang murah. Namun
jeleknya karena dapat menyerap neutron secara luar biasa pada hidrogen. Air
berat telah digunakan sebagai pendingin pada beberapa hal karena
penyerapannya yang rendah. Disamping itu juga mahal harganya. untuk jenis
reaktor yang bersuhu tinggi dengan aliran (flux) yang juga deras ,maka besi
cair merupakan pendingin yang bagus. Besi cair ini memiliki titik didih yang
rendah serta daya serap neutron termal yang kecil. Beberapa besi yang dapat
dipakai adalah : bismuth (Mp 271 0C), timah hitam ( timah budeng) (3270 C),
sodium (980 C), timah putih (2320C) dan potassium (620C). Dari semua yang

disebutkan, bismuth mempunyai penyerapan neutron termal yang kecil

,sodium dan potassium ternyata mempunyai .

Logam campuran sodium dan potassium ternyata memiliki kemampuan besi


cair sebagai pendingin. (yaitu 660 C: 0.96b). Kekurangan sodium atau besi
campuran Na-K yaitu pada besi-besi ini sangat reaktif dengan beberapa zat
termasuk air. Lagi pula penghambatan neutron dalam sodium menghasilkan

radioaktif yang memancarkan baik partikel p maupun perembesan sinar

yang memerlukan penahan tanki pendingin, saluran dan lain-lain. Pendingin


besi cair seperti sodium diputar dengan bantuan pompa elektromagnetik yang
mana keuntungannya adalah memiliki konduktifitas listrik untuk menahan
arus karena pengaruh medan magnet. Jenis pompa ini bebas dari bocor karena
suku cadangnya tidak longgar atau berpaking rapat. sehingga dapat melakukan
sirkurasi pendingin bahkan jika terkontaminasi dengan pengaruh radioaktifitas
tanpa menimbulkan polusi lingkungan.

Mohammad Luqman Hakim


127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 17

5. Bahan-bahan yang berlapis dan tertata bagus


Semua reaktor menggunakan bahan berstruktur bagus yang diperlukan
sebagai kerangka mekanis untuk berbagai komponen daram reaktor tersebut.
Kecuali itu , diperlukan pula wadah untuk bahan bakar, alat pengontror
pendingin serta instrumen pengukur. Uranium sebagai bahan bakar yang
selalu bereaksi dengan udara, air dan cairan lain yang digunakan sebagai
pendingin. Oleh karena itu takaran harus yang cocok dengan pelapis
reaktornya yang dapat pula berfungsi untuk mencegah lepasnya bagian yang
daram proses pembelahan.
Bahan-bahan rancang bangun untuk pekerjaan mekanis harus selektif.
Mereka itu adalalah sebagai berikut. Konduktor untuk mengimbangi koofisien
pemuaian termal yang sebaiknya rendah. Lagipula keduanya harus dapat tahan
terhadap tekanan termal. Disamping itu bahan-bahan yang dipilih harus anti
karat dan rendah penyerapan neutron. Aluminium yang relatif mumi (2S) telah
banyak digunakan sebagai bahan struktural reaktor yang dipakai pula untuk
melapisi elemen bahan bakar serta untuk tujuan rain yaitu menghindari dari

temperatur tinggi. Zirconium ( a-0.18b) juga handal sebagai bahan pelapis

khususnya bila menyangkut tekanan air sebagai pendingin. Zirconium harus


bebas dari hafnium karena memiliki penyerapan neutron yang sangat tinggi.
Besi zirconium yang dikenal sebagai zircaloy-2 tahan terhadap karat
dibandingkan dengan Zr yang murni. Harga zirconium memang agak mahal.
Besi Iain yang dianggap bagus untuk bahan struktural adarah titanium.
Namun harganya sangat mahal. Bahan keramik juga bagus untuk pelapis ini
karena keramik juga tahan terhadap suhu tinggi. Keramik juga digunakan
dalam pembuatan elemen bahan bakar, moderator dan sebagainya.
6. Lempengan Pengontrol
Seperti peralatan generator rainnya, reaktor nuklir memerlukan alat
pengontrol yang tepat untuk menjamin agar operasi kerjanya dapat berjalan
lancar serta dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya yang
mengancam. Karena neutron merupakan zat yang selalu melakukan serentetan
pembelahan berantai di dalam reaktor oleh karena itu mekanisme

Mohammad Luqman Hakim


127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 18

pengontrolan dari reaktor tersebut menyangkut pula penggunaan alat peredam


yang sesuai untuk menyerap neutron.
Dua dari alat peredam/penyerap yang digunakan untuk menyerap neutron
termal di dalam reaktor adalah cadium dan boron. Bahan bahan ini memilki
daya serap yang tinggi terhadap neutron. Prosedur pengontrolan menyangkut
masuk dan keluarnya bahan-bahan tersebut biasanya dalam bentuk batangan
atau lapisan yang dimasukkan atau dari inti reaktor. Cadmium digunakan jika
suhu tidak terlalu tinggi karena ia memiliki titik didih rendah yaitu 321 0C
dan dapat pula digunakan lapisan dari logam lainnya. Misalkan perak dan
indium karena logam tersebut memiliki titik didih tinggi. Boron yang sering
dipakai sebagai bahan pengontrol dalam bentuk baja boron
Karena untuk menghemat neutron yang berhubungan dengan alat
pengontrol yang dipasang di dalam inti reaktor, maka alat tersebut juga akan
dipasang di dalam reflektor pada reaktor. Ada cara altematif yaitu dengan
menggabungkan gerakan bahan inti (bahan bakar dan moderator) dengan
gerakan penyerap neutron dan dengan demikian ketika alat penyerap neutron
itu dipasang ,maka beberapa inti dapat dipindairkan pada suatu waktu.
Pada beberapa reaktor, jangan menggunakan alat penyerap neutron yang

murahan seperti Cd atau B namun alat yang bermanfaat seperti : atau

. Penyerapan neutron rnenghasilkan bahan terfisikan, yaitu atau

. Pada reaktor neutron cepat, pengontrolan dengan menggunakan

penyerap neuron biasanya tidak memuaskan. Pengontrolan dapat dilakukan


dengan cara melepas materi bahan bakar baik kedalam atau sebaliknya ke
intinya atau dengan melepas reflektor. Di dalam reaktor yang didalamnya diisi
dengan air berat sebagai pendingin harus diatur tinggi rendahnya.
Pengontrol reaktor harus dipasang sedemikian kuatnya karena
dikawatirkan ada emisi atau neutron yang belum sempat berproses dalam
pembelahan
7. Reaktor Perisai
Mohammad Luqman Hakim
127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 19

Reaktor harus dilengkapi dengan perisai yang kuat untuk menekan


pengaruh pancaran radiasi yang berbahaya ( terutama sinar y dan neutron)
perisai yang digunakan untuk tujuan ini disebut dengan perisai bilogis. Bahan
bahan yang lazim digunakan untuk perisai biologis adalah kerangka besi
biasa. Lapisan-lapisan beton ukurannya kira-kira 2 m (6 hingga 8 kaki)
tebalnya yang dipasang disekeliling reaktor yang biasanya cocok untuk
pekerjaan ini. Ada 2 syarat khusus. Untuk mengurangi intensitas
neutron,netron-netron ini harus diperlamban hingga menjadi energi termal lalu
diserap sebagai neutron termal. Bahan hidrogen harus cocok untuk pekerjaan
ini. Air khusus yang dipakai untuk menahan beton telah berhasil digunakan di
beberapa reaktor walaupun kehebatan beton pilihan dibandingkan dengan
beton biasa untuk pekerjaan seperti ini kelihatannya masih meragukan. Beton
yang dilengkapi dengan penyerap neutron khusus misalkan boron juga telah
dicobakan.

Untuk mengurangi radiasi sinar , maka dipasangrah eremen berat seperti

Z pada beton ini. Sehingga beton barytes walaupun mengandung sulfat barium
yang murah yang dicampurkan pada pembuatan beton biasa namun temyata

bisa juga tahan terhadap hantaman sinar yang disebut dengan barium yang

mengandung Z=56. Beton berat ini kekuatannya kira kira 1.5 kali dari beton
biasa. Harganya hanya naik sedikit. Jenis-jenis beton lainnya yaitu yang
disebut besi beton bertulang, beton forpor yang tahan karat atau beton yang
berlapis timah hitam yang biasanya mahal harganya.
Berbeda dengan perisai biorogi yang diperlukan, yang ini lain yaitu
dinding bagian dalam biasanya baja yang ditempatkan diantara reaktor dan
perisai untuk melindungi perisai dari kerusakan karena panas yang berlebihan.
Perisai yang terbuat dari beton kadang kadang dilengkapi dengan pengaturan
pendingin pada bagian dalam. Perisai termal menggunakan bahan bahan yang

efektif untuk menyerap sinar dan untuk memecah pancaran neutron supaya

lentur sehingga bagian terbesar energi yang bocor dapat diubah menjadi panas

Mohammad Luqman Hakim


127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 20

di dalam perisai termal dan hanya sebagian kecil radiasi saja yang masuk ke
dalam perisai biologis utama.

C. Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis


Energi Listrik Di Indonesia
Fisi nuklir adalah reaksi yang sangat berenergi. Berbagai percobaan telah
menetapkan bahwa energi kinetik total dari dua fragmen fisi adalah sekitar 167
MeV, yang menunjukkan besarnya pelepasan energi dalam reaksi nuklir biasa
(Ghosal, S. N. 2002).. Selain itu, fragmen fisi, beberapa energi juga dibawa oleh
sinar γ dan dipancarkan beberapa neutron cepat bersama dengan pecahan selama
fisi. Untuk itu harus ditambahkan energi dari partikel β - dan antinutrinos
dipancarkan oleh fragmen fisi, yang biasanya radioaktif, seperti juga energi dari
sinar γ yang terkait dengan disintegrasi fragmen β. Dengan demikian total energi
total yang dipancarkan selama fisi nuklir adalah lebih tinggi dari nilai yang
diberikan di atas. Dalam Tabel 14.1` diperlihatkan distribusi energi yang dibawa
oleh berbagai komponen dalam fisi nuklir.

Tabel 1 distribusi energi yang dibawa oleh berbagai komponen dalam fisi nuklir
Komponen-komponen Energi (Mev)
Energi kinetik fragmen fisi 167
Energi kinetik neutron cepat 5
Energi sinar γ cepat 6
-
Energi dari partikel β yang dipancarkan oleh fragmen fisi 8
Energi dari antineutrinos yang dipancarkan oleh fragmen fisi 12
Energi dari sinar γ yang dipancarkan oleh fragmen fisi 6
Total energi yang dipancarkan dalam Fusi 204
Sumber: Ghosal, S. N. (2002).

Energi yang dilepaskan selama fisi nuklir dapat diukur dengan menembaki
sepotong uranium dengan neutron termal, yang harus dipanaskan karena
penyerapan fragmen fisi dan ditemukan beberapa hasil lainnya. Panas yang
dihasilkan dapat diukur dengan metode kalorimetrik, yang memberikan nilai
sekitar 186 MeV per inti uranium yang mengalami fisi. Berarti lebih kecil dari
nilai yang diberikan dalam tabel di atas. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa

Mohammad Luqman Hakim


127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 21

antineutrinos dan sinar γ yang dihasilkan memiliki energi yang sangat tinggi dan
karenanya luput dari potongan uranium (Ghosal, S. N. 2002)..
Menurut Ghosal, S. N ( 2002) Pelepasan energi dengan jumlah yang
sangat besar dalam fisi nuklir dapat dipahami secara kuantitatif dengan bantuan
kurva the binding fraction (fB) disajikan di Bab II (lihat Gambar 2.2). Sebuah inti
atom berat seperti uranium memiliki nilai fB = B/A  7,6 MeV per nukleon.
Fragmen fisi yang dihasilkan memiliki nomor massa dekat pada bagian tengah
dari tabel periodik dan karenanya nilai fB bagi mereka adalah 8,5 MeV per
nukleon. Dengan demikian, selama proses fisi, sekitar 0,9 MeV energi per
nukleon dilepaskan, sehingga total energi yang dilepaskan adalah sekitar 238 x
0,9 = 212 MeV.
Kita dapat menentukan energi yang dilepaskan dalam fisi secara
kuantitatif dari massa atom yang diketahui dari inti yang bereaksi. Jika
diasumsikan bahwa tiga neutron cepat yang dilepaskan ketika fisi terjadi, kita
dapat menuliskan dalam persamaan

... (14.2-1)
Dari prinsip kesetaraan massa energi, kita mendapatkan

Energi yang dilepaskan lebih kurang sama besarnya dengan fisi dari inti lain.
Karena selama fisi melepaskan energi yang sangat besar, maka
dimungkinkan untuk mendapatkan energi dengan jumlah yang sangat besar pada
235
fisi nuklir uranium dengan jumlah kecil. Sebagai contoh jika 1 g U mengalami
Mohammad Luqman Hakim
127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 22

reaksi fisi, kita dapat menghitung estimasi energi yang dilepaskan dinyatakan
dengan nilai Q:

Jumlah atom per kilogram 235U adalah:

Oleh karena itu pelepasan energi per gram 235U adalah:

= 8,229 x 1010
= 2,29 x 104 kWh
Sebuah generator tenaga panas memiliki kapasitas 1 MW (kalor) harus
berjalan selama 229 jam untuk menghasilkan sejumlah energi. Massa batu bara
yang harus dibakar untuk menghasilkan jumlah yang setara dari energi dapat
diperkirakan sebagai berikut. Hasil pelepasan energi dalam proses kimia dari
pembakaran batubara (C + O2 = CO2) adalah 4 eV per atom karbon, jumlah energi
yang dilepaskan ketika 1 kg karbon benar-benar terbakar adalah

= 3,213 x 107 J
= 8,926 kWh
Jadi massa karbon yang dibutuhkan adalah

Perkiraan di atas jelas menunjukkan keuntungan dari penggunaan uranium


untuk pembangkit listrik.
Pada dasarnya PLTN beroperasi dengan prinsip yang sama seperti
pembangkit listrik konvensional, tetapi dengan perbedaan pada cara
pembangkitan panas untuk menghasilkan uap. Pada pembangkit listrik
konvensional, panas dihasilkan dari pembakaran bahan fosil (minyak, batubara,
gas), sedang pada PLTN panas dihasilkan dari reaksi pembelahan inti atom bahan
bakarnya (Uranium) di dalam reaktor nuklir. Panas yang dihasilkan digunakan

Mohammad Luqman Hakim


127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 23

untuk membangkitkan uap di dalam alat pembangkit uap dan kemudian, sama
seperti pada pembangkit konvensional, uap digunakan untuk menggerakkan turbin
dan generator untuk menghasilkan listrik. Dalam membangkitkan listrik, PLTN
tidak membebaskan asap atau debu yang mengandung logam berat atau CO 2, SO2,
NOx ke lingkungan.
Gambar di bawah ini menunjukkan skema prinsip pengoperasian PLTN jenis
reaktor tekan (PWR).

Gambar 7. Skema kerja PLTN

Pembelahan Inti
Seperti sudah disebutkan di atas, panas untuk membangkitkan uap dalam
PLTN didapatkan dari proses pembelahan inti. Gambar di bawah ini menunjukkan
proses pembelahan inti. Bila sebuah partikel neutron berhasil masuk ke dalam inti
atom bahan bakar Uranium, maka inti Uranium menjadi lebih tidak stabil dan
akibatnya mengalami pembelahan. Hasil dari pembelahan ini adalah dua buah
atom materi yang lain, 2 sampai 3 buah neutron baru dan energi. Total massa
seluruh materi yang terbentuk sesudah terjadinya pembelahan inti atom Uranium
lebih kecil daripada sebelum terjadi pembelahan. Selisih massa inilah yang
berubah menjadi energi. Neutron baru yang terbentuk setelah pembelahan inti

Mohammad Luqman Hakim


127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 24

dapat menumbuk inti atom Uranium lain dan seterusnya menghasilkan atom
materi lain, 2-3 buah neutron baru dan energi. Demikian seterusnya sehingga
terbentuklah sebuah reaksi berantai. Satu gram Uranium akan dapat menghasilkan
daya sebesar 1 juta watt selama 1 hari. Seandainya sebuah rumah menggunakan
energi sebesar 1000 kilowatt-jam dalam sehari, maka energi yang dihasilkan 1
gram Uranium dapat digunakan selama sekitar 24 hari.

Agar reaksi berantai tidak berkembang menjadi tidak terkendali, seperti halnya
bom atom, maka digunakanlah bahan kendali, antara lain terbuat dari cadmium,
untuk membuat reaksi berantai berjalan stabil dan terkendali.
Neutron baru hasil pembelahan memiliki kecepatan yang sangat tinggi,
karena itu agar dapat lebih mudah masuk ke dalam inti atom neutron ini harus
diperlambat. Bahan yang sering digunakan sebagai pelambat atau moderator
adalah air biasa yang telah dihilangkan mineralnya. Bisa juga digunakan air berat,
atau grafit sebagai moderator sesuai dengan jenis bahan bakarnya.
Panas yang dihasilkan di dalam bahan bakar uranium sangat tinggi. Jika tidak
dilakukan pendinginan maka bahan bakar bisa mengalami kerusakan atau
meleleh. Ada beberapa jenis bahan yang biasanya dipakai sebagai pendingin,
misalnya air ringan, air berat, logam natrium cair, dan gas. Pemilihan jenis
pendingin bergantung juga kepada jenis bahan bakarnya.

PLTN Sebagai Solusi Pemenuhan Energi Listrik Di Indonesia


Indonesia yang dulu kaya dengan sumber energi, kini tidak lagi demikian.
Sumber daya minyak bumi Indonesia sekitar 321 miliar barrel (1,2 persen potensi
dunia), gas bumi sekitar 507 TSCF (3,3 persen potensi dunia), batu bara sekitar 50
miliar ton (3 persen potensi dunia), panas bumi sekitar 27.000 MW (40 persen

Mohammad Luqman Hakim


127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 25

potensi dunia), dan tenaga air sekitar 75.000 MW (0,02 persen potensi dunia).
Cadangan terbukti minyak bumi pada tahun 2002 sekitar 5 miliar barrel, cadangan
terbukti gas bumi sekitar 90 TSCF, dan cadangan terbukti batu bara sekitar 5
miliar ton.
Dengan tingkat produksi seperti pada tahun 2002, dan bila tidak ada
cadangan terbukti baru, cadangan minyak bumi akan habis dalam waktu 10 tahun,
gas bumi 30 tahun, dan batu bara 50 tahun. Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) pada Kongres I Organisasi Profesi Praktisi Akuntansi Sumber
Daya Alam dan Lingkungan di Baturaden, 12 Desember lalu, memperkirakan
cadangan minyak bumi kita hanya dapat mencukupi kebutuhan hingga tujuh tahun
ke depan. Bagaimana kita memenuhi kebutuhan energi nantinya? Jika kita terus
menggunakan bahan bakar fosil, maka kita akan terus bergantung kepada negara
produsen, dan untuk membelinya dibutuhkan devisa yang besar. Salah satu cara
yang memungkinkan adalah pemanfaatan PLTN. Dengan kebutuhan bahan bakar
yang tidak terlalu besar dan frekuensi penggantian yang panjang, maka PLTN
dapat dianggap sebagai sumber energi semi-domestik. Dengan tingkat
keselamatan yang semakin baik sejak terjadinya kecelakaan di Three Mile Island
dan Chernobyl, maka kekuatiran akan terjadinya kecelakaan dapatlah dikurangi.
Dengan beberapa faktor di atas dan faktor lain lagi, maka PLTN memiliki potensi
untuk menjadi salah satu penghasil energi untuk menunjang pembangunan
Indonesia. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau yang lebih dikenal dengan
singkatan PLTN, sudah digunakan teknologinya lebih dari 50 tahun yang lalu.
Keunggulan PLTN adalah tidak menghasilkan emisi gas CO2 sama sekali. Selain
itu PLTN juga mampu menghasilkan daya stabil yang jauh lebih besar jika
dibandingkan dengan pembangkit listrik lainnya. Perlu diketahui juga bahwa
bahan bakar uranium yang sudah habis dipakai dapat didaur ulang kembali
menghasilkan bahan bakar baru untuk teknologi di masa depan.
Indonesia sebenarnya sangat cocok mengembangkan pembangkit listrik
ini, sebagai upaya diversifikasi penggunaan pembangkit listrik primer berbahan
bakar fosil, seperti batubara, minyak bumi, dan gas alam. Dengan penanggulangan
radiasi yang cermat dan berlapis, PLTN dapat menjadi solusi kebutuhan energi
listrik yang besar di Indonesia.
Mohammad Luqman Hakim
127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 26

Gambar 8. Perbandingan skema kerja antara PLTN dan PLTU

Prinsip kerja PLTN hampir mirip dengan cara kerja pembangkit listrik
tenaga uap (PLTU) berbahan bakar fosil lainnya. Jika PLTU menggunakan boiler
untuk menghasilkan energi panasnya, PLTN menggantinya dengan menggunakan
reaktor nuklir Seperti terlihat pada gambar 8, PLTU menggunakan bahan bakar
batubara, minyak bumi, gas alam dan sebagainya untuk menghasilkan panas
dengan cara dibakar, kemudia panas yang dihasilkan digunakan untuk
memanaskan air di dalam boiler sehingga menghasilkan uap air, uap air yang
didapat digunakan untuk memutar turbin uap, dari sini generator dapat
menghasilkan listrik karena ikut berputar seporos dengan turbin uap.
PLTN juga memiliki prinsip kerja yang sama yaitu di dalam reaktor terjadi
reaksi fisi bahan bakar uranium sehingga menghasilkan energi panas, kemudian
air di dalam reaktor dididihkan, energi kinetik uap air yang didapat digunakan
untuk memutar turbin sehingga menghasilkan listrik untuk diteruskan ke jaringan
transmisi.

Mohammad Luqman Hakim


127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 27

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan
Uranium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang U dan nomor atom 92. Secara alami, uranium yang dijumpai di deposit
uranium di alam dapat berbentuk Uranium-235 (U-235) yang bersifat radioaktif
(tidak stabil) dan U-238 yang stabil. Agar bisa digunakan dalam reaktor, uranium
tersebut harus mengalami proses ”pengayaan”, yang artinya sejumlah uranium
tersebut mengalami proses penambahan persentase unsur U-235 yang bersifat
radiatif dan U-235 perlu dipisahkan dari U-238. Reaksi fisi terjadi saat neutron
menumbuk Uranium-235 dan saat itu pula atom Uranium akan terbagi menjadi 2
buah atom Kr dan Br. Saat terjadi reaksi fisi juga akan dihasilkan energi panas
yang sangat besar.
Reaktor nuklir pertama kali dibangun oleh Enrico Fermi pada tahun 1942
di Universitas Chicago. Hingga saat ini telah ada berbagai jenis dan ukuran
rekator nuklir, tetapi semua reaktor atom tersebut memiliki lima komponen dasar
yang sama, yaitu: elemen bahan bakar, moderator netron, batang kendali,
pendingin dan perisai beton. Pada dasarnya PLTN beroperasi dengan prinsip yang
sama seperti pembangkit listrik konvensional, tetapi dengan perbedaan pada cara
pembangkitan panas untuk menghasilkan uap. Pada PLTN, panas dihasilkan dari
reaksi pembelahan inti atom bahan bakarnya (Uranium) di dalam reaktor nuklir.
Panas yang dihasilkan digunakan untuk membangkitkan uap di dalam alat
pembangkit uap dan kemudian, sama seperti pada pembangkit konvensional, uap
digunakan untuk menggerakkan turbin dan generator untuk menghasilkan
listrikpanas untuk membangkitkan uap dalam PLTN didapatkan dari proses
pembelahan inti. Hasil dari pembelahan ini adalah dua buah atom materi yang
lain, 2 sampai 3 buah neutron baru dan energi. Total massa seluruh materi yang
terbentuk sesudah terjadinya pembelahan inti atom Uranium lebih kecil daripada
sebelum terjadi pembelahan. Selisih massa inilah yang berubah menjadi energi.
Neutron baru yang terbentuk setelah pembelahan inti dapat menumbuk inti atom
Uranium lain dan seterusnya menghasilkan atom materi lain, 2-3 buah neutron
Mohammad Luqman Hakim
127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 28

baru dan energi. Demikian seterusnya sehingga terbentuklah sebuah reaksi


berantai.
B. Saran
Keunggulan PLTN adalah tidak menghasilkan emisi gas CO2 sama sekali.
Selain itu PLTN juga mampu menghasilkan daya stabil yang jauh lebih besar jika
dibandingkan dengan pembangkit listrik lainnya. Perlu diketahui juga bahwa
bahan bakar uranium yang sudah habis dipakai dapat didaur ulang kembali
menghasilkan bahan bakar baru untuk teknologi di masa depan dan yang perlu
digaris bawahi adalah Indonesia sebenarnya sangat cocok mengembangkan
pembangkit listrik ini, sebagai upaya diversifikasi penggunaan pembangkit listrik
primer berbahan bakar fosil, seperti batubara, minyak bumi, dan gas alam.
Dengan penanggulangan radiasi yang cermat dan berlapis, PLTN dapat menjadi
solusi kebutuhan energi listrik yang besar di Indonesia. Oleh sebab itu sudah
selayaknya sebagai warga Negara Indonesia yang mementingkan kebutuhan akan
masa epan untuk terus mendukung gerakan pemerintah dalam program pengayaan
radioisotopuranium untuk pemanfaatan dalam bidang pemenuhan energy listrik
global.

Mohammad Luqman Hakim


127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 29

DAFTAR PUSTAKA

Beiser, A. (2003). Concepts of Modern Physics (6th ed.) New York: McGraw-Hill
Companies,Inc. doi:ISBN 0-07-244848-2.
C. P. Zaleski, Ed. 2002. Scenarios of Nuclear Power Growth in the 21st Century,
Centre of Geopolitics of Energy and Raw Materials. France. Univercity
of Paris IX Dauphine.
C.-P. Zaleski, “Overview of future development of fast neutron reactors,” Energy,
vol. 23, no. 7-8, pp. 571–579, 1998.
E. O. Adamov, A. V. Dzhalavyan, A. V. Lopatkin, et al., “Conceptual framework
of a strategy for the development of nuclear power in Russia to 2100,”
Atomic Energy, vol. 112, no. 6, pp. 391–403, 2012
Ghosal, S. N. (2002). Nuclear Physics. New Delhi: S. Chand & Company LTD.
Krane, K. 1992. Fisika Modern. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press
Kompas. 2013. Pilihan Terbaik Nuklir Atasi Krisis Energi.
http://nasional.kompas.com/read/2013/08/10/0641129/Pilihan.Terbaik.
Nuklir Atasi.Krisis.Energi
Marchenko and Solomin. 2013. Economic Assessment of Russian Nuclear
Strategies on the Basis of Fast Breeder Reactors. International Journal
of Nuclear Energy Volume 2013 (2013), Article ID 867439
Serway, A and Jewett, J. 2010. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Salemba
Teknika.
Tribunnews. 2013. Energi Nuklir Dianggap Solusi Krisis Energi di Indonesia.
http://www.tribunnews.com/nasiona1/2013/11/21/energi-nuklir-
dianggap-solusi-krisis-energi-di-indonesia
Wikipedia. 2013. Nuclear Power Plant
http://en.wikipedia.org/wiki/Nuclear_power_plant [diakses tanggaal 30
Desember 2013]
World Nuclear Association. 2012. What is Uranium? How Does it Work?
http://www.world-nuclear.org/info/Nuclear-Fuel-
Cycle/Introduction/What-is Uranium--How-Does-it-Work-/ [diakses
tanggaal 30 Desember 2013]
Young And Freedman. 2010. University Physics With Modern Physics, Thirteenth
Edition. United States: Pearson Education Inc.

Mohammad Luqman Hakim


127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 30

LAMPIRAN

USULAN JUDUL TUGAS AKHIR


MATA KULIAH KAJIAN SAINS FISIKA IV

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Moh. Luqman Hakim
NIM : 127795008
Program Studi : S2 Pendidikan Sains
Mengajukan usulan tugas akhir mata kuliah Kajian Sains Fisika IV sebagai
berikut:
Judul : Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai
Solusi Krisis Energi Listrik
Sistematika Tugas :
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
B. Pembahasan
1. Uranium 235
2. Reaktor nuklir
3. Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis
Energi Listrik
C. Penutup
1. Simpulan
2. Saran
Daftar Pustaka
Referensi/Kepustakaan
Beiser, A. (2003). Concepts of Modern Physics (6th ed.) New York: McGraw-
Hill Companies,Inc. doi:ISBN 0-07-244848-2.
Ghosal, S. N. (2002). Nuclear Physics. New Delhi: S. Chand & Company
LTD.

Mohammad Luqman Hakim


127795008
Pemanfaatan Radioisotop Uranium-235 (U235) Sebagai Solusi Krisis Energi
Listrik Halaman 31

Mohammad Luqman Hakim


127795008

Anda mungkin juga menyukai